Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN MAGANG

MAGANG II
APLIKASI FISIKA DALAM DUNIA INDUSTRI
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
(LCPKS) MENJADI BIOGAS
DI PT ADEI PLANTATION AND INDUSTRY MANDAU, RIAU

Dosen : Muhammad Kadri, S.Si., M.Si.

OLEH :

LINCARIA SIREGAR (4172240006)


FISIKA NONDIK REG A 2017

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020

1
LAPORAN MAGANG
MAGANG II
APLIKASI FISIKA DALAM DUNIA INDUSTRI
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
(LCPKS) MENJADI BIOGAS
DI PT ADEI PLANTATION AND INDUSTRY MANDAU, RIAU

OLEH :

LINCARIA SIREGAR (4172240006)


FISIKA NONDIK REG A 2017

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Menyelesaikan Magang Strata Satu Program Studi Fisika
JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020

2
3
KATA PEGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepadaTuhan Yang MahaEsa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Magang II ini. Magang ini
merupakan tugas akhir individu yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah
Magang Aplikasi Fisika dalam Dunia Industri Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari bahwa penyusunan
laporan Magang ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Muhammad Kadri, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pengampu matakuliah
Pengaplikasian Fisika dalam Dunia Industri yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing, mengarahkan, memberi semangat dan dorongan kepada penulis
dalam penyusunan laporan Magang ini hingga selesai.
2. Bapak Bacho Bin Tanru, selaku pimpinan MKCP yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk bisa melakukan praktek kerja lapangan di perusahaan PT
ADEI Plantation and Industry Mandau, Riau.
3. Bapak Goklip Hasibuan selaku Pembimbing Lapangan yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberi semangat dan dorongan
kepada penulis
4. Seluruh staff dan karyawan di PT ADEI Plantation and Industry Mandau yang
telah membantu penulis menyelesaikan laporan Magang ini.
5. Ucapan Terimakasih Juga saya ucapkan kepada Kak Nera dan Suami yang telah
mengijinkan kami tinggal di rumahnya selama kami Magang di Mandau.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan Magang ini baik dalam teknik penyajian materi maupun pembahasan.
Demi kesempurnaan laporanMagang ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Februari 2020

Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan .......................................................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
Daftar Singkatan Notasi Dan Lambang ..............................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Magang ....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat Magang ..................................................................................................... 2
1.4 Deskripsi Lokasi Magang II.......................................................................................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 3
2.1 Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia...............................................................4
2.2 Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS)............................................................5
2.3 Biogas...................................................................................................................... 6
2.4 Proses Diegester Anaerob Diegesti Anaerob.............................................................7
2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Digestasi Anaerob…...........................8
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN........................................................... 9
3.1 Sejarah Singkat Perusahaan......................................................................................9
3.2 Lokasi perusahaan.....................................................................................................10
3.3Struktur Organisasi....................................................................................................10
BAB IV METODE PELAKSANAAN ............................................................................11
4.1 Rancangan Kegiatan.................................................................................................11
4.2 Metode Penelitian.....................................................................................................12
4.3 Log Book..................................................................................................................12
BAB V PEMBAHASAN PROSES PRODUKSI.............................................................13
5.1 Alur Proses Produksii...............................................................................................13
5.2 Pembahasan Flowchart ............................................................................................14
5.3 Analisa yang berhubungan dengan Biogas............................................................... 21
5.4 Aplikasi Fisika Dalam Dunia Industri.......................................................................24
BAB VI PENUTUP............................................................................................................32
6.1 Kesimpulan...............................................................................................................32
6.2 Saran.........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................33

5
DAFTAR SINGKATAN NOTASI DAN LAMBANG

a. POME : Palm Oil Mill Effluent


b. COD : Chemical Oxygen Demand
c. BOD : Biology Oxygen Demand
d. Ph : Power Of Hidrogen
e. OLR : Organic Loading Rate
f. HRT : Hydraulic Retention Time
g. CPO : Crude Palm Oil Palm Kernel Oil
h. KPO : Palm Kernel Oil
i. VFA : Volatile Fatty Acid
j. Sd : jumlah masukan bahan baku/limbah setiap hari (m3/hari)
k. RT : retention Time (waktu bahan baku berada dalam biodigester [hari]
l. LA : Land Application
m. LCPKS : Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
n. TBS : Tandan Buah Segar
o. TKKS : Tandang Kosong Kelapa Sawit
p. CPO : Crude Palm Oil

6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi, tingkat persaingan dalam dunia industri semakin kuat seiring
dengan pesatnya perkembangan teknologi. Hal ini menyebabkan dunia kerja menuntut
tersedianya faktor produksi yang berkualitas. Dalam Pengenalan Dunia Industri yang
dilakukan, yaitu mengenali ruang lingkup perusahaan, mengamati perilaku sistem,
menyusun laporan akhir dalam bentuk tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan.
Secara khusus, dalam lingkup Fisika haruslah disadari bahwa yang dikaji adalah
kesatuan elemen sistem yang terdiri atas Manusia, Mesin, Material, Metode, Uang,
Energi, Lingkungan dan Informasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah
mengalami perkembangan yang semakin maju. Hal ini perlu diimbangi dengan
adanya sumber daya manusia yang siap dan mampu menghadapi era globalisasi yang
penuh dengan persaingan. Sehingga mahasiswa sebagai calon tenaga profesional
harus memiliki bekal yang cukup, tidak saja menguasai ilmu yang bersifat teoritis
tetapi juga mampu untuk mengimplementasikannya ke kondisi yang nyata.
Dalam hal ini Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Medan(UNIMED)
menyelenggarakan magang yaitu mata kuliah magang aplikasi fisika dalam industri
yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswanya. Hal ini menunjukkan bahwa
universitas mempunyai dedikasi yang tinggi untuk memajukan serta mengembangkan
seluruh aktivitas dan kreativitas pada setiap mahasiswanya.
Magang merupakan salah satu sistem interaksi yang dilakukan antara bidang
pendidikan dengan industri. Magang juga merupakan suatu bentuk proses aktif
mahasiswa dalam mengamati, meneliti, dan menganalisa serta membuat suatu
ketrampilan di dalam bidang dan ruang lingkup yang dalam pengawasan serta
penilaian oleh instansi yang terkait.
Dengan dilakukannya magang tersebut, mahasiswa dapat melihat dan memahami
secara langsung aplikasi dan penerapan bidang ilmu fisika khususnya mengenai
Elektronika, Instrumentasi dan Komputasi di industri yang dimana dilaksanakan kerja
praktek ini. Kegiatan ini merupakan uji kemampuan dan keterampilan yang diperoleh
selama kuliah, dan sebagai bekal bagi mahasiswa sebelum kembali pada masyarakat
terutama dalam dunia kerja. Dalam magang, mahasiwa dihadapkan pada pekerjaan
nyata yang harus diselesaikan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang

7
diperoleh selama kuliah sesuai dengan motto Universitas Negeri Medan yaitu
character building university.
1.2 Tujuan
Program Magang Aplikasi Fisika dalam Dunia Industri bertujuan untuk:
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana dunia
industri.
2. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk mengenal secara langsung
bagaimana susunan manajemen dalam perusahaan.
3. Memberi kesempatan untuk mahasiswa menganalisis dalam melihat suatu
produktivitas suatu barang yang dihasilkan dalam industri tersebut.
4. Melatih kemampuan mahasiswa untuk menjadi pribadi yang mandiri,mampu
bersikap,mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan dalam bekerja.
5. Melatih mahasiswa dalam berinteraksi sosial dengan orang lain dalam dunia kerja.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan Magang Aplikasi Fisika dalam Dunia Industri
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengalaman dan pengetahuan terhadap penerapan teori-teori yang
selama ini dipelajari ke dalam praktek kerja lapangan.
2. Memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa.
3. Memberikan gambaran kepada mahsiswa akan profesi yang akan digeluti pada
saat mendatang.
4. Meningkatkan hubungan kerjasama yang baik antara teman rekan kerja.

1.4 Deskripsi Lokasi Magang II

Nama Industri : PT ADEI Plantation and Industry


Alamat : Kecamatan Pinggir, Desa Tenggana, Muara Basung,
Jenis Industri : Pengolahan Kelapa Sawit, Kernel (Inti), Biogas, Hexane,
Refinery.
Pelaksanaan magang : 27 Januari 2020 – 14 Februari 2020

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan yang
memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia sebagai salah satu penyumbang
devisa non-migas yang cukup besar. Kelapa sawit menghasilkan produk olahan yang
mempunyai banyak manfaat . Produk minyak kelapa sawit tersebut digunakan untuk
industry penghasil minyak goreng, minyak industri, bahan bakar, industri kosmetik dan
farmasi. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2005 yaitu seluas
4.520.600 ha danterjadi peningkatan yang cukup besar pada tahun 2010 yaitu menjadi
8.430.027 ha (Badan Pusat Statistik, 2011). Luas perkebunan kelapa sawit yang besar akan
diiringi dengan volume ekspor yang tinggi pula, hal tersebut dikarenakan permintaan dunia
akan minyak sawit terus meningkat sehingga pasaran ekspornya selalu terbuka lebar dan
dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Volume ekspor CPO pada tahun 2006 sebesar
11.745.954 ton mencapai nilai US$ 4.139.286.000 dan pada tahun 2009 meningkat
menjadi 20.615.958 ton atau senilai US$ 12.626.595.000 (Direktorat Jenderal Perkebunan,
2011).
Pertambahan dan peningkatan areal pertanaman kelapa sawit diiringi pertambahan
jumlah industri pengolahannya menyebabkan jumlah limbah yang dihasilkan semakin
banyak pula. Hal tersebut disebabkan oleh bobot limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang
harus dibuang semakin bertambah. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa
sawit akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, baik kuantitas sumber daya
alam, kualitas sumber daya alam, maupun lingkungan hidup.
.

2.2 Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS)


Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) berupa cairan kental berwarna
kecoklatan, slurry, suspensi koloid tinggi dan memiliki bau yang tidak menyenangkan.
Porsi paling tinggi dalam LCPKS mentah adalah air yaitu sebesar 95 – 96 % dan terdiri
atas 0,6 – 0,7 % minyak serta 4 – 5 % total solid . Limbah cair kelapa sawit mengandung
bahan organik yang tinggi, sebagian besar dari nutrisi tanaman dan merepresentasikan
sumber biaya yang rendah dari nutrisi tanaman ketika fermentasi . LCPKS merupakan
polutan berkekutan tinggi dengan pH rendah (karena organik dan asam lemak bebas timbul

9
dari deradasi parsial buah kelapa sawit sebelum memproses). Karakteristik LCPKS
tergantung pada kualitas materi mentah dan proses produksi.

2.3 Biogas
Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses degradasi material organik tanpa
melibatkan oksigen atau disebut dengan anaerobic digestion contoh material organik yang
digunakan sebagai sumber biogas adalah sampah organik, sisa makanan , limbah industri
dan kotoran hewan . Material organik yang terkumpul pada reaktor akan terurai menjadi
empat tahapan yaitu proses hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis dan metanogenesis.
Kandungan biogas sebagian besar adalah metana (CH4) lebih dari 50% dan sisanya berupa
gas CO2 dan H2S , tetapi kandungan metana yang berada pada biogas .. Dibawah ini
adalah tabel komposisi dari biogas :

Komposisi Biogas
No. Komponen
Metana (CH4) 55-70%
Karbon Dioksida (Co2) 25-40%
Nitrogen (N2) 3-5%
Hidrogen (H2) <1%
Hidrogen Sulfida (H2s) 3000 ppm
Oksigen 0,1 %
NOX Sedikit
X Sedikit
NH3 Sedikit

Biogas adalah pengantar energi yang fleksibel, cocok untuk berbagai aplikasi.
Salah satu aplikasi yang paling sederhana dari biogas adalah penggunaan langsung untuk
memasak dan penerangan, tetapi saat ini di beberapa negara biogas digunakan untuk
menggabungkan panas dan pembangkit listrik atau diupgrade dan dimasukkan ke dalam
jaringan gas asam yang digunakan sebagai bahan bakar kendaraan atau sel bahan bakar.

2.4 Proses Digestasi Anaerob Digesti anaerob (AD)


Proses Digestasi Anaerob Digesti anaerob (AD) adalah dekomposisi mikroba dari
bahan organik menjadi metana, karbon dioksida, nutrisi organik dan kompos dalam
keadaan menipisnya oksigen dan adanya gas hidrogen. Proses ini juga dikenal sebagai bio-
metanogenesis terjadi secara alami di lahan basah, sawah, usus hewan, pupuk dan endapan
air dan bertanggung jawab untuk siklus karbon dalam ekosistem . Proses digesti anaerob

10
telah digunakan secara tradisional untuk pengolahan limbah tetapi juga cukup menarik
dalam digester tanaman-biomassa-umpan. Sejak diproduksi metana adalah sumber energi
yang berguna.

2.4.1 Hidrolisis
Hidrolisis adalah tahap pertama dalam proses digesti anaerob. Selama tahap
hidrlisis, bahan organik komples seperti karbohidrat, protein dan lemak dihidrolisis
menjadi molekul organik terlarut seperti gula, asam amino, dan asam lemak dengan
menggunakan enzim ekstraseluler yaitu selulase, amilase, protease atau lipase. Bakteri
hidrolitik yang menghidrolisis substrat dengan enzim ekstraseluler adalah anaerob
fakultatif. Hidrolisis dapat menjadi tahap rate-limiting jika substrat mengandung molekul
yang besar dengan permukaan yang rendah terhadap perbandingan volume. Sementara itu
jika substrat mudah terdegradasi, tahap ratelimiting akan menjadi asetogenesis dan
methanogenesis. Ketika substrat dihidrolisis membuat tersedianya transportasi sel dan
dapat terdegradasi oleh bakteri fermentaif dalam mengikuti tahap asidogenesis . Laju
hidrolisis merupakan fungsi dari faktor seperti pH, suhu, komposisi dan ukuran partikel
substrat .

2.4.2 Asidogenesis
Pada tahap asidogenesis, molekul organik yang terlarut dari proses hidrolisis
dimanfaatkan oleh bakteri fermentatif atau aksidasi anaerob. Mikroorganisme ini keduanya
adalah bateri wajib dan anaeobik fakultatif. Dalam sebuah digester anaerob, hasil utama
jalur degradasi adalah asetat, karbon dioksida dan hidrogen. Intermediet, seperti asam
lemak volatil dan alkohol memainkan peranan kecil. Jalur degradasi ini memberikan hasil
energi yang lebih tinggi untuk mikroorganisme dan produk dan dimanfaatkan langsung
oleh bakteri methanogenik. Namun, ketika konsentrasi hidrogen dan formate tinggi bakteri
fermentatif akan mengalihkan jalur untuk menghasilkan lebih banyak metabolit yang
direduksi. Produk dari tahap asidogenesis terdiri dari sekitar 15 % asetat, 19 % H2/CO2,
dan 30 % produk yang direduksi, seperti VFA yang lebih tinggi, alkohol atau laktat. Tahap
Asidogenesis biasanya dianggap sebagai tahap tercepat dalam digesti anaerob dari bahan
organik kompleks [28]. Reaksi asidogenesis dapat dilihat di bawah ini :
C6H12O6 CH3CH2CH2COOH + 2 CO2 + 2 H2 glukosa asam butirat
C6H12O6 2 H2 CH3CH2COOH + 2 H2O glukosa asam propionat

11
2.4.3 Asetogenesis
Asetogenesis adalah tahap ketika produk hidrolisis yang diproses untuk hidrogen,
karbon dioksida, format dan asetat. Jalur ini terjadi secara alami dalam sistem metanogenik
yang seimbang. Namun dalam parakteknya, ada kasus dari elektron atau akumulasi
hidrogen (misalnya ketika metanogenesis dihambat) ketika produk fermentasi dapat
dibentuk (misalnya propionat, butirat, laktat, suksinat dan alkohol) sebagai mekanisme
untuk menghilangkan elektron atau hidrogen berlebih . Pembentukan intermediet selama
proses asidogenesis terdiri dari asam lemak lebih dari dua atom karbon, alkohol lebih dari
satu atom karbon dan rantai bercabang serta asam lemak aromatik. Produk ini tidak dapat
langsung digunakan dalam proses metanogenesis dan harus lebih teroksidasi menjadi asetat
dan H2 dalam tahap asetogenesis diharuskan proton mengurangi bakteri dalam suatu
hubungan sintropik dengan penggunaan hidrogen. Tekanan parsial H2 yang rendah penting
untuk reaksi asetogenik untuk menjadi termodinamika yang baik .

2.4.4 Metanogenesis
Pada tahap metanogenesis, asetat dan H2/CO2 dikonversi menjasi CH4 dan CO2
oleh bakteri metanogennik. Bakteri metanogenik dapat tumbuh langsung di H2/CO2, asetat
dan senyawa satu karbon lainnya, seperti format dan metanol. Dalam digester anaerob
normal asetat adalah prekursor untuk hampir 70 % dari total pembentukan metana
sedangkan 30 % sisanya berasal dari H2/CO2. Selain itu, konversi antara hidrogen dan
asetat dikatalisasi oleh bateri homoasetogenik juga memainkan peran penting dalam jalur
pembentukan metana.Homoasetogenik dan mengoksidasi atau mensintesis asetat
tergantung pada konsentrasi hidrogen dalam sistem. Pada suhu yang lebih tinggi jalur
oksidasi asetat menjadi lebih menguntungkan. Pembentukan metana melalui oksidasi asetat
dapat memberikan konstribusi hingga 14 % dari total konversi asetat menjadi metana
dalam kondisi termofilik (60oC).

2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Digestasi Anaerob


`Efisisensi digesti anaerob dipengaruhi oleh beberapa parameter penting sehingga
sangat penting untuk menyediakan kondisi yang sesuai untuk mikroorganisme.
Pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme anaerob sangat dipengaruhi oleh kondisi.
Banyak faktor yang menetukan kinerja digester anaerob dimana kontrol yang memadai

12
diperlukan untuk mencegah kegagalan reaktor. Beberapa faktor utama yang
memepengaruhi kinerja digester dalam pengolahan LCPKS adalah pH, pengadukan, suhu
operasi, nutrisi untuk bakteri dan loading rates zat organik ke dalam digester .

2.5.1 Temperatur Operasi


Pengaruh suhu terhadap kinerja digesti anaerob diselidiki bahwa laju degradasi
substrat dan tingkat produksi biogas pada suhu 55 oC lebih tinggi daripada operasi pada
suhu 37 oC. Penelitian telah melaporkan bahwa digester termofilik dapat mentoleril OLR
lebih tinggi dan beroperasi pada HRT pendek sambil menghasilkan biogas lebih banyak.
Namun, kegagalan untuk mengontrol kenaikan suhu dapat menyebabkan washout
biomassa dengan akumulasi asam lemak volatil karena pengahmbatan metanogenesis. Pada
suhu tinggi, produksi asam lemak volatil lebih tinggi dibanding kisaran suhu mesofilik.
Banyak operator lebih memilih untuk menggunakan digester yang beroperasi pada suhu
mesofilik karena stabilitas proses lebih baik. Namun demikian, penyelidikan terhadap
stabilitas digester membuktikan bahwa kerugian dari digester termofilik dapat diatasi
dengan menjaga konsorsium mikroba di dekat . Digestasi anaerobik mesofilik dan
termofilik lebih banyak digunakan daripada psikropilik karena laju reaksi tinggi pada
rentang suhu tersebut. Selain itu, suhu psikropilik sering terjadi berdasarkan kondisi iklim
setempat dan penting untuk meningkatkan proses dalam kondisi ini. Pada penelitian yang
dilakuakan oleh Mahdalena (2014) diperoleh Produksi biogas semakin meningkat dengan
meningkatnya suhu, pada kondisi mesofilik volume biogas maksimum diperoleh pada suhu
35oC sebesar 37,74 m3/kg ΔVS dan mengandung metana sebesar 75% dan pada kondisi
termofilik yaitu pada suhu 550C sebesar 43,95 m3/kg ΔVS mengandung metana sebesar
69%. Degradasi kandungan organik yaitu VS dan COD semakin meningkat seiring
meningkatnya suhu. Pada kondisi mesofilik laju degradasi VS dan COD secara berurut
diperoleh maksimum sebesar 80%; 76% dan pada kondisi termofilik sebesar 80%; 81%.

2.5.2 pH
Komunitas mikroba dalam digester anaerob sensitif terhadap perubahan pH dan
metanogen banyak dipengarungi dan menyebar. Sebuah penelitian oleh Beccari et al.
(1996) menegaskan bahwa metanogenesis sangat dipengaruhi oleh pH. Keadaan yang
berkaitan dengan nilai pH serupa dengan suhu. Mikroorganisme yang terlibat dalam
berbagai tahap dekomposisi mengharuskan nilai pH yang berbeda untuk pertumbuhan

13
optimum. pH optimum untuk proses hidrolisis dan bakteri pembentukan asam adalah pada
kisaran pH 5,2 – 6,3. Bagaimanapun proses tidak hanya tergantung pada pH, dan masih
cocok untuk mengkonversi substrat pH yang sedikit lebih tinggi. Satu – satunya
konsekuensi adalah aktivitas mikrorganisme sedikit berkurang. Sebaliknya, nilai pH pada
kisaran netral 6,5 – 8 adalah mutlak lebih penting untuk bakteri yang membentuk asam
asetat dan untuk archaea netanogen. Akibatnya, jika proses fermentasi berlangsung dalam
digester tunggal kisaran pH ini harus dipertahankan. Pabrik bebasis slurry sering memiliki
pH agak lebih tinggi (8 – 8,3) karena kandungan amonium lebih tinggi.

2.5.3 Laju Pengadukan


Dalam rangka untuk mendapatkan tingkat produksi biogas yang lebih tinggi perlu
ada kontak intensif antara bakteri dan substrat yang umumnya dicapai dengan
pencampuran menyeluruh dalam tangki digesti. Pengadukan akan memberikan kontak
yang baik antara substrat dan mikroba untuk memberikan kondisi suhu yang seragam,
mengurangi resistensi terhadap transfer massa, dan meminimalkan membangun kondisi
lingkungan penghambat. Pengadukan mampu membawa bakteri konsorsium ke dalam
kontak substrat. Pengadukan juga akan mengurangi ukuran partikel yang menimbulkan
pelepasan biogas dari pencampuran. Bioreaktor dengan pengaduk telah diterapkan oleh
pabrik Keck Seng (Malaysia) Berhad di Masai, Johor sejak 1980. Pabrik kelapa sawit
berhasil mengurangi penyisihan 83% COD dan memproduksi metana sebesar 62,5% [35].
Isi digester harus diaduk beberapa kali sehari dengan tujuan untuk pencampuran bahan
baku baru dengan substrat yang ada di dalam digester. Pengadukan mencegah
pembentukan lapisan tipis dan sedimen, membawa mikroorganisme kontak dengan partikel
bahan baku yang baru, memfasilitasi aliran atas dari gelembung gas dan distribusi
homogenesis dari panas dan nutrisi melalui seluruh massa dari substrat. Penelitian telah
dilakukan untuk mengamati efek dari pencampuran dengan kinerja digester anaerob.
Ditemukan bahwa pengadukan meningkatkan kinerja digester dalam mengolah limbah
dengan konsentrasi yang lebih tinggi sementara resirkulasi slurry menunjukkan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan impeller dan resirkulasi biogas tipe pencampuran.
Pengadukan juga meningkatkan produksi biogas dibanding dengan digester tanpa
pengadukan.

2.5.4 Organic Loading Rate (OLR)

14
Dalam hal ini tingkat beban organik/ Organik Loading Rate (OLR) adalah
parameter operasi yang penting. Hal ini menunjukkan bahwa banyak kilogram dari padatan
volatil (VS, atau bahan organik kering – odm) dapat dimasukkan ke dalam digester per m3
volume kerja per unit waktu. Tingkat beban organik dinyatakan sebagai kg VS/(m3 · d).
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa OLR lebih tinggi akan mengurangi
efisiensi pengurangan COD (dalam sisitem pengolahan air limbah). Namun produksi gas
akan meningkat dengan OLR sampai tahap metanogen tidak bisa bekerja cukup cepat
untuk mengkonversi asam asetat menjadi metana.OLR berhubungan dengan konsentrasi
substrat dan HRT sehingga keseimbangan yang baik antara kedua parameter harus
diperoleh untuk operasi digester yang baik. HRT pendek akan mengurangi waktu kontak
antara substrat dan biomassa.

2.5.5 Hydraulic Retention Time (HRT)


Parameter penting untuk pendimensian digester biogas adalah waktu retensi
hidrolik (HRT). HRT adalah rata – rata interval waktu ketika substrat disimpan dalam
tangki digester. HRT berkolerasi dengan volume digester dan volume substrat yang
diumpankan per unit waktu, menurut persamaan berikut: HRT = VR / V HRT hydraulic
retention time/ waktu retensi hidrolik [waktu] VR volume digester [m³] V volume
substrat yang diumpankan per unit waktu [m³/hari] Menurut persamaan diatas, dengan
meningkatkan beban organik mengurangi HRT. Waktu retensi harus cukup panjang untuk
memastikan bahwa jumlah mikroorganisme yang dibuang bersama effluent tidak lebih
tinggi dari jumlah mikroorganisme yang diproduksi. Tingkat penggandaan diri bakteri
anaerob biasanya 10 hari atau lebih. HRT yang singkat menyediakan laju alir substrat yang
baik, tapi hasil gas lebih rendah. Oleh karena itu, penting untuk mengadaptasi HRT agar
tingkat dekomposisi spesifik dari substrat yang digunakan. Dengan mengetahui HRT yang
ditargetkan, input bahan baku harian dan tingkat dekomposisi substrat maka mungkin
untuk menghitung volume digester yang yang diperlukan.

BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan

15
Profil perusahan PT ADEI Plantation and Industry Merupakan Group Perusahaan
Kuala Lumpur Kepong Berhad di Riau-Indonesia. Perusahan Kuala Lumpur Kepong
Berhad Berasal Perusahaan Karet kuala lumpur Limited (KLR)(1906-1960) yang didirikan
dilondon,pada tahun1906 untuk mengawasi 600ha yang terdiri dari perkebunan karet dan
kopi dimalay. pada tahun1907,saham KLR yang terdaftar di london stock Exchange. Jejak
KLK sejarah pada tahun1906 ketika The Kuala Lumpur Perusahaan Karet
Limited(KLRC).
KLRC juga mengakusisi para timur sumatera perkebunan karet Ltd yang
memeiliki Perusahaan disumatera,Indonesia. Nama Perseroran diubah ke Kuala Lumpur
Kepong-Amalgamated terbatas(KLKA) pada tahun 1960. Pada saat ini. Perseroan telah
meningkatkan Kepemilikan Sahamnya menjadi sekitar 30.000 ha Tanaman. Pada tahun
1960, KLRC berubah nama menjadi KLKA. Kelompok ini mulai menanam kelapa sawit
di Real Fraser.Pabrik pertama Kelompok,Mill Fraser dibuka pada tahun 1967.
PT ADEI Plantation and Industry mandau merupakan salah satu anak Perusahaan
besar KLK Group yang berkantor pusat di Jakarta Indonesia, yang bergerak di bidang
usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak kelapa sawit
kasar (Crude Palm Oil / CPO) dan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil)
PT ADEI Plantation and Industry mandau membuka pengolahan limbah kelapa
sawit menjadi biogas pada tahun 2009 yang menjadi energi listrik untuk pengolahan pabrik
dan perumahan masyarakat dan sebaai upaya perusahan untuk memanfaatkan limbah
pabrik dan mengurangi polusi akibat limbah pabrik,selain biogas ada juga pabrik hexane
dan juga refinery.

3.2 Lokasi Perusahaan


Lokasi PT ADEI Plantation and Industry mandau terletak di Desa Tengganau dan
Desa Muara Basung Kecamatan Pinggir kabupaten Bengkalis, Riau,Indonesia.

3.3. Struktur Organisasi

16
BAB IV
METODE PELAKSANAAN
17
4.1 Rancangan Kegiatan

Mencari Lokasi Menetapkan


Orientasi PKL Lokasi PKL

Izin
Administrasi Pelaksanaan PKL
pelaksanaan

Pengumpulan Laporan Akhir Presentasi hasil


data PKL

Tahapan pelaksanaan kegiatan Magang dimulai dengan orientasi yaitu tahapan


dimana dosen pengampu memberikan pembekalan awal kepada mahasiswa Magang
sebelum melaksanakan kegiatan magangaplikasi fisika dalam dunia industri. Setelah
tahapan orientasi, tahapan selanjutnya adalah mahasiswa mencari lokasi magang yang
sesuai dengan bidang keilmuan mahasiswa. Setelah mencari dan menetapkan lokasi
magang yang paling sesuai sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya
adalah meminta izin magang kepada perusahaan terkait. Setelah mendapatkan izin dari
perusahaan yang bersangkutan, mahasiswa mengurus administrasi surat menyurat yang
berhubungan dengan kegiatan magangaplikasi fisika dalam pengenalan dunia industri
kepada pihak fakultas.
Setelah kelima tahapan tersebut dilaksanakan, selanjutnya mahasiswa
melaksanakan magang dari hasil pengamatan baik keadaan perusahaan dan kegiatan
produksi yang berlangsung di PT ADEI Plantation and Industry dan menganalisis
instrumen yang digunakan untuk melihat penggunaan konsep fisika pada proses produksi.
Lalu pembuatan laporan akhir Magang Aplikasi Fisika Dunia Industri di PT ADEI
Plantation and Industry untuk selanjutnya dipresentasikan kepada pihak perusahaan.

4.2 Metode Penelitian

18
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif karena metode ini
dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis data dan menginterpresentasikannya.
Dalam pelaksanaannya dilakukan survey dan analisis.Hal ini bertujuan untuk
menunjukkan dan menganalisa keadaan pelaksanaan kegiatan produksi yang terjadi pada
PT ADEI Plantation and Industry.

4.3 Log Book Kegiatan

19
20
21
BAB V
PEMBAHASAN PROSES PRODUKSI
5.1 Alur Proses Produksi

COOLING POND
Keterangan :

: Aliran POME
VIBRATING SCREEN
: Aliran Biogas

: Aliran Listrik

TRANSFER TANK : Aliran Liquid

DISTRIBUTION TANK

ANAEROBIC TANK 3 UNIT

SEDIMENTATION TANK BUFFER TANK

FLARE

ANAEROBIC POND NO 2 SCRUBBER

(BIOGAS CLEAN

POND NO 3

CHILLER

POND NO 6
ELECTRICITY FOR
MANDAU PROCESSIN
BIOGAS ENGINE 3 UNIT
CENTRE
POND NO 7

5.2LAND
Pembahasan
APLIKASI Flowchart

22
 Cooling Pond

Limbah cair yang telah dikutip minyaknya pada recovery mempunyai


karakteristik pH 4-4,5 dengan suhu 60-80oC sebelum limbah dialirkan kedalam
biodegester suhunya harus diturunkan menjadi 40-45oC agar bakteri mesophilic
dapat berkembang dengan baik. Pendinginan penting dalam mempersiapkan
kondisi kehidupan bakteri mesophilic. Dengan temperatur sekitar 38 oC maka
bakteri akan berkembang dengan baik, dengan lama penahanan limbah ± 5 hari,
bagian minyak yang terapung dipermukaan dikembalikan kebagian produksi untuk
diolah kembali.

 Vibrating screen

POME segar yang berasal dari cooling pond akan dialirkan melalui
vibrating untuk memisahkan pengotor-pengotor yang ada, misalnya pasir, serabut
dari sisa tandan sawit dann lain-lainnya. Vibrating screen yang digunakan memiliki
2 ukuran mesh yang akan memisahkan pengotor secara bertahap. Proses dalam
vibrating screen cukup singkat sehingga perubahan temperatur tidak signifikan.
Dari vibrating screen POME Dialirkan kedalam Transfer Tank yang berfungsi

23
untuk tempat terjadinya Homogenisasi karena dilengkapi dengan pengaduk serta
penampung sementara.

 Transfer Tank

Transfer tank digunakan sebagai tempat penampungan POME yang sudah


disaring di Vibrating Screen. POME yang ditampung di Transfer tank kemudian
dialirkan menuju Distribusi tank atau Feeding tank. Transfer tank terletak di antara
Vibrating Scereen dan Anaerobic Pond No.2.

 Distribusi Tank

Distribusi tank atau Feeding tank dibuat secara tinggi yang digunakan untuk
menyalurkan POME yang berasal dari transfer tank menuju ketiga
biodigester tank untuk diuraikan oleh bakteri mesopholic di dalam
biodiester tank.

 Biodigester Tank

24
Untuk menghasilkan biogas perlu adanya tempat untuk menampung POME
dan memisahkannya antara gas dan solid. Tempat penampung limbah sawit untuk
membangkitkan biogas disebut dengan biodigester atau reaktor. Biodigester
dilengkapi dengan membran yang berisi oksigen dan gas metana sehinga
mengembang. Pada biodigester juga terdapat kompresor, oksigen control,
emergency dan pipa untuk uji pH dan solid. Dalam biodigester tank terjadi sirkulasi
dimana gas diserap dari atas melalui pipa yang dibuat secara U dan melebihi batas
liquid dengan konsep fluida kemudian disemprotkan kembali ke dalam biodigester
bagian tengah agar kembali mengalami rotasi penekanan gas. Ukuran reaktor perlu
diperhatikan, dalam merancang biodigester tergantung dari kualitas, kuantitas
bahan organik, jenis bahan organik yang ada dan temperatur proses fermentasi.
Ukuran biodigester dapat dinyatakan dengan volume biodigester (Vd). Perhitungan
biodigester adalah sebagai berikut:
𝑉𝑑 = 𝑆𝑑 ×𝑅𝑇 (2.1)

Keterangan :
Sd : jumlah masukan bahan baku/limbah setiap hari (m3/hari)
RT : retention Time (waktu bahan baku berada dalam biodigester [hari]

Jumlah bahan baku dalam hal ini adalah kotoran ternak tergantung seberapa
banyak air yang harus dimasukkan ke dalam biodigester sehingga kadar bahan baku
padatan mencapai 4-8%.
Adapun Kandungan biogas secara umum adalah gas metana (CH4), gas
karbon dioksida (CO2), gas hidrogen (H2), dan gas – gas lainnya dalam jumlah
yang sedikit. Pada Biodigester ini, dilakukan pengujian COD dan BOD ke lab, dan

25
nilai COD harus berkisar sekitar 14.000. Kemudian gas metana yang sudah diolah
di biodigester dikirim ke buffer tank untuk disalurkan ke scrubber.

 Sedimentation Tank

Sedimentation tank adalah tangki yang menampung liquid yang berlebih di


ketiga biodigester tank secara overflow. Liquid yang beradadi dalam sedimentation
tank tidak diolah dan dikirim ke buffer tank melainkan disalurkan ke anaerobic pond
no.2. Secara bentuk tampungan biodigester tank sama dengan sedimentation tank
hanya pada sedimentation tank tidak dilengkapi dengan membran karena tidak ada
proses pemisahan wujud padat cair dan gas di dalamnya.

 Buffer Tank

Buffer Tank merupakan tangki tempat penanpungan sementara gas yang masih
mengandung H2S yang berasal dari 3 unit tangki biodigester. Dan kemudian gas tersebut
akan di overflow ke scrubber.

 Scrubber ( Biogas Clean)

26
Scrubber adalah salah satu peralatan pokok yang mengontrol emisi gas,
terutama gas asam. Wet scrubber adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan variasi alat yang menggunakan liquid untuk membuang polutan.
Pada wet scrubber, arus gas kotor dibawa menuju kontak dengan liquid
pencuci dengan cara menyemprotkan, mengalirkannya atau dengan metode kontak
lainnya. Tentu saja desain dari alat kontrol polusi udara (termasuk wet
scrubber) tergantung pada kondisi proses industri dan sifat alami polutan udara
yang bersangkutan. Scrubber dapat didesain untuk mengumpulkan polutan
partikel dan atau gas. Wet scrubber membuang partikel dengan cara
menangkapnya dalam tetesan atau butiran liquid. Sedangkan untuk polutan gas
proses wet scrubber adalah dengan melarutkan atau menyerap polutan ke dalam
liquid. Adapun butiran liquid yang masih terdapat dalam arus gas pasca pencucian
selanjutnya harus dipisahkan dari gas bersih.
Sebelum biogas dapat menghasilkan daya listrik, scrubber (biogas clean
hidrogen sulfida digunakan untuk menurunkan konsentrasi H 2S ke tingkat yang
disyaratkan oleh gas engine, biasanya di bawah 200 ppm. Hal ini untuk mencegah
korosi, mengoptimalkan operasi, dan memperpanjang umur gas engine. H2S dalam
biogas berasal dari komponen sulfat ( SO4-2 ) dan sulfur lainnya dalam air limbah.
Dalam digester anerobik pada kondisi tidak ada oksigen, sulfat berubah menjadi
H2S. Ada 3 jenis scrubber yang digunakan dalam proses desulfurisasi untuk
menurunkan kandungan H2S dalam biogas, yaitu scrubber biologis, kimia, atau air.
Scrubber biologis menggunakan bakteri sulfur-oksidasi untuk mengubah H2S
menjadi SO4, sementara scrubber kimia menggunakan bahan kimia seperti NaOH
menjadi SO4. Scrubber air bekerja berdasarkan penyerapan fisik dari gas-gas terlarut
dalam air dan menggunakan air bertekanan tinggi. Scrubber biologis biasa
digunakan untuk aplikasi POME menjadi energi karena biaya operasionalnya

27
rendah.
Scrubber Biogas Clean berisi bakteri yang dimanfaatkan untuk menguraikan H 2S
sampai nol atau menghilangkan Hidrogen Sulfida, adapun bakteri yang
dimanfaatkan di dalam scrubber tank adalah bakteri thiobacillus, bakteri yang
beerbeda dengan digester tank. Dimana bakteri tersebut diberi makan yang berasal
dari limbah. Selain berisi bakteri dan limbah di dalam juga disemprotkan air dan
oksigen.

 Flare

Flare digunakan di Industri proses atau pabrik untuk membakar kelebihan


gas. Dengan alasan keamanan. Pembangkit listrik tenaga biogas harus memasang
flare untuk membakar kelebihan biogas yang terjadi, terutama pada saat biogas
tidak dapat diumpan ke gas engine atau peralatan pembakar lainnya. Umumnya hal
ini terjadi saat puncak panen tandan buah segar yang menyebabkan kelebihan
produksi biogas. Kelebihan produksi meningkatkan laju alir biogas melebihi batas
maksimum biogas yang dapat dimasukkan ke gas engine. Flare juga digunakan
pada saat gas engine sedang tidak beroperasi dalam masa pemeliharaan.

 Chiller
Chiller berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam biogas yang akan
dialirkan kedalam gas engine. Chiller mengambil air yang terkandung dalam
biogas, hal ini membantu mengoptimalkan proses pembakaran pada mesin,
mencegah pengembunan dan melindungi mesin dari pembentukan asam. Asam
terbentuk saat air bereaksi dengan H2S dan Oksigen. Biogas yang berkualitas tinggi

28
dengan kelembaban relatif 80% meningkatkan efisiensi mesin dan mengurangi
konsumsi bahan bakar gas.

Prisip kerja Biogas Chiller


Pada Prinsipnya Chiller adalah mesin pendingin yang bekerja dengan Compressor
dan Freon, seperti halnya AC, atau kulkas.
Dimana air yang telah didinginkan oleh chiller kemudian dispray ke biogas, dan
kemudian kandungan air dalam biogas yang sebelumnya masih berwujud gas akan
mengembun menjadi cair dan terbawa oleh air dingin yang di spraykan ke biogas
sehingga Biogas akan terbebas dari air

 Biogas Engine

Gas engine termasuk mesin pembakaran dalam yang berkerja denan bahan
bakar gas seperti gas alam atau biogas. Setelah kandungan pengotor pada biogas
diturunkan hingga kadar tertentu biogas, kemudian dialirkan ke gas engine untuk
menghasilkan listrik. Bergantung pada spesifikasi gas engine yang digunakan, gas
yang berbahan bakar biogas umumnya memerlukan biogas dengan kadar air
dibawah 80% dan konsentrasi H2S kurang dari 200ppm. Gas engine mengubah
energi yang terkandung dalam biogas menjadi energi mekanik untuk mengerakkan
generator yang menghasilkan listrik. Biasanya gas engine memiliki efisiensi listrik
antara 36-42%.

29
 Anaerobic pond

Anaerobic pond adalah kolam penampungan POME yang sudah diolah dan
menjadi zat sisa / pengotor dan dibuang. Pada pabrik ini, anaerobic yang terdapat
sebanyak 7 buah, namun kandungan POME yang terdapat dalam anaerobic pond
masih diserap dan disaring kembali untuk diolah dan dipisahkan antara solid dan
liquidnya. Hasil pengolahan ini dapat digunakan menjadi pupuk

 Land Application
Kolam ini merupakan tempat pembuangan terakhir limbah dimana proses yang
terjadi adalah proses pennon-aktifan bakteri anerobic dan prakondisi proses
aerobic. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada permukaaan kolam
tidak dijumpai scurm dari seluruh rangkaian proses tersebut masa tinggal limbah
selama pproses berlangsung dari kolam pendingin hingga land application
membutuhkan waktu kurang lebih 120-125 hari.

5.3 Analisa yang berhubungan dengan Biogas

 pH (Power of Hidrogen)
Prinsip kerja : Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktivitas ion
hidrogen secara potensiometer atau elektrometri dengan menggunakan pH meter
Alat & Bahan :
1. larutan buffer 4
2. larutan buffer 7
3. larutan buffer 10
4. pH meter
5. tissue
6. Beker 250 ml

Prosedur kerja :

1. Kalibrasi pH meter dengan menggunakan larutan buffer 7, 4 dan 10.


2. Setelah kalibrasi bilas elektroda dengan aquades, kemudian masukan sample uji
50 ml ke elektroda sampai pembacaan konstan.
3. Catat hasil yang tertera pada pH meter.

30
 BOD (Biochemical oxygen demand)
Prinsip kerja : merupakan contoh uji yang kedalamnya ditambahkan larutan
pengencer jenuh oksigen yang kemudian ditambahkan larutan nutrisi dan bibit
mikroba. Kemudian diinkubasi dalam ruang gelap pada suhu 20oC± 1 selama 5
hari. Nilai BoD dihitung berdasarkan selisih konsetrasi oksigen terlarut (0& 5 hari)
Bahan(Larutan nutrisi):
1. Larutan buffer posfat
2. Magnesium sulfat
3. Larutan kalsium klorida
4. Larutan ferriklorida

Alat :

1. D O Meter dan Flash BOD

Prosedur Kerja :

Sample diencerkan sesuai pengencer masing-masing kemudian ditambahkan aerasi


lalu dicek DO 0 hari dengan menggunakan DO Meter kemudian diinkubasi dalam
inkubator, lalu dihitung nilai BOD nya dengan rumus :

DO 5 –DO 1- Blank × faktor pengenceran

 COD ( Chemical Oxygen Demand)


Prinsip kerja : zat organik dioksidasi dengan campuran pendidih asam sulfat
dengan kalium dikromat yang diketahui normalitasnya dalam suatu refluks selama
2 jam kemudian kelebihan kalium dikromat akan dititrasi dengan ferroamonium
sulfat.
Prosedur Kerja : Sample diancerkan kemudian diambil 10 ml kedalam slash
kemudian tambahkan K2Cr2O7 5 ml, kemudian tambahkan silver sulfat 15 ml
hubungkan denan pendingin LIEBIG Dan didihkan heatmantle selama 2 jam, lalu
dinginkan, kemudian tambahkan aquades 40 ml lalu titrasi ferroamonium sulfat
(0.1 normal)
Hitung nilai COD dengan rumus :
8000× V sampel−V blank × normalitas FAS
F pengencer

31
 VFA (Volatile Fatty Acid)
VFA merupakan analisa untukmengetahui kandungan asam-asam organik yang
dihasilkan dalam proses Hidrolisis dan Asidolisis. Analisa ini dapat menunjukkan
kondisi kerja dari bakteri fermentatif dan asidogen.Tujuan untuk mengetahui asam
lemak tersebut yang dapat didestilasi pada tekanan atmosfer dan mengetahui
perbandingan VFA untuk mengetahui kebutuhan nutrisi dalam tangki.
Proses :

 Sample 25 mL , H 2 SO 4 25 mL

 Lalu start/running dengan papedes


 Destilat dititrasi NaOH 0,1

Rumus :
6000 x Normalitas NaOH x Volume Titrasi
VFA=
Rf

32
5.4 Aplikasi Fisika Dalam Dunia Industri
1. Mekanika Fluida
Mekanika fluida merupakan ilmu yang mempelajari keseimbangan dan gerakan zat
cair maupun gas, serta gaya tarik dengan benda–benda disekitarnya atau yang dilalui saat
mengalir. Fluida dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu zat cair dan gas. Perbedaan
antara keduanya juga bersifat teknis, yaitu berhubungan dengan akibat gaya kohesif. Zat
cair terdiri atas molekul-molekul tetap dan rapat dengan gaya kohesif yang relatif kuat,
sehingga cenderung mempertahankan volumenya dan akan membentuk permukaan bebas
yang rata dalam medan gravitasi. Sebaliknya gas, karena terdiri dari molekul-molekul yang
tidak rapat dengan gaya kohesif yang cukup kecil (dapat diabaikan). Sehingga volume gas
dapat memuai dengan bebas dan terus berubah. Secara mekanis, sebuah fluida adalah suatu
substansi yang tidak mampu menahan tekanan tangensial. Hal ini menyebabkan fluida
pada keadaan diamnya berbentuk mengikuti bentuk wadahnya. Istilah fluida sendiri di
dalam mekanika fluida adalah zat yang yang akan berdeformasi terus menerus selama
dipengaruhi oleh tegangan geser.
Tegangan geser terjadi apabila ada gaya tangensial pada sebuah permukaan. Secara
umum fluida dibagi dua, yaitu fluida statik dan fluida dinamik. Fluida statik adalah fluida
yang diam atau tegangan gesernya nol, atau tidak bergerak, sedangkan fluida dinamik
adalah fluida yang bergerak atau tegangan gesernya tidak nol.
Fluida dapat juga dibedakan berdasarkan kekentalannya, yaitu fluida nyata (viscous fluid)
dan fluida ideal (non viscous fluid). Fluida nyata adalah fluida yang memiliki kekentalan,
fluida ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari contohnya air dan udara.
Sedangkan fluida ideal, tidak ada dalam kehidupan sehari-hari dan hanya dipakai dalam
teori dan kondisi-kondisi khusus saja.

2. Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds aliran digunakan untuk menunjukkan sifat utama aliran, yaitu
apakah aliran adalah laminar, turbulen, atau transisi serta letaknya pada skala yang
menuujukkan pentingnya secara relatif kecenderungan turbulen berbanding dengan
laminar.
VDp
Re=
μ

33
Dimana : V= Kecepatan aliran fluida (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
r = Massa jenis fluida (kg/m3)
m = Viskositas dinamik fluida (kg/m.s)
Pada fluida air, suatu aliran diklasifikasikan laminar apabila aliran tersebut
mempunyai bilangan Reynolds (Re) kurang dari 2300. Untuk aliran transisi berada pada
bilangan 2300 < Re < 4000, disebut juga sebagai bilangan Reynolds kritis. Sedangkan
untuk aliran turbulen mempunyai bilangan Reynolds lebih dari 4000.

3. Rapat Jenis (Density)


Rapat jenis atau density (r ) adalah ukuran konsentrasi suatu zat dan dinyatakan
dalam satuan massa per satuan volume. Sifat ini ditentukan dengan cara menghitung ratio
massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut.
Hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut :
dm
ρ= (kg/m3)
dv
Dimana :m = Massa fluida (kg)
V = Volume fluida (m3)
Besar nilai rapat jenis dipengaruhi oleh temperatur, semakin tinggi temperatur maka
kerapatan fluida akan berkurang dikarenakan gaya kohesi dari molekulmolekul fluida
menjadi berkurang.

34
4. Viskositas
Viskositas fluida adalah ukuran ketahanan suatu fluida terhadap deformasi atau
perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju
perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan
seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya – gaya kohesi pada zat
cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur
pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut.
Viskositas dibedakan atas dua macam yaitu :
a. Viskositas kinematik, adalah perbandingan antara viskositas mutlak terhadap rapat
jenis / density
μ
v=
ρ
Dimana :μ= Nilai dari viskositas mutlak atau viskositas dinamik (kg./m.s)

ρ= Nilai kerapatan massa fluida (kg/m3)


b. Viskositas dinamik atau viskositasmutlak mempunyai nilai sama dengan hukum
viskositas Newton.
τ
μ=
du /dy
Dimana :τ = Tegangan geser pada fluida (N/m2) du/dy
du/dy = Gradient kecepatan ((m/s)/m)

5. Debit Aliran Fluida


Debit aliran fluida merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung kecepatan
aliran fluida, yaitu sebagai berikut :
V
Q=
t

Kemudian dari persamaan kontinuitas akan didapat :


1
A= πD2
Q= AV 4

35
Maka kecepatan aliran dalam suatu penampang adalah :
Q
V=
1/4 πD2
Dimana :Q = Debit aliran (m3/s)
A = Luas penampang (m2)
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
V = Volume fluida (m3)

6. Persamaan Kontinuitas
Prinsip dasar persamaan kontinuitas adalah massa tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan, dimana massa dalam suatu sistem yang konstan dapat dinyatakan
dengan rumus :
ρ AV =m=kons tan
Jika aliran fluida bersifat incompressible dan steady flow, maka persamaan
menjadi:
Q= A1 V 1= A 2 V 2
Dimana :Q = Debit aliran (m3/s)
A = Luas penampang (m2)
∨= Kecepatan aliran (m/s)
r = Massa jenis fluida (kg/m3)
indeks 1 = Masuk dalam sistem
indeks 2 = Keluar batas sistem

7. Persamaan Bernoulli
2
p v
= +gz=kons tan
ρ 2
Dimana : r = Massa jenis fluida (kg/m2)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
P = Tekanan pada suatu titik aliran fluida (Pa)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
z = Tinggi suatu titik dari permukaan (m)

36
8. Aliran dalam Saluran Tertutup
Saluran tertutup atau saluran pipa biasanya digunakan untuk mengalirkan fluida di
bawah tekanan atmosfer (tampang aliran penuh), karena apabila tekanan di dalam pipa
sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh), maka aliran termasuk
dalam pengaliran terbuka. Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas
dan tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Tekanan atmosfer
adalah tekanan dipermukaan zat cair di sepanjang saluran terbuka. Pada pipa yang
alirannya tidak penuh dan masih ada rongga yang berisi udara maka sifat dan karakteristik
alirannya sama dengan aliran pada saluran terbuka. Untuk aliran tidak mampu mampat
(incompressible) dan steady di dalam pipa, dinyatakan dalam kerugian tinggi tekan.
Untuk perhitungan dalam pipa umumnya dipakai persamaan Darcy Weisbach.
Persamaan Darcy Weisbach adalah sebagai berikut :
2
L v
hf =f
D 2g
Dimana :L = Panjang pipa (m)
v = Kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
f = Factor gesek (tidak berdimensi)
D = Diameter pipa (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)

9. Kehilangan Energi (tekanan)


Untuk menghitung kehilangan energi (head loss) pengaliran air pada pipa, dapat
menggunakan rumus Hanzen Williams, yang telah dikonversi ke metrik unit oleh
konsultan sebagai berikut :

Q 1 .85×L
H L =1 ,1846×1010
{ C1 , 85×D4 , 87 }
CH ×D 2, 63
Q=3 , 588×10 −06
{ L0 , 541

L 0 ,541 }
Dimana :HL = Kehilangan tinggi tenaga (m)
Q = Debit aliran (liter/s)
C = Koefisien kekasaran Pipa dari Hazen dan William
L = Panjang Pipa (m)
D = Diameter pipa (mm)

37
10. Tekanan Hidrostatis
Fluida yang berada dalam suatu wadah memiliki berat akibat pengaruh grafitasi
bumi. Berat fluida menimbulkan tekanan pada setiap bidang permukaan yang
bersinggungan dengannya. Besarnya tekanan bergantung pada besarnya gaya dan luas
bidang tempat gaya bekerja. Tekanan zat cair yang hanya disebabkan oleh beratnya sendiri
disebut tekanan hidrostatis.
Cairan yang berada dalam bejana mengalami gaya-gaya yang seimbangsehingga
cairan itu tidak mengalir. Gaya dari sebelah kiri diimbangi dengan gaya dari sebelah
kanan, gaya dari atas ditahan dari bawah. Cairan yang massanya M menekan dasar bejana
dengan gaya sebesar Mg. Gaya ini tersebar merata pada seluruh permukaan dasar bejana
sebagaimana diperhatikan oleh bagian cairan dalam kolom kecil pada gambar 1. Selama
cairan itu tidak mengalir (dalam keadaan statis), pada cairan tidak ada gaya geseran
sehingga hanya melakukan gaya ke bawah oleh akibat berat cairan dalam kolom tersebut.
Dalam hal ini tekanan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu
bidang tiap satuan luas bidang tersebut. Secara sistematis tekanan dirumuskan sebagai
berikut.
F
P=
A
Karena dalam keadaan statik, air hanya melakukan gaya berat sebagai akibat gaya
grafitasi bumi, maka :
ρAg h
P=
A
Maka :
P= ρAg h
Dimana :ρ= massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan grafitasi bumi (m/s2)
h = kedalaman zat cair diukur dari permukaan ke titik yang diberi
tekanan (m)
P = Tekanan Hidrostatis (N / m2)

38
11. Turbidity
Tingkat kekeruhan air merupakan salah satu parameter yang dijadikan kelayakan
air baik untuk diminum. Menurut International Organization for Standardization (1999)
“Kekeruhan adalah suatu keadaan dimana transparansi suatu zat cair berkurang akibat
kehadiran zat-zat lainnya.”.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 492 tahun 2010
tentang persyaratan kualitas air minum yang aman bagi kesehatan adalah air yang apabila
memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam
parameter wajib dan parameter tambahan. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa kadar
maksimal kekeruhan air yang baik untuk dikonsumsi adalah 5 NTU (Nephelometric
Turbidity Unit). Tingkat kekeruhan air adalah suatu studi dari sifat-sifat optis yang
menyebabkan cahaya yang melewati air menjadi terhambur dan terserap dari cahaya yang
dipancarkan dalam garis lurus.
Jika level kekeruhan rendah maka sedikit cahaya yang akan dihamburkan dan
dibiaskan dari arah asalnya. Tingkat kekeruhan air (turbidity) dapat diketahui dengan
menggunakan turbidimeter. Perancangan turbidimeter sebagai alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat kekeruhan air didasarkan pada beberapa metode.

12. Konduktivitas
Perubahan konduktivitas pada setiap pengambilan dapat dilihat .Nilai Konduktivitas
erat kaitannya dengan TDS dan ion utama perairan, karena semakin tinggi TDS dan ion
utama makan daya hantar listrik/konduktivitas dari air tersebut juga semakin tinggi.
Jumlah Konduktivitas terlarut terkait dengan konsentrasi total padatan terlarut dan
ion utama . Konduktivitas untuk air tawar berkisar antara 10 sampai 1000 µmhos/cm,
tetapi dapat melebihi 1.000 µmhos/cm, terutama di perairan tercemar, atau perairan yang
menerima jumlah run off yang besar dari tanah. (Risky ahmad,2015.).

13. Suhu air


Suhu Air merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap ekosistem
perairan. Perubahan suhu air mempengaruhi perubahan beberapa sifat fisika maupun kimia
air seperti perubahan kelarutan berbagai gas dalam air (O2, CO2, N2, dan CH4), sehingga
berdampak terhadap aktifitas fisiologis organisme yang hidup di dalamnya.

39
14. Nilai Kalor Pembakaran Biogas
Panas pembakaran dari satu bahan bakar adalah panas yang dihasilkan dari
pembakaran sempurna bahan bakar pada volume konstan dalam kalorimeter. Panas
pembakaran bahan bakar dinyatakan dalam High Heating Value (HHV) dan Lower
Heating Value (LHV). High Heating Value adalah panas dari bahan bakar yang masih
termasuk latent heat dari uap air hasil pembakaran. Lower Heating Value adalah panas
pembakaran dari bahan bakar setelah dikurangi panas laten (latent heat) dari uap air hasil
pembakaran. Nilai kalor pembakaran pada biogas dapat dilihat pada Tabel Nilai Kalor
Pembakaran Beberapa Jenis Bahan dibawa ini.

Nilai kalori biogas tergantung pada komposisi metana dan karbondioksida, dan
kandungan air di dalam gas. Gas mengandung banyak kandungan air akibat dari
temperatur pada saat proses pembentukan, kandungan air pada bahan dapat menguap dan
bercampur dengan metana. Pada biogas dengan kisaran normal mengandung 60-70%
metana dan 30-40% karbondioksida, nilai kalori antara 20 – 26 J/cm3 (Meynell, P. J.).
15. Derajat Keasaman pH
Derajat keasaman merupakan gambaran dari jumlah atau aktivitas ion hidrogen
didalam air. Secara umum nilai pH air menggambarkan keadaan seberapa besar tingkat
keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 berati kondisi air
bersifat netral, pH < 7 berarti kondisi air bersifat asam, sedangkan pH > 7 berarti kondisi
air bersifat basa .
Keberadaan senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida dalam air akan menaikkan
kebasaan air, sementara keberadaan asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan
keasaman suatu perairan.(Ginting, O. 2011 )

40
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

PT ADEI Plantation and Industry adalah salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang industri minyak kelapa sawit. Perusahaan ini berada dibawah naungan KLK
Group yang mengolah kelapa sawit baik Crude Palm Oil (CPO) bagian luar yang berwarna
kuning dan Palm Kernel Oil (PKO) intinya. Selain mengolah tandan dan berondolan
kelapa sawit, Pabrik juga mengolah atau memanfaatkan limbah kelapa sawit atau POME
menjadi Biogas dan Tenaga Biogas tersebut diubah menjadi Energi Listrik yang dapat
digunakan oleh pabrik itu sendiri dan masyarakat disekitar pabrik kelapa sawit (PKS).
Biogas adalah gas yang berasal dari aktivitas makhluk hidup yang menguraikan yang
terdapat dalam limbah kelapa sawit.

Pabrik dapat mengolah 80 ton/ jam TBS setiap harinya, dimana 1 ton TBS
mengandung 0,6 % POME yang berarti 1000 ton TBS mengandung 600 m 3 POME. 1 m3
POME dapat menghasilkan 40 m3 Biogas dan 1 m3 Biogas dapat menghasilkan 1,65 kW.
Sehingga total listrik yang dapat dihasilkan 39.600 kWh. Hal ini tentu saja dapat
menghemat penggunaan solar sebanyak 11.314 liter solar.

6.2 Saran

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan pengelolahan


limbah kelapa sawit dan cara pengelolahan limbah kelapa sawit.

41
DAFTAR PUSTAKA

Catut, Ketut b. A., 2014. Pengaruh Variasi Konverter Biogas Terhadap Unjuk Kerja pada
Mesin Genset Berkapasitas 1200 Watt. Denpasar: Universitas UDAYANA. Daniyal,

Ahmad. 2006. Merancang Pabrik dengan HYSYS 3.2. Ilmu Komputer.com Heywood John
B., 1988, Internal Combustion Engine Fundamentals, McGrawHill,Inc., USA.

James L. Walah, Jr., P.E.1988. Biogas Utilization Handbook, Engineering Technologi


Branch Environment, Health, and Safety Division Economic Development Laboratory.

Georgia Mayasari, H. D., Riftanto, I. M., Nur`aini, L. dan Ariyanto, M. R. 2010.


Pembuatan Biodigester Dengan Uji Coba Kotoran Sapi Sebagai Bahan Baku. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Prof. Virendra K. Vijay. Water Scrubbing Based Biogas Enrichment Technology Bay Iit
Delhi. Delhi Purnomo, J. 2009. Rancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Biogas.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Santosa, H., 2004 . Diktat Kuliah Perancangan Tray Tower. Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik UNDIP, Semarang.

Simamora, S. 1989. Pengolahan Limbah Peternakan (Animal Waste Management).


Teknologi Energi Biogas. Bogor: Fakultas Politeknik Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah.

Departemen P dan K. Sriyanto, Nurvega. 2009. Rekayasa Mesin Kompresi. Surakarta:


Universitas Sebelas Maret.

Suyitno 2007, Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBio) yang Dilengkapi dengan
Kompresi Biogas, Balitbang Jateng, Indonesia.

42
LAMPIRAN

Foto Bersama Manager dan Pembimbing Magang.

43

Anda mungkin juga menyukai