i
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
Latihan Soal …………………………………………………………….... 87
BAB VI Semikonduktor ………………...………………….…………………….. 88
6.1 Isolator, Semikonduktor dan Konduktor ………........……………………… 88
6.2 Teorema Pita Energi ………........……………………………………….… 89
6.3 Mobilitas dan Konduktivitas ………........………………………….……… 90
6.4 Semikonduktor Intrinsik ………........…………………………………...… 91
6.5 Sifat Listrik dari Germanium dan Silikon ……........……………………….. 94
Latihan Soal ………………………………………………………………….. 102
iv
BAB I
S tr ukt ur kr ist al
Alam semesta tersusun atas zat cair, gas, plasma dan zat padat. Zat padat
merupakan bagian terkecil penyususn alam semesta tetapi banyak teknologi modern
yang didasarkan atas karakteristik khusus zat padat, bahkan zat padat menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari budaya dan peradaban manusia. Semua analisis
fisika tentang zat padat secara mutlak memerlukan pertimbangan tentang unsur-
unsur internalnya, yaitu kesetangkupan dan keberkalaan kedudukan atom-atom atu
gugus-gugus atomnya dalam ruang. Oleh karena itu pengetahuan tentang struktur
kristal sangat penting dalam telaah fisika zat padat. Sifat-sifat suatu bahan seperti
kekuatan, kekerasan, kelistrikan, sifat termal, warna, dan yang lainnya, ditentukan
oleh struktur internal bahan tersebut. Hal ini melibatkan atom dan cara-cara atom
tersebut berikatan dengan atom sekitarnya dalam kristal, molekul, atau struktur
mikro lainnya. Zat Padat sendiri adalah suatu keadaan dimana materi memiliki
keteraturan struktur tiga dimensi, yang merupakan akibat dari dekatnya komponen-
komponen atom, ion atau molekul dan kuatnya gaya yang
mengikatnya.Berdasarkan keteraturan susunan atomnya zat padat dapat berbentuk
kristal dan amorf. Amorfadalah bahan yang atom atom penyusunnya tidak
memiliki pola keteraturan tertentu atau pola keteraturannya tidak tiga dimensi atau
berjangkauan pendek. Contohnya: kaca, plastik, amorf-SiO2 dan amorf B2O3.
1
1.1 Atom dan Elektron
Atom, merupakan satuan dasar suatu bahan, karena atom sangat kecil, maka
untuk dasar perhitungan massa atom adalah satuan massa atom atau sma. Massa 1
1
sma sama dengan kali massa atom 𝐶 12 . Terdapat 0,602x 1024 sma per gram
12
hingga atom adalah gram per 0,602x1024 atom sehingga harga tepatnya 12,011 sma.
1.2Struktur kristal
Kristal adalah bahan yang atom-atom penyusunnya memiliki pola keteraturan
dalam 3 dimensi dan berulang secara teratur (periodik) dengan jangkauan yang
panjang. Kristal juga memiliki kesetangkupan ruang yang tinggi di seluruh
volumenya. Pada umumnya dalam analisis fisika zat padat kristal diidealisasikan
sebagai kristal sempurna, yakni yang memiliki karakteristik:
1. Ukuran-ukurannya tidak berhingga
2. Tanpa cacat geometrik
3. Tanpa ketidak-murnian kimiawi, dan
4. Atom-atomnya tidak mengalami getaran termik (pada suhu T > 0 K)
Kesetangkupan, dalam suatu kristal sempurna 2 dimensi yang tersusun dari
̅ dapat dinyatakan sebagai kombinasi
atom-atom tunggal, kedudukan setiap atom 𝑹
̅ dan
linier dari dua buah vektor basis yang bersifat tidak unik dan tidak kolinier (𝒂
̅) dengan koefisien bilangan bulat (n dan m).Kesetangkupanuntuk 3 dimensi sama
𝒃
dengan halnya dengan dua dimensi, hanya saja:
(1) vektor basisnya terdiri dan 3 vektor tidak sebidang,
(2) unit sel berdimensi 3,
2
(3) sel primitif mengandung 1 titik kisi per sel.
̅ = 𝑛𝒂
𝑹 ̅
̅ + 𝑚𝒃
Dalam telaah mengenai geometri kristal setiap atom dalam kristal sempurna
dianggap sebagai suatu titik, tepat pada kedudukan setimbang setiap atom dalam
ruang. Pola geometrik yang diperoleh dinamakan kisi (lattices) adalah suatu deretan
dari titik-titik yang dihubungkan oleh operator translasi kisi. Ada 2 jenis yaitu kisi
bravais dan non-bravais. Kisi Bravais adalah suatu kisi khusus dimana semua titik
kisinya ekivalen. artinya semua titik mempunyai lingkungan geometrik yang tepat
sama. Pada kisi bukan Bravais, atau non-Bravais ada titik-titik kisi yang tidak
ekivalen.
Basis adalah suatu gugus atom yang harus ditempatkan pada setiap titik kisi
suatu kristal untuk memperoleh struktur kristal yang sebenarnya. Artinya suatu
struktur kristal yang nyata diperoleh dengan menempatkan suatu basis pada setiap
titik dari kisi (Bravais) geometrik kristal bersangkutan.Dalam kisi luas atau volume
daerah yang sisi-sisinya dibatasi oleh vektor basis dinamakan unit sel (sel
satuan).Penentuan unit sel 2 dimensi biasanya diambil dari luasan yang terkecil
yang menghasilkan daerah yang dapat diplotkan pada kisi, sedangkan dalam 3
3
dimensi unit sel mengandung pengertian volume. Unit sel bersifat (l) semua unit sel
mempunyai luasan atau volume yang sama (2) setiap unit selhanya mempunyai total
1 titik kisi.
Gambar 1.6 Perbedaan sel primitif dan non primitif dalam 2 dimensi
4
Gambar 1.7 Perbedaan sel primitif dan non primitif dalam 3 dimensi
5
(5) kisi segi empat panjang berpusat/segi panjang; a ≠ b; sudut 900
6
1.1.2 Simetri Kristal
Simetri kristal 2 dimensi, memiliki sifat memenuhi simetri translasi, simetri rotasi
dan simetri refleksi.
̅ (yang
1. Translasi, apabila seluruh kristal digeser sejauh vektor 𝑹
menghubungkan dua buah atom), maka kedudukan setiap atom kristal itu
terhadap semua yang lain tidak berubah atau keberadaannya tetap sama.
Dengan kata lain kristal bersifat invarian terhadap translasi semacam ini.
2. Rotasi, mengelilingi/diputar terhadap kedudukan satu atom tertentu (pasti
semua invarian terhadap rotasi 360, ada yang invarian terhadap perputaran
90, 120 atau 180).
3. Refleksi, dicerminkan terhadap suatu garis lurus yang melewati sederet atom.
Sistem kristal 3 dimensi, memiliki sifat memenuhi simetri translasi, simetri rotasi
dan simetri refleksi
1. Translasi,apabila seluruh kristal digeser sejauh vektor ̅
𝑹 (yang
menghubungkan dua buah atom), maka kedudukan setiap atom kristal itu
terhadap semua yang lain tidak berubah atau keberadaannya tetap sama.
Dengan kata lain kristal bersifat invarian terhadap translasi semacam ini.
2. Inversi, suatu struktur kristal dikatakan memiliki simetri inversi bila setiap
garis yang melalui titik tersebut menghasilkan jarak yang sama pada sisi lain
dari pusat simetri dan bertemu dengan titik yang identik atau dengan kata lain,
inversi terhadap suatu pusat inversi dengan operasi + menjadi - .Semua kisi
Bravais memilikinya.
3. Refleksi, suatu struktur kristal dapat dibelah dimana belahan yang satu
merupakan pencerminan dari setengah belahan yang lain.
4. Rotasi,rotasi terhadap suatu sumbu perputaran. Sumbu rotasi ini dikatakan
2𝜋
lipat N apabila invarian terhadap rotasi sebesar . Harga N yang mungkin 1,
𝑁
2𝜋
2, 3, 4 dan 6. Tidak ada kisi yang bisa dijadikan kongruen dengan putaran .
5
7
1.2 Kristal dengan Struktur Sederhana
Banyak bahan penting yang memiliki struktur kristal sederhana. Misalnya
sebagian besar logam berstruktur cubic seperti Face Center Cubic dan Base Center
Cubic. Struktur logam lain yang banyak pula ditemui adalah struktur kisi
Hexagonal Close Packed, struktur cubic intan, struktur NaCl, struktur ZnS dan
struktur CsCl. Berikut ini akan dibahas secara lebih rinci struktur yang telah
disebutkan tersebut.
8
1.2.3 Struktur Face Center Cubic (FCC)
Struktur Face Center Cubic (FCC)memiliki sebuah atom disetiap sudut kisi dan
satu atom lagi pada pusat dari masing-masing bidang muka kristal. Pada struktur
ini atom pusat bidang muka kristal bersinggungan dengan ke empat atom sudut
pada bidang yang bersangkutan. Sedang antara atom-atom sudut itu sendiri tidak
bersentuhan, dan masih ada jarak diantaranya. Jadi atom-atomnya hanya
bersinggungan di sepanjang diagonal bidang muka kristal. Susunan atom pada
struktur FCC ini sangat rapat, sehingga sering disebut pula struktur Cubic Close
Packed (CCP). Contoh: Ag, Al, Au, Cu, Co, Fe, Ni, Pb, Pt.
Setiap atom memiliki enam atom tetangga terdekat. Beberapa kristal lain yang
memiliki struktur seperti NaCl adalah: KBr, PbS, RbI, LiH, AgBr, MgO dan MnO.
9
Gambar 1.12 Skema kedudukan atom-atom dalam NaCl
itu jumlah atom tetangga dekatnya adalah 8. Contoh kristal lain yang yang memiliki
struktur seperti CsCl adalah: RbCl, CuZn, AgMg dan LiHg.
10
1.2.6 Struktur Intan
Struktur intan merupakan kombinasi dari dua sub kisi FCC. Salah satu sub kisi
tersusun dari 8 atom sudut dan 6 atom pusat bidang muka unit sel. Semuanya ini
membentuk satu struktur FCC dengan titik asal (0,0,0). Sedangkan sub kisi yang
1 1 1 3 3 1 3 1 3
lain terdiri 4 atom yang menempati kedudukan (4 , 4 , 4);( , , );( , , );
4 4 4 4 4 4
1 1 3
(4 , 4 , 4).Intan memperlihatkan ikatan tetrahedral. Ini berarti tiap atom hanya
memiliki empat atom tetangga dekat. Kristal lain yang memiliki struktur seperti ini
adalah: Si, Ge, C, Timah putih.
Gambar 1.15 Bentuk penyusun dasar kisi cubic intan yang menunjukkan
ikatan kovalen tetrahedral
memiliki empat jarak atom yang sama dari jenis yang berlawanan yang tersusun
pada sudut-sudut tetrahedron beraturan. Beberapa kristal yang memiliki struktur
cubic ZnS adalah: ZnSe, AgI, CuF, CuCl, CdS, SiC, InAs, dan InSb.
11
Gambar 1.16 Proyeksi dari 1 unit sel struktur kristal ZnS
12
Gambar 1.18 Proyeksi dari 1 unit sel struktur kristal HCP
13
Latihan Soal BAB I
Gambar a Gambar b
5. Gambarkan dan jelaskan perbedaan dari sel primitif dan sel non primitif,
pada 2 dimensi dan 3 dimensi !
6. Sebutkan dan jelaskan macam-macam tipe kisi kristal pada 2 dimensi dan
3 dimensi !
7. Sebutkan dan jelaskan macam-macam simetri kristal pada 2 dimensi dan 3
dimensi !
8. Sebutkan dan jelaskan karakteristik dari beberapa struktur kristal sederhana,
kemudian berilah contoh dari masing-masing struktur kristal sederhana tersebut!
14
B AB II
G eome tri Ki si k ris t al
Dari ciri-ciri utama struktur dasar kristal seperti yang telah dibahas pada bab I,
maka bisa dibuat berbagai perhitungan mengenai rincian ukuran geometris dalam
suatu jenis struktur kristal tertentu. Pada kristal cubic yang strukturnya paling
simetris, perhitungan ini menjadi amat mudah. Beberapa ciri-ciri geometris yang
penting antara lain: jari-jari atom, jumlah atom perunit sel, rapat kemasan relatif,
dan bilangan koordinasi
15
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑡𝑜𝑚 (𝑣)
𝑃𝐹 = ×100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑆𝑒𝑙 (𝑉)
2.1.1 Simple Cubic
1. Jari-jari atom
Atom-atom yang bersinggungan sepanjang sisi-sisi simple cubica,
dimana a = 2r
𝑎
r=
2
Gambar 2.1 Struktur Simple Cubic dengan sisi a dan atom penyusunnya
berjari-jari r
16
Gambar 2.3 Atom pada satu kisi Simple Cubic
4⁄ 𝜋𝑟 3
𝑃𝐹 = 3 3 ×100%
𝑠
4⁄ 𝜋(𝑎⁄ )3
𝑃𝐹 = 3 3 2 ×100%
𝑎
𝜋⁄ 𝑎3
𝑃𝐹 = 6 ×100%
𝑎3
𝜋
𝑃𝐹 = ×100%
6
PF = 52%
17
2.1.2 Body Center Cubic
1. Jari-jari atom
𝑏 2 = 𝑎2 + 𝑎2
𝑐 2 = 𝑎2 + 𝑏 2
𝑐 2 = 3𝑎2
𝑐 = √3𝑎2 = 4𝑟
4𝑟
𝑎= , sehingga
√3
𝑎√3
𝑟=
4
18
Gambar 2.5 Atom pada satu kisi struktur BCC
4⁄ 𝜋𝑟 3
𝑃𝐹 = 2 × 3 ×100%
𝑠3
3
4⁄ 𝜋 (𝑎√3)
3 4
𝑃𝐹 = 2 × 3
×100%
𝑎
𝜋√3𝑎3
𝑃𝐹 = 2× ×100%
16𝑎3
𝜋√3
𝑃𝐹 = ×100%
8
PF = 68%
19
2.1.3 Face Center Cubic
1. Jari-jari atom
𝑏 = 4𝑟
𝑏 2 = 𝑎2 + 𝑎2
16𝑟 2 = 2𝑎2
𝑎 = 𝑟√8
𝑎
𝑟=
√8
20
Gambar 2.7 Atom pada satu kisi struktur Face Center Cubic
4⁄ 𝜋𝑟 3
𝑃𝐹 = 4 × 3 3 ×100%
𝑠
3
4⁄ 𝜋 (𝑎
3 ⁄ )
√8 ×100%
𝑃𝐹 = 4 × 3
𝑎
16𝜋𝑎3
𝑃𝐹 = ×100%
24𝑎3 √8
𝜋
𝑃𝐹 = ×100%
3√2
PF = 74 %
21
m = massa bahan (gr)
Ar= berat atom (sma)
N = bilangan Avogadro (6,02 x 1023 atom)
n = jumlah atom perunit sel
22
yang merupakan perubahan dari parameter linier disebut sebagai parameter
numerik dinyatakan dengan p,q,r (misal: 2,3,4).
23
2.4.2 Hubungan Jarak antar bidang (dhkl) dengan sisi kubus a
𝑎 𝑎 𝑎
OA = ; OB = ; OC =
ℎ 𝑘 𝑙
𝑑 𝑑 𝑑ℎ
cos 𝛼 = = 𝑎 =
𝑂𝐴 ⁄ℎ 𝑎
𝑑 𝑑 𝑑𝑘
cos = = 𝑎 =
𝑂𝐵 ⁄𝑘 𝑎
𝑑 𝑑 𝑑𝑙
cos = = 𝑎 =
𝑂𝐶 ⁄𝑙 𝑎
24
Selanjutnya : 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 + 𝑐𝑜𝑠 2 + 𝑐𝑜𝑠 2 = 1
𝑑ℎ 2 𝑑𝑘 2 𝑑𝑙 2
Jadi ( ) +( ) +( ) = 1
𝑎 𝑎 𝑎
𝑑2
(ℎ2 + 𝑘2 + 𝑙2 ) = 1
𝑎2
2
𝑎2
𝑑 =
ℎ2 +𝑘 2 +𝑙 2
𝑎
𝑑=
√ℎ2 +𝑘 2 +𝑙 2
1⁄
𝑎2 𝑏2 𝑐2 2
𝑑=( + + )
ℎ2 𝑘2 𝑙2
Notasi index miller terutama sangat berguna untuk kristal sistem cubic. Pada
umumnya bidang yang index millernya rendah memiliki jarak antar bidang yang
lebih besar dibandingkan dengan bidang yang indexnya kecil, tetapi memiliki
kerapatan atom per satuan luas yang lebih besar.
25
2.5Ketidak Sempurnaan Kristal
Kristal nyata biasanya menyimpang dari spesifikasi kristal ideal. Kenyataan
bahwa adanya Ketidak-sempurnaan dalam struktur kristal, baik karena kehilangan
atom; atom yang tidak pada tempatnya ataupun kehadiran atom lain. Adanya
Ketidak-sempurnaan kristal ini akan mempengaruhi sifat-sifat kristal itu sendiri.
26
pengotoran substitusi juga bisa terjadi pada tingkat atom, yaitu apabila elektron
dalam atom berpindah pada tingkat energi yang lebih tinggi (karena mendapat
tambahan energi dari luar); ketidak-sempurnaan yang terakhir ini bukan bersifat
geometris.
27
Gambar 2.13 Dislokasi
28
Latihan Soal BAB II
29
BAB III
DIFRAKSI KISI DAN IKATAN KRISTAL
Sinar-x adalah gelombang elektromagnetik dengan sifat fisik yang sama seperti
gelombang elektromagnetik lainnya, seperti gelombang optik. Panjang gelombang
sinar-x sama dengan konstanta kisi Kristal (memiliki orde sama dengan jarak antar
atom/ konstanta kisi dalam Kristal), dan hal inilah yang membuat sinar-x berguna
dalam analisis struktur kristal. Energi dari sinar-x foton diberikan oleh hubungan
Einstein 𝐸 = ℎ𝜐, di mana h adalah konstanta Planck dan 𝜐 adalah frekuensi.
Mengganti h = 6,6 x 10-27 erg.s dan λ = 1Å (ingat bahwa 𝜐 = c / λ), orang
menemukan energi E »104 eV, yang merupakan nilai khas. Sehingga sinar-X hanya
akan berinteraksi dengan permukaan atom dan elektron-elektron.
12,3
𝜆0 = Å (3.1)
𝑉
30
Ketika sinar sinar-x melewati bahan, sebagian sinar diserap. Intensitas berkas
dilemahkan menurut hubungan
𝐼 = 𝐼0 𝑒 −𝛼𝑥 (3.2)
Dimana Io adalah intensitas awal pada permukaan medium dan x jarak tempuh.
Parameter ini dikenal sebagai koefisien penyerapan. Pelemahan intensitas
diungkapkan oleh persamaan (3.2) yang disebabkan oleh hamburan dan penyerapan
berkas oleh atom dalam medium.
A. Hukum Bragg
Jika seberkas sinar-X monokromatik dijatuhkan pada permukaan sebuah Kristal,
maka pemantulan oleh kisi Kristal akan terjadi jika < 2 kali jarak antar bidang
pemantul dalam kisi Kristal ( < 2d).
31
Sinar datang dipantulkan sebagian pada masing-masing bidang, yang bertindak
sebagai cermin, dan sinar refleksi kemudian dikumpulkan secara simultan pada
detektor jauh. Sinar refleksi mengganggu pada detektor dan, menurut optik fisik,
gangguan tersebut bersifat konstruktif hanya jika perbedaan antara jalur dari dua
sinar berturut-turut merupakan kelipatan integral dari panjang gelombang. Juga bisa
dapat dinyatakan bahwa sinar-sinar yang dipantulkan akan saling berinterferensi
dan saling menguatkan jika,
= n λ, n = 1, 2, 3, .. . , (3.3)
dimana λ adalah panjang gelombang dan n adalah bilangan bulat positif, serta
= AB + BC – AC ' = 2 AB - AC '
AB = d/sin
dimana adalah peristiwa kesudutan antara balok dan bidang refleksi Substitusikan
ini ke dalam persamaandan melakukan beberapa manipulasi trigonometri, kita
sampai pada kondisi berikut untuk interferensi konstruktif:
Dalam eksperimen λ yang digunakan tertentu dan sudut terukur secara langsung,
maka biasanya Hukum Bragg digunakan untuk menentukan jarak antar bidang.
32
Di sudut lain sinar tercermin saling interferensi destruktif, dan akibatnya sinar
tercermin menghilang, yaitu, berkas datang melewati kristal terganggu. Refleksi
sesuai dengan n - 1, 2, …, yang disebut sebagai urutan pertama, urutan kedua, …,
masing-masing intensitas sinar dipantulkan semakin menurun dengan
meningkatnya pesanan. Hal ini sebenarnya lebih tepat untuk berpikir dari refleksi
terjadi di sini sebagai difraksi, sebagai konsep gangguan merupakan bagian penting
dari proses. Ide dasar yang mendasari penggunaan hukum Bragg dalam
mempelajari struktur kristal tampak jelas. Karena λ dapat ditentukan secara bebas,
dan karena dapat diukur secara langsung dari percobaan refleksi (itu adalah
setengah sudut antara sinar datang dan berkas terdifraksi, seperti yang ditunjukkan
dalam gambar).
Proses difraksi dapat dibagi menjadi dua tahap alami: (1) hamburan oleh atom
tunggal, dan (3) interferensi antara sinar terhambur. Karena dua tahap yang berbeda
satu sama lain, kita akan memperlakukan mereka secara independen.
Atom terhambur dari berkas sinar-x disebabkan oleh dikelilinginya atom oleh
elektron yang mengalami akselerasi dibawah pengaruh medan listrik yang terkait
dengan berkas. Karena muatan dipercepat maka memancarkan radiasi (suatu fakta
yang dikenal dari elektromagnetsasi, begitu juga elektron pada atom). Akibatnya
elektron menyerap energi dari berkas, dan menyebarkannya ke segala arah. Tapi
elektron membentuk muatan di sekitar atom, sehingga ketika mempertimbangkan
hamburan dari atom secara keseluruhan, kita harus memperhitungkan perbedaan
fase antara sinar yang terhambur dari berbagai daerah muatan.
33
Bidang hamburan berbentuk bola dengan gelombang keluar yang ditunjukkan
dengan
𝐴
𝑢′ = 𝑓𝑒 𝑒 𝑖(𝑘𝐷−𝜔𝑡) (3.6)
𝐷
dimana fc adalah parameter yang dikenal sebagai panjang hamburan elektron, dan
D adalah jarak radial dari elektron ke titik dimana medan dievaluasi. Kuantitas k
adalah bilangan gelombang dari gelombang yang tersebar, dan memiliki besarnya
sama dengan ko. Perhatikan bahwa amplitudo gelombang tersebar mengalami
penurunan dengan jarak l/D, sifat yang dimiliki oleh semua gelombang bola.
Gambar 3.3 Hamburan dari (a) elektron tunggal, (b) dua elektron, (c) vector
hamburan s.
Catatan vektor k0, k dan s berada dalam sebuah segitiga.
𝐴
𝑢′ = 𝑓𝑒 [ 𝑒 𝑖𝑘𝐷 + 𝑒 𝑖(𝑘𝐷+𝛿) ] (3.7)
𝐷
̅̅̅̅̅
(𝑃 ̅̅̅̅̅
1 𝑁 − 𝑃2 𝑁 )2𝜋
𝛿= = (𝒓. 𝒔 − 𝒓. 𝒔𝟎 )𝑘
𝜆
34
dimana r adalah jari-jari vektor elektron 2 relatif terhadap elektron 1, dan So dan S
adalah vektor unit dalam arah datang dan arah terhambur. δ dapat diungkapkan
dalam bentuk
δ = s. r (3.8)
Seperti yang terlihat dari Gambar 3.3 (c), besarnya vektor hamburan diberikan oleh
𝑠 = 2𝑘 𝑠𝑖𝑛 𝜃 (3.9b)
dimana θ adalah setengah dari sudut hamburan. Subsitusi persamaan (3.8) untuk δ
ke dalam persamaan (3.7), kita menemukan
𝐴
𝑢′ = 𝑓𝑒 𝑒 𝑖𝑘𝐷 [ 1 + 𝑒 𝑖𝒔.𝒓 ] (3.10)
𝐷
Dalam hal ini koordinat awal di elektron 1. Namun akan lebih baik jika
menggunakan titik koordinat sebarang dan dengan cara ini menggunakan dua
elektron pada titik yang sama. Persamaan untuk bidang hamburan menjadi
𝐴
𝑢′ = 𝑓𝑒 𝑒 𝑖𝑘𝐷 [ 𝑒 𝑖𝒔.𝒓𝟏 + 𝑒 𝑖𝒔.𝒓𝟐 ] (3.11)
𝐷
dimana r1 dan r2 adalah vektor posisi dari dua elektron relatif. Persamaan (3.10)
adalah kasus khusus dari (3.11), dimana r1 = 0 menggunakan elektron 1,
sebagaimana disebut di atas. Generalisasi dari persamaan (3.11) ke bilangan
sebarang dari hamburan, dan hasilnya adalah
𝐴
𝑢′ = 𝑓𝑒 𝑒 𝑖𝑘𝐷 ∑𝑙 𝑒 𝑖𝑠.𝑟𝑙 (3.12)
𝐷
dimana r1 adalah posisi elektron 𝑙𝑡ℎ, dan jumlah tersebut dibawa semua elektron.
Dengan analogi kasus elektron tunggal, persamaan. (3.6), panjang hamburan untuk
sistem secara keseluruhan diberikan oleh penjumlahan
𝑓 = 𝑓𝑒 ∑𝑙 𝑒 𝑖𝑠.𝑟𝑙 (3.13)
35
Artinya, panjang hamburan adalah total jumlah panjang individu dengan fase yang
diperhitungkan. Intensitas I dari berkas hamburan sebanding dengan kuadrat
besarnya medan, dan karenanya
𝑖𝑠.𝑟 2
𝐼 ~ |𝑓|2 = 𝑓𝑒2 |∑ 𝑒 | (3.14)
Hasil (3.13) dan (3.14) adalah persamaan dasar dalam hamburan dan proses
difraksi.
𝐼 ~ 𝑁 𝑓𝑒 2 (3.15)
dimana N adalah jumlah hamburan. Perhatikan perbedaan yang nyata antara hasil
ini dan hamburan koheren dalam persamaan (3.14).
di mana re kembali, jari-jari klasik dari elektron, memiliki nilai sekitar 10-15 m.
Kita sekarang dapat menerapkan hasil untuk kasus atom bebas tunggal. Dalam
menerapkan (3.13), dimana jumlah elektron muncul, kami mencatat bahwa elektron
tidak memiliki posisi diskrit, tetapi menyebar sebagai muatan yang berkeadaan
terus menerus selama volume atom. Oleh karena itu diperlukan mengkonversi
jumlah diskrit dengan integral yang sesuai. Hal ini menyebabkan
36
dimana ρ(r) adalah densitas cloud (dalam elektron per satuan volume), dan integral
terhadap volume atom. fa merupakan faktor hamburan atom didefinisikan sebagai
integral yang muncul dalam persamaan di atas yaitu,
𝑅 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑟
𝑓𝑎 = ∫0 4𝜋𝑟 2 𝜌 (𝑟) 𝑑𝑟 (3.17)
𝑠𝑟
dimana r adalah jari-jari atom (inti yang berada di titik asal). Seperti yang terlihat
dari (3.17), fa faktor hamburan tergantung pada sudut hamburan (ingat bahwa 𝑠 =
𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑟
2𝑘 sin 𝜃 ), dan ini terjadi jika faktor osilasi diintegralkan. Panjang gelombang
𝑠𝑟
osilasi berbanding terbalik dengan s pada Gambar. 3.4 (a). Mengingat bahwa 𝑠 =
2𝑘 𝑠𝑖𝑛 𝜃 dalam persamaan (3.9), kita melihat bahwa sudut hamburan 𝜃
meningkat, begitu juga halnya s, dan hasil ini akan menurunkan sebuah faktor
hamburan fa.
sin(𝑠𝑟)
Gambar 3.4 (a) faktor osilasi . (b) faktor hamburan atom untuk atom karbon sebagai fungsi
𝑠𝑟
dari sudut hamburan (Woolfson)
.
Untuk melangkah lebih jauh dengan evaluasi fa, kita perlu mengetahui kerapatan
elektron 𝜌(𝑟) untuk atom yang bersangkutan. Untuk informasi ini kita harus beralih
37
ke literatur tentang fisika atom. Gambar 3.4 (b) menunjukkan faktor hamburan
untuk karbon.
Ada satu arah khusus dimana fa dapat dievaluasi sekaligus, yaitu arah depan.
sin(𝑠𝑟)
Dalam kasus ini, = 0, s = 0, dan karenanya faktor osilasi berkurang (ingat
𝑠𝑟
0
bahwa 𝑠𝑖𝑛 0 = 1). Persamaan (3.17) kemudian menjadi
𝑅
𝑓𝑎 = ∫0 4𝜋𝑟 2 𝜌 (𝑟) 𝑑𝑟
dan integral hanya sama dengan jumlah elektron dalam atom, yaitu, nomor atom Z
Oleh karena itu kita dapat menulis
𝑓𝑎 (𝜃 = 0) = 𝑍 (3.18)
Jadi untuk karbon fa (θ = 0) = 6 dalam perjanjian dengan Gambar. 3.4 (b). pengertian
fisik (3.18) cukup jelas: Ketika kita melihat ke arah depan semua sinar parsial
berada dalam fase, mengalami interferensi konstruktif.
𝑓𝑐𝑟 = ∑𝑙 𝑒 𝑖𝑠 ∙ 𝑟𝑖 (3.19)
di mana jumlah di sini meluas atas semua elektron dalam kristal. Untuk
memanfaatkan faktor hamburan atom dibahas dalam bagian sebelumnya, kita dapat
membagi jumlah 3.19 menjadi dua bagian: Pertama kita menjumlahkan seluruh
elektron dalam atom tunggal, dan kemudian jumlah seluruh atom dalam kisi.
Penjumlahan ganda pada penjumlahan semua elektron dalam kristal, seperti yang
dipersyaratkan oleh 3.19. Sejak pertama dari jumlah di atas mengarah ke faktor
hamburan atom, persamaan 3.19 dengan demikian dapat ditulis dalam bentuk
di mana Rt, adalah posisi atom lth dan fal, faktor atom yang sesuai.
38
Sekarang mudah untuk menulis ulang persamaan 2.20 sebagai produk dari
dua faktor, yang melibatkan sejumlah sel unit, dan jumlah lainnya atas semua sel
unit dalam kristal. Jadi kita mendefinisikan F faktor struktur geometri
𝐹 = ∑𝑗 𝑓𝑎𝑗 𝑒 𝑖𝑠 ∙ 𝛿𝑗 (3.21)
di mana penjumlahan selesai semua atom dalam sel unit, dan 𝛿𝑗 , adalah posisi relatif
dari atom lth. Demikian pula kita mendefinisikan faktor struktur kisi
𝑆 = ∑𝑙 𝑒 𝑖𝑠 ∙ 𝑅𝑡(𝑐) (3.22)
di mana jumlah yang membentang di atas semua sel unit dalam kristal, dan
merupakan posisi sel lth Untuk mengekspresikan Fcr dalam hal F dan S, kita
kembali ke (3.20), menulis Rl = Rl(c) + δj, dan kemudian gunakan (3.21) dan (3.22).
Hasilnya adalah jelas
fcr = F S (3.23)
Perhatikan bahwa faktor S kisi hanya bergantung pada sistem kristal yang terlibat,
sedangkan F tergantung pada bentuk geometris serta isi sel satuan. Dalam kasus
khusus dari kisi sederhana, di mana sel satuan mengandung atom tunggal, F faktor
menjadi sama dengan fa The faktorisasi Fcr seperti pada (3.23) manfaat penekanan
beberapa: Kami telah memisahkan sifat murni struktural kisi yang terkandung
dalam S, dari sifat-sifat atom yang terkandung dalam penyederhanaan F. Besar
tercapai demikian, karena dua faktor sekarang bisa independen. Karena F faktor
melibatkan jumlah lebih dari hanya faktor beberapa atom, dapat dengan mudah
dievaluasi dari segi faktor atom, seperti yang dibahas dalam faktor, bagian
sebelumnya. Karena itu kami akan tidak menyibukkan diri kita tidak menyibukkan
diri dengan tugas yang mudah untuk saat ini, tapi tekan dan mempertimbangkan
evaluasi faktor kisi S.
39
Faktor struktur kisi
Struktur kisi Faktor S, didefinisikan dalam (3.22), adalah sangat penting dalam
pembahasan hamburan sinar-x. Mari kita sekarang menyelidiki ketergantungan
terhadap vektor hamburan s, dan menunjukkan bahwa nilai-nilai s yang S tidak
lenyap membentuk satu set diskrit, yang ditemukan berhubungan dengan hukum
Bragg.
Gambar 3.5 (a)Hamburan dari kisi satu dimensi, (b)Difraksi maxima, (c)Difraksi
kerucut untuk urutan pertama (h=0) dan urutan kedua (h=1) maximal.
Dengan situasi yang paling sederhana mungkin, sinar-x tersebar dari kisi
satu dimensi monoatomik, seperti yang diilustrasikan pada Gambar. 3.5 (a). Ketika
kita menotasikan vektor dasar kisi dengan, faktor struktur menjadi
𝑆 = ∑𝑁
𝑙=1 𝑒
𝑖𝑠 ∙𝑙𝑎
(3.24)
di mana kita telah diganti 𝑹𝒕 (𝒄) = la, dan N adalah jumlah total atom. Rangkaian
dalam (3.24) adalah deret ukur, rasio umum adalah 𝑒 𝑖𝑠 ∙𝑎 ,
40
dan mudah dapat dievaluasi. Hasilnya adalah
1
sin[ 𝑁𝑠 ∙𝑎]
2
𝑆 = 1 (3.25)
sin[ 𝑠 ∙𝑎]
2
Secara fisik, itu lebih bermakna untuk memeriksa S2 dari S karena ini adalah
kuantitas. Yang masuk langsung ke perhitungan intensitas. Hal ini diberikan oleh
1
sin2 [ 𝑁𝑠 ∙𝑎]
𝑆2 = 2
1 (3.26)
sin2 [ 𝑠 ∙𝑎]
2
Kami sekarang ingin melihat bagaimana fungsi ini tergantung pada s vektor
hamburan. Seperti yang kita lihat dari (3.26), S2 adalah rasio dari dua fungsi
berosilasi memiliki periode yang sama s • a = 2π, namun, karena N jauh lebih besar
daripada kesatuan dalam setiap kasus praktis, pembilang berosilasi jauh lebih cepat
dari pada penyebut. Catatan, bagaimanapun, bahwa untuk nilai tertentu s • a = 0,
baik pembilang dan penyebut lenyap bersamaan, tetapi nilai membatasi S2 sama
dengan N, jumlah yang sangat besar. Demikian pula nilai S2 di s • a = 2π sama
dengan N2, sebagai berikut dari periodisitas S2, yang disebutkan di atas. Fungsi S2
sketsa dibandingkan s ∙ a pada Gambar. 3.5 (b), untuk rentang 0 <s • a ≤ 2π. Ini
memiliki dua maxima utama, di s • a = 0 dan s • a = 2π, dipisahkan oleh sejumlah
besar intervensi anak maxima, yang terakhir yang dihasilkan dari osilasi cepat
pembilang dalam (3.26). Perhitungan (lihat bagian masalah) menunjukkan bahwa
ketika jumlah sel sangat besar, seperti dalam kasus-kasus aktual, ini anak maxima
dapat diabaikan dibandingkan dengan yang utama. Misalnya, puncak maksimum
anak tertinggi hanya 0,04 bahwa maksimum utama. Oleh karena itu pendekatan
yang baik untuk mengabaikan semua anak maxima, dan mengambil fungsi S2 untuk
tidak nol hanya dalam lingkungan langsung dari maxima primer. Selain itu juga
dapat menunjukkan bahwa lebar masing-masing maksimum primer berkurang
secara cepat karena meningkatnya N, dan bahwa lebar ini hilang dalam batas
sebagai N . Oleh karena itu S2 tidak nol hanya pada nilai yang diberikan persis
oleh s • a = 0, 2π. Tapi karena S2 adalah periodik, dengan periode 2π, juga terbatas
pada semua nilai-nilai
41
Pada nilai-nilai S2 sama dengan N2, dan karenanya S = N
Persamaan (3.26) menentukan semua arah di mana S memiliki nilai nol, dan
karenanya arah di mana difraksi terjadi. Interpretasi fisik dari persamaan ini
sangatlah mudah. Mengingat definisi s,persamaan 2.9, dan mengacu pada Gambar.
3.5, kita memperoleh
2𝜋 2𝜋
𝒔 ∙𝒂= (𝑆 − 𝑆0 ) ∙ 𝑎 = ̅̅̅̅ − 𝑃𝐵
(𝐴𝑄 ̅̅̅̅)
𝜆 𝜆
yang merupakan perbedaan fasa antara dua sinar tersebar berturut-turut. Jadi Pers.
(3.27) adalah kondisi untuk interferensi konstruktif, yaitu, faktor hamburan kisi
bertahan hanya dalam arah, yang tidak mengherankan.
2𝜋𝑎
(cos 𝛼 – cos 𝛼0 ) = 2𝜋ℎ, (3.28)
𝜆
Dimana αo adalah sudut antara berkas dasar dan garis kisi dan α adalah sudut yang
sesuai untuk berkas difraksi. Jadi untuk jam tertentu dan αo, balok diffracts
sepanjang segala arah yang memuaskan α (3,28). Ini bentuk kerucut yang terletak
di sepanjang sumbu kisi-kisi, dan yang setengah sudut sama dengan α. Uang tunai
h = 0 adalah satu khusus, kerucut yang meliputi arah hamburan maju. Difraksi
kerucut sesuai dengan nilai-nilai beberapa h ditunjukkan pada Gambar. 3.5 (c).
Dalam mengobati faktor-kisi struktur, kita sejauh ini terbatas diri untuk
kasus kisi satu dimensi. Sekarang mari kita memperpanjang pengobatan dengan
situasi nyata dari kisi tiga dimensi. Mengacu (3.22) dan menggantikan vektor kisi,
di mana a, b, dan c adalah vektor basis, kita menemukan untuk faktor struktur
di mana penjumlahan tiga meluas atas semua sel unit dalam kristal. Kita dapat
memisahkan jumlah ini menjadi tiga jumlah parsial,
42
menemukan untuk faktor struktur
dan dengan cara ini kita faktor keluar S menjadi produk satu-dimensi faktor, dan
kita yang karena menggunakan hasil kami pengembangan terdahulu. Kondisi untuk
interferensi konstruktif sekarang adalah bahwa masing-masing dari ketiga faktor
tersebut harus terbatas secara individual, dan ini berarti bahwa s harus memenuhi
tiga persamaan berikut secara bersamaan:
s•a = hl2π
s•c= l2π
di mana h, k dan l adalah setiap himpunan bilangan bulat. Ditulis dalam hal sudut
yang dibuat oleh s vektor-vektor basis, dalam analogi dengan (3.27), persamaan ini
menjadi masing-masing
mana αo, βo, dan γo adalah sudut yang balok insiden membuat dengan vektor basis,
sedangkan α, β, dan γ adalah sudut yang sesuai untuk berkas difraksi. 2,31) dan
(3.32) dikenal sebagai persamaan Laue, setelah phys.c.st yang pertama kali
diturunkan mereka.
Dimulai dengan kisi vektor a, b, dan c, dapat didefinisikan dengan bagian dari
vektor basis a*, b*, dan c* sesuai dengan hubungan :
43
2𝜋 2𝜋 2𝜋
𝒂∗= (𝑏 𝑥 𝑐 ), 𝒃 ∗ = (𝑐 𝑥 𝑎 ), 𝑎𝑛𝑑 𝒄 ∗ = (𝑎 𝑥 𝑏) (3.33)
Ω𝑐 Ω𝑐 Ω𝑐
𝐺𝑛 = 𝑛1 𝑎∗ + 𝑛2 𝑏 ∗ + 𝑛3 𝑐 ∗ (3.34)
Dimana 𝑛1 , 𝑛2 , 𝑛3 merupakan salah satu rangkaian bilangan bulat. Kisi yang baru
saja kita kenal sebagai kisi resiprok dan a*, b*, dan c* disebut dengan basis vektor
resiprok.
𝑎∗ . 𝑎 = 2𝜋, 𝑎∗ . 𝑏 = 𝑎∗ . 𝑐 = 0
𝑏 ∗ . 𝑏 = 2𝜋, 𝑏∗. 𝑎 = 𝑏 ∗. 𝑐 = 0
𝑐 ∗ . 𝑐 = 2𝜋, 𝑐 ∗. 𝑎 = 𝑐 ∗. 𝑐 = 0
(3.35)
44
Baris pertama dari persamaan dapat ditetapkan sebagai berikut : Untuk
membuktikan pertama dari persamaan, mensubstitusi a* dari (3.33) dan
menemukan bahwa :
2𝜋
𝑎∗ . 𝑎 = ( 𝑏 𝑥 𝑐 ). 𝑎
Ω𝑐
Tetapi ( 𝑏 𝑥 𝑐 ). 𝑎 adalah sama dengan volume sel satuan Ω𝑐 dan maka 𝑎∗ . 𝑎 = 2𝜋.
Kedua dari persamaan kedua pada baris pertama mencerminkan fakta yang
disebutkan, bahwa a* adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh b dan
c. Sisa dari persamaan (3.35) dapat dibentuk dengan cara yang sama.
Dapat ditetapkan bahwa kebalikan dari bcc adalah kisi fcc dan sebaliknya
(lihat bagian masalah). Pertama, dapat memperpanjan argumen untuk sistem kristal
lainnya. Ketika kita menyadari bahwa kisi resiprok adalah kisi – kisi dalam dirinya
sendiri dan memiliki simetri rotasi sama dengan kisi langsung, bahwa kisi resiprok
selalu jatuh dalam sistem kristal yang sama seperti kisi langsung (lihat Tabel 1.1).
Dengan demikian, resiprok untuk monoklinik, triklinik, … dan kisi heksagonal juga
monoklinik, triklinik, … dan heksagonal masing – masing. (Catatan, bahwa dua
kisi tidak perlu memiliki struktur Bravais yang sama dalam sistem yang sama.
Melihat contoh bcc dan fcc diatas).
45
Gambar 3.7 Kisi resiprok (a) Kristal satu dimensi, (b) kristal dua dimensi.
Sel unit resiprok yang dipilih dengan cara tertentu. Untuk kisi persegi
panjang dari Gambar 3.9, biarkan O menjadi titik asal dan menggambarkan vecktor
kisi menghubungkan asal dengan titik kisi tetangganya. Kemudian tarik garis lurus
yang tegak lurus terhadap vecktor di titik – titik tengannya. Wilayah terkecil
tertutup oleh garis – garis persegi panjang A dalam gambar merupakan sel unit yang
dicari dan disebut zona Brillouin pertama. Zona Brillouin (BZ) merupakan sel unit
diterima karena memenuhi semua persyaratan yang diperlukan. Hal ini juga
memiliki perlengkapan yang titik kisi sesuai tepat jatuh di pusat sel, tidak seperti
kasus kisi langsung dimana titik kisi biasanya terletak pada sudut-sudut sel. Jika BZ
pertama diterjemahkan oleh vektor resiprok 𝐺𝑛 , maka ruang kisi resiprok seluruh
harus ditutup, karena BZ adalah sel unit yang benar.
46
Gambar 3.9 zona Brillouin pertama untuk kisi persegi panjang.
Zona Brillouin untuk kisi tiga dimensi dapat dibangun dengan cara yang sama,
tetapi perhatikan bahwa dalam hal ini vektor kisi yang memisahkan dua bidang
tegak lurus dan bahwa BZ pertama adalah saat volume terkecil tertutup oleh bidang.
Dalam kasus yang paling sederhana kisi sc yang BZ adalah kubus tepi 2𝜋/𝑎
berpusat pada titik asal. BZ ini untuk kisi kubus lain yang dalam bentuk lebih rumit
kita akan menunda pembahasan kisi ini dan lainnya ke bagian selanjutnya.
∑𝑁
𝑙=1 𝑒
𝑖𝐴.𝑅1
= 𝑁 𝛿𝐴,𝐺𝑛 (3.36)
Berikut adalah sebarang vektor penjumlahan adalah vektor kisi langsung dan N
adalah jumlah total sel dalam kisi langsung. Karena simbol delta, maka (3.36)
adalah jumlah kisi di sebelah kiri hilang setiap kali vecktor A tidak sama dengan
beberapa kisi resiprok 𝐺𝑛 . Ketika itu adalah sama dengan beberapa 𝐺𝑛 , jumlah kisi
menjadi sama dengan N. Untuk menetapkan kevalidan (3.36), pertama kita harus
mengerjakan kasus 𝐴 = 𝐺𝑛 untuk mengevaluasi eksponen 𝐴 . 𝑅𝑙 disebelah kiri
(3.36), kita substitusi 𝐴 = 𝐺𝑛 = 𝑛1 𝑎∗ + 𝑛2 𝑏 ∗ + 𝑛3 𝑐 ∗ dan 𝑅𝑙 = 𝑙1 𝑎1 + 𝑙2 𝑎2 +
𝑙3 𝑎3 dan hasilnya :
𝐴. 𝑅𝑙 = 𝐺𝑛 . 𝑅𝑙 = (𝑛1 𝑎∗ + 𝑛2 𝑏 ∗ + 𝑛3 𝑐 ∗ ) . (𝑙1 𝑎1 + 𝑙2 𝑎2 + 𝑙3 𝑎3 )
= 𝑛1 𝑙1 + 𝑛2 𝑙2 + 𝑛3 𝑙3 (3.37)
47
Dimana dalam mengevaluas produk skalar dari vektor basis digunakan (3.35).
Misalnya 𝑎∗ . 𝑎 = 2𝜋, 𝑎∗ . 𝑏 = 0, dll. Setiap istilah dalam penjumlahan di (3.36) pleh
karena itu bentuk 𝑒 𝑖𝑚2𝜋 dimana m adalah bilangan bulat dan akibatnya sama
dengan persatuan. Maka jumlah total sama dengan N seperti (3.36). Dalam kasus
𝐴 ≠ 𝐺𝑛 kita dapat mengikuti prosedur yang sama digunakan dalam mengevaluasi
(3.24) dan hasilnya adalah sama seperti sebelumnya, yaitu bahwa untuk N besasr
jumlah hilang kecuali untuk nilai-nilai tertentu dari A. Nilai-nilai yang luar biasa
ini, pada kenyataannya dipilih di atas yaitu 𝐴 = 𝐺𝑛 .
Sebagai titik akhir, sekarang kita akan menunjukkan bahwa vektor kisi resiprok
terkait dengan bidang kristal dari kisi langsung. Dengan cara ini, abstrak vektor
resiprok akan memperoleh arti konkrit. Pertimbangkan bagian bidang kristal yang
indeks Miller adalah (ℎ𝑘𝑙) dan kisi resiprok sesuai vektor 𝐺ℎ𝑘𝑙 = ℎ𝑎∗ + 𝑘𝑏 ∗ +
𝑙𝑐 ∗ di mana angka-angka ℎ, 𝑘, 𝑙 adalah himpunan bilangan bulat. Kita sekarang
harus menetapkan sifat-sifat berikut:
Gambar 3.10 kisi resiprok 𝐺ℎ𝑘𝑙 vektor normal terhadap bidang (ℎ𝑘𝑙).
Untuk membangun hubungan ini, kita lihat Gambar 3.10, di mana kita telah ditarik
salah satu bidang (ℎ𝑘𝑙). Perpotongan dari bidang dengan sumbu adalah 𝑥, y, 𝑧 dan
terkait dengan indeks dengan :
1 1 1
(ℎ, 𝑘, 𝑙)~ ( , , ) (3.39)
𝑥 𝑦 𝑧
di mana untuk penggunaan dari definisi indeks Miller (Bagian 1.6). Perhatikan juga
vektor 𝑢 dan 𝑣 yang terletak di sepanjang garis bidang dengan 𝑥y dan bidang y𝑧,
48
masing-masing. Menurut angka, vektor ini diberikan oleh 𝑢 = 𝑥𝑎 − 𝑦𝑏, 𝑣 = 𝑦𝑏 −
𝑧𝑐. Untuk membuktikan hubungan (i) di atas, kita hanya perlu membuktikan bahwa
𝐺ℎ𝑘𝑙 ortogonal untuk kedua 𝑢 dan 𝑣 memiliki :
Catatan bahwa 𝑥𝑎. 𝐺ℎ𝑘𝑙 = 2𝜋ℎ𝑥 sama dengan 2𝜋, karena menurut (3.39) ℎ𝑥 = 𝐼.
Ini melengkapi bukti (3.38).
Hubungan antara vektor resiprok dan bidang kristal sekarang cukup jelas.
Vektor 𝐺ℎ𝑘𝑙 terkait dengan bidang kristal (ℎ𝑘𝑙) yang pada kenyataannya normal
dan pemisahan dari bidang ini adalah kali 2𝜋 kebalikan dari 𝐺ℎ𝑘𝑙 panjang di ruang
resiprok. Crystallographer lebih memilih untuk berpikir dalam hal bidang Kristal
yang memiliki realitas fisik dan indeks Miller, sedangkan fisika zat padat seperti
kisi resiprok, yang secara matematis lebih elegan, dua pendekatan bagaimanapun
setara dan seseorang dapat berubah dari satu ke yang lain dengan menggunakan
yang menghubungkan dua hubungan. Dari dua pendekatan, kita kebanyakan akan
menggunakan kisi resiprok dalam buku ini.
49
𝒔 = 𝐺ℎ𝑘𝑙 (3.41)
Kondisi untuk difraksi vektor hamburan adalah sama dengan vektor kisi
resiprok. Persamaan (3.41) menunjukkan 𝒔 yang normal terhadap (ℎ𝑘𝑙) bidang
kristal, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11. Persamaan ini dapat ditulis kembali
2π
dalam bentuk yang berbeda. Mengingat bahwa 𝒔 = 2 ( λ ) sin θ , 𝐺ℎ𝑘𝑙 = 2π/𝑑ℎ𝑘𝑙 ,
Ini adalah bentuk yang sama persis sebagai Hukum Bragg , persamaan (3.4),
yang dipandang untuk mengikuti dari perlakuan umum teori hamburan. Oleh karena
itu secara fisik berarti menggunakan model Bragg (Bagian 3) dan berbicara tentang
refleksi dari bidang atom. Ini cara melihat proses difraksi secara konseptual
sederhana daripada teori hamburan.
Gambar 3.11 Vektor hamburan adalah sama dengan vektor kisi resiprok.
Ketika kondisi (3.41) faktor struktur adalah nol, dan nilainya sama dengan 𝑁 seperti
yang terlihat dari (3.36). Demikian
𝑆ℎ𝑘𝑙 = 𝑁 (3.43)
Substitusikan ini ke (3.23), kita menemukan 𝑓𝑐𝑟 hamburan kristal menjadi faktor
50
dan intensitas 𝐼 kemudian
Intensitas hilang tersebar ke segala arah kecuali di mana faktor 𝑆 struktur tidak
nol. Arah ini adalah yang terakhir karena arah difraksi memenuhi kondisi
interferensi. Ketika kondisi Bragg terpenuhi, maka berkas datang terdifraksi
menjadi sinar tunggal (mengabaikan perintah yang lebih tinggi), yang tercatat di
detektor sebagai tempat tunggal pada film. Tempat ini merupakan seluruh
rangkaian mencerminkan bidang (ℎ𝑘𝑙). Bila kristal diputar sehingga bagian baru
bidang memenuhi kondisi Bragg, maka bagian baru muncul sebagai tempat baru
pada film di detektor.
𝒔 = 𝐺ℎ𝑘𝑙 = ℎ𝑎 ∗ + 𝑘𝑏 ∗ + 𝑙𝑐 ∗
Karena itu
Perhatikan, misalnya kisi bcc. Sel unit memiliki dua atom yang koordinat
1 1 1
( 𝑢𝑗 + 𝑣𝑗 + 𝑤𝑗 ) = ( 0 0 0 ) dan (2 , 2 , 2) menggunakan (3.46), maka :
𝐹ℎ𝑘𝑙 = 𝑓𝑎 ( 1 + 𝑒 𝑖2𝜋(ℎ+𝑘+𝑙)
51
difraksi tersebut tidak ada untuk semua bidang di mana jumlah (ℎ + 𝑘 + 𝑙) ganjil,
dan ada untuk bidang di mana (ℎ + 𝑘 + 𝑙) genap. Merupakan masalah untuk
menunjukkan bahwa dalam kisi fcc refleksi diperbolehkan sesuai dengan kasus-
kasus di mana ℎ, 𝑘, 𝑙 baik semua genap atau semua ganjil. Perhatikan bahwa bidang
lepas memberikan informasi langsung mengenai simetri dari sel satuan.
Persamaan (3.41) dapat ditulis kembali dalam bentuk lain. Sebelumnya dari (3.9a)
bahwa 𝑠 = 𝑘 − 𝑘0 , di mana 𝑘0 dan 𝑘 adalah vektor datang dan berkas difraksi.
Dengan mensubstitusi ke (3.41) menjadi :
𝑘 = 𝑘0 + 𝐺 (3.47)
ℏ𝑘 = ℏ𝑘0 + ℏ𝐺
52
dimana 𝑓𝑎 adalah faktor atom dan penjumlahan semua atom dalam cairan,
diasumsikan cairan yang monoton. Namun cairan atom terus bergerak dari satu
daerah ke daerah lain, tidak seperti kasus untuk padat, di mana mereka dibatasi ke
daerah tertentu dan jumlah (3.48). Oleh karena itu, sulit untuk mengevaluasi. Hal
ini dapat diatasi dengan menyelesaikannya bukan dengan intensitas tersebar yang
semua kuantitas mencatat eksperimental. Intensitas adalah proporsional untuk
|∫ 𝑎|2 dengan menggunakan (3.48) dapat ditulis :
2
|𝑓𝑎 |2 = ∫𝑎 ∑𝑗,𝑙 𝑒 𝑖𝑠(𝑅𝑙−𝑅𝑗) (3.49)
Struktur cairan faktor 𝑆𝑙𝑞 didefinisikan sebagai jumlah ganda dalam persamaan ini.
Artinya :
yang analog dengan struktur kisi faktor 𝑆 (3.22). Jumlah tersebut dapat dibagi
menjadi dua jenis yang berbeda dari istilah: yang 𝑗 = 1 yaitu, j indeks dan l
mengacu pada atom yang sama dan yang 𝑗 ≠ 1. Jenis bekas mudah dilihat untuk
menambahkan hingga 𝑁 − menjadi istilah 𝑁 di semua yang terakhir dapat
dinyatakan dalam fungsi distribusi pasangan. Hasilnya adalah
dimana 𝑛0 adalah kerapatan atom rata-rata dan 𝑔(𝑅)fungsi pasangan (Bagian 1.8).
Integrasi diatas adalah volume cairan. Kami mencatat, bahwa hanya penyimpangan
𝑔(𝑅) dari kesatuan kontribusi hamburan karena sisanya, 𝑔(𝑅) = 1 sesuai dengan
distribusi seragam yang akan memungkinkan berkas melewati tanpa hamburan
apapun. Dengan demikian kita dapat menulis ulang (3.51) :
53
Gambar 3.12 Faktor struktur untuk merkuri cair (setelah Guiner)
1 1 𝑆𝑙𝑞 (𝑠)−1
𝑔(𝑅) − 𝐶 = (3𝜋)3 𝑛0
∫ 𝑑3 𝑠𝑒 −𝑖𝑠.𝑅 [ 𝑁
] (3.53)
G. TEKNIK EKSPERIMEN
54
Dalam teknik eksperimental yang digunakan untuk mengumpulkan data
difraksi sinar-x. Pada dasarnya terdapat tiga metode: Metode rotasi kristal, metode
Laue, dan metode bubuk. Apapun metode yang digunakan, jumlah diukur pada
dasarnya sama.
i) Sudut hamburan 2θ antara terdifraksi dan berkas sinar datang. Dengan mengganti
sudut θ menjadi aturan-aturan Bragg, salah menentukan jarak interplanar serta
orientasi bidang difraksi.
ii) L intensitas sinar terdifraksi. Kuantitas ini menentukan faktor struktur sel, Fhkl, dan
karenanya memberikan informasi tentang susunan atom dalam sel unit.
55
Dengan merekam pola difraksi (baik sudut dan intensitas) untuk orientasi
kristal berbagai, seseorang dapat menentukan bentuk dan ukuran sel satuan serta
susunan atom dalam sel.
METODE LAUE
Metode ini dapat digunakan untuk penentuan cepat dari simetri dan orientasi kristal
tunggal. Susunan eksperimental ditunjukkan pada Gambar 3.14 (a). A berkas sinar-
x yaitu, satu dengan spektrum gelombang kontinu panjang dibuat jatuh pada kristal,
yang memiliki orientasi tetap relatif terhadap berkas sinar datang. Film datar
ditempatkan di depan dan di belakang spesimen. Karena A mencakup berbagai
berkesinambungan, kristal memilih bahwa panjang gelombang tertentu yang
memenuhi hukum Bragg pada orientasi ini, dan berkas difraksi muncul di sudut
yang sesuai. Sinar terdifraksi ini kemudian dicatat sebagai tempat pada film. Tapi
karena panjang gelombang yang sesuai dengan tempat tidak diukur, seseorang tidak
dapat mencegah penambang nilai sebenarnya dari jarak satunya rasio interplanar
mereka. Oleh karena itu kita dapat menentukan bentuk tetapi tidak ukuran absolut
dari sel satuan. Sebuah foto Laue tipikal ditunjukkan pada Gambar 3.14 (b).
Perhatikan bahwa jika arah sinar merupakan sumbu simetri dari kristal,
maka pola difraksi harus menunjukkan simetri ini. Gambar 3.14 (b) menunjukkan
simetri 6 kali lipat dari sumbu simetri dalam Mg, yang memiliki struktur
heksagonal.
56
Gambar. 2.14 Metode Laue: (a) Pada percobaan, (b) Laue pola kristal Mg, dengan
paralel sinar sinar-x terhadap sumbu simetri 6 kali lipat.
METODE BUBUK
Karena jumlah besar kristalit yang berorientasi secara acak, selalu ada
cukup ini yang memiliki orientasi yang tepat relatif terhadap berkas sinar datang
monokromatik untuk memenuhi hukum Bragg, dan karenanya sinar terdifraksi
muncul di sudut yang sesuai (Gambar 3.15). Karena kedua / 1 dan 9 yang terukur,
kita dapat menentukan jarak interplanar.
57
Gambar 2.15 Sinar-x difraksi sinar-x serbuk pola untuk Cu. 2θ adalah sudut
hamburan.
Perhatikan juga bahwa, karena spesimen adalah simetris di bawah rotasi di sekitar
berkas sinar datang sebagai sumbu, sinar terdifraksi sesuai untuk setiap penggemar
hamburan sudut 2θ di sepanjang kerucut yang terletak di sepanjang sumbu berkas
sinar datang.
Teknik difraksi sinar-x selain digunakan dalam analisis struktur kristal, dapat
digunakan dalam aplikasi lain dalam fisika zat padat terutama dalam dunia
mikrokopis.
Tujuan yang utama distribusi elektron dalam zat padat yaitu, menggambar
peta kerapatan elektron. Pada prinsipnya merupakan peranan elektron untuk proses
difraksi. Untuk melihat bagaimana hal ini dapat dilakukan, lihat Persamaan. (3.21),
dimana menunjukkan kerapatan elektron yang terkandung dalam fa. Jika faktor
hamburan kristal diukur, maka persamaan ini bisa dibolak-balik. Jika menemukan
kerapatan elektron 𝜌(𝑟) dalam hal fcr(s). Prosedur matematika melibatkan
penggunaan Transformasi Fourier, dengan cara yang sama dengan yang digunakan
dalam cairan, seperti yang ditunjukkan dalam bagian sebelumnya.
Aplikasi lain yang penting adalah dalam studi ketidaksempurnaan kisi, seperti
dislokasi, daerah regangan dll. Dengan adanya ketidaksempurnaan tersebut, pola
58
difraksi tidak lagi sesuai dengan kristal yang sempurna, dan dengan mempelajari
deviasi dapat diperoleh informasi mengenai jenis ketidaksempurnaan dan distribusi
kisi dalam kristal. Teknik-teknik tersebut umum digunakan oleh ahli kimia,
metallurgists, dan ilmuwan material.
I. DIFFRAKSI NEUTRON
Neutron dan partikel lainnya memiliki sifat gelombang, seperti yang Anda ingat
dari fisika dasar (lihat juga Bagian AI). Panjang gelombang, juga dikenal sebagai
panjang gelombang deBroglie, diberikan oleh hubungan λ = h / p, di mana p adalah
momentum neutron. Panjang gelombang juga dapat dinyatakan dalam bentuk
59
energi E = p2/2m, di mana m adalah massa. Mengganti nilai massa sesuai dengan
neutron, maka diperoleh
0.28
𝜆=
𝐸 1⁄2
di mana λ dalam angstrom (Å) dan E dalam elektron volt (eV). Untuk
menjadi berguna dalam analisis struktur, λ harus sekitar 1 Å, yang ketika diganti
menjadi 2,54, menghasilkan energi sekitar 0,08 eV. Energi ini adalah urutan yang
sama besarnya sebagai kT energi panas pada suhu kamar, 0,025 eV, dan untuk
alasan ini kami berbicara tentang neutron termal.
Mekanisme hamburan untuk neutron adalah interaksi antara neutron dan inti
atom hadir dalam kristal. Interaksi ini disebut sebagai interaksi yang kuat, itu adalah
reaksi yang bertanggung jawab untuk memegang nukleon (neutron dan proton)
bersama-sama dalam inti. Menjadi elektrik netral, neutron tidak berinteraksi dengan
elektron dalam kristal. Dengan demikian, tidak seperti sinar-x, yang tersebar
sepenuhnya oleh elektron, neutron tersebar sepenuhnya oleh inti.
Karena rincian difraksi neutron yang persis sama dengan yang untuk sinar-
x, kita tidak perlu masuk ke lebih lanjut di sini. Perbedaan hanya terletak pada
kenyataan bahwa neutron analog ke (3.6) sekarang berisi panjang hamburan
neutron bukan yang dari elektron. Hasil yang menarik bagi kita di sini misalnya,
hukum Bragg, persamaan Laue, dll persis sama seperti sebelumnya. Semua ini
adalah konsekuensi langsung dari faktor struktur yang menjadi sejumlah kisi, hanya
bergantung pada struktur kisi dan bukan pada faktor hamburan atom, jenis radiasi
yang digunakan tidak relevan.
a) Atom ringan seperti hidrogen lebih baik diselesaikan dalam pola neutron, karena
hanya memiliki beberapa elektron untuk menyebarkan sinar x, mereka tidak
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pola difraksi sinar-x.
b) Pola neutron membedakan antara isotop atom yang berbeda, sedangkan pola sinar-
x tidak.
60
c) Difraksi neutron telah membuat kontribusi penting untuk studi bahan magnetik.
Dalam kristal magnetik elektron dari orbital atom memiliki spin bersih, dan
karenanya momen magnetik bersih. Orientasi relatif dari momen dapat berupa acak
atau paralel, atau antiparalel, tergantung pada kisaran suhu kristal. Satu dapat
menggunakan difraksi neutron untuk mengungkapkan pola magnetik kristal karena
neutron tidak berinteraksi dengan momen. Interaksi hasil dari fakta bahwa neutron
juga memiliki momen magnetik sendiri (itu adalah magnet kecil), yang terasa
bidang yang dihasilkan oleh saat-saat elektron. Contoh penerapan difraksi neutron
untuk cabang penting dari magnet diberikan dalam Bagian 9,9 dan 9.14.
d) Teknik difraksi neutron jauh lebih tinggi dari sinar-x dalam studi getaran kisi, yang
akan dibahas dalam bab berikut.
J. DIFRAKSI ELEKTRON
Sebuah berkas elektron yang datang pada kristal mengalami difraksi Bragg
sama dengan cara difraksi sinar-x dan difraksi neutron yang dibahas sebelumnya.
Elektron, seperti neutron, memiliki sifat gelombang, dan panjang gelombang yang
h
diberikan oleh λ = 𝑝. p adalah suku dalam energi E, dan kisi dalam hal
61
150
𝜆= √ (3.55)
𝑉
Mekanisme hamburan elektron adalah medan listrik yang terkait dengan atom
dalam zat padat. Medan ini diproduksi oleh inti dan elektron orbital dalam masing-
masing atom. Medan ini bernilai besar di inti, tetapi menurun dengan cepat jika
menjauh dari inti.
62
Gambar 3.16 Rotasi terus-menerus pola difraksi elektron dari kristal tunggal dari
bahan perak. Sumbu rotasi adalah normal terhadap kertas.
Zat padat merupakan zat yang memiliki struktur yang stabil, contohnya kristal
NaCl lebih stabil daripada kumpulan atom-atom bebas Na dan Cl. Demikian pula
dengan kristal Ge yang lebih stabil daripada kumpulan atom-atom bebas Ge. Hal
ini menunjukkan adanya gaya yang menyebabkan terbentuknya kristal, yaitu gaya
tarik antar atom.
Kestabilan sruktur zat padat disebabkan oleh adanya interaksi antara atom
membentuk suatu ikatan Kristal Sebagai contoh: Kristal sodium clorida (NaCl)
memiliki struktur yang lebih stabil dibandingkan dengan sekumpulan atom-atom
bebas dari Na dan Cl sehingga implikasinya :
a. Atom-atom bebas Na dan Cl akan saling berinteraksi satu sama lain untuk
membentuk struktur yang stabil
b. Terdapat gaya interaksi antar atom untuk mengikat atom satu-sama lain
c. Besarnya energi atom-atom bebas penyusun kristal lebih besar daripada energi
kristalnya
63
d. Energi yang diperlukan untuk memisahkan atom-atom penyusun kristal menjadi
atom-atom bebas dan netral dinamakan energi kohesif
Dari kurva tersebut tampak bahwa energi potensial minimum terjadi pada jarak Ro
yang disebut jarak interatomik setimbang. Energi potensial minimum (Uo) tersebut
adalah Energi kohesif. Energi potensial (U) merepresentasikan interaksi antara 2
atom yang besarnya bervariasi terhadap jarak antar atom (R). Untuk R>Ro, U(R)
meningkat secara bertahap mendekati 0 pada R ~. Ketika R<Ro maka U(R)
meningkat secara cepat mendekati ~ pada R kecil. Pasangan atom cenderung
memiliki energi terendah sehingga merupakan keadaan setimbang yaitu pada Ro
dengan U(R) = -Uo. Sedangkan gaya antar antar atom F(R) yang dipengaruhi oleh
gradient energi potensial dinyatakan:
𝑈(𝑅)
𝐹(𝑅) = −
𝑑𝑅
Gaya repulsif dan atraktif akan saling menghilangkan pada kedudukan R0 yang
merupakan keadaan setimbang. Gaya atraktif tersebut menggambarkan adanya
ikatan antara atom dalam zat padat. Gaya repulsif terjadi dikarenakan adanya
64
prinsip larangan pauli yang menyatakan “Tidak dibenarkan adanya dua elektron
berada pada satu orbital yang memiliki bilangan kuantum yang sama”.
Ada beberapa tipe ikatan kristal : Ikatan ionik. Ikatan Kovalen, Ikatan logam dan
ikatan Van der Waals
A. Ikatan Ionik
Ikatan ionik terbentuk dari hasil interaksi elektrostatis antara dua io yang memiliki
muatan yang berlawanan. Contoh ikatan ionik yaitu kristal NaCl yang terbentuk
dari interaksi elektrostatis antara ion Na+ dengan Cl-.
= 6,4 eV
B. Ikatan Kovalen
65
adanya kecenderungan dari atom-atom untuk memiliki konfigurasi elektron gas
mulia (atom orbital terluarnya terisi penuh elektron).
Contoh:
C. Ikatan Logam
Ikatan logam terbentuk akibat terikatnya ion-ion logam oleh elektron bebas.
Elektron bebas terbentuk akibat elektron valensi tidak terikat pada salah satu atom
tapi terdelokalisasi terhadap semua ion logam sehingga elektron valensi tersebut
bebas bergerak keseluruh bagian kristal logam.
Dari ketidakpastian Heisenberg xp ~ h/2, maka untuk atom bebas, elektron
akan bergerak mengitari atom terbatas pada volume kecil sehingga p relatif besar
yang akan membuat energi kinetik elektron valensi dalam atom bebas menjadi
besar. Untuk elektron yang bergerak mengitari ruang kristal logam akan terbatas
pada volume besar sehingga p relatif kecil yang akan membuat energi kinetik
elektron valensi dalam logam menjadi kecil dan akan mengurangi energi total
sistem dalam kristal logam. Sebagian energi dipergunakan untuk mengikat ion
positif logam.
Atom-atom gas inert dapat membentuk suatu ikatan kristal lemah. Ikatan kristal
tersebut terjadi akibat adanya interaksi elektrostatis antara momen dipol-momen
dipole atom gas inert. Momen dipole atom gas inert (P1) akan menghasilkan medan
66
listrik yang akan menginduksi momen dipole pada atom gas inert lain (P2) yang
berjarak R. Momen dipole dua atom akan saling berinteraksi satu sama lain
menghasilkan energi interaksi.
Interaksi van der Waals bekerja pada kondisi dimana interaksi elektrostatis dan
repulsif saling menghilangkan yaitu pada kedudukan setimbang Ro
RINGKASAN
Struktur kristal ditentukan dari pola difraksi yang diamati ketika kristal diradiasi
dengan sinar x yang diungkapkan dalam hukum Bragg,
2𝑑 sin 𝜃 = 𝑛 𝜆
dimana d adalah jarak interplanar, θ merupakan sudut glancing, dan λ panjang
gelombang dari berkas. Dengan mengukur θ dan λ, seseorang dapat menentukan
d, dan pada akhirnya dapat menentukan struktur kristal.
Sebuah perlakuan yang lebih ketat dari proses difraksi yaitu menganggap kristal
terdiri dari elektron diskrit. Faktor hamburan adalah
𝑓 = ∑𝑙 𝑒 𝑖𝑠−𝑟1
dimana jumlah semua elektron dalam sistem, dan s adalah vektor hamburan.
𝒔 = 𝒌 − 𝒌𝟎
67
Faktor fa semakin menurun dengan meningkatnya hamburan sudut 2θ, karena
interferensi antara kulit berbagai kumpulan dalam atom. Faktor hamburan untuk
kristal dapat ditulis sebagai produk
𝑓𝑐𝑟 = 𝐹𝑆
dimana F adalah faktor struktur geometri dan S faktor struktur kisi dengan
𝐹 = ∑ 𝑓𝑎𝑗 𝑒 𝑖𝑠−𝛿𝑗
𝐽
𝑆 = ∑ 𝑒 𝑖𝑠−𝑅𝑡 (𝑐)
𝑙
penjumlahan ini terjadi pada semua sel satuan dalam kristal. Faktor F hanya
bergantung pada sifat-sifat atom dan bentuk sel satuan, dan S hanya bergantung
pada struktur kisi. Faktorisasi fcr ke F dan S berguna karena memungkinkan kita
untuk perlakuan sifat atom dan kisi kristal secara independen.
𝒔=𝑮
Artinya, vektor hamburan sama dengan vektor kisi balik. Ini adalah kondisi yang
sama sebagai hukum Bragg untuk refleksi dari bidang atom normal untuk G.
Struktur cair juga dapat dipelajari oleh difraksi sinar-x. Dengan mengukur
faktor struktur cair, seseorang dapat mengevaluasi fungsi distribusi atom
berpasangan dalam cairan.
Pola difraksi sinar-x direkam pada sebuah film, yang peka terhadap berkas
difraksi yang muncul dari kristal. Setiap berkas merupakan refleksi dari satu set
bidang atom dalam kristal, dan dicatat sebagai titik pada film. Posisi dan pola titik
simetri berisi informasi yang dibutuhkan untuk menguraikan struktur kristal.
68
Sebuah berkas neutron juga dapat digunakan untuk menentukan struktur
kristal dengan panjang gelombang deBroglie
ℎ
𝜆=
𝑝
Energi neutron sangat kecil, sekitar 0,1 V, dan yang berhubungan dengan neutron
termal. Hamburan neutron merupakan interaksi dengan inti dari kristal, bukan
interaksi dengan elektron, seperti dalam sinar-x.
Difraksi elektron juga telah digunakan dalam analisis struktur kristal. Karena
elektron berinteraksi sangat kuat dengan atom dalam kristal, jarak henti dari
elektron sangat pendek hanya sekitar 50 Å. Akibatnya, difraksi elektron digunakan
dalam studi fenomena permukaan.
Latihan Soal
BAB IV
DINAMIKA KISI KRISTAL
69
Bahasan Kristal pada bab sebelumnya menganggap bahwa atom bersifat statik
pada masing-masing titik kisinya. Sebenarnya, atom tidaklah statik, melainkan
berosilasi di sekitar titik setimbangnya sebagai akibat energi termal. Bab ini akan
membahas vibrasi kisi secara rinci.
Bab ini pertama membahas vibrasi Kristal dalam batasan panjang gelombang
elastik,yang mana Kristal dapat dianggap medium kontinu. Kapasitas panas bahan
dikemukakan dalam beberapa model, dan yang sesuai dengan eksperimen adalah
hanya yang menggunakan konsep fisika kuantum. Akhirnya dalam bab ini, akan
ditutup oleh pembahasan vibrasi kisi Kristal, yang dikaitkandengan sifat diskrit kisi.
𝑆=𝑌𝑢 (4.2)
𝜕𝑆
∆𝑆 = 𝑆(𝑥 + 𝑑𝑥) − 𝑆(𝑥) = (𝜕𝑥) 𝑑𝑥
70
𝑑2 𝑢 𝜌 𝜕2 𝑢
= (4.3)
𝑑𝑡 2 𝑌 𝑑𝑡 2
𝑈 = 𝐴0 𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝑤𝑡) (4.4)
Dimana A0, k dan adalah amplitudo, bilangan gelombang dan frekuensi radiasi
gelombang. Substitusi persamaan (4.4) kedalam persamaan gelombang (4.3)
sehingga menghasilkan
𝜔 = 𝑣𝑠 𝑘 (4.5)
dengan
1
𝑌 2
𝑣𝑠 = ( ) (4.5)
𝑃
Adalah kecepatan fasa gelombang. Hubungan (4.5) antara frekuensi dan bilangan
gelombang disebut hubungan dispersi. Dalam hal ini hubungan tersebut adalah
linear. Dengan kemiringan kecepatan fasa, seperti disajikan pada Gambar 4.1
berikut
Apabila gelombang elastic satu dimensi di atas hanya diperhatikan solusi domain
𝑈 = 𝐴0 𝑒 𝑖𝑘𝑥 (4.7)
𝑈 (𝑥 = 0) = 𝑈 (𝑥 = 𝐿 ) (4.8)
71
Dengan L adalah panjang batang, maka substitusi persamaan (4.7) kedalam
persamaan (4.8) menghasilkan
𝑒 𝑖𝑘𝐿 = 1 (4.9)
sehingga
2𝜋
𝑘𝑛 = ( ) 𝑛, dimana 𝑛 = 0, ±1, ±2 (4.10)
𝐿
Setiap nilai n di atas memberikan satu harga k sebagai representasi sebuah moda
getar.
Jika L besar sekali, maka kn hampir kontinu (pandangan makro). Dalam
2𝜋
domain k, jarak antar titik adalah ( ), sehingga jumlah moda getar antara k
𝐿
Dalam domain frekuensi, dn diatas terletak diantara dan (+d). Rapat keadaan
𝑔(𝜔) didefinisikan sedemikian sehingga bentuk 𝑔(𝜔)𝑑𝜔 memberikan jumlah
moda getar yang mempunyai frekuensi antara dan (+d) seperti di atas. Oleh
karena itu didapatkan
𝐿 1
𝑔 (𝜔 ) =
2𝜋 𝑑𝜔⁄𝑑𝑘
Ungkapan ini hanya berlaku untuk gerakan dalam satu arah positif saja. Dengan
demikian 𝑔(𝜔) yang mencakup gelombang ke kiri dank e kanan adalah
𝐿 1
𝑔 (𝜔 ) = 𝑑𝜔 (4.12)
𝜋 ⁄𝑑𝑘
Terlihat bahwa rapat keadaan 𝑔(𝜔) bergantung pada hubungan disperse. Untuk
𝑑𝜔
hubungan linear (4.5), dimana = 𝑣𝑠 , maka didapatkan
𝑑𝑘
𝐿 1
𝑔 (𝜔 ) = (4.13)
𝜋 𝑣𝑠
72
𝑒 𝑖(𝑘𝑥𝐿+𝑘𝑦𝐿+𝑘𝑧𝐿) = 1
sehingga
2𝜋 2𝜋 2𝜋
(𝑘𝑥 , 𝑘𝑦 , 𝑘𝑧 ) = [𝑛 ( ) , 𝑚 ( ) , 𝑙 ( )] (4.14)
𝐿 𝐿 𝐿
Gambar 4.2 Nilai diskrit k untuk gelombang yang merambat tiga dimensi
Semua moda getar dengan k tertentu direpresentasikan oleh satu titik yang terletak
pada permukaan bola dalam ruang k, dengan jari-jari k dan berpusat di
(kx,ky,kz)=(0,0,0).
Semua moda getar dengan vektor gelombang antara k dan (k+dk) terletak
dalam elemen volume 4k2dk yang dibataskan oleh bola berjari-jari k dan (k+dk).
Dengan demikian, jumlah moda getar dalam selang vektor gelombang di atas
4𝜋𝑘 2 𝑑𝑘 𝑘2
𝑑𝑁 = (2𝜋/𝐿)3 = 𝑉 𝑑𝑘 (4.15)
2𝜋 2
Dimana V=L3 adalah volume sampel. Rapat keadaan 𝑔(𝜔) diperoleh dengan
menggunakan hubungan dispersi (k).
Apabila digunakan hubungan dispersi linear (4.5), maka didapatkan
𝑉 𝜔2
𝑔 (𝜔 ) = (4.16)
2𝜋 2 𝑣𝑠 3
𝑔 (𝜔 )
73
Gambar 4.3 Rapat keadaan dalam medium elastik
Ternyata bahwa bertambahnya 𝑔(𝜔) berbanding lurus dengan 2. Hal ini terjadi
karena kenaikan elemen volume permukaan bola yang berbanding lurus dengan k2.
Ungkapan 𝑔(𝜔) di atas bersesuaian dengan moda tunggal untuk setiap nilai 𝑘⃗.
moda longitudinal dan dua moda transversal. Hubungan dispersinya juga berbeda. Dengan
𝑉 1 1
𝑔 (𝜔 ) = ( + ) (4.17)
2𝜋 2 𝑣𝐿 3 𝑣𝑇 3
74
3 3
𝑈 = 𝑁𝐴 ( ) 𝑘0 𝑇 = ( ) 𝑅𝑇 (4.19)
2 2
Dalam hal ini, NA adalah bilangan Avogadro dan R adalah tetapan gas. Menurut
persamaan (4.20) teori ini menghasilkan nilai Cv = 12,47 J/oK kmol. Harga ini
sesuai untuk gas He dan Ar pada suhu kamar.
Setiap atom dalam Kristal, selain memiliki tiga derajat kebebasanuntuk
geraknya disekitar kedudukan setimbangnya (energi kinetik), juga memmiliki
energi potensial atom dalam gerak harmoniknya. Pada gerak selaras sederhana,
energi kinetik rata-rata sama dengan energi potensial rata-rata, sehingga energi total
sistem atom dalam Kristal menurut hukum ekipartisi
3 3
𝑈 = 𝑁𝐴 ( 𝑘0 𝑇 + 𝑘0 𝑇) = 3𝑅𝑇 (4.21)
2 2
Ungkapan ini menunjukkan bahwa kapasitas panas Kristal pada volume konstan
adalah
𝜕𝑈
𝐶𝑣 = ( ) = 3𝑅 (4.22)
𝜕𝑇 𝑣
75
Cv zat padat. Model Einstein tentang getaran kisi mengambil andaian sebagai
berikut
a. Atom Kristal merupakan osilator independen, yang masing-masing memiliki
frekuensi sama dan energi diskrit
𝜀𝑛 = 𝑛ℎ , 𝑛 = 0, 1, 2, … (4.23)
Dengan adalah frekuensi osilator. Jarak antartingkat energi ini sebesar h.
b. Sebaran energi osilator pada harga energi yang diperbolehkan mengikuti distribusi
Boltzman
−𝜀𝑛
𝑓(𝜀𝑛 ) = 𝑒 𝑘0 𝑇 (4.24)
∑∞
𝑛=0 𝜀𝑛 𝑓(𝜀𝑛 )
𝜀̅ = ∑∞
𝑛=0 𝑓(𝜀𝑛 )
ℎ
𝜀̅ = (4.25)
𝑒 ℎ𝜔/𝑘0 𝑇 −1
Gambar 4.4 berikut menyajikan perbandingan energi kuantum rata-rata osilator dan energi klasik
𝜀̅
Gambar 4.4 Energi kuantum rata-rata dan energi klasik rata-rata Kristal
76
Tampak pada suhu tinggi, sehingga k0T h, osilator berada dalam keadaan
kuantum tereksitasi tinggi. Pada keadaan demikian sifat kuantum spectrum dapat
diabaikan, sehingga dihasilkan energi klasik rata-rata 𝜀̅ = 𝑘0 𝑇. Pada suhu
rendah, k0T << h, dan energi k0T tidak cukup untuk mengeksitasikan osilator ke
tingkat eksitasi pertama. Dalam hal ini, energi osilator jauh lebih kecil daripada k0T.
Oleh karena itu, pada suhu rendah ini, sifat kuantum gerakan lebih dminan.
Bila zat padat sebanyak 1 kmol dan setiap atom mempunyai 3 derajat
kebebasan, maka energi totalnya
ℎ𝐸
𝐸 = 3𝑁𝐴 𝜀̅ = 3𝑁𝐴 (4.26)
𝑒 𝐸 /𝑘0 𝑇 −1
ℎ𝜔
Secara teori dapat dibuat kurva Cv terhada T/E yang bentuknya sama untuk
berbagai macam Kristal. Data eksperimen (Cv,T) suatu kristal tertentu, dapat dicari
a. Pada suhu yang sangat tinggi, dimana T >> E , bentuk eE/T dapat di ekspansikan
𝐶𝑣 ≅ 3𝑅
b. Pada suhu yang sangat rendah, dimana T<<E , bentuk eE/T jauh lebih besar
𝜃 2
𝐶𝑣 ≅ 3𝑅 ( 𝐸) 𝑒 −𝜃𝐸/𝑇 (4.28)
𝑇
77
Fungsi ini terus berkurang sehingga mendekati nol dengan cepat sekali, yakni
eksponensial si atas, ternyata jauh lebih ceat daripada yang terjadi secara ekserimen,
yakni
𝐶𝑣 ≅ 𝑇 3
Kesimpulan yang dapat diambil dari model Einstein adalah sebagai berikut:
a. Pada suhu tinggi, osilator tereksitasi sempurna, yang memerlukan energi rata-rata
b. Pada suhu rendah, osilator membeku (tidak berosilasi) dalam tingkat energi dasar
sehingga Cv = 0.
78
Setiap modus getaran merupakan osilator harmonik tunggal ekivalen yang
mempunyai energi rata-rata (4.25) seperti osilator model Einstein. Oleh karena itu
energi total getaran seluruh kisi
3𝑉 ℎ𝜔
𝐸 = ∫ 𝜀̅(𝜔)𝑔(𝜔)𝑑𝜔 =
2𝜋 2 𝑣𝑠 3
∫ 𝜔2 𝑒 ℎ𝜔/𝑘0𝑇−1 𝑑𝜔 (4.29)
Dimana frekuensi atas 𝜔𝐷 disebut sebagai frekuensi Debye. Hasil integrasi diatas
setelah mensubstitusikan persamaan (4.18) memberikan nilai
𝜔𝐷 = 𝑣𝑠 (5𝜋 2 𝑛)1/3 (4.31)
3𝑉 ℎ𝜔3
𝐸= ∑𝜔
0
𝐷
𝑑𝜔 (4.32)
2𝜋 2 𝑣𝑠 3 𝑒 ℎ𝜔/𝑘0 𝑇 −1
𝜕𝐸 3𝑉 ℎ2 𝜔𝐷 𝜔4 𝑒 ℎ𝜔/𝑘0 𝑇
𝐶𝑣 = ( ) = ∫ 𝑑𝜔 (4.33)
𝜕𝑇 𝑣 2𝜋 2 𝑣𝑠 3 𝑘0 𝑇2 0 𝑒 ℎ𝜔/𝑘0 𝑇 −1
Suhu Debye D dapat diperoleh dengan mencocokkan data eksperimen (Cv,T) suatu
kristal dengan kurva universal Cv terhadap T/D.
Ungkapan Cv diatas menunjukkan hal-hal sebagai berkut:
a. Pada suhu tinggi, T>>D, didapatkan
Cv 3R
79
Yang sesuai dengan hukum Dulong-Petit. Dalam keadaan demikian, setiap moda
getar tereksitasi penuh, dan memiliki energi klasikrata-rata 𝜀̅ = 𝑘0 𝑇.
b. Pada suhu rendah, T<<D dengan menggunakan hubungan analitik
∞ 𝑥4 𝑒 𝑥 4
∫0 (𝑒 𝑥 −1)2
𝑑𝑥 = 𝜋2
15
didapatkan
12𝜋 4 𝑇 3
𝐶𝑣 = 𝑅( ) (4.35)
5 𝜃𝐷
80
Posisi sisi setimbang atom dinyatakan pada koordinat kisi …, xl-1, xl, xl+1, …
sedangkan simpangan dari titik setimbang, masing-masing dinyatakan dengan
…,l-1 , l , l+1,…Getaran kisi adalah longitudinal.
Andaikan interaksi atom hanya terjadi antar tetangga terdekat, gaya yang bekerja
mengikuti hukum Hooke (pendekatan harmonik) dengan konstanta gaya , dan
massa setiap atom m, maka sesuai dengan hukum Newton, persamaan atom ke-l
adalah
𝜕2
𝑚 1 = −𝛼(𝑙 − 𝑙+1 ) − 𝛼(𝑙 − 𝑙−1 ) = −𝛼(2𝑙 − 𝑙+1 − 𝑙−1 ) (4.36)
𝜕𝑡 2
Kisi diatas mempunyai kisi translasi, oleh sebab itu diambil bentuk solusi
𝑙 = 𝐴0 𝑒 𝑖(𝑘𝑙𝑎−𝜔𝑡) (4.37)
Solusi (4.37) menunjukkan bahwa semua atom bergetar dengan frekuensi yang
sama. Getaran yang demikian disebut dengan getaran modus normal. Jika
persamaan (4.37) di substitusikan terhadap persamaan (4.36) maka akan
menghasilkan bentuk
𝑘𝑎
𝜔 = 𝜔0 |𝑠𝑖𝑛 | (4.38)
2
Dimana 0=(4/m)1/2 dan hanya diambil harga positif. Ungkapan ini tidak lain
adalah hubungan dispersi (k), yang berbentuk sinusoidal dengan perioda 2/a dan
frekuensi maksimum 0 dalam ruang k, seperti disajikan dalam Gambar 4.7 berikut
81
a. Nilai k kecil menyebabkan persamaan (4.38) menjadi hubungan disperse linear,
yaitu
𝜔0 𝑎
𝜔≅( )𝑘 (4.39)
2
Dalam batas ini, kisi berkelakuan sebagai medium kontinu elastik. Harga k kecil,
berarti k << (/a) atau >> 2a. Dengan kata lain, panjang gelombang jauh lebih
besar daripada jarak antar atom (sistem makro). Atom bergerak dalam fasa yang
sama lain. Hal ini menyebabkan gaya pulih setiap atom menjadi kecil, sehingga
kecil juga. Kecepatan fasa v= /k sama dengan kecepatan kelompok vg = / k
yaitu sebesar
v = vg = (0a)/2 (4.40)
Kecepatan fasa v tidak lain adalah kecepatan suara (4.5) dalam bahasan gelombang
elastik dahulu. Oleh karena itu dapat dicari hubungan tetapan gaya dan modulus
Young Y, yaitu
=aY (4.41)
Kasus dengan k << /a, atau >>a dinamakan batas gelombang panjang.
b. Nilai k = /a berarti = 2a, menyebabkan atom yang bertetangga bergetar dengan
fasa berlawanan, sehingga gaya pulih dan frekuensi menjadi maksimum. Karena
adanya fasa berlawanan pada dua atom berdekatan, maka terjadi gelombang
pantulan. Akibatnya terjadi suerposisi antara gelombang dating dan pantul oleh
semua atom dalam Kristal, dan menghasilkan gelombang berdiri. Dalam kasus ini
kecepatan kelompok vg = 0. Kasus dengan k = /a dinamakan kondisi refleksi
Bragg.
c. Nilai k = 0, berarti = , menyebabkan keseluruhan bagian kristal bertranslasi,
sehingga gaya pulih samadengan nol. Hal ini berarti = 0 untuk k = 0.
Lihat kembali kurva disperse (Gambar 4.7) diatas. Tampak bahwa kurva
tersebut periodic dalam ruang k, dan simetri terhadap pencerminan disekitar titik
asl k = 0. Oleh karena itu daerah yang penting adalah 0 < k < /a. hanya frekuensi
dalam rentang 0 < < 0 yang ditransmisikan dalam kisi. Frekuensi lain
mengalami atenuasi tajam. Dalam hal ini, kisi berperan sebagai filter mekanik lolos
rendah.
82
BAB V
Model Elektron Bebas
Dan Teori Pita Energi
Saat atom bebas membentuk logam, semua elektron valensi menjadi elektron
konduksi dalam logam. Elektron konduksi bergerak bebas di antara ion, sehingga
keadaannya berubah tajam. Berbeda dengan elektron cores yang keadaannya tetap
terisolasi sehingga karakternya tidak mudah berubah. Dengan demikian, gambaran
sederhana tentang logam, adalah suatu kisi ion teratur dalam ruang, dan elektron
bebas bergerak di antara ion tersebut. gambaran lebih lengkapnya bahwa ion
bergetar secara termal di sekitar titik setimbang dan demikian pula elektron bebas
83
bergerak termal di antara ion Kristal dan merubah arah geraknya setiap kali
menumbuk ion (kemungkinan besar) atau elektron lain (kemungknan kecil).
Konsentrasi elektron konduksi dapat di hitung dari valensi dan kerapatan
logam. Jika m dan Zv, masing-masing adalah kerapatan bahan dan valensi atom,
maka konsentrasi elektronnya adalah
𝜌𝑚 𝑁𝐴
𝑛 = 𝑍𝑣 𝑀
Dengan NA adalah bilangan Avogadro dan M adalah berat atom. Misalnya logam
Na, K, Cu, Ag dan Au adalah monovalen. Logam Be, Mg, Zn dan Cd adalah
divalen.
Dalam model elektron bebas ini, elektron mengalami tumbukan dengan fonon
dan ketidakmurnian. Hal ini menghasilkan ungkapan hukum Matthiessen. Selain
itu, elektron dapat melepaskan diri dari permukaan logam sehingga terjadi emisi
thermionic.
84
𝑒𝐸
𝑎𝑥 = −
𝑚0
𝑒𝐸
𝑣ℎ𝑎𝑛𝑦𝑢𝑡 = 𝑣0 − 𝜏
𝑚0
𝑒𝐸
𝐽𝑥 = −𝑒 (𝑣0 − 𝜏)
𝑚0
𝑒2 𝑛 𝐸
𝐽𝑥 = 𝜏
𝑚0
Qe = -K T/x
85
Tetapi karena konsentrasi elektron dalam logam sangat besar, maka konduktivitas
termal fonon jauh lebih kecil daripada elektron, yakni Kfonon = 10-2 Kelektron.
Sehingga konduktivitas fonon bisa diabaikan.
Dari pendekatan teori kinetik gas diperoleh ungkapan konduktivitas termal
K = (1/3) Cv v l
3 𝑛𝑘 2 𝑇𝜏
𝐾=2 𝑚0
𝐾 3 𝑘 2
= 2 (𝑒 ) 𝑇
𝜎
86
Model elektron bebas klasik tentang logam mengambil pengandaian berikut:
a. Kristal digambarkan sebagai superposisi dari jajaran gugusan ion positif (yang
membentuk kisi kristal) dan elektron yang bergerak bebas dalam volume
kristal.
b. Elektron bebas tersebut diperlakukan sebagai gas, yang masing-masing
bergerak secara acak dengan kecepatan termal (seperti molekul dalam gas
ideal, tidak ada tumbukan kecuali terhadap permukaan batas)
c. Pengaruh medan potensial diabaikan, karena energi kinetik elektron bebas
sangat besar.
d. Elektron hanya bergerak dalam kristal karena adanya penghalang potensial
dipermukaan atas.
87
Gambar 5.2 Kurva energi (E) sebagai fungsi vektor gelombang (k)
dalam sebuah kristal monoatomik satu dimensi dengan
konstanta kristal sebesar a. Celah energi Eg yang ditunjukkan
terjadi
Celah energi pertama terjadi untuk nilai k = + π/a. Ingat bahwa daerah antara -
π/a dengan + π/a disebut daerah Brillouin pertama. Celah energi-celah energi yang
lainnya terjadi untuk nilai-nilai k yang merupakan kelipatan dari + π/a.
Fungsi gelombang di titik k = + π/a merupakan fungsi gelombang hasil
interferensi antara gelombang yang berjalan ke kanan dan ke kiri. Hal ini dapat
terjadi jika syarat difraksi Bragg terpenuhi oleh fungsi gelombang k. Hasilnya,
fungsi gelombang di titik k = + π/a merupakan gelombang berdiri.
Fungsi gelombang berdiri tersebut terdiri atas dua macam, yaitu fungsi
gelombang yang saling menguatkan dan fungsi gelombang yang saling
melemahkan.
𝟏
𝐄𝐠 = ∫𝟎 𝐝𝐱 𝐔(𝐱)[|𝛗(+)|𝟐 − |𝛗(−)|𝟐 ]
.
.
.
88 .
.
.
.
= 𝟐 ∫ 𝐝𝐱 𝐔 𝐜𝐨𝐬(𝟐𝛑𝐱/𝐚) (𝐜𝐨𝐬𝟐 𝛑𝐱/𝐚 − 𝐬𝐢𝐧𝟐 𝛑𝐱/𝐚) = 𝐔
Jadi, nilai energi celah ini sama dengan komponen dari deret Fourier energi
potensial.
B. Teorema Bloch
Fungsi Bloch membuktikan perlunya teorema bahwa solusi dari persamaan
Schrodinger untuk potensial periodik harus dalam bentuk khusus. Menurut Bloch,
persamaan Schrodinger untuk suatu potensial dengan periodisitas translasi kisi.
uk (r) = uk (r + T)
.
.
uk (r) = periode kisi kristal
.
.
uk (r) = uk (r + T)
.
Teorema Bloch: .
.
Fungsi eigen dari persamaan gelombang untuk suatu potensial periodik adalah .
hasil kali antara suatu gelombang bidang exp(ik. r) dengan suatu fungsi uk (r) 7
C. Model Kronig-Penney
Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial
yang periodik, dengan menganggap energi potensial periodik itu merupakan
deretan sumur energi potensial persegi seperti ditunjukkan dalam Gambar 5 di
bawah ini.
89
Gambar 5.3 Energi potensial periodik satu dimensi yang digunakan oleh
Kronig dan Penney.
Di dasar sumur, yaitu untuk 0 < x < a, elektron dianggap berada di sekitar
sebuah inti atom (atau diantara dua inti atom), dan energi potensialnya dianggap
nol, sehingga di daerah ini elektron bertingkah sebagai elektron bebas. Sebaliknya,
di luar sumur, yaitu untuk –b < x < 0, energi potensial elektron dianggap sama
dengan U0.
BAB VI
SEMIKONDUKTOR
6.1 Isolator, Semikonduktor dan Konduktor
Pengetahuan mengenai semikonduktor ini sangat penting sekali, karena
penerapannyayang sangat luas dalam berbagai peralatan elektronik, instrumentasi
maupun permesinan. Disamping itu mengenai konsep pita energi, statistic Fermi-
Dirac, mobilitas pembawa arus, hole, serta tingkat-tingkat energi dalam atom amat
penting dalam mempelajari semikonduktor. Teori ii juga dapat diterakan dengan
baikdalam memahami teori zat padat. Ini menandakan suatu hubungan yang erat
antara fisika kuantum dengan teknologi.
Pengertian yang baik mengenai semikonduktor didapat berkat hasil-hasil
penelitian terhada unsur-unsur silikon dan germanium, terutama karena unsure-
unsur ini memiliki struktur yang sederhana dan dapat dikendalikan kemurniannya.
90
Secara sederhana zat padat dapat dikelompokkan sebagai Isolator,
Semikonduktor dan Konduktor. Bahan semikonduktor adalah suatu material
dengan sifat konduktivitas diantara konduktor dan isolator, contoh Silikon (Si), Ge
(Germanium). Saat ini Si umumnya digunakan sebagai devais elektronik, seperti
dioda, transistor, IC (integrated circuit) namun GaAs memiliki potensi yang besar
untuk digunakan sebagai devais elektronika pada masa datang, terutama ditujukan
untuk beroperasi pada frekuensi tinggi.
Untuk menjelaskan konduktivitas bahan sering kali menggunakan konsep pita
energi. Ada dua pita energi, yaitu pita valensi dan pita konduksi. Pita valensi adalah
pita energi yang mungkin diisi oleh elektron dari zat padat hingga komplit. Setiap
pita memiliki 2N elektron dengan N adalah jumlah atom. Bila masih ada elektron
yang tersisa akan mengisi pita konduksi. Pada suhu 0 K, pita konduksi terisi
sebagian untuk bahan konduktor, sedangkan untuk isolator dan semikonduktor
tidak ada elektron yang mengisi pita konduksi.
Perbedaannya terletak pada energi gap Eg yaitu selang energi antara pita
konduksi minimum dan pita valensi maksimum. Pada bahan semikonduktor Eg ~ 1
eV, sedang pada isolator Eg ~ 6 eV. Secara diagramatik pita energi dari isolator,
semikonduktor dan konduktor ditunjukkan pada gambar 6.1.
91
Gambar 6.1 Perbedaan tingkat energi dari material
Gambar (a) menunjukkan Struktur pita energi isolator (misal intan). Pita
larangan yang besar ini memisahkan pita valensi yang terisi dengan pita konduksi
yang kosong. Gambar (b) menunjukkan Struktur pita energi semikonduktor (misal
grafit). Lebar pita relatif kecil, Eg ≈ 1 eV. Pada saat suhu naik, elektron pada pita
valensi mampu berpindah ke pita konduksi. Karena adanya elektron di pita
konduksi akibatnya bahan itu menjadi sedikit konduktif, karena itu disebut
semikonduktor. Gambar (c) menunjukkan Struktur pita energi konduktor (misal
metal). Pita konduksi terisi sebagian, jika ada medan listrik luar elektron akan
memperoleh tambahan energi sehingga berpindah yang berakibat timbul arus
listrik.
92
elektron terluar dengan 4 elektron berasal dari miliknya sendiri sedang 4 elektron
lainnya berasal dari 4 atom tetangga terdekatnya. Susunan ini membentuk kristal
silikon intrinsik dengan muatan total = 0 coulomb, sketsa kristal Si ditunjukkan
pada gambar 6.2 berikut.
Kristal intrinsik ini bervibrasi akibat energi termal yang memberikan energi
tambahan pada kristal instrinsik tersebut. Energi ini tidak terdistribusi secara merata
sehingga pada beberapa titik kisi akan pecah demikian pula elektronnya akan lepas
dari ikatannya sehingga menjadi elektron bebas yang akan menjadi pembawa
muatan negatif. Sebaliknya titik dimana elektron tersebut meninggalkan tempatnya
menjadi bermuatan positif dan dikenal sebagai hole, yang membawa muatan
positif. Bila diberi sumber DC akan ada arus listrik yaing mengalir di dalam kristal
tersebut. Elektron akan bergerak ke kutub positif sumber DC tersebut, sedangkan
hole akan bergerak berlawanan arah.
93
Hal ini berarti bahwa semikonduktor tipe-n memiliki jumlah elektron bebas
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah hole dan sebaliknya untuk tipe-p jumlah
hole lebih banyak dari jumlah. Karena itu elektron pada tipe-n disebut pembawa
muatan mayoritas dan hole adalah pembawa muatan minoritas, sebaliknya pada
tipe-p elektron adalah pembawa muatan minoritas sedangkan hole adalah pembawa
muatan mayoritas.
94
Untuk memperbesar konduktivitas, bahan semikonduktor itu diberi doping,
akibatnya bahan itu itu akan menjadi tipe-n atau tipe-p tergantung doping-nya,
sehingga menjadi semikonduktor ekstrinsik.
Dopan dikelompokkan sebagai:
a. donor : diberi impuritas yang bervalensi +5 (misalnya P, As, Sb) tipe-n
b. akseptor : diberi impuritas yang bervalensi +3 (misalnya Bo, In, Ga) tipe-p
Konsentrasi doping ~ 1 ppm. Dengan adanya doping maka akan berakibat n ≠ p,
sehingga konduktivitasnya menjadi :
untuk tipe-n σd = nqμn
untuk tipe-p σa = pqμp
dengan n dan p adalah masing-masing konsentrasi impuritas untuk donor dan
akseptor.
Pada saat pemberian impuritas donor (tipe-n) akan muncul tingkat energi yang
diperbolehkan di bawah energi pita konduksi terendah yaitu sekitar ≈ 0,01 eV
(untuk Ge) dan ≈ 0,05 eV (untuk Si). Sehingga pada suhu kamar hampir semua
elektron donor berada di pita konduksi. Untuk impuritas akseptor (tipe-p) juga akan
muncul tingkat energi di atas tingkat energi pita valensi tertinggi. Karena hanya
perlu energi kecil saja elektron dari pita valensi berpindah ke tingkat energi akseptor
akibatnya akan timbul hole di pita valensi.
95
Untuk kesetimbangan termal berlaku hukum mass-action, yaitu:
n× p = ni2
Hasil kali konsentrasi hole dengan elektron tidak bergantung pada konsentrasi
donor maupun akseptor tanpa memperhatikan level dopingnya.
Jika ada donor, maka donor akan terionisasi sehingga rapat muatan menjadi =
ND+p. Sedang untuk akseptor juga akan terionisasi, sehingga rapat muatan menjadi
= NA+n. Karena semikonduktor dalam keadaan netral, akibatnya:
ND +p = NA + n.
𝑛𝑖 2
Untuk tipe N: NA = 0, maka nn ND , 𝑃𝑛 = 𝑁𝐷
𝑛𝑖 2
Untuk tipe P: ND = 0, maka pn NA , 𝑛𝑝 =
𝑁𝐴
𝑛𝑖 2
𝑝 + 𝑛𝐷 = 𝑝 = 𝑛 + 𝑁𝐴 = , atau
𝑛
𝑛2 + 𝑛𝑁𝐴 − 𝑛𝑖 2 = 0
Sehingga didapat
1
𝑛 = (−𝑁𝐴 + √𝑁𝐴 2 + 4𝑛𝑖 2 )
2
1
𝑝 = (−𝑁𝐷 + √𝑁𝐷 2 + 4𝑛𝑖 2 )
2
96
6.5 Sifat-sifat listrik dari Ge dan Si
Metal bersifat unipolar jika arus listrik hanya berasal dari perpindahan elektron
saja. Sedangkan Semikonduktor bersifat bipolar jika ada dua pembawa muatan
(elektron : pembawa negatif, hole : pembawa positif).
Pada saat bahan semikonduktor diberi medan listrik E maka akan timbul arus,
J = (nμn + pμp ) q E = σ E
dengan n : konsentrasi elektron bebas
p : konsentrasi hole
σ : konduktivitas
σ = (n μn + p μp) q
n = p = ni, untuk semikonduktor intrinsik
Konsentrasi intrinsik bergantung pada suhu yang dinyatakan sebagai:
−𝐸𝐺0
𝑛𝑖 2 = 𝐴0 𝑇 3 𝑒 𝑘𝑇
dengan A0 : Konstanta
EGo: Energi gap pada T = 0 K
k : konstanta Boltzman
Secara eksperimental energi gap bergantung pada suhu, sebagai:
untuk Si: 1,21 – 3,60 x 10-4 T
untuk Ge: 0,785 – 2,23 x 10-4 T
Pada suhu ruang EG = 1,1 eV (Si) dan 0,72 eV (Ge)
Mobilitas μ ternyata bergantung pada suhu dan medan listrik, sebagai:
μ T-m
untuk Si, m = 2,5 untuk elektron
m = 2,7 untuk hole
untuk Ge, m = 1,66 untuk elektron
m = 2,33 untuk hole
Jika E < 103 V/cm, maka μ bukan fungsi E
103 < E < 104 V/cm maka μ E-1/2
E > 104 V/m maka μE
97
6.6 Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan
listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 lembar plat metal yang dipisahkan
oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas, dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki
(elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul
pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung
kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup
positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik
ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam
bebas, fenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan
positif dan negatif di awan.
Q = CV
Dengan asumsi :
98
Jenis kapasitor yang banyak dijual di pasaran
Tantalum Capacitor
Ceramic Capacitor
99
melewatkan sinyal frekuensi tinggi menuju ke ground. Kapasitor ini tidak baik
digunakan untuk rangkaian analog, karena dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis
ini tidak mempunyai polaritas dan hanya tersedia dengan nilai kapasitor yang
sangat kecil.
100
Multilayer Ceramic Capacitor
Bahan material untuk kapasitor ini sama dengan jenis kapasitor keramik,
bedanya terdapat pada jumlah lapisan yang menyusun dielektriknya. Pada jenis ini
dielektriknya disusun dengan banyak lapisan atau biasanya disebut dengan layer
dengan ketebalan 10 sampai dengan 20 µm dan pelat elektrodenya dibuat dari
logam yang murni. Selain itu ukurannya kecil dan memiliki karakteristik suhu yang
lebih bagus daripada kapasitor keramik, biasanya jenis ini baik digunakan untuk
aplikasi atau melewatkan frekuensi tinggi menuju tanah.
101
Polypropylene Capacitor
Kapasitor Mika
Dielektrik kapasitor ini adalah polystyrene film . Tipe ini tidak bisa
digunakan untuk aplikasi yang menggunakan frekuensi tinggi, karena
konstruksinya yang sama seperti kapasitor elektrolit yaitu seperti koil. Kapasitor ini
102
baik untuk aplikasi pewaktu dan filter yang menggunakan frekuensi beberapa ratus
kHz. Komponen ini mempunyai 2 warna untuk elektrodenya, yaitu: merah dan
abu–abu. Untuk yang merah elektrodenya terbuat dari tembaga sedangkan warna
abu–abu terbuat dari kertas aluminium.
Trimmer Capacitor
103
Tuning Capacitor
Nilai Kapasitor
104