Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ SYSTEM KRISTAL”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Pendahuluan Fisika Zat Padat”

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Makmur Sirait., M.Si

OLEH:

Nama Mahasiswa : 1. Aninda Suhaila (4202121004)


2. Cristina Panggabean (4203321019)
3. Desri Saragih (4202321002)
4. Natasya Audina (4202421026)
5. Three Man Saing (4203121001)
Kelompok : 3 ( Tiga )
Kelas : Pendidikan Fisika B 2020

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
danrahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tugas ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah penulis yaitu “Pendahuluan Fisika Zat
Padat”. Makalah yang kami buat ini berjudul “Sistem Kristal”.Terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Makmur Sirait., M.Si sebagai dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini.

Dengan diberikannya tugas ini mengajarkan penulis untuk bertanggung jawab


dalam menyelesaikan tugas ini dan membantu penulis dalam memahami system
kristal.Demikianlah makalah yang kami buat. Kami menyadari bahwa makalah yang kami
buat masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan dari berbagai pihak khususnya Dosen Pendahuluan Fisika Zat Padat,
agar dapat bermanfaat bagi penyusunan makalah ini untuk kedepannya.

Medan,24 Februari 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN.................................................................................................................... 3
2.1 Struktur Kristal ............................................................................................................ 3
2.2 Kisi Kristal ................................................................................................................... 4
2.3 Kisi Bravais.................................................................................................................. 6
2.4 Indeks Miller (Hkl) Dan Resiprok ............................................................................... 8
2.5 Sistem Kristal ............................................................................................................... 9
BAB III ................................................................................................................................ 12
PENUTUP ........................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 12
3.2 Saran .......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kristal merupakan susunan atom yang beraturan dan berulang, yang bentuknya dapat
berupa kubik, merupakan tetragonal, orthorombik, heksagonal, monoklin, triklin dan
trigonal. Bentuk itu nantinya, tergantung dari proses downstream (pemurnian) yang
dilakukan dan juga spesifikasi produk yang diharapkan pasar. Kristal merupakan susunan
atom yang teratur dan membentuk pola yang berulang. Menurut Bravais, struktur Kristal
dapat dikelompokkan menjadi 14 macam, beberapa diantaranya sangat kompleks. Pada
bahan logam hanya dikenal 3 jenis kristal yaitu kubus pusat badan atau body-centre cubic
(BCC), kubus pusat muka atau face-centre cubic (FCC) dan hexagonal rapat atau hexagonal
close-packed (HCP).
Keteraturan susunan pada kristal terjadi karena kondisi geometris yang harus
memenuhi adanya ikatan atom yang berarah dan susunan yang rapat. Atom-atom bergabung
membentuk padatan (solid), atom-atom itu mengatur dirinya sendiri dalam pola tatanan
tertentu yang disebut kristal (Malvino, 1981:16). Susunan khas atom-atom dalam kristal
disebut struktur kristal. Struktur kristal terbentuk dari gabungan sel satuan yang merupakan
sekumpulan atom yang tersusun secara khusus dan periodik berulang dalam tiga dimensi
pada suatu kisi kristal.
Ditinjau dari strukturnya, zat padat dibagi menjadi tiga yaitu monocrystal (kristal
tunggal), polycrystal, dan amorf. Pada kristal tunggal (monocrystal), atom atau penyusunnya
mempunyai struktur tetap karena atom-atom penyusunnya tersusun secara teratur dalam pola
tiga dimensi dan pola-pola ini berulang secara periodik dalam rentang yang panjang tak
berhingga. Polycrystal adalah kumpulan dari kristal-kristal tunggal yang memiliki ukuran
sangat kecil dan saling menumpuk yang membentuk benda padat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana cara menentukan struktur kristal zat padat?
2. Bagaimana menggambarkan bidang bidang kristal?
3. Apa yang dimaksud dengan kisi bravais?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan pengertian system kristal .
2. Untuk menjelaskan bidang bidang kristal .
3. Untuk menejelaskan kisi bravais .

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur Kristal


Struktur kristal adalah suatu susunan khas atom-atom dalam suatu kristal. Suatu
struktur kristal ideal dibangun oleh sel unit yaitu sekumpulan atom yang tersusun secara
khusus dan secara periodik berulang dalam 3 dimensi dalam suatu kisi. Jarak antar sel unit
dalam segala arah disebut parameter kisi. Struktur kristal dapat mempengaruhi sifat-sifat
dari bahan kristal tersebut,seperti pertumbuhan kristal, struktur pita dan sifat optiknya.
Semua struktur kristal dapat digambarkan atau dijelaskan dalam istilah-istilah lattice
(kisi) dan sebuah basis yang ditempelkan pada setiap titik kisi. Lattice (kisi) dapat diartikan
sebagai sebuah susunan titik yang teratur dan periodik dalam ruang; sebuah abstraksi
matematik, sedangkan basis yaitu sekumpulan atom-atom.
Struktur dari sebuah kristal merupakan penjumlahan antara kisi dengan basisnya
(Struktur Kristal = Kisi + Basis). Contoh sederhana penjumlahan kisi dengan basis yang
menghasilkan struktur kristal digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Ilustrasi kisi dan basis kristal

Contoh:

3
Jarak antara kisi dalam sumbu X adalah 𝑎⃗1 dan dalam arah sumbu Y adalah 𝑎⃗2 . Jarak dari
titik yang satu ke titik yang lain boleh sama atau berbeda, jika sama (dalam kisi dua dimensi)
akan berbentuk bujur sangkar dan jika berbeda akan membentuk 4 persegi panjang.
Struktur kristal terdapat dalam bentuk-bentuk yang sederhana sampai ke bentuk yang
kompleks. Untuk struktur sederhana adalah seperti pada logam, sementara struktur yang
lebih kompleks biasanya ada pada bahan polimer, keramik, dan sebagainya.

2.2 Kisi Kristal


Kristal yang ideal adalah kristal yang memiliki struktur kristal dengan tingkat
kesetangkupan unit atom yang tak berhingga dalam seluruh volume kristalnya serta tidak
memiliki cacat geometrik. Unit atom yang dimaksud dapat berupa atom tunggal atau
kumpulan dari beberapa atom yang disebut basis. Basis tersebut melekat pada posisi-posisi
tertentu dengan titik-titik posisi yang disebut kisi seperti pada gambar 1.
Pola susunan kisi dalam kristal dapat dibedakan menjadi tiga sesuai dengan tingkat
dimensinya yaitu:
1. Kisi satu dimensi yaitu pola pengulangan kisi yang berada pada satu garis lurus satu
dimensi baik pada arah sumbu x, y atau z.
2. Kisi dua dimensi yaitu pola pengulangan kisi pada dua dimensi. Pada umumnya terdapat
5 jenis pola pengulangan pada kisi dua dimensi ini yaitu:
a. Kisi miring

Gambar 2. Kisi miring

b. Kisi bujur sangkar

Gambar 3. Kisi bujur sangkar

c. Kisi heksagonal

4
Gambar 4. Kisi hexagonal

d. Kisi segi panjang

Gambar 5. Kisi persegi Panjang

e. Kisi segi panjang berpusat

Gambar 6. Kisi persegi panjang berpusat

3. Kisi tiga dimensi


Kisi ruang (space lattice) adalah susunan titik-titik dalam ruang tiga dimensi dimana
setiap titik memiliki lingkungan yang serupa. Titik dengan lingkungan yang serupa itu
disebut simpul kisi (lattice points).
Karena kristal yang sempurna merupakan susunan atom secara teratur dalam kisi ruang,
maka susunan atom tersebut dapat dinyatakan secara lengkap dengan menyatakan posisi
atom dalam suatu kesatuan yang berulang. Kesatuan yang berulang di dalam kisi ruang itu
disebut unit cell.

5
Di dalam ruang tiga dimensi, terdapat 5 tipe dasar pengulangan kisi yaitu kisi primitive
(P), kisi body-centered (I), kisi base-centered (C), kisi face-centered (F), kisi rhombohedral
primitive (R). Berikut adalah penjelasan dari ke-5 tipe dasar kisi tersebut:
a. Kisi Primitive (P), Kisi Primitive (P) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi hanya
terdapat pada titik-titik sudut kristal. Tipe kisi primitive terdapat pada hampir semua
sistem krisal yaitu sistem kristal triklinik, monoklinik, orthorhombik, tetragonal, kubik,
heksagonal.
b. Kisi Body-centered (I), Kisi Body-centered (I) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi
terletak pada setiap sudut kristal ditambah titik pada pusat sel. Tipe kisi ini terdapat pada
sistem kristal monoklinik, orthorombik, tetragonal dan kubik.
c. Kisi Base-centered (C), Kisi Base-centered (C) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi
terletak pada setiap sudut kristal ditambah dua titik pada permukaan atas dan bawah
setiap sel. Tipe kisi ini hanya terdapat pada sisitem kristal orthorombik.
d. Kisi Face-centered (F), Kisi Face-centered (F) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi
terletak pada setiap sudut kristal ditambah dengan titik-titik pada semua pusat bidang
permukaan kristal. Tipe kisi ini terdapat pada sistem kristal orthorombik dan kubik.
e. Kisi Rhombohedral primitive (R), Kisi Rhombohedral primitive (R) adalah tipe kisi
dimana titik-titik kisi terletak pada setiap sudut kristal yang khusus berbentuk
rhombohedral. Tipe kisi ini hanya terdapat pada sisitem kristal trigonal.

2.3 Kisi Bravais


Simpul kisi dapat disusun hanya dalam 14 susunan yang berbeda, yang disebut kisi-
kisi Bravais.
No. Sistem Kisi

1 Triclinic

6
2 Monoclinic

P C

3 Orthorhombic

P C I F

4 Tetragonal

P I

5 Rhombohedral

6 Hexagonal

7 Cubic

P I F

7
Tipe kisi

Simple Cubic
1
(SC)

Body-
2 Centered
Cubic (BCC)

Face-Centered
3
Cubic (FCC)

2.4 Indeks Miller (Hkl) Dan Resiprok


Melalui titik-titik kisi suatu kristal dapat dibentuk suatu bidang datar. Masing-masing
datar memiliki orientasi yang berbeda kecuali pada bidang yang sejajar orientasinya adalah
identik. Untuk menentukan orientasi bidang tersebut digunakan sistem indeks yang
dinamakan indeks miller (hkl).
Cara menentukan Indeks Miller:
1. Tentukan titik-titik potong antara bidang yang bersangkutan dengan sumbu-sumbu
(𝑎1 𝑎2 𝑎3) dalam satuan konstanta kisi 𝑎1 𝑎2 𝑎3. Sumbu-sumbu di atas dapat dipakai
sumbu konvensional (x, y, z) atau sumbu-sumbu primitif (𝑎1 𝑎2 𝑎3).
2. Tentukan bilangan resiprok (bilangan yang berbanding terbalik dengan nilai titik potong
bidang dengan sumbu a, b, dan c).
misal:
titik potong : 1/4, 2/3, 1/2
bilangan resiprok : 4, 3/2, 2
3. Buatlah bilangan resiprok tersebut menjadi bilangan bulat terkecil
misal:
bilangan resiprok : 4, 3/2, 2

8
bilangan bulat terkecil : 8, 3, 4
Indeks bidang sering disebut dengan indeks (hkl) atau indeks miller.
Contoh menentukan indeks miller:

Gambar 7. Bidang penentuan indeks miller

a. Bidang-bidang ABC akan memotong sumbu 𝑎⃗1 di 3𝑎1 , memotong 𝑎⃗2 di 2𝑎2 dan
memotong 𝑎⃗3 di 2𝑎3 .
b. Apabila |𝑎⃗1 | = |𝑎⃗2 | = |𝑎⃗3 | = 1 maka kebalikan dari bilangan-bilangan tersebut adalah
1/3, 1/2, ½
c. Jadi ketiga bilangan bulat yang mempunyai perbandingan yang sama dari 1/3, 1/2, 1/2
adalah 2, 3, 3 didapat dari 6(1/3, 1/2, 1/2)
Dengan demikian, indeks miller bidang ABC adalah (hkl) senilai (233)

2.5 Sistem Kristal


Periodisitas tiga dimensi yang merupakan karakteristik kristal, dapat dipahami
dengan menggunakan beberapa geometri yang berbeda. Sel satuan pada gambar di bawah
ini adalah sel kubik: ke tiga dimensinya sama dan saling tegak lurus sesamanya. Kristal ini
di golongkan kedalam sistem kubik.

Gambar 8. Struktur kristal NaCl

Sebelum membahas sistem-sistem kristal yang lain, harus dipilih kerangka referensi.
Sesuai konvensi, sumbu x, y, dan z beserta titik asalnya ditempatkan pada sudut belakang

9
kiri bawah. Sudut-sudut aksialnya di beri tanda huruf yunani, alpha (α), beta (β), gamma (γ).
Juga sesuai konvensi, dimensi dimensi sel satuan nya masing masing dinamai sebagai
a,b,dan c untuk ketiga arah sumbu.

Gambar 9. Sumbu kristal

Variasi variasi sudut aksial dan variasi ukuran relatif dari dimensi a, b, dan c akan
menghasilkan tujuh sistem kristal. Sistem ini di muat dalam tabel berikut ini.
Sistem Sumbu Sudut Sumbu
Kubik 𝑎=𝑏=𝑐 𝛼 = 𝛽 = 𝛾 = 90°
Tetragonal 𝑎=𝑏≠𝑐 𝛼 = 𝛽 = 𝛾 = 90°
Orthorhombik 𝑎≠𝑏≠𝑐 𝛼 = 𝛽 = 𝛾 = 90°
Monoklinik 𝑎≠𝑏≠𝑐 𝛼 = 𝛾 = 90° ≠ 𝛽
Triklinik 𝑎≠𝑏≠𝑐 𝛼 ≠ 𝛽 ≠ 𝛾 ≠ 90°
Heksagonal 𝑎=𝑏≠𝑐 𝛼 = 𝛽 = 90°; 𝛾 = 120°
Rombohedral 𝑎=𝑏=𝑐 𝛼 = 𝛽 = 𝛾 ≠ 90°

➢ Difraksi Sinar-X Dan Hamburan Oleh Kristal


Difraksi sinar-X merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis padatan
kristalin. Sinar-X merupakan radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang sekitar 1 Å, berada di antara panjang gelombang sinar gama (γ) dan sinar
ultraviolet. Sinar-X dihasilkan jika elektron berkecepatan tinggi menumbuk suatu logam
target.
Suatu kristal memiliki susunan atom yang tersusun secara teratur dan berulang,
memiliki jarak antar atom yang ordenya sama dengan panjang gelombang sinar-X.
Akibatnya, bila seberkas sinar-X ditembakkan pada suatu material kristalin maka sinar
tersebut akan menghasilkan pola difraksi khas. Pola difraksi yang dihasilkan sesuai dengan
susunan atom pada kristal tersebut. Menurut pendekatan Bragg, kristal dapat dipandang

10
terdiri atas bidang-bidang datar (kisi kristal) yang masing-masing berfungsi sebagai cermin
semi transparan. Jika sinar-X ditembakkan pada tumpukan bidang datar tersebut, maka
beberapa akan dipantulkan oleh bidang tersebut dengan sudut pantul yang sama dengan
sudut datangnya, seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3, sedangkan sisanya akan
diteruskan menembus bidang. Perumusan secara matematik dapat dikemukakan dengan
menghubungkan panjang gelombang sinar-X, jarak antar bidang dalam kristal, dan sudut
difraksi
𝒏𝝀 = 𝟐𝒅 𝐬𝐢𝐧 𝜽 (Persamaan Bragg)

λ adalah panjang gelombang sinar-X, d adalah jarak antar kisi kristal, θ adalah sudut datang
sinar, dan n = 1, 2, 3, dan seterusnya adalah orde difraksi. Persamaan Bragg tersebut
digunakan untuk menentukan parameter sel kristal. Sedangkan untuk menentukan struktur
kristal, dengan menggunakan metoda komputasi kristalografik, data intensitas digunakan
untuk menentukan posisi-posisi atomnya.

Gambar 10. Hamburan oleh kristal

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Struktur kristal dapat digambarkan dalam bentuk kisi. Dimana Kisi merupakan
Sekumpulan titik-titik yang tersusun secara periodik dalam ruang. Dan pada setiap titik
kisi akan ditempati oleh atom atau sekumpulan atom yang dinamakan basis dimana
komposisi, susunan dan orientasinya identik (sama setiap basisnya).
2. Ada dua kelompok kisi yaitu Bravais dan non-Bravais. Kisi yang memiliki titik-titik
kisi yang ekuivalen disebut kisi Bravais. Sehingga titik-titik kisi tersebut dalam kristal
akan ditempati oleh atom-atom yang sejenis. Sedangkan dalam kisi non-Bravais
terdapat titik-titik kisi yang tidak ekuivalen.
3. Indeks Miller merupakan suatu pengkodean, pendefinisian atau penamaan untuk
melihat orientasi dari suatu permukaan. Indeks Miller mendefinisikan set planes yang
parallel antara satu dengan yang lainnya. Indeks Miller tidak melihat sebagai posisi,
tapi melihat sebagai orientasi. Maka dari itu pada prosesnya dilakukan pembalikan
(resiprok) domain posisi menjadi domain orientasi.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami
harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini, agar makalah ini dapat lebih
sempurna dan menjadi pedoman untuk kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA

Risdiana. 2012. Diktat Pengantar Fisika Zat Padat. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Wiendartun. 2012. Handout Struktur Kristal. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Kittel, Charles. 2005. Introduction of Solid State Physics. New Jersey: John Wiley & Sons
Inc.

13

Anda mungkin juga menyukai