TUGAS 2
3. Pola komunikasi diagonal merupakan pola yang paling sedikit digunakan, komunikasi
diagonal ini penting dan dapat digunakan apabila para anggota organisasi tidak dapat
berkomunikasi secara efektif melalui pola yang ada (misalnya vertikal). Pertanyaan:
Coba saudara berikan contoh komunikasi diagonal yang sudah dilaksanakan oleh
sebuah organisasi kemudian analisa sejauh mana tingkat keefektifannya!
Jawaban :
Komunikasi organisasi bisa dibilang dapat ditemui hampir pada setiap lapisan masyarakat,
karena kemunculan organisasi baik yang formal maupun nonformal adalah sesuatu yang tak bisa
terlepaskan dari kehidupan sosial. Organisasi bukan saja sekumpulan orang yang bersatu dan
membentuk susunan kepengurusan secara resmi, namun juga dapat terlihat dari setiap adanya
tingkatan atau hierarki yang ada dalam masyarakat. Misalnya saja dalam institusi pendidikan
seperti perguruan tinggi, hubungan antara dosen dan mahasiswa bisa dikategorikan sebagai
organisasi karena adanya perbedaan tingkatan dimana yang satu lebih tinggi dari yang lainnya.
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang terjadi menyilang dari segi tingkatan atau
struktur organisasi, dan akan dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya. Saluran nonformal
atau informal yang terjadi dalam organisasi adalah segala bentuk komunikasi yang dilakukan
tanpa ada keresmian atau keformalan, dan tentunya cenderung lebih santai dibanding saluran
formal. Saluran komunikasi informal biasanya dilakukan pada jam-jam istirahat, atau waktu lain
yang tidak membutuhkan keseriusan yang mendalam dalam mebahas sesuatu. Informasi atau
topik yang dibahas dalam saluran komunikasi informal pun cenderung hal yang bersifat umum,
seperti kejadian yang sedang hot di masyarakat, acara televisi, keadaan organisasi secara
gamblang, dan lain sebagainya.
Komunikasi diagonal merupakan pola komunikasi organisasi yang cukup unik karena agak
menyimpang dari bentuk tradisional seperti komunikasi dari atasan ke bawahan, dari bawahan ke
atasan, ataupun sesama pihak yang memiliki tingkatan sama. Komunikasi diagonal dilakukan
dengan memutus alur komunikasi yang ditentukan oleh organisasi, yang biasanya harus
melewati prosedur dan tahapan tertentu.
Berikut adalah beberapa hambatan komunikasi yang kerap ditemui, termasuk dalam komunikasi
diagonal:
A. Hambatan Proses
proses dari komunikasi itu sendiri yang mencakup berbagai elemen dalam prosesnya. Hambatan
itu bisa terletak pada si pengirim pesan, dimana ia kurang bisa meng-encode atau menyampaikan
pesan dengan baik sehingga tidak dapat tersampaikan seperti harapannya. Hambatan dalam
prosesnya juga bisa terletak pada media sebagai perantara penyampaian pesan atau dari sisi
penerima pesan, dimana bisa saja terjadi perbedaan dalam memahami dan memaknai simbol
tertentu.
B. Hambatan Semantik
Hal ini berkaitan dengan penggunaan istilah tertentu dan pemahaman bahasa atas istilah-istilah
yang digunakan. Istilah sering kali digunakan dalam berkomunikasi yang mana tidak semua
orang memahami istilah tersebut, terlebih jika itu adalah istilah khusus yang digunakan di daerah
atau komunitas tertentu. Maka jika si pengirim pesan berbicara dengan orang yang berasal dari
daerah atau komunitas dan kelompok yang berbeda, bisa saja itu menjadi hambatan bagi si
penerima pesan karena tidak memahami makna dari istilah yang digunakan.
C. Hambatan Fisik
Hambatan ini berkaitan dengan segala sesuatu yang tampak dan bersifat nyata atau terlihat. Hal
yang sering menjadi hambatan fisik dalam berkomunikasi adalah lingkungan atau latar belakang
(bisa suatu tempat atau suasana) dimana terjadinya komunikasi itu, misalnya suasana yang
berisik membuat penerima pesan sulit menyerap informasi yang diberikan dengan baik.
Hambatan fisik ini juga bisa berupa hambatan dari segi indera tubuh yang biasa digunakan untuk
berkomunikasi, misalnya kesulitan berbicara, sehingga dapat sedikit menghambat proses
komunikasi yang dilakukan.
D. Hambatan Psikologis
Kebalikan dari hambatan sebelumnya atau hambatan fisik, hambatan ini lebih kepada hal yang
tidak tampak dan tidak terlihat nyata namun terasa dalam diri masing-masing. Hal yang biasanya
menjadi hambatan psikologis dalam berkomunikasi adalah adanya perbedaan nilai dan
pandangan terhadap suatu hal, yang kemudian membuat sulitnya pengirim pesan untuk
menyampaikan apa yang diinginkan kepada penerima pesan. Perbedaan pendapat atau
pandangan ini akan menghambat dan menyulitkan terciptanya kesamaan makna terhadap suatu
hal yang dikomunikasikan, dimana bisa menjadi timbulnya konflik antara pihak yang
berkomunikasi.
4. Douglas McGregor (1988) mengemukakan asumsi tentang sifat atau tabiat dan
perilaku manusia dalam organisasi, dikenalnya dengan teori X dan Y. Berdasarkan
uraian tersebut, coba saudara analisa Tantya termasuk kedalam teori X atau Y?!
Jawaban :
Teori X dan Teori Y adalah teori motivasi manusia diciptakan dan dikembangkan oleh
Douglas McGregor di Sloan School of Management MIT pada tahun 1960 yang telah digunakan
dalam manajemen sumber daya manusia, perilaku organisasi, komunikasi organisasi dan
pengembangan organisasi.
Asumsi Teori X
Seorang karyawan biasa pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan berusaha
menghindarinya jika memungkinkan. Karena karyawan tidak ingin bekerja, ia harus dibujuk,
dipaksa, atau diperingatkan dengan hukuman untuk mencapai tujuan organisasi. Diperlukan
pengawasan ketat dari manajer. Para manajer mengadopsi gaya yang lebih diktator.
Banyak karyawan menempatkan keamanan kerja sebagai yang teratas, dan mereka hanya
memiliki sedikit aspirasi / ambisi.
Asumsi Teori Y
Karyawan dapat menganggap pekerjaan mereka santai dan normal. Mereka melakukan
upaya fisik dan mental mereka secara inheren dalam pekerjaan mereka.
Karyawan tidak hanya memerlukan ancaman, kontrol eksternal, dan paksaan untuk
bekerja, tetapi mereka dapat menggunakan pengarahan diri sendiri dan kontrol diri jika
mereka berdedikasi dan tulus untuk mencapai tujuan organisasi.
Jika pekerjaan itu bermanfaat dan memuaskan, maka itu akan menghasilkan loyalitas dan
komitmen karyawan terhadap organisasi.
Seorang karyawan biasa dapat belajar untuk mengakui dan mengakui tanggung jawab.
Bahkan, ia bahkan bisa belajar untuk mendapatkan tanggung jawab.
Para karyawan memiliki keterampilan dan kemampuan. Kemampuan logis mereka harus
dimanfaatkan sepenuhnya. Dengan kata lain, kreativitas, sumber daya dan potensi
inovatif dari karyawan dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah organisasi.
Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa Teori X menyajikan pandangan pesimis tentang
sifat dan perilaku karyawan di tempat kerja, sedangkan Teori Y menyajikan pandangan optimis
tentang sifat dan perilaku karyawan di tempat kerja.
Jika berkorelasi dengan teori motivasi Abraham Maslow, kita dapat mengatakan bahwa
Teori X didasarkan pada asumsi bahwa karyawan menekankan pada kebutuhan fisiologis dan
kebutuhan keselamatan, sedangkan Teori X didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan sosial,
kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri mendominasi para karyawan. McGregor
memandang Teori Y lebih valid dan masuk akal daripada Teori X. Dengan demikian, ia
mendorong hubungan tim yang ramah, pekerjaan yang bertanggung jawab dan merangsang, dan
partisipasi semua dalam proses pengambilan keputusan.