Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

STEP TEST

Disusun Oleh :

M. Zaldi Juliansyah

111.160.038

PLUG 08

LABORATORIUM HIDROGEOLOGI

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


YOGYAKARTA

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Hidrogeologi

“Step Test”

Yogyakarta , 7 November 2018

Disusun Oleh :

Nama : M. Zaldi Juliansyah

NIM : 111.160.038

Plug : 08

Mengetahui

Asisten Hidrogeologi

( )

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan untuk kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, berkat dan
hidayah-Nya penyusun bisa menyelesaikan Laporan Step Test ini.
Laporan ini dibuat dan disusun untuk memenuhi salah satu tugas syarat praktikum
Hidrogeologi dan meningkatkan pengetahuan mengenai cara pengujian sumur dengan metode
Step Test.

Penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusun sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu,
penyusun sangat mengharapkan ulasan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga kedepannya penyusun dapat membuat laporan yang lebih baik lagi.

Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Terima Kasih.

Yogyakarta, 7 November 2018

Penyusun,

M. Zaldi Juliansyah

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN............................................Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR .......................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .........................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL..............................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................
1.1. Latar Belakang ...............................................Error! Bookmark not defined.
1.2. Maksud Dan Tujuan ........................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah ............................................Error! Bookmark not defined.
1.4 Alat dan Bahan ...............................................Error! Bookmark not defined.
BAB II DASAR TEORI .......................................................................................................
2.1 Konsep Dasar Step Test .................................................................................. 3
2.2 Metode Step Test ............................................................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................................
3.1. Uraian Pengerjaan……………………………………………………………………………………..10

BAB IV KESIMPULAN ................................................. Error! Bookmark not defined.3


DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................................

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Grafik hubungan s dan t.....................................................................7

Gambar 2.2 Kurva hubungan Q dan Sw/Q.............................................................7

Gambar 2.3 Grafik Hubungan Sw dan Q.............................................................10


Gambar 3.1.Grafik hubungan Sw dan Q Data......................................................13

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi sumur berdasarkan Factor development(Bierschenk, 1964).5

Tabel 2.2 Klasifikasi kondisi sumur berdasarkan harga Coefisient well Loss (Walton,
1970).......................................................................................................................6

Tabel 3.1 Tabulasi data hasil step test...................................................................11

Tabel 3.2 Tabulasi data hasil Metode Jacob..........................................................11

Tabel 3.3 Tabulasi data hasil Metode Logans.......................................................12

vi
Laboratorium Hidrogeologi 2018

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumur air (water wells) merupakan suatu saluran yang dibor secara vertikal
terhadap permukaan bumi dan digunakan untuk menyalurkan air dari bawah permukaan
bumi menuju permukaan bumi. Selain untuk memenuhi kebutuhan pribadi, sumur dapat
digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti eksplorasi dan observasi bawah
permukaan.

Air tanah merupakan suatu bagian dalam proses sirkulasi hidrologi. Pemanfaatan
air tanah akan dapat memutuskan sistem sirkulasi jika air yang dipompa melebihi
besarnya pengisian kembali air tanah (recharge), sehingga akan terjadi pengurangan
volume air tanah yang ada. Jika penurunan air tanah melampaui suatu limit tertentu, maka
fungsi pemompaan akan hilang akibatnya sumur tidak dapat memenuhi kebutuhan air
untuk masyarakat dalam periode jangka panjang sehingga diperlukannya eksplorasi
sumur dan membuat desain konstruksi sumur yang baru..

Desain konstruksi sumur atau biasa disingkat DKS merupakan kegiatan


perencanaan suatu konstruksi sumur yang dilakukan untuk pengambilan air. Salah satu
tahap akhir dari rangkaian pekerjaan pemboran adalah menguji kuantitas air yang akan
dieksploitasi. Kuantitas air dapat ditentukan berdasarkan uji pemboran. Adapun sasaran
utama pelaksanaan uji pemompaan adalah : menentukan besaran kapasitas jenis sumur
dan efisiensi sumur, dan menentukan parameter hidrolik sumur. Dalam uji pemompaan
terdapat metode pemompaan bertahap (Step-drawdown test), yaitu metode step test
dimana dilakukan dengan cara mengukur penurunan muka air tanah di dalam sumur uji
dengan debit pemompaan yang ditambah secara bertahap

1
Laboratorium Hidrogeologi 2018

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari acara uji pemompaan ini adalah untuk mengetahui metode uji
pemompaan baik pengujian akuifer maupun pengujian sumur serta mengetahui perbedaan
pengujian akuifer dan pengujian sumur. Hal ini dimaksudkan agar praktikan dapat
mengaplikasikan bagaimana penilaian sumur dengan baik.

Tujuan dari diadakannya praktikum Step test yaitu: praktikan dapat menentukan
karakteristik sumur (Aquifer Loss dan Well Loss), kondisi sumur, kapasitas jenis sumur,
efisiensi sumur dalam dan besarnya debit pemompaan yang aman (kapasitas maksimum
sumur)

1.3 Batasan Masalah


Karena banyaknya perkembangan permasalahan yang dapat dibahas
mengenai Step Test, maka perlu adanya suatu batasan-batasan masalah yang jelas
mengenai permaslahan yang akan dibahas. Adapun batasan-batasan masalah
tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Kegiatan penelitian hanya sebatas menggunakan metode-metode yang ada bukan
pengujian pumping test secara langsung
2. Metode yang digunakan pada kegiatan penelitian hanya tiga metode, yaitu Metode
Jacob, Metode Logans, dan Metode Sichardt

1.4 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan desain konstruksi sumur:

1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Spidol
4. Lembar data hasil uji pemompaan (StepDrawdown Test)
5. Lembar kerja Semilog
6. Kalkulator
7. Kertas HVS

2
Laboratorium Hidrogeologi 2018

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Konsep Dasar Step Test


Untuk memastikan bahwa data berkualitas terbaik diperoleh, pengujian harus
dilakukan dengan cara yang metodis, dengan cermat mencatat waktu, debit, dan
pengukuran kedalaman. Tes pemompaan difasilitasi melalui penggunaan transduser
tekanan, data logger, dan komputer. Namun, meski dengan teknologi yang lebih baik,
terdapat beberapa langkah dasar yang perlu dilakukan untuk memastikan kualitas data.
Beberapa hari sebelum pengujian, sumur dipompa selama beberapa jam untuk
menentukan hal berikut:

 Pencatatan minimum yang diantisipasi.


 Jumlah air yang dihasilkan pada berbagai kecepatan dan penarikan
pompa.
 Metode terbaik untuk mengukur hasil (mis., Flow meter, weir, flume,
dan orifice kritis).
 Tempat pembuangan air yang dipompa untuk menghindari pengisian
ulang, atau dalam hal pekerjaan lingkungan, tempat menyimpannya air
yang terkontaminasi.
 Apakah sumur observasi berada sedemikian rupa sehingga penarikan
yang cukup diamati untuk menghasilkan data yang dapat digunakan.

Sebelum memulai tes pemompaan, pastikan tingkat air kembali ke tingkat air
statis normal (pretest). Itu Keakuratan data penarikan bergantung pada hal berikut:

 Pertahankan debit konstan sepanjang pengujian.


 Ukur penarikan di sumur pemompaan dan beberapa sumur pengamatan.
 Memrogram peralatan pemantauan untuk melakukan pembacaan pada
interval waktu yang tepat.
 Menentukan bagaimana perubahan tekanan barometrik dan pengaruh
pasang surut mempengaruhi data penarikan.
 Bandingkan data recovery dengan data penarikan.

3
Laboratorium Hidrogeologi 2018

 Akuifer terbatas harus memiliki 24 jam penarikan dan 24 jam


pemulihan (ini mungkin spesifik proyek / spesifik).
 Akuifer yang tidak terbatas harus memiliki 72 jam penarikan dan 72
jam pemulihan (ini mungkin spesifik proyek / spesifik).
 Uji coba langkah-langkah harus dilakukan selama 24 jam untuk kedua
jenis akuifer.
 Tingkat pemompaan harus dikurangi dan dicatat secara berkala, dan
disesuaikan jika diperlukan. Varian dalam tingkat pemompaan bisa
menghasilkan data yang tidak menentu. Tingkat pemompaan bisa
berubah akibat variasi voltase saluran, variasi udara suhu, kelembaban,
atau campuran bensin di generator.

2.2 Metode Step Test


Step test pada dasarnya dilaksanakan setelah pelaksanaan konstruksi sumur dan
setelah pembersihan/penyempurnaan sumur atau dengan kata lain tahap akhir dari
rangkaian pekerjaan pemboran airtanah. Step test dilakukan dengan cara mengukur
penurunan muka airtanah di dalam sumur uji dengan debit pemompaan yang ditambah
secara bertahap.
Jacob menyatakan bahwa drawdown pada sumur akibat pemompaan terdiri atas
dua komponen, yang pertama adalah aquifer loss yaitu drawdown pemompaan
disebabkan oleh macam akuifernya (hambatan yang terjadi didalam aliran pada
akuifernya sendiri = BQ ), yang kedua adalah well loss yaitu drawdown pemompaan yang
disebabkan oleh konstruksi sumur (CQ2). Sumur yang efisien adalah sumur yang
mempunyai well loss kecil.

Bierschenk (dalam Suharyadi) menyatakan bahwa efisiensi sumur itu tergantung


besarnya pemompaan yang terdiri atas efisiensi pemompaan (Ep) dan Faktor
development (Fd).

Efisiensi pemompaan dinyatakan :

Ep = BQ/Sw x 100%

4
Laboratorium Hidrogeologi 2018

Dimana :

Ep = Efisiensi pemompaan (l/det.s-1)

BQ = hambatan yang terjadi didalam aliran pada akuifernya sendiri


(l/det)
Sw =
total penurunan muka airtanah (s)

Besarnya pemompaan yang efisien apabila harga Epnya minimal 50%

Faktor development dinyatakan dengan :

Fd = C/B

Dimana:

Fd = Faktor development

C = Harga koefisien Well Loss

B = Harga koefisien Aquifer loss

Tabel 2.1 Klasifikasi sumur berdasarkan Factor development

(Bierschenk, 1964)

Factor Development Klas


3
(Hari/m )

< 0,1 Sangat baik

0,1 – 0,5 Baik

0,5 – 1 Sedang

>1 Jelek

5
Laboratorium Hidrogeologi 2018

Tabel 2.2 Klasifikasi kondisi sumur berdasarkan harga Coefisient well Loss
(Walton, 1970)

Coeficient Well Loss


Kondisi Sumur
C (m2/m5)

< 0,5 Baik

0,5 – 1 Mengalami penyumbatan sedikit

1–4 Penyumbatan dibeberapa tempat

>4 Sulit dikembalikan seperti semula

1. Metode I (Metode Jacob)


1) Dari data uji step test dibuat grafik hubungan antara s (drawdown) dan t (waktu
pemompaan).
2) Dari grafik hubungan antara s dan t di atas tentukan harga s (tambahan
penurunan muka airtanah) pada setiap step.
3) Berdasarkan data Q, s, Sw (total penurunan muka airtanah), hitung Sw/Q.
4) Buat tabel data tersebut.

Sw1

s(m)
Sw2

Sw3

t ( menit )

Gambar 2.1 Grafik hubungan s dan t

6
Laboratorium Hidrogeologi 2018

5) Untuk menentukan harga-harga C dan B, plot pada kertas milimeter harga-


harga Q (l/detik) lawan Sw/Q (m/l/detik), tarik garis berat (lurus) yang melalui
titik-titik hasil pengeplotan, selanjutnya menentukan harga a dan b.

2)
3) Gambar 2.2 Kurva hubungan Q dan Sw/Q
Keterangan :
B: harga koefisien Aquifer loss
C: harga koefisien well loss

6) Menghitung harga BQ dan CQ2


7) Menentukan harga Sw dapat berdasarkan kurva atau dengan rumus Sw = BQ+CQ2
8) Membuat tabulasi data.
9) Menentukan efisiensi pemompaan (Ep)
10) Menentukan faktor development (Fd)
11) Menentukan kelas dan kondisi sumur

2. Metode II

Pada metode ini dilakukan dengan cara membandingkan setiap kapasitas jenis pada
setiap step pemompaan:

Q1/Sw1 : Q2/Sw2 : ….. Qn /Swn (m3/jam/l)

7
Laboratorium Hidrogeologi 2018

Apabila harga mendekati kesamaan dengan perbedaan < 1, maka kontruksi sumur
sempurna.

Q1/Sw1 Q2/Sw2 Q3/Aw3

=a =b =c (nilai terkecil)

a/c b/c c/c

a/c – b/c b/c – c/c a/c – c/c

3. Metode III (Metode Logans)

1) Dari data pengamatan step test dan perhitungan, dibuat tabulasi data.
2) Membuat gambar kurva dalam kertas milimeter, antara EP (Efisiensi
Pemompaan) pada ordinat dan Q pada absis untuk mencari Q optimum.
3) Menentukan Q optimum dengan cara menarik garis dari titik harga EP = 50 searah
dengan absis hingga memotong kurva.
4) Dari perpotongan antara garis EP = 50 dan kurva, tarik garis tegak lurus ke arah
absis.
5) Titik hasil perpotongan antara garis tegak lurus dan garis absis dibaca sebagai
nilai Q optimum.
6) Untuk seterusnya dihitung T (keterusan) dengan metode Logans.
1,22.Q.86,4
T  .....m 2 / hari
Sw

Q = Q optimum

Sw = (harga Sw pada saat Q optimum) = Q optimum x 50

7) Menghitung harga k = permeabilitas dengan rumus T = k.D,


dimana D = Tebal akuifer, k = T/D

8
Laboratorium Hidrogeologi 2018

4. Metode Grafis (Metode Sichardt)

1) Data pemompaan dievaluasi dengan metode uji sumur muka air bertahap (step
drawdown test) untuk mendapatkan persamaan garis Sw = BQ + CQ2.
2) Gambar persamaan garis tersebut pada kertas grafik dengan memasukkan nilai Q
sebagai absis (X) dan nilai Sw sebagai ordinat (Y).
3) Hitung kapasitas maksimum sumur atau debit maksimum
(Qmaks) dengan persamaan Huisman sebagai berikut:

Qmaks = 2π x rw x D x ( √ K)

15

Dimana:

Qmaks = debit maksimum (m3/dt)

rw = jari-jari konstruksi sumur (m)

D = tebal akuifer (m)

K = koefisien kelulusan air

4) Hitung penurunan maksimum (Sw maks) dengan persamaan sebagai berikut:


Swmaks = BQ maks + CQ2 maks

5) Dari titik potong di atas didapat harga kapasitas optimum (Q opt) dan penurunan
muka air optimum (Sw opt).
6) Hubungkan titik kapasitas maksimum (Qmaks) dengan penurunan muka air
(Swmaks) sehingga berupa garis lurus yang berpotongan.

9
Laboratorium Hidrogeologi 2018

BAB III

PEMBAHASAN
3.1. Uraian Pengerjaan

Metode I (Metode Jacob)

Tabel 3.1 Tabulasi data hasil step test

Q s Sw Sw/Q
Step
(m3/detik) (m) (m) (m/m3/detik)

1 0,0171 1,05 1,05 61,,4035

2 0,0172 0,23 1,28 47,0588

3 0,0378 2,39 3,44 91,0053

Berdasarkan grafik Sw/Q vs Q,

didapat nilai:

a = 14, b = 0,016 B = 36 (s/m2), sehingga C = a/b = 14/0,016 = 875 (s2/m5).

Tabel 3.2 Tabulasi data hasil Metode Jacob

Q
Step B C BQ CQ2 Sw
3
(m /det)

1 0,0171 0,6156 0,2558 0,8714

2 0,0272 36 875 0,9792 0,6474 1,6266

3 0,0378 1,3608 1,2502 2,611

Efisiensi Pemompaan (EP):

EP = BQ / Sw x 100%

EP1 = 0,6156/ 0,8714 x 100% = 70,6449%

EP2 = 0,9792/ 1,6266 x 100% = 60,1991%

10
Laboratorium Hidrogeologi 2018

EP3 = 1,3608/ 2,611 x 100% = 52,1180%

EPrata-rata = (EP1 + EP2 + EP3) / 3 = 60,9873%

Factor Development (Fd):

Fd = C / B = 875 / 36 = 2,8131 x 10-4 hari/m3

Klas Sangat baik (menurut Bierschent, 1964)

Coefisient Well Loss:

C = 875 s2/m5 = (875/3600) menit2/m5 = 0,2430 menit2/m5

Kondisi Sumur Baik (menurut Walton, 1970)

Metode II

Perbandingan Q/Sw:

Q1/Sw1 Q2/Sw2 Q3/Aw3

0,0196 (a) 0,0167 (b) 0,0144 (c)

1,3611 (a/c=”1”) 1,1597 (b/c=”2”) 1 (c/c=”3”)

0,2014 (“1-2”) 0,1597 (“2-3”) 0,3611 (“1-3”)

Harga perbandingan kapasitas jenis pada setiap step pemompaan rata-rata bernilai < 1,
maka konstruksi sumur sempurna.

Metode III (Metode Logans)

Q optimum = 0,04 m3/s


SW grafis = 0,04x 50 = 2m

 T = (1,22 x Q x 86400 / Sw) m2/hari


= (1,22 x (0,04) x 86400 / (2) m2/hari
= 2108,16 m2/hari

 K = T/D = (2108,16 / 25) m/hari = 84,3264 m/hari = 9,76 x 10-4 m/s

11
Laboratorium Hidrogeologi 2018

Metode IV (Metode Sichardt)

 Diketahui : Rw = 6 Inch = 0,1524 m


D = 25 m
K = 84,3264 m/hari
 Ditanya : Qmax…………………………..?
 Qmaks = ((2 x π x rw x D x √K )/15) (m3/s)

= (2 x (3.14) x 0,1524 x 25 x √9,76 x 10−4 / 15) (m3/s)

= 0,0498 m3/s

Berdasarkan kurva garis Sw dan Q yang diplot didapatkan persamaan

Sw maksimum = 84,11 x Qmaks – 0,5988

= 84,11 x (0,0498) – 0,9125

= 3,5898 m

Qoptimum = 0,0268 m3/s Swoptimum = 1,64 m


Aplikatif

 T = K x D = 84,3264 m/hari x 25 m = 0,024 m2/hari


 Luas Kapasitas (A)
A = Q optimum / (R x 24/n)

= (0,04x 86400) (m3/hari) / (1,75x86,4x 24/12) (m3/hari/Ha)

= 7.6571 Ha

 Jumlah Pompa (JP)


JP = LA / A = 150 Ha / 7.6571 Ha = 19,589 Ha ≈ 𝟐𝟎 𝐇𝐚

 Radius of Influence
Swgrafis = Q optimum/ (2π x T) x ln (ro/rw)

2 = 0,0268 / (2. 3,14 x 0,024) x ln(ro/0,1524)


11,2486 = ln(ro/0,1524)
ln ro = ln (0,1524) + 11,2486
ln ro = (-1,8812)+ 11,2486
ro = 11614,38 m

12
Laboratorium Hidrogeologi 2018

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil pengerjaan Step test pada kode sumur
RSCH 01 lokasi Pajangan, adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan berdasarkan factor development (Fd) didapatkan nilai = 2,8131 x 10-
4 hari/m3 dan berdasarkan tabel klasifikasi menurut Bierschenk (1964), klas
sumur sangat baik.
2. Didapatkan nilai C adalah 0,2430 menit2/m5. Berdasarkan klasifikasi kondisi
sumur dengan harga Coefficient well loss (C) menurut Walton (1975), kondisi
sumur termasuk baik.
3. Dari hasil perhitungan menggunakan metode II, sumur di Pajangan memiliki nilai
rata-rata < 1, sehingga konstruksi sumur di daerah tersebut termasuk dalam
kategori sempurna
4. Niali rata-rata efisiensi pompa adalah 60,9873%.
5. Nilai Q optimum, didapatkan dari kurva Ep vs. Q dengan nilai 0,04m3/s.
6. Nilai keterusan akuifer adalah 2108,16 m2/hari.
7. Nilai konduktivitas hidraulik adalah 9,76 x 10-4 m/s
8. Luas area pemompaan adalah 7.6571 Ha.
9. Jumlah pompa yang dibutuhkan adalah 20 pompa.
Nilai Radius of influence adalah 11614,38 m.

13

Anda mungkin juga menyukai