“BIOENERGETIKA”
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “BIOENERGETIKA ”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam pengerjaan tugas
makalah kami ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah kami ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang diperoleh dari ATP. Reaksi yang memerlukan energi bebas disebut reaksi
endergonik.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kalor (Q) adalah sebuah energi yang berpindah dari satu benda ke benda yang
lain akibat adanya perbedaan suhu. Apabila berkaitan dengan sistem dan lingkungan,
maka dapat dikatakan bahwa kalor menjadi energi yang berpindah dari sistem ke
lingkungan atau energi yang berpindah dari lingkungan ke sistem akibat adanya
perbedaan suhu. Jika suhu sistem lebih tinggi dari suhu lingkungan, maka kalor akan
mengalir dari sistem menuju lingkungan. Sebaliknya, apabila suhu lingkungan lebih
tinggi dari suhu sistem, maka kalor akan mengalir dari lingkungan menuju sistem.
Apabila keberadaan Kalor (Q) berkaitan dengan perpindahan energi akibat adanya
perbedaan suhu, maka Kerja (W) berkaitan dengan perpindahan energi yang terjadi
melalui cara-cara mekanis (mekanis berkaitan dengan gerak). Misalnya jika sistem
melakukan kerja terhadap lingkungan, maka energi dengan sendirinya akan berpindah
dari sistem menuju lingkungan. Sebaliknya jika lingkungan melakukan kerja terhadap
sistem, maka energi akan berpindah dari lingkungan menuju sistem.
3
Dalam sistem termodinamika, memiliki istilah-istilah tertentu, yakni:
Fondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang melalui
eksperimen-eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja saling dapat
dikonversikan. Pernyataan eksplisit pertama diberikan oleh Rudolf Clausius pada 1850:
"Terdapat suatu fungsi keadaan E, yang disebut 'energi', yang diferensialnya sama
dengan jumlah kerja yang dipertukarkan dengan lingkungannya pada suatu proses
adiabatik."
U = Q – W.
4
Hukum Hukum Termodinamika 1 terdiri atas :
1. Hukum pertama adalah prinsip kekekalan energi yang memasukan kalor sebagai
model perpindahan energi. Menurut hukum pertama, energi dalam suatu benda
dapat ditingkatkan dengan menambahkan kalor ke benda atau dengan
melakukan usaha pada benda.
2. Hukum pertama tidak membatasi tentang arah perpindahan kalor yang dapat
terjadi. Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa jumlah entropi akan
tetap konstan atau bertambah di dalam suatu sistem yang terisolasi saat sedang
mengalami suatu proses.
3. Hukum pertama termodinamika sesuai dengan prinsip kenaikan entropi. Dalam
kasus kekekalan energi juga berlaku hukum pertama termodinamika. Besarnya
perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika terisolasi sama dengan
jumlah keseluruhan energi kalor yang dikirimkan ke dalam sistem.
4. Nilai perubahan energi juga sama dengan besarnya usaha yang dilakukan
terhadap sistem.
5
2.2 Hukum Termodinamika 2
1. Jika tidak ada kerja dari luar, panas tidak dapat merambat secara spontan dari
suhu rendah ke suhu tinggi (Clausius)
2. Proses perubahan kerja menjadi panas merupakan proses irreversible jika tidak
terjadi proses lainnya (Thomson-Kelvin-Planck)
6
3. Suatu mesin tidak mungkin bekerja dengan hanya mengambil energi dari suatu
sumber suhu tinggi kemudian membuangnya ke sumber panas tersebut untuk
menghasilkan kerja abadi (Ketidakmungkinan mesin abadi)
4. Mesin Carnot adalah salah satu mesin reversible yang menghasilkan daya paling
ideal. Mesin ideal memiliki efisiensi maksimum yang mungkin dicapai secara
teoritis
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam
sistem per satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha.
Mungkin manifestasi yang paling umum dari entropi adalah (mengikuti hukum
termodinamika), entropi dari sebuah sistem tertutup selalu naik dan pada kondisi
transfer panas, energi panas berpindah dari komponen yang bersuhu lebih tinggi ke
komponen yang bersuhu lebih rendah. Pada suatu sistem yang panasnya terisolasi,
entropi hanya berjalan satu arah (bukan proses reversibel/bolak-balik). Entropi suatu
sistem perlu diukur untuk menentukan bahwa energi tidak dapat dipakai untuk
melakukan usaha pada proses-proses termodinamika. Proses-proses ini hanya bisa
dilakukan oleh energi yang sudah diubah bentuknya, dan ketika energi diubah
menjadi kerja/usaha, maka secara teoretis mempunyai efisiensi maksimum tertentu.
Selama kerja/usaha tersebut, entropi akan terkumpul pada sistem, yang lalu
terdisipasi dalam bentuk panas buangan.
Pada termodinamika klasik, konsep entropi didefinisikan pada hukum kedua
termodinamika, yang menyatakan bahwa entropi dari sistem yang terisolasi selalu
bertambah atau tetap konstan. Maka, entropi juga dapat menjadi ukuran
kecenderungan suatu proses, apakah proses tersebut cenderung akan "terentropikan"
atau akan berlangsung ke arah tertentu. Entropi juga menunjukkan bahwa energi
panas selalu mengalir secara spontan dari daerah yang suhunya lebih tinggi ke
daerah yang suhunya lebih rendah. Entropi termodinamika mempunyai dimensi
energi dibagi temperatur, yang mempunyai Satuan Internasional joule per kelvin
(J/K). Kata entropi pertama kali dicetuskan oleh Rudolf Clausius pada tahun 1865,
7
berasal dari bahasa Yunani εντροπία [entropía], εν- [en-] (masuk) dan τροπή [tropē]
(mengubah, mengonversi).
8
` Pada umumnya sel fotosintesis mengandung satu atau lebih pigmen klorofil
yang berwarna hijau,tetapi sel fotosintesis lainnya seperti ganggang dan bakteri,
berwarna coklat, merah atau ungu. Hal ini disebabkan oleh adanya pigmen lain
disamping klorofil, yaitu pigmen pelengkap seperti karotenoid yang berwarna kuning,
merah atau ungu dan pigmen fikobilin yang berwarna biru atau merah. Seperti halnya
klorofil, karotenoid dan fikobilin juga mempunyai kemampuan untuk menangkap
energy matahari, tetapi pada panjang gelombang sinar tampak yang tidak tercakup oleh
pigmen klorofil. Jadi, pigmen tersebut berperan sebagai pelengkap penerima cahaya.
Energi matahari yang diterima oleh pigmen pelengkap harus dipindahkan terlebih
dahulu ke molekul klorofil sebelum digunakan untuk fotosintesis.
9
pendek (440 – 480 nm). Sinar yang jatuh pada permukaan daun hanya sekitar 1–2%
digunakan untuk fotosintesis, yang lainnya dipantulkan, ditransmisikan atau diserap
dalam bentuk panas
2. Reaksi gelap : terjadi dalam stroma (Gambar 2.3), menggunakan NADPH dan
ATP untuk membentuk glukosa dari CO2 dan H2O yang selanjutnya digunakan
untuk membentuk senyawa pati, selulosa dan polisakarida lainnya sebagai hasil
akhir proses fotosintesis. Fase gelap pada prinsipnya adalah pemindahan
hidrogen dari air hasil hidrolisis pada fase terang oleh pembawa hidrogen
(NADPH2) ke asam organic berenergi rendah untuk membentuk karbohidrat
yang berenergi tinggi. Reaksi reduksi ini adalah penambahan electron dan atom
hydrogen ke karbondioksida yang berakhir dengan terbentuknya unit gula.
10
A. Tahapan Reaksi Terang
Sinar matahari diserap oleh molekul klorofil, yang masing-masing merupakan
magnesium porfirin (Gambar 1). Pigmen pelengkap, seperti karotenoid,
menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lain sehingga memaksimalkan
penyerapan cahaya. Pigmen tersebut ditata sebagai fotosistem, tiap fotosistem
terdiri atas kompleks antena dan satu pusat reaksi fotosintesis. Kompleks antena
memiliki beberapa ratus molekul klorofil dan pigmen pelengkap yang
berkumpul bersama dalam membrane tilakoid. Bila klorofil kena cahaya
matahari, energinya akan bertambah yang menyebabkan elektron tereksitasi.
Energi eksitasi pindah ke pusat reaksi fotokimia.
11
2) Fotosistem II : merupakan kompleks protein-klorofil yang menyerap cahaya
maksimum pada panjang gelombang 680nm sehingga disebut P680. Kedua
fotosistem ini dihubungkan oleh pembawa electron yang lain. Ketika disusun
menurut potensial redoksnya, berbagai komponen tersebut terlihat seperti
3. P680+ mengektrak electron dari air sehingga kembali ke keadaan tak tereksitasi.
12
feredoksin (Pd), suatu kumpulan protein yang mengandung setidaknya satu
kumpulan FeS, menjadi kation P700+. P700+ menerima electron dari
plastosianin sehingga kembali ke keadaan tak tereksitasi.
6. Dua electron berenergi tinggi dari dua molekul peredoksin tereduksi kini
ditransfer ke NADP+ untuk membentuk NADPH. Reaksi ini dilakukan oleh
NADP reduktase.
B. Reaksi gelap
Reaksi gelap menggunakan ATP dan NADPH yang dihasilkan oleh reaksi
terang untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat. Produk akhirnya
adalah sukrosa dan pati. Reaksi fiksasi karbon kunci dikatalisis oleh enzim besar
yang disebut ribulosa bifosfat karboksilase (disingkat menjadi rubisko) yang
terletak di dalam stroma. Reaksi ini mengkondensasi molekul CO2 dengan
ribulosa 1,5-bifosfat (molekul lima karbon) untuk memproduksi intermediet
enam karbon sementara yang dengan cepat terhidrolisis menjadi dua molekul 3-
fosfogliserat.
Rubisko adalah enzim yang sangat lambat, memfiksasi hanya tiga
molekul substratnya setiap detik sehingga dibutuhkan dalam jumlah yang besar.
Reaksi rubisko membentuk sebagian dari siklus reaksi yang disebut siklus
Kalvin, yang mengarah pada regenerasi ribulosa 1,5-bifosfat (siap memfiksasi
CO2 yang lain) dan produksi total gliseraldehid 3-fosfat untuk sintesis sukrosa
dan pati. Tiga molekul CO2 harus diikat untuk menciptakan satu molekul
13
gliseraldehid 3-fosfat (molekul tiga karbon). Konversi gliseraldehid 3-fosfat
menjadi ribulosa 1,5-bifosfat dalam siklus tersebut membutuhkan tujuh enzim
termasuk transketolase dan aldolase. Banyak gleseraldehid 3-fosfat yang
diproduksi oleh siklus Kalvin dalam kloroplas yang dikeluarkan ke sitosol dan
digunakan untuk memproduksi disakarida, sukrosa. Pertama-tama gleseraldehid
3-fosfat diubah menjadi fruktosa 6-fosfat dan glukosa 1-fosfat. Glukosa 1-fosfat
kemudian diubah menjadi UDP-glukosa dan bereaksi dengan fruktosa 6-fosfat
untuk mensintesis sukrosa 6-fosfat. Hidrolisis sukrosa 6-fosfat menghasilkan
sukrosa. Ini adalah gula utama yang yang ditransfor di antara sel-sel tumbuhan,
analog dengan pasokan glukosa melalui aliran darah ke jaringan tubuh hewan.
Jika hewan menyimpan kelebihan karbohidrat dalam bentuk glikogen, maka
tumbuhan melakukannya dalam bentuk pati (starch). Pati diproduksi dalam
stroma kloroplas dan disimpan disana sebagai starch grains. Sintesis starch
terjadi dari ADP-glukosa, CDP-glukosa, atau GDP glukosa (tetapi bukan UDP-
glukosa). Jalur ini melibatkan konversi gliseraldehid 3-fosfat (dari siklus Kalvin)
menjadi glukosa 1-fosfat yang kemudan digunakan untuk mensintesis turunan
gula nukleotida.
14
2.5 Macam-Macam Jalur Reaksi Regulasi Metabolisme Sel
Secara umum, metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi kimia organik:
1. Katabolisme, yaitu reaksi untuk menghasilkan energi dengan cara
mengurai senyawa organik, seperti pemecahan glukosa menjadi asam
piruvat oleh proses respirasi seluler (tanpa oksigen)
2. Anabolisme, yaitu reaksi yang memerlukan energi untuk menyusun
(sintesis) senyawa organik seperti protein, karbohidrat, lipid, dan asam
nukleat dari molekul-molekul yang diperlukan.
Metabolisme juga dapat diartikan sebagai semua reaksi kimia yang
terjadi pada organisme hidup yang termasuk di antaranya pencernaan dan
perpindahan zat di dalam dan di antara sel yang berbeda. Kelompok reaksi di
atas yang terjadi pada tingkat sel dapat dikenal dengan nama metabolisme
perantara atau metabolisme intermediat.
Tiga tujuan utama metabolisme yaitu mengonversi makanan menjadi
energi untuk menjalankan proses pada tingkat seluler, mengonversi makanan
15
menjadi bahan baku penyusun protein, lipid, asam nukleat dan beberapa jenis
karbohidrat, serta mengeliminasi zat sisa metabolisme. Reaksi-reaksi yang
dikatalisis enzim ini memungkinkan organisme untuk tumbuh, bereproduksi,
mempertahankan struktur dan merespons lingkungannya.
18
BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
3.2SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Asraf, A., dan Kurniawan, B. (2021). Darojah, Lia Inarotut, ed. Fisika Dasar untuk
Sains dan Teknik: Jilid 2 Mekanika Fluida dan Termodinamika. Jakarta: Bumi
Aksara.
3. Yuberti (2013). Konsep Materi Fisika Dasar 2 Bandar Lampung: Anugrah Utama
Raharja (AURA).
4. Ben-Naim, Arieh (2007). Entropy Demystified. World Scientific. .
5. Dugdale, J. S. (1996). Entropy and its Physical Meaning (edisi ke-2nd). Taylor and
Francis (UK); CRC (US). ISBN 0-7484-0569-0.
6. Fermi, Enrico (1937). Thermodynamics. Prentice Hall.
7. Gyftopoulos, E.P. (1991, 2005, 2010). Thermodynamics. Foundations and
Applications. Dover.
8. Kroemer, Herbert (1980). Thermal Physics (edisi ke-2nd). W. H. Freeman
Company.
9. Penrose, Roger (2005). The Road to Reality: A Complete Guide to the Laws of the
Universe. New York: A. A. Knopf.
10. Reif, F. (1965). Fundamentals of statistical and thermal physics. McGraw-Hill.
11. Goldstein, Martin; Inge, F (1993). The Refrigerator and the Universe. Harvard
University Press.
12. vonBaeyer; Hans Christian (1998). Maxwell's Demon: Why Warmth Disperses and
Time Passes. Random House.
13. Biel, R. and Mu-Jeong Kho (2009) "The Issue of Energy within a Dialectical
Approach to the Regulationist Problematique Diarsipkan 2012-05-08 di Wayback
Machine.," Recherches & Régulation Working Papers, RR Série ID 2009-1,
Association Recherche & Régulation: 1–21.
20