Anda di halaman 1dari 3

GAS WELL TEST

Pada pengujian sumur gas ada beberapa uji yang dapat dilakukan yaitu uji trasien dan uji
deliverabilitas.
1. Uji trasien/dasar
Bertujuan untuk mengetahui data reservoir, dapat dibagi beberapa jenis :
1). Drill Stem Test
DST mula-mula perkenakan pada tahun 1962 oleh Halliburton untuk memastikan
apakah suatu formasi produktif atau tidak, dan dapat dilakukan pada sumur-sumur yang
sedang dibor maupun pada sumur pengembangan.
- Prinsip pengujian
Pada dasarnya pengujian ini dilakukan dengan menghubungkan lapisan produktif
dengan tekanan atmosphere yaitu dengan cara mengeliminir pengaruh tekanan
hidrostatik lumpur pemboran dan tekanan di dasar lubang sumur dicatat sebagai fungsi
dari waktu.
- Fungsi DST
1. Menentukan apakah sumur akan diprodusikan atau ditinggalkan. 
2. Memilih peralatan dan metoode well completion yang cocok. 
3. Menentukan kedalaman yang tepat untuk pemasangan packer dan pemilihan
interval perforasi. 
4. Mempertimbangkan kemungkinan perlunya dilakukan stimulasi.
5. Menentukan produktivitas reservoir dan kapasitas produksi optimum. 
6. Mengevaluasi kembali besarnya perkiraan cadangan hydrocarbon.
7. Meramalkan ulah laku reservoir dimasa yang akan datang.

2). Pressure test


- Pressure Build-upTest
Pressure build-up test adalah salah satu cara yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi secara langsung mengenai sifat-sifat fluida yang yang terkandung dalam
reservoir, karakteristik batuan reservoir, temperature, dan tekanan reservoir yang
merupakan suatu teknik pengujian tekanan tansien. 
- Prinsip pengujian 
Pada dasarnya dilakukan dengan pertama-tama dengan memproduksikan sumur selama
suatu selang tertentu dengan laju alir yang konstan, kemudian sumur tersebut ditutup.
penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu
- Tujuan analisa Pressure Build-up Test 
• Untuk menentukan permeabilitas formasi (K)
• Untuk menentukan adanya karakteristik kerusakan atau perbaikan formasi (faktor
skin)
• Untuk menentukan produktivitas formasi (PI)
• Untuk menentukan tekanan statis (P*) dan tekanan rata-rata (Pave) reservoir.
3). Pressure Drowdown Test
Pressure drawdown testing adalah suatu pengujian yang dilaksanakan dengan jalan
membuka sumur dan mempertahankan laju produksi tetap selama pengujian
berlangsung. Dengan syarat awal, sebelum pembukaan sumur tersebut tekanan
hendaknya seragam di seluruh reservoir yaitu dengan menutup sumur sementara waktu
agar dicapai keseragaman tekanan di reservoirnya. Pada dasarnya pengujian ini dapat
dilakukan pada :
a. Sumur baru
b. Sumur-sumur lama yang telah ditutup sekian lama hingga dicapai keseragaman
tekanan reservoir.
c. Sumur-sumur produktif yang apabila dilakukan buil-up test, yang punya sumur akan
sangat merugi.
- Tujuan analisa Pressure Drowdown Test
• Untuk menentukan permeabilitas formasi (k).
• Untuk menentukan factor skin (S)
• Untuk mengetahui volume pori-pori yang berisi fluida (Vp)

2. Uji deliveralibitas
merupakan salah satu pengujian sumur gas yang bertujuan untuk
memperkirakan laju aliran semu pada tekanan sumur tertentu seperti kondisi lapangan
atau dengan kata lain untuk mengetahui kemampuan sumur gas dalam berproduksi
yang biasanya dinyatakan dalam bentuk AOFP (Absolute Open Flow Potential).  Dapat
dibagi beberapa metode :

1). Flow after flow atau back pressure


Prinsip kerjanya dengan menstabilkan  tekanan reservoir (Pr) dengan jalan menutup
sumur. Selanjutnya sumur akan diproduksikan dengan laju (qsc) yang berbeda-beda.
Setiap penggantian laju produksi, sumur dibiarkan untuk berproduksi hingga mencapai
aliran yang stabil. Setiap kali penggantian laju alir tidak didahului terlebih dahulu dengan
penutupan sumur. Pada pengujian ini, sangat baik apabila dilakukan pada reservoir
dengan permeabilitas tinggi. Apabila permeabilitasnya rendah, maka akan
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai kondisi yang stabil.

2). Isochronal
Test ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai stabil.
Dilanjutkan dengan pembukaan sumur, sehingga menghasilkan laju prosuksi tertentu
selama jangka waktu (t), tanpa menanti kondisi stabil.
3). Modified isochronal
Pengujian dengan metode modified isochronal merupakan pengembangan dari metode
isochronal, dimana hal yang membedakan dengan metode isochronal bahwa pada
pengujian ini penutupan sumur tidak perlu mencapai kondisi stabil. Disamping itu juga
selang waktu pembukaan dan penutupan harus dibuat sama.

Anda mungkin juga menyukai