Anda di halaman 1dari 52

TEKNIK RESERVOIR

MKKD1008

AGUSTINA PRIHANTINI M.T

agustinaprihantini@yahoo.co.id

081222795421

PERTEMUAN KE-12 WELL TEST OIL


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
DRILL STEM TEST (DST)

Untuk memastikan apakah suatu formasi produktif dan dapat


dilakukan pada sumur pengembangan. Penentuan zona test
dari analisa cutting dan logging.

Parameter-parameter yang didapatkan adalah :


1. Tekanan reservoir mula-mula
2. Permeabilitas efektif
3. Faktor kerusakan formasi
4. Batas-batas reservoir
5. Heterogenitas reservoir
6. terjadinya depletion pada suatu reservoir
PROSEDUR DST

1. Suatu periode mula-mula pendek (the initial flow period)


2. Suatu periode penutupan mula-mula pendek (the initial build
up period)
3. Suatu periode aliran kedua panjang (the second flow period)
4. Suatu periode penutupan akhir panjang (the final build up
period)

DST yang dilakukan hanya satu periode pengaliran dan


penutupan disebut 1 cycle.
Dan jika test ini meliputi tahapan the initial flow period dan the
final build up period disebut 2 cycle.
Umumnya yang dilakukan di lapangan adalah 2 cycle.
Skematik chart dari drillstem test
Trouble Shooting DST Chart
1

Pada chart di atas, menunjukan bahwa kondisi lubang yang sempit


Dapat menyebabkan tekanan yang bergelombang atau peralatan
Lengket.
Trouble Shooting DST Chart
2

Pada chart di atas, menunjukan adanya kebocoran pada DP atau juga mud loss
Ke formasi. Dengan indikasi turunnya tekanan hidrostatik lumpur.
Trouble Shooting DST Chart
3

Pada chart di atas, menunjukan adanya penundaan (delay) ketika memasuki


Lubang bor tanpa adanya mud loss.
Trouble Shooting DST Chart
4

Pada chart di atas, menunjukan adanya kerusakan alat pada pressure


Gauge ataupun recorder.
Trouble Shooting DST Chart
5

Pada chart di atas, menunjukan bahwa perhitungan waktu berhenti.


Trouble Shooting DST Chart
6

Pada chart di atas, menunjukan bahwa perhitungan waktu terlewat


Trouble Shooting DST Chart
7

Pada chart di atas, menunjukan adanya komunikasi fluida di sekitar packer


Disebabkan oleh fracture kurang baiknya dudukan packer.
Trouble Shooting DST Chart
8

Pada chart di atas, pada kurva build up menandakan adanya pelarutan


(solution) gas dalam minyak.
Trouble Shooting DST Chart
9

Pada chart di atas, terjadi hanya pada periode aliran pertama ketika
volume di bawah close-in valve lebih besar dibandingkan volume fluida
Yang mengalir ketika periode alir.
Trouble Shooting DST Chart
10

Pada chart di atas, menunjukan adanya perilaku plugged bottom-hole


Choke ataupun perforated anchor.
Trouble Shooting DST Chart
11

Pada chart di atas, adanya bagian mendatar pada periode aliran kedua
Mengindikasikan bahwa sumur di permukaan mengalir.
Trouble Shooting DST Chart
12

Pada chart di atas, penurunan kemiringan pada periode aliran kedua


Menunjukan pemenuhan drill collar dan bagian transisi drillpipe yang
Berdiameter internal besar.
Trouble Shooting DST Chart
13

Pada chart di atas, menunjukan perilaku reservoir gas mengalir ke permukaan.


Penurunan tekanan diakibatkan adanya bantalan air yang terbawa ke
permukaan yang menurunkan densitas rata2 dari kolom alir.
Trouble Shooting DST Chart
14

Pada chart di atas, bagian yang mendisir dalam kurva menunjukan bahwa
Gas menembus cairan dalam drillstring dan sumur mengalir.
Kesimpulan

Dari chart 1- 14, yang termasuk ke dalam damage yaitu 1,2,10,13,14.


PRESSURE TEST

Pengujian terhadap lapisan yang diduga produktif dengan cara


memproduksikan lapisan tersebut untuk sementara waktu.
Tujuan pressure test adalah menentukan kemampuan suatu
formasi untuk menghasilkan fluida formasi atau produktivitas
sumur. Prinsip test ini adalah : mengukur perubahan tekanan
terhadap waktu selama periode penutupan atau periode
pengaliran.

Parameter-parameter yang didapatkan adalah :


1. Tekanan statik (Pws)
2. Tekanan aliran dasar sumur (Pwf)
3. Tekanan awal reservoir (Pi)
4. Permeabilitas rata-rata (k)
5. Faktor kerusakan formasi / skin factor (S)
6. volume pengurasan (Vd)
7. Radius pengurasan (re)
BUILD UP TEST

Pressure Build Up Test adalah suatu pengujian tekanan transien


dengan cara memproduksikan sumur dengan laju produksi
konstan selama waktu tertentu kemudian sumur ditutup
(biasanya menutup wellhead), sehingga naiknya tekanan yang
dicatat sebagai fungsi waktu (Pwf).
Prinsip superposisi digunakan untuk menganalisa ulah tekanan
akibat laju produksi yang berubah-ubah
Build test merupakan pressure transient test yang paling sering
digunakan.
Pada kesempatan ini akan dibahas Buildup Test dengan
menggunakan metode Horner.
Tujuan Pressure Buildup :
 Menentukan permeabilitas efektif formasi,
 Menentukan daerah pengurasan saat itu
 Menentukan faktor skin
 Menentukan tekanan rata-rata reservoir
 Menentukan batas reservoir dan keheterogenitasan suatu
formasi.
Gambar 4 - Sejarah laju Alir untuk Build Up Test.
Persamaan tekanan pada Buildup test :
q.B.
pws  pi  162.6
k .h
 
log (t p  t ) / t

Jika dilakukan plot antara pws vs log[(tp + Δt)/Δt], maka akan


diperoleh garis lurus dengan kemiringan sebesar m.
162 , 6 𝑞 𝜇 𝐵
𝑚=
𝑘h
Permeabilitas k, dapat ditentukan dari slope “m”, sedangkan
apabila garis ini diekstrapolasi ke harga “Horner Time” sama
dengan satu (eqivalen dengan penutupan sumur yang tak
terhingga lamanya), maka tekanan pada saat ini secara teoritis
sama dengan tekanan awal reservoir tesebut.
Dengan mengetahui nilai m, maka harga k dapat ditentukan
dengan persamaan berikut :
𝑞. 𝐵 . 𝜇
𝑘=162.6
𝑚. h
Sesaat sumur ditutup, maka akan berlaku hubungan :

{ }
2
𝑞𝜇 𝐵 1688 𝜑𝜇𝐶 𝑡 𝑟 𝑤
¿ 𝑃 𝑖 +162, 6 log − 0,869 𝑆
𝑘h 𝑘𝑡 𝑝

{ }
2
1688 𝜑𝜇𝐶 𝑡 𝑟 𝑤
¿ 𝑃 𝑖 +𝑚 log 0,869 𝑆
𝑘𝑡 𝑝
Pada saat waktu penutupan = t, maka berlaku hubungan :

𝑃 𝑤𝑠 =𝑃 𝑖 −𝑚log {(𝑡 𝑝 +Δ 𝑡)/ Δ𝑡 }

Faktor skin (S), dapat dihitung dengan persamaan :

𝑆=1,151 ( 𝑃 𝑤𝑠 − 𝑃𝑤𝑓
𝑚 ) (
+ 1,151 log
1688 𝜑𝜇𝐶 𝑡 𝑟 𝑤 2
𝑘 𝑡𝑝 ) (
+ 1,151 log
𝑡𝑝 + Δ 𝑡
Δ𝑡 )
Di dalam industri perminyakan biasanya dipilih t = 1 jam,
sehingga Pws pada di atas menjadi P1jam. P1jam ini biasanya
harus diambil pada garis lurus ekstrapolasinya. Kemudian faktor
log [ (tp+t)/t ] dapat diabaikan, sehingga didapat persamaan
akhir sebagai berikut :

𝑆=1,151
{
𝑃 1 𝑗𝑎𝑚 − 𝑃 𝑤𝑓
𝑚
− log
𝑘
𝜑𝜇 𝐶 𝑡 𝑟 𝑤2
+3 ,23
}
S > 0 (positif) berarti formasi mengalami kerusakan
S = 0 berarti tidak ada perubahan fisik pada formasi
S < 0 berarti formasi telah mengalami perbaikan melalui
stimulasi
Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi
produktif akibat adanya skin efek biasanya diterjemahkan
kepada besarnya penurunan tekanan, Ps yang ditentukan
menggunakan persamaan :

Ps = 0,87 m. S

Sehingga besarnya produktifitas formasi (PI) dan atau flow


efisiensi (FE) dan radius of investigation (ri) berdasarkan
analisa pressure build up test ini dapat ditentukan
menggunakan persamaan :
q
PI  * kt
P  Pwf  Ps ri  0,03
. .Ct
P *  Pwf  Ps
FE  x100%
P  Pwf
*
ri

rw

re
TAHAPAN ANALISA

Tahapan atau langkah-langkah untuk melakukan analisa pressure


buildup test berdasarkan Metode Horner adalah :
1. Berdasarkan data-data PBU buat tabulasi yang menghubungkan
harga Pws terhadap Horner time (tp + t/ t)
2. Plot harga-harga Pws versus (tp + t/ t) pada grafik semilog
3. Buat garis ekstrapolasi berdasarkan plot harga tersebut (langkah
b) sampai harga (tp + t/ t) = 1, maka didapat harga tekanan
statis reservoir (P*)
4. Tentukan besarnya slope (m) pada bagian garis yang lurus grafik
tersebut
5. Tentukan besarnya permeabilitas (k)
6. Tentukan besarnya harga P1jam yang diambil pada bagian garis
ekstrapolasi
7. Tentukan skin faktor menggunakan persamaan 3 dan
berdasarkan harga skin tersebut tentukan apa yang terjadi pada
formasi produktif yang diamati
8. Tentukan produktifitas formasi (PI)
9. Tentukan flow efisiensi (FE)
10. Tentukan besarnya radius of investigation (ri)
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa
data pressure build-up, antara lain :

– Metode Horner
– Metode Miller Dyes dan Hutchinson
– Metode Muskat
– Type Curve Method
CONTOH STUDI KASUS
A new oil well produced 500 stb/day for 3± days; then it was
shut-in for a pressure buildup test, during which the data in
Table 5-1 were recorded. The other data were: βo = 1.3rb/stb, h
= 22 ft, ɸ = 0.20, rw = 0.3 ft, ct, = 20 x 10^-6, and µo = 1.0 cP.
From these data, estimate the formation permeability, k, Pi, and
skin factor s, PI, FE, ri
SOLUTION

1. Plot shut-in BHP, pws versus log (tp + Δt)/Δt,


2. Measure the slope m that is equal to 100 psi/cycle.
3. Calculate the formation permeability
4. Read original reservoir pressure Pi at (tp + Δt)/Δt = 1.0 =>Pi
= 1960 psi.
5. Calculate the skin factor s
6. Read original reservoir pressure Pi = 1960psia
Pressure Drawdown (PDD)
PDD adalah suatu pengujian yang dilaksanakan dengan jalan membuka
sumur dan mempertahankan laju produksi tetap selama pengujian
berlangsung.
Sebelum membuka sumur tekanan hendaknya seragam di seluruh
reservoir dengan menutup sumur sementara waktu agar mencapai
tekanan yang seragam di reservoir.

Secara umum kegunaan PDD Test digunakan untuk:


1. Menganalisa apakah reservoir yang sedang berproduksi ini menyusut
(depletion) atau tidak.
2. Menganalisa karakteristik batuan reservoir, yaitu permeabilitas effektif
batuan yang erat hubungannya dengan produktivitas sumur reservoir
yang bersangkutan.
3. Mengananalisa adanya skin effect disekitar lubang bor pada proses
produksi yang sedang berlangsung.
4. Menentukan tekanan alir dasar sumur (Pwf) pada aliran steady state.
5. Menentukan jarak batas reservoir (reservoir limit).
Pressure Drawdown (PDD)
Waktu ideal dilakukan pengujian PDD adalah saat pertama-tama
sumur diproduksikan.

Pada dasarnya pengujian dilakukan pada :

1. Sumur baru
2. Sumur-sumur lama yang telah sekian lama ditutup hingga
mencapai keseragaman tekanan reservoir
3. Sumur-sumur yang telah dilakukan PBU test
Pressure Drawdown (PDD)
Pressure Drawdown (PDD)
Plot yang digunakan adalah:
• Log t vs Log ΔP
• Log t vs Pwf
• t vs Pwf

Dari Grafik Log t vs Log ΔP akan ditentukan berakhirnya wellbore storage


sedangkan dari Grafik Pwf vs log t akan diapatkan harga Slope (m), sehingga
akan di dapat:
a. Permeabilitas (k)
b. Skin (s)
c. Flow effisiensi (FE)
d. Radius Investigation (ri)
e. Penurunan tekanan akibat skin (ΔPs)
f. Volume Pori (Vp)
g. Produktivitas formasi (PI)
Skema Test Pressure Drawdown
Menurut Odeh dan Nabor, pembagian daerah aliran pada
kurva uji PDD berdasarkan parameter waktu, yaitu sebagai
berikut :
0,1Ct re
2
t
k
Pada periode transien :
Ct re 2
t
0,00264k
Pada periode transien lanjut :
C t re 2 C t re 2
 t
0,00264k 0,00088k
Pada periode semi mantap :
C t re 2
t
0,00088k
Analisa Test Pressure Drawdown pada Periode Transient

162,6 q B  kt 
Pwf  Pi  log  3,23  0.869 S 
kh  C t re 2

 Pi  P1 jam k 
S  1,151  log  3,23
 m Ct re 2

Analisa Pressure Drawdown pada Periode Late Transient


 qt 0,00168k
P  Pi  
Ct hre 2 Ct re 2

 118 ,6qB   0,00168kt  118 ,6qB
log( Pwf  P)  log  2  b
 kh   Ct re  kh
  118,6qB
 P  P  re 3 k
S  0,84  ln 
 b  rw 4 bh
bS 0,115 qB
Pskin  Vp 
0,84 bCt
Analisa Pressure Drawdown Periode Semi-Steady State

q q  re 3 
Pi  Pwf   ln   S 
Ct hre 2 2kh  rw 4 
q
L 
Ct hre 2
0,048qBo
Vp 
 LCt
FLOW TEST
Mengukur perubahan tekanan terhadap waktu pada kondisi sumur

yang mengalir dengan laju yang bervariasi, periode penutupan sumur

tidak dilakukan.

Paramater – parameter yang didapatkan meliputi :

a. Tekanan statik reservoir

b. Permeabilitas rata-rata

c. Skin faktor

Metode ini mengamati perilaku sumur, karena alasan ekonomis sumur

tidak ditutup dan memberi kesempatan sebelum dilakukan PDD.


MULTIPLE RATE TEST
Merupakan tes yang dilakukan pada sebuah sumur dengan laju aliran
yang bervariasi.

Suatu Multiple Rate Test dapat berupa :


 Laju aliran yang bervariasi tanpa kontrol.
 Sederetan laju aliran yang masing-masing tetap besarnya.
 Laju aliran dengan perubahan yang kontinyu pada tekanan sumur yang
tetap.

Keuntungan Multiple Rate Test adalah :


1. Dapat memberikan data transien test walaupun sumur sedang
berproduksi.
2. Dapat mengurangi pengaruh-pengaruh perubahan wellbore storage
dan segregasi fasa.
3. Dapat memberikan hasil yang baik, meskipun pengujian drawdown
dan build-up tidak dapat dilakukan.
MULTIPLE RATE TEST
Untuk menganalisa data hasil test multiple-rate digunakan suatu
persamaan aliran radial untuk infinite-acting reservoir dengan
cairan yang incompressible.

Dalam Multiple Well Test diperlukan sekurang-kurangnya satu


sumur aktif (produksi atau injeksi) dan sekurang-kurangnya satu
sumur pengamat tekanan (pressure-observation).
TWO RATE FLOW TEST
Merupakan Multiple Well Test
yang terdiri dari hanya dua
harga laju aliran, tes ini
dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan permeabilitas
tekanan awal reservoir (P*=Pi),
dan skin faktor sementara
sumurnya masih terus
berproduksi.

Two Rate Flow Test digunakan


untuk sumur minyak yang
cairannya slightly compressible
atau minyak ringan.
TWO RATE FLOW TEST
q1B
k  162.6
m1' h

 q1  wf t 0   1hr   k  


s  1.151  
  log  
 C r 2 w   3 . 23
q 
 1 2 q  m 1
'
  t  

   int 
q2
q1  q2

wf t 0   1hr 
TERIMA
KASIH
Contoh pbu test
∆t (menit) tp+∆t/∆t Pws (psia) diketahui
0 3534 qo 250,101 stb/d
0,15 90900 3680 Ct 0,000017psi^-1
0,2 68200 3723 Φ 0,0391
0,3 45400 3800 μo 0,8101 cp
0,4 34100 3866 Bo 1,136 rb/stb
0,5 27300 3920 h 69,101 ft
1 13600 4103 rw 0,19811 ft
2 6860 4250 re 1489,101ft
4 3410 4320 tp 13600 jam
6 2270 4340 ρo 53 lbm/cu ft
7 1950 4344 Awb 0,0218 sq.ft
8 1710 4350
12 1140 4364
16 853 4373
20 683 4379 ditanya
24 569 4384 m
30 455 4393 k
40 342 4398 S
50 274 4402 ΔPs
60 228 4405 FE
72 190 4407 PI
DR
ri
P1 jam didapatkan dari grafik. Plot kan
nilai tp+∆t/∆t = 13601 trus Tarik keatas ke
garis ekstrapolasi kemudian Tarik ke
kanan.. Ketemu nilai 4300 psia

Nilai pwf cek di data tabel

Tentukan 2 titik pas di garis ekstrapolasi


(tp+∆t/∆t) 1 pws 1
(tp+∆t/∆t) 2 pws 2

P* cek hasil perpotongan ekstrapolasi


P* 4550 PSIA
m 60 psi/cycle
k 9,026458 md
S 8,478412
ΔPs 442,5731
PI 0,773284
FE 0,422228
ri 1042,231 ft
1128,336 ft

Anda mungkin juga menyukai