Anda di halaman 1dari 26

BAB II

ANALISA PRESSURE BUILD UP (PBU) TESTING

2.1. TUJUAN ANALISA


Berdasarkan data-data tekanan yang didapat dari hasil analisa Pressure
Build-Up tersebut, maka dapat ditentukan :
a. Permeabilitas formasi (k).
b. Adanya karakteristik kerusakan atau perbaikan formasi (Faktor Skin).
c. Menentukan produktivitas formasi (PI).
d. Menentukan tekanan statis (P*) dan tekanan rata-rata (P) reservoir.

2.2. DASAR TEORI


Pressure Build-Up Testing (PBU) adalah suatu teknik pengujian transien
tekanan yang paling dikenal dan banyak dilakukan orang. Pada dasarnya,
pengujian ini dilakukan pertama-tama dengan memproduksikan sumur selama
suatu selang, waktu tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian menutup
sumur tersebut (biasanya dengan menutup kepala sumur di permukaan).
Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi
waktu (tekanan yang dicatat ini biasanya adalah tekanan dasar sumur).
Dasar analisa Pressure Build-Up test ini dilakukan oleh Horner, yang pada
prinsipnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu berdasarkan
suatu prinsip yang dikenal dengan superposisi (superposition principle).
Berdasarkan prinsip superposisi tersebut, maka sumur-sumur diproduksi
dengan laju alir tetap selama waktu "tp", kemudian sumur ditutup selama waktu
"t", sehingga didapat bentuk umum persamaannya adalah :
qB tp t
Pws = Pi 162.6 . log ......................................................(2-1)
kh t
Dimana :
Pws = tekanan dasar sumur, psi
Pi = tekanan mula-mula reservoir, psi
q = laju (produksi) sebelum sumur ditutup, bbl/d
= viskositas minvak. cp
B = faktor volume formasi, bbl/stb
k = permeabilitas, mD
h = ketebalan formasi, ft
tp = waktu produksi sebelum sumur ditutup, jam
= (Np/q) x 24.
t = waktu penutupan sumur, jam
Original reservoir pressure (pi)
Wellbore pressure

Shut-in

Production rate
q(t)
tp
t q(t)=0

0 Time

Gambar 2.1. Skema Pressure Build Up Test

Dari persamaan (2-1), terlihat bahwa apabila Pws diplot terhadap log
(tp+t/t) akan merupakan garis lurus dengan kemiringan (slope, m) :
qB
m = 162.6 ..................................................................................... (2-2)
kh
Berdasarkan konsep tersebut, maka harga permeabilitas dapat ditentukan
dari slope "m", sedangkan apabila garis tersebut diekstrapolasi ke harga Horner
Time (tp+t/t) sama dengan 1, maka secara teoritis harga P ws sama dengan
tekanan awal reservoir.

Possible P*
extrapolation

PR
Wellbore pressure

Test data

m = slope Actual data II


well is shut in for
a long period of
time

10000 1000 100 10 1


tp t
t

Gambar 2.2. Skema Grafis Horner Plot

Sedangkan untuk menentukan apakah terjadi kerusakan atau perbaikan


formasi yang ditandai oleh harga skin factor (S), maka digunakan persamaan :
P 1 jam P wf k
S= log 3.23 .............................................. (2-
C t rw
2
m
3)
Selanjutnya apabila "S" ini :
Berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang pada umumnya
dikarenakan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap kedalam
formasi atau endapan lumpur (mud cake) di sekeliling lubang bor pada
formasi produktif yang kita amati.
Berharga negatif berarti menunjukkan adanya perbaikan (stimulated),
yang biasanya teijadi setelah dilakukan pengasaman (acidizing) atau
suatu perekahan hidraulik (hydraulic fracturing).
Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi produktif
akibat adanya skin effect, biasanya diterjemahkan kepada besarnya penurunan
tekanan, Ps yang ditentukan menggunakan persamaan
Ps = 0.87 in S , Psi ..............................................................................(2-4)
Sehingga besarnya produktifitas formasi (PI) dan atau flow efficiency
(FE) berdasarkan analisa pressure build-up ini dapat ditentukan menggunakan
persamaan :
q
PI = , BPD/Psi .............................................................. (2-
P * - Pwf - Ps

5)
dan
P * - Pwf - Ps
FE = x 100% ................................................................. (2-
P * - Pwf

6)
Sedangkan untuk mengetahui besarnya radius of investigation (ri) dapat
ditentukan menggunakan persamaan:

kt
ri 0.03 , ft ..................................................................(2-7)
C t

dimana:
Ct = kompresibilitas, psi-1
Tahapan untuk melakukan analisa pressure build-up berdasarkan metode
Horner adalah :
a. Berdasarkan data-data PBU buat tabulasi yang menghubungkan harga Pws
terhadap Horner time (tp+t/t).
b. Plot harga-harga Pws vs (tp+t/t) pada grafik semilog.
c. Buat garis ekstrapolasi berdasarkan plot harga tersebut (langkah 2)
sampai harga (tp+t/t) = 1, maka akan didapatkan harga tekanan statis
reservoir (P*).
d. Tentukan besarnya slope (m) pada bagian garis yang lurus grafik
tersebut.
e. Tentukan besarnya permeabilitas (k).
f. Tentukan besarnya harga P1jam yang diambil pada bagian garis
ekstrapolasi.
g. Tentukan skin factor, dan berdasarkan harga skin tersebut tentukan apa
yang terjadi pada formasi produktif yang diamati.
h. Tentukan produktivitas formasi (PI).
i. Tentukan Flow Eficiency (FE).
j. Tentukan besarnya radius of investigation (ri).
k.Buat analisanya dari hasil-hasil yang didapatkan.
2.2.1. Penentuan Tekanan Rata-Rata Reservoir
Seperti diketahui bersama bahwa tekanan rata-rata reservoir merupakan
suatu besaran fisik yang mendasar untuk diketahui pada proses Primary Recovery
maupun Enhanced Recovery, yaitu sangat berguna untuk melakukan karakterisasi
suatu reservoir, penentuan cadangan dan peramalan kelakuan reservoir tersebut.
Untuk reservoir yang bersifat infinite acting, tekanan rata-rata reservoir ini
adalah P* = Pi = P yang dapat diperkirakan dengan mengekstrapolasikan segmen
garis lurus pada Horner plot sampai pada harga (tp+t)/ t = 1. Tetapi pada
reservoir yang terbatas, hal di atas tidak dapat dilakukan mengingat bahwa dengan
adanya pengaruh dari batas reservoir, maka tekanan pada umumnya akan jatuh
berada di bawah garis lurus Horner.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya
tekanan rata-rata reservoir ini, yaitu :
Metode Matthews-Brons-Hazerbroek (Metode MBH)
Metode Miller- Dyes-Hutchinson (MDH)
Metode Dietz
2.2.1.1. Metode Matthews-Brons-Hazerbroek (MBH)
Metode ini dilakukan dengan asumsi bahwa mobilitas dan
kompresibilitas fluida tidak bervariasi sampai batas radius pengurasan atau dapat
dikatakan bahwa tidak ada variasi sifat-sifat fluida dan batuan reservoirnya.
Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan harga P* dari metode Horner (untuk reservoir yang
terbatas, P* ini dikenal sebagai False Pressure).
2. Mendapatkan juga harga kemiringannya (slope, m).
3. Memperkirakan besarnya harga tekanan rata-rata reservoir (P)
menggunakan persamaan :
m
P = P*- PDMBH (tpDA) ....................................................... (2-8)
2.303
dimana : PDMBH atau dikenal sebagai MBH Dimensionless Pressure
dibaca pada ordinat grafik MBH, tergantung pada bentuk dari
daerah pengurasanya, sedangkan harga absisnya (tp DA) didapat
dengan persamaan :
0.0002367 x k x tp
tpDA = . .Ct.A
............................................ (2-

9)

2.2.1.2. Metode Miller-Dyes-Hutchinson (MDH)


Metode ini hanya dapat digunakan untuk menentukan tekanan rata-rata
reservoir pada reservoir-reservoir yang berbentuk lingkaran atau bujur sangkar
dengan sumur produksi pada pusatnya. Salah satu syarat mutlak untuk
menggunakan metode MDH ini adalah anggapan bahwa sebelum sumur ditutup
(Shut-in) kondisi telah mencapai Pseudo Steady-State.
Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat MDH plot, yaitu Pws vs log t, kemudian menentukan m
dan k.
2. Memilih sembarang harga t, asalkan masih terletak pada semilog
straightline (katakanlah t), kemudian membaca harga Pws yang
berhubungan dengan waktu t tadi.
3. Menghitung besarnya tDA, yaitu :
0,0002367 x k t'
tDA = ..Ct.A
........................................................(2-10)
4. Dari gambar grafik MDH, membaca harga PDMDH untuk reservoir
yang sesuai dengan pendekatan lingkaran atau bujur sangkar dan
kondisi pada batasnya (No Flow atau Constant Pressure).
5. Menentukan tekanan rata-rata reservoir berdasarkan persamaan :
m x PDMDH x t' DA
P = Pws + ........................................... (2-11)
..Ct.A

2.2.1.3. Metode Dietz


Syarat untuk menggunakan metode ini adalah kondisi Pseudo Steady-
State telah dicapai sebelum penutupan sumur, telah diketahui Shape Factor (CA)
dan faktor skin harus lebih besar dari negatif 3.
Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat plot (t vs Pws), kemudian menentukan m dan k.
2. Menentukan besarnya harga (t) P, yaitu pada saat :
tp x x Ct x A
(t) P = = ................................ (2-
CA x tp DA ..Ct.A

12)
3. Kemudian P dibaca pada waktu (t) P yang dihitung dai langkah 2
pada semilog straightline.
Tabel II-1
Shape Factor untuk Berbagai Jenis Drainage Area Reservoir (1)
Tabel II-2
Shape Factor untuk Berbagai Jenis Drainage Area Reservoir (2)
2.3. PROSEDUR ANALISA
1. Berdasarkan data yang diberikan, menghitung harga Horner time (tp+t)/
t dan mentabulasikan untuk setiap data t yang diberikan (apabila t
dalam menit maka tp juga dalam menit, bila t dalam jam, maka tp juga
dalam jam).
2. Berdasarkan data-data Pws membuat tabulasi Pws untuk setiap data yang
ada.
3. Memplot harga t vs Pws pada grafik log-log untuk menentukan harga
End of Wellbore Storage (EOWB) di mana t sebagai sumbu x dan Pws
sebagai sumbu y.
4. Membuat garis 450 dan disejajarkan dengan hasil plot grafik pada
langkah ketiga untuk menentukan t EOWB (EOWB ditentukan dari
titik pisah antara garis 450 dengan plot grafik pada langkah 3 dan
kemudian hasilnya t ditambahkan 1.5 cycle dan mencatat harganya
sebagai t EOWB).
5. Memplot harga Horner time (sumbu x) vs Pws (sumbu y) pada grafik
semilog.
6. Membuat grafik ekstrapolasi (dengan menghitung harga (t p+t EOWB)/
t EOWB ) pada grafik langkah 5 dan memplot harga tersebut pada
grafik, kemudian menarik trendline pada titik-titik di sekitar harga (tp+t
EOWB)/ t EOWB kemudian menentukan persamaan garisnya.
7. Mengekstrapolasikan garis pada langkah 6 sampai pada harga (t p+t)/ t
= 1, maka didapatkan harga tekanan statis reservoir (P*).
P1 - P2
8. Menentukan besarnya slope m = pada bagian garis lurus dari
1 cycle

grafik tersebut (misal P1 = harga P pada (tp+t)/ t =0,1 ; P2 = harga P


pada (tp+t)/ t = 0,01).
9. Menentukan permeabilitas dengan persamaan :
qxxB
k = 162,6 x
mxh
10. Menentukan besarnya harga P 1 jam yang diambil pada bagian garis
ekstrapolasi dengan menghitung harga Horner time pada waktu <tp+1
jam>.
11. Menentukan besarnya Faktor Skin dengan persamaan :
P1 jam - P wf k
S = 1.151 - log 3,23
m . .Ct.rw 2

12. Menentukan harga Ps dengan persamaan :
Ps = 0.87 x m x s
13. Menentukan produktivitas formasi/Productivity Index (PI) dengan
persamaan :
q
PI =
P * -Pwf - Ps
14.Menentukan Flow Efficiency (FE) dengan persamaan :
P * -Pwf - Ps
FE = x 100%
P * -Pwf
15. Menentukan besarnya Radius of Investigation (ri) dengan persamaan
kxt
ri = 0,03
x x Ct
16. Membuat analisa dari hasil yang didapatkan.
17. Metode yang digunakan adalah metode MBH.
- Mendapatkan harga P* dari metode Horner (untuk reservoir terbatas,
P* ini dikenal sebagai false Pressure)
- Mendapatkan juga harga kemiringanya (slope,m).
- Memperkirakan besarnya harga tekanan rata-rata reservoir (P)
menggunakan persamaan :
m
P = P*- 2,303 PDMBH (tpDA)
di mana : PDMBH atau dikenal sebagai MBH dimensionless pressure
tergantung pada daerah pengurasanya, sedangkan
harga absisnya (tpDA) didapat dengan persamaan :
tpDA = 0,0002367.k.tp/(..Ct.A)
2.4. DATA DAN PERHITUNGAN
2.4.1. Data
Diketahui data-data reservoir sumur type IV sebagai berikut:
- Laju produksi (q) = 200 BPD
- Tekanan alir dasar sumur (Pwf) = 236.314 psi
- Jari-jari sumur (rw) = 0.29 ft
- Porositas () = 0.25
- Ketebalan formasi produktif (h) = 100 ft
- Viskositas minyak (o) = 2 cp
- Kompresibilitas minyak (Ct) = 3 x 10-4 /psi
- Faktor volume formasi minyak (Bo) = 1.05 RB/STB
- Sumur diproduksikan (tp) = 588 jam
- Reservoir shape (A) = 150.000 ft2

Gambar 2.3. Rectangular Reservoir Shape

Tabel II-3
Data Tekanan dan Waktu Test

No Dt, Pws, DPws Horner


Jam psi Psi Time
1 0 3538.627 0 #DIV/0!
2 0.01 3547.811 9.184 21801
3 0.019 3561.552 22.925 11721.4
4 0.029 3584.654 46.027 7492.41
5 0.05 3601.853 63.226 4396.16
6 0.071 3618.713 80.086 3084.45
7 0.082 3637.355 98.728 2659.54
8 0.101 3651.213 112.586 2161.56
9 0.136 3675.29 136.663 1607.48
10 0.194 3688.137 149.51 1126.45
11 0.276 3724.555 185.928 789.712
12 0.361 3761.139 222.512 604.878
13 0.471 3799.697 261.07 463.55
14 0.597 3843.473 304.846 365.915
15 0.78 3869.224 330.597 280.487
16 1.113 3928.672 390.045 196.832
17 1.454 3930.481 391.854 150.983
18 1.789 3942.82 404.193 122.883
19 2.553 3957.012 418.385 86.4065
20 3.333 3963.639 425.012 66.4105
21 4.899 3970.802 432.175 45.4962
22 7.872 3977.73 439.103 28.6934
23 10.28 3981.07 442.443 22.2095
24 12.65 3983.433 444.806 18.2358
25 15.56 3985.566 446.939 15.0066
26 17.01 3990.425 451.798 13.8149
27 20.93 3992.282 453.655 11.414

28 28.15 3994.609 455.982 8.74288


29 33.63 3996.826 458.199 7.48146
30 48 3999.833 461.206 5.54167

2.4.2 Perhitungan
Langkah perhitungan analisa pressure build up testing sebagai berikut:
1. Menghitung Pws
Pws = Pws - Pwf
Contoh: Pws = 3547.811 3538.267
= 9.184 Psi

2. Menghitung Horner Time ( )


Contoh: = (218+0.01)/0.01 = 21801

3. Membuat grafik
a. Memplot data log Horner Time vs Pws pada kertas grafik log-log
(grafik 2.1)
b. Memplot data log Horner Time vs Pws pada kertas grafik semilog
(grafik 2.2)
4. Menentukan harga EOWB dari grafik 2.1
Yaitu caranya dengan menarik garis 45 dan mensejajarkan dengan hasil
plot grafik 2.1. harga EOWB adalah waktu dimana garis 45tersebut mulai
terpisah dari plot grafik 2.3 ditambah 1.5 cycle.
EOWB = 7 Jam
5. Menghitung EOWB

EOWB = = (218+2)/2 = 32.14286 jam


6. Menghitung P* dari grafik 2.2
- Persamaan yang diperoleh adalah y = -12.6ln (x) + 481.4
- Membuat tabel x (Horner Time) vs y

Tabel II-4
Hasil Perhitungan Nilai y untuk Persamaan dari Grafik Horner Time vs Pws

x y
1 481.4
10 452.3874
100 423.3749
1000 394.3623
10000 365.3497
219 413.4977

- Dari hasil ekstrapolasi, diperoleh harga tekanan statik reservoir (P*)


yaitu harga y pada saat x = (tp + t)/ t = 1
-Sehingga P* y (pada x = 1) = -12.6n(x) + 481.4
= 481.4 psi
7. Menghitung slope (m)
m= = 29.0125722 psi/cycle

8. Menghitung harga permeabilitas (k)

k =

= 30.8674 mD
9. Menentukan P1jam
P1jam dapat ditentukan dari grafik 2.4 (Log Horner Time vs Pws). Dengan
menarik garis 133 jam ke atas sampai menyinggung garis lurus dan ditarik
ke sumbu y, sehingga diperoleh P1jam = 413.4977 psi
10. Menghitung faktor skin (S)

S = 1.151 [ log ( ) + 3.23 ]

= - 135.21906
11. Menghitung Ps
Ps = 0.87 x 49.0911 x - 1.62008
= - 3413.0559 psi
12. Menghitung PI

PI =

= 0.44122 BPD/psi
13. Menghitung FE

FE =[ ] x 100%

= 0.116389
14. Menghitung ri
ri = 0,03

= 132.810261 ft
15. Menentukan tekanan rata-rata reservoir menggunakan metode MBH

0,0002637 k t p
t p DA
Ct A
= 0.15647857

Dari grafik MBH dimensional pressure untuk lokasi sumur yang berbeda
pada area pengurasan rectangular diperoleh harga PDMBH adalah 0.1 psi.
mxPDMDH xt pDA
P P ' ws
Ct A
= 480.572605 Psi

2.5. GRAFIK
Grafik 2.1. Log-log t Vs P
Grafik 2.2. Horner Time vs Pws
2.6. PEMBAHASAN
Praktikum Analisa Tekanan minggu kedua Pressure Build Up (PBU) Test
ini bertujuan untuk menentukan permeabilitas formasi (k), ada atau tidak
karakteristik kerusakan atau perbaikan formasi (faktor Skin), menentukan
produktivitas formasi (PI) serta menentukan tekanan statis (P*) dan tekanan rata-
rata (P) reservoir.
Prinsip dari Pressure Build Up (PBU) Test ini adalah memproduksikan
sumur selama suatu selang waktu tertentu sampai laju alir konstan, kemudian
menutup sumur tersebut. Dengan penutupan tersebut maka tekanan sumur akan
naik, kenaikan tekanan ini kemudian dicatat sesuai dengan fungsi waktu (tekanan
yang di catat ini biasanya tekanan dasar sumur). Dasar analisa Pressure Build Up
(PBU) Test ini di ajukan oleh Horner, yang pada prinsipnya adalah memplot
tekanan terhadap suatu fungsi waktu berdasarkan prinsip yang dikenal dengan
superposisi.
Langkah awal dalam analisa PBU yang dilakukan adalah dengan mencari
Dp dan Horner Time [(tp+t)/ t]. Kemudian memplot Pws dengan t sehingga
nilai End of Wellbore Storage (EOWB) dapat diketahui dengan menyejajarkan
garis 45o dengan hasil plot Pws vs t, kemudian pada garis 45 tyang sudah sejajar
dengan hasil plot Pws vs Dt dilihat mulai kapan garis 45 sudah tidak sejajar
dengan garis hasil plot atau garis mulai terpisah. Dengan menambahkan 1,5 cycle
dari titik pemisahan maka diperoleh EOWB. Harga EOWB yang didapat adalah 1
jam, yang berarti bahwa efek wellbore storage akan berakhir setelah sumur
ditutup selama 1 jam. Wellbore Storage adalah kejadian dimana terjadi aliran
permukaan tetapi dengan laju yang berbeda dengan aliran di reservoir selama
waktu tertentu pada saat sumur dibuka setelah sebelumnya sumur tersebut ditutup.
Setelah diperoleh harga EOWB, maka dapat ditentukan EOWB yag
merupakan [(tp+EOWB)/EOWB] yaitu sebesar 32.14286 jam. Setelah itu
dilakukan ekstrapolasi EOWB pada Horner Time, dari ekstrapolasi ini dapat
diperoleh harga tekanan statis reservoir (P*). P* yang diperoleh adalah sebesar
481.4 psi. Selain itu, dari ekstrapolasi EOWB juga dapat ditentukan nilai P1jam
sebesar 413.4977. P1jam adalah tekanan reservoir pada saat satu jam setelah sumur
ditutup dimana diperkirakan skin mulai dapat dianalisa pada saat itu. Pada grafik
log Horner Time vs Pws, grafik berupa garis lurus. Garis tersebut mempunyai
kemiringan (m) sebesar 29.0125 psi/cycle.
Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai permeabilitas formasi. Nilai
permeabilitas formasi ini diperoleh sebesar 30.8671 mD, sehingga dapat
ditentukan besarnya faktor skin yag bernilai -135.21906. Faktor skin bernilai
negative mengindikasikan bahwa terdapat perbaikan formas, sepeti stimulasi dan
sebagainya. Faktor skin yang diperoleh akan digunakan untuk menentukan Ps,
dimana Ps adalah perbedaan tekanan yang terjadi akibat adanya faktor skin
yang menunjukan adanya perbaikan maupun kerusakan formasi. Dari hasil
perhitungan diperoleh harga Ps sebesar -3413.0559 psi.
Setelah itu mencari nilai Productivity Index (PI) nya. PI adalah nilai yang
menunjukkan kemampuan sumur untuk berproduksi. PI yang didapat sebesar
0.44122 BPD/psi. Selain itu, dari perhitungan juga diperoleh besarnya nilai Flow
Eficiency (FE) adalah 0.11 %, nilai ini menunjukkan bahwa perbandingan antara
Pwf nyata di lapangan dengan Pwf ideal.
Untuk menentukan kemampuan suatu lapisan/ formasi untuk berproduksi
dilakukan well testing, yaitu dengan memberi gangguan keseimbangan tekanan
terhadap sumur yang diuji. Adanya pengaruh tekanan akan mecapai jarak tertentu
setelah selang waktu tertentu. Jarak maksimal dari lubang bor yang terpengaruh
gangguan tekanan selama waktu pengujian disebut Radius Investigation (ri), yang
dari hasil perhitungan diperoleh sebesar 132.810262 ft. Melalui analisa ini dengan
mengetahui seberapa jauh radius investigasi sehingga dapat diketahui batas
boundary reservoir tersebut. Hal ini berarti bahwa setelah melebihi jarak tersebut
maka tekanan reservoir adalah tekanan statis karena gangguan oleh impuls hanya
dapat mencapai 132.810262 ft.
Pada analisa Pressure Build Up ini, dihitung tekanan rata-rata. Perhitungan
tekanan rata-rata dilakukan karena dalam proses produksi, kondisi tekanan suatu
sumur tidak selamanya selalu konstan, sehingga perlu dihitung tekanan rata-
ratanya. Untuk menghitung tekanan rata-rata, terlebih dahulu kita harus
menentukan metode apa yang digunakan, yang bergantung dari bentuk reservoir
nya. Bentuk reservoir tipe soal IV ini adalah persegi panjang dengan pusat di
tengah. Karena berbentuk persegi panjang, maka digunakan metode Matthew-
Brones-Hazerbrook (MBH).
Pertama-tama, dengan menghitung tPDA , didapat nilai tPDA = 0.1564 jam.
Kemudian melakukan pembacaan grafik MBH sesuai bentuk reservoir untuk
menentukan PDMBH nya. Dari grafik, didapat nilai PDMBH sebesar 0.42 psia. Setelah
didapat PDMBH, selanjutnya dapat dihitung tekanan rata-rata reservoirnya yaitu
sebesar 480.572065 psi.
Aplikasi lapangan pada analisa Pressure Build Up Test ini adalah kita dapat
mengetahui kapan perlu dilakukan penggantian metode produksi dari natural flow
menjadi artificial lift serta memaksimalkan pengurasan sumur dengan mengetahui
parameter Kf, P*, Pavg, Faktor Skin serta PI-nya.
2.7. KESIMPULAN
1. Dari hasil analisa dan perhitunan didapatkan :
a. EOWB = 7 jam
b. EOWB = 32.14286 jam
c. P* = 481.4 psi
d. Slope (m) = 29.0125 psi/cycle
e. Permeabilitas (k) = 30.867 mD
f. P1jam = 413.4977 psi
g. Faktor Skin (S) = -135.219
h. Ps = -3413.0559 psi
i. Productivity Index (PI) = 0.44122 BPD/psi
j. Flow Efficiency (FE) = 0.11
k. Jari-jari Pengurasan (ri) = 132.81026 ft
l. Tpda = 0.156 jam
m. pd MBH = 0.42 psi
n. Prata-rata (metode MBH) = 480.5726 psi
2. Aquifer terbagi menjadi dua macam, yakni finite dan infinite reservoir.
3. Dengan menambahkan 1,5 cycle dari titik pemisahan maka diperoleh
EOWB. Harga EOWB yang didapat adalah 1 jam, yang berarti bahwa
Efek wellbore storage akan berakhir setelah sumur ditutup selama 1
jam.
4. Skin positif menandakan bahw sumur mengalami kerusakan formasi,
skin negative menandakan bahwa sumur mengalami perbaikan
formasi. Sedangkan jika nilai faktor skin = 0 artinya tidak menandakan
adanya kerusakan maupun perbaikan formasi.
5. Nilai skin yang ada di analisa PBU ini adalah nilai Skin Total.
6. Tekanan statis reservoir (P*) adalah tekanan reservoir pada kondisi
stabil yaitu kondisi dimana reservoir belum mendapat gangguan.
7. Aplikasi lapangan dari analisa ini:
a. Penggantian metode produksi dari natural flow menjadi artificial
lift
b. Menentukan perlu atau tidaknya pemboran sumur sisipan
c. Mengetahui keberhasilan stimulasi terhadap suatu sumur.
3

Anda mungkin juga menyukai