“ SYSTEM KRISTAL”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Pendahuluan Fisika Zat Padat”
DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Makmur Sirait., M.Si
OLEH:
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
danrahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tugas ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah penulis yaitu “Pendahuluan Fisika Zat
Padat”. Makalah yang kami buat ini berjudul “Sistem Kristal”.Terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Makmur Sirait., M.Si sebagai dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan pengertian system kristal .
2. Untuk menjelaskan bidang bidang kristal .
3. Untuk menejelaskan kisi bravais .
2
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh:
3
Jarak antara kisi dalam sumbu X adalah 𝑎⃗1 dan dalam arah sumbu Y adalah 𝑎⃗2 . Jarak dari
titik yang satu ke titik yang lain boleh sama atau berbeda, jika sama (dalam kisi dua dimensi)
akan berbentuk bujur sangkar dan jika berbeda akan membentuk 4 persegi panjang.
Struktur kristal terdapat dalam bentuk-bentuk yang sederhana sampai ke bentuk yang
kompleks. Untuk struktur sederhana adalah seperti pada logam, sementara struktur yang
lebih kompleks biasanya ada pada bahan polimer, keramik, dan sebagainya.
c. Kisi heksagonal
4
Gambar 4. Kisi hexagonal
5
Di dalam ruang tiga dimensi, terdapat 5 tipe dasar pengulangan kisi yaitu kisi primitive
(P), kisi body-centered (I), kisi base-centered (C), kisi face-centered (F), kisi rhombohedral
primitive (R). Berikut adalah penjelasan dari ke-5 tipe dasar kisi tersebut:
a. Kisi Primitive (P), Kisi Primitive (P) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi hanya
terdapat pada titik-titik sudut kristal. Tipe kisi primitive terdapat pada hampir semua
sistem krisal yaitu sistem kristal triklinik, monoklinik, orthorhombik, tetragonal, kubik,
heksagonal.
b. Kisi Body-centered (I), Kisi Body-centered (I) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi
terletak pada setiap sudut kristal ditambah titik pada pusat sel. Tipe kisi ini terdapat pada
sistem kristal monoklinik, orthorombik, tetragonal dan kubik.
c. Kisi Base-centered (C), Kisi Base-centered (C) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi
terletak pada setiap sudut kristal ditambah dua titik pada permukaan atas dan bawah
setiap sel. Tipe kisi ini hanya terdapat pada sisitem kristal orthorombik.
d. Kisi Face-centered (F), Kisi Face-centered (F) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi
terletak pada setiap sudut kristal ditambah dengan titik-titik pada semua pusat bidang
permukaan kristal. Tipe kisi ini terdapat pada sistem kristal orthorombik dan kubik.
e. Kisi Rhombohedral primitive (R), Kisi Rhombohedral primitive (R) adalah tipe kisi
dimana titik-titik kisi terletak pada setiap sudut kristal yang khusus berbentuk
rhombohedral. Tipe kisi ini hanya terdapat pada sisitem kristal trigonal.
1 Triclinic
6
2 Monoclinic
P C
3 Orthorhombic
P C I F
4 Tetragonal
P I
5 Rhombohedral
6 Hexagonal
7 Cubic
P I F
7
Tipe kisi
Simple Cubic
1
(SC)
Body-
2 Centered
Cubic (BCC)
Face-Centered
3
Cubic (FCC)
8
bilangan bulat terkecil : 8, 3, 4
Indeks bidang sering disebut dengan indeks (hkl) atau indeks miller.
Contoh menentukan indeks miller:
a. Bidang-bidang ABC akan memotong sumbu 𝑎⃗1 di 3𝑎1 , memotong 𝑎⃗2 di 2𝑎2 dan
memotong 𝑎⃗3 di 2𝑎3 .
b. Apabila |𝑎⃗1 | = |𝑎⃗2 | = |𝑎⃗3 | = 1 maka kebalikan dari bilangan-bilangan tersebut adalah
1/3, 1/2, ½
c. Jadi ketiga bilangan bulat yang mempunyai perbandingan yang sama dari 1/3, 1/2, 1/2
adalah 2, 3, 3 didapat dari 6(1/3, 1/2, 1/2)
Dengan demikian, indeks miller bidang ABC adalah (hkl) senilai (233)
Sebelum membahas sistem-sistem kristal yang lain, harus dipilih kerangka referensi.
Sesuai konvensi, sumbu x, y, dan z beserta titik asalnya ditempatkan pada sudut belakang
9
kiri bawah. Sudut-sudut aksialnya di beri tanda huruf yunani, alpha (α), beta (β), gamma (γ).
Juga sesuai konvensi, dimensi dimensi sel satuan nya masing masing dinamai sebagai
a,b,dan c untuk ketiga arah sumbu.
Variasi variasi sudut aksial dan variasi ukuran relatif dari dimensi a, b, dan c akan
menghasilkan tujuh sistem kristal. Sistem ini di muat dalam tabel berikut ini.
Sistem Sumbu Sudut Sumbu
Kubik 𝑎=𝑏=𝑐 𝛼 = 𝛽 = 𝛾 = 90°
Tetragonal 𝑎=𝑏≠𝑐 𝛼 = 𝛽 = 𝛾 = 90°
Orthorhombik 𝑎≠𝑏≠𝑐 𝛼 = 𝛽 = 𝛾 = 90°
Monoklinik 𝑎≠𝑏≠𝑐 𝛼 = 𝛾 = 90° ≠ 𝛽
Triklinik 𝑎≠𝑏≠𝑐 𝛼 ≠ 𝛽 ≠ 𝛾 ≠ 90°
Heksagonal 𝑎=𝑏≠𝑐 𝛼 = 𝛽 = 90°; 𝛾 = 120°
Rombohedral 𝑎=𝑏=𝑐 𝛼 = 𝛽 = 𝛾 ≠ 90°
10
terdiri atas bidang-bidang datar (kisi kristal) yang masing-masing berfungsi sebagai cermin
semi transparan. Jika sinar-X ditembakkan pada tumpukan bidang datar tersebut, maka
beberapa akan dipantulkan oleh bidang tersebut dengan sudut pantul yang sama dengan
sudut datangnya, seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3, sedangkan sisanya akan
diteruskan menembus bidang. Perumusan secara matematik dapat dikemukakan dengan
menghubungkan panjang gelombang sinar-X, jarak antar bidang dalam kristal, dan sudut
difraksi
𝒏𝝀 = 𝟐𝒅 𝐬𝐢𝐧 𝜽 (Persamaan Bragg)
λ adalah panjang gelombang sinar-X, d adalah jarak antar kisi kristal, θ adalah sudut datang
sinar, dan n = 1, 2, 3, dan seterusnya adalah orde difraksi. Persamaan Bragg tersebut
digunakan untuk menentukan parameter sel kristal. Sedangkan untuk menentukan struktur
kristal, dengan menggunakan metoda komputasi kristalografik, data intensitas digunakan
untuk menentukan posisi-posisi atomnya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Struktur kristal dapat digambarkan dalam bentuk kisi. Dimana Kisi merupakan
Sekumpulan titik-titik yang tersusun secara periodik dalam ruang. Dan pada setiap titik
kisi akan ditempati oleh atom atau sekumpulan atom yang dinamakan basis dimana
komposisi, susunan dan orientasinya identik (sama setiap basisnya).
2. Ada dua kelompok kisi yaitu Bravais dan non-Bravais. Kisi yang memiliki titik-titik
kisi yang ekuivalen disebut kisi Bravais. Sehingga titik-titik kisi tersebut dalam kristal
akan ditempati oleh atom-atom yang sejenis. Sedangkan dalam kisi non-Bravais
terdapat titik-titik kisi yang tidak ekuivalen.
3. Indeks Miller merupakan suatu pengkodean, pendefinisian atau penamaan untuk
melihat orientasi dari suatu permukaan. Indeks Miller mendefinisikan set planes yang
parallel antara satu dengan yang lainnya. Indeks Miller tidak melihat sebagai posisi,
tapi melihat sebagai orientasi. Maka dari itu pada prosesnya dilakukan pembalikan
(resiprok) domain posisi menjadi domain orientasi.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami
harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini, agar makalah ini dapat lebih
sempurna dan menjadi pedoman untuk kita semua.
12
DAFTAR PUSTAKA
Risdiana. 2012. Diktat Pengantar Fisika Zat Padat. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Wiendartun. 2012. Handout Struktur Kristal. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Kittel, Charles. 2005. Introduction of Solid State Physics. New Jersey: John Wiley & Sons
Inc.
13