Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidrolika Pada Pipa
2.1.1 Kecepatan Aliran
Pada jam puncak nilai kecepatan aliran dalam pipa yang diijinkan adalah
0,3 sampai 2,5 m/dt.Kecepatan yang terlalu kecil menyebabkan endapannya yang
ada dalam pipa tidak dapat terdorong.Untuk menentukan kecepatan aliran dalam
pipa digunakan rumus kontinuitas.
(triatmodjo 1993,116)
Q = A . V = 1/4 π D2 . V .......................................................................................(1)

V = 4Q /πD2 ..........................................................................................................(2)
Dimana :
Q = Debit aliran (m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
D = Diameter pipa (m)
2.1.2. Hidrolika Aliran Pada Sistem Jaringan Air Minum
2.1.2.1 Aliran Melalui Elemen Pipa
Aliran yang terjadi di dalam pipa memiliki tiga macam energi yaitu :
1. Energi kecepatan, merupakan energi yang terdapat pada setiap partikel massa
air sehubungan dengan kecepatan.
2. Energi tekanan,merupakan energi yang terdapat pada setiap partikel massa air
sehubungan dengan tekanannya.
3. Energi ketinggian,merupakan energi yang terdapat pada setiap partikel massa
air sehubungan dengan ketinggiannya terdapat garis referensi (datum line).
Sesuai dengan prinsip Bernoulli, Tinggi energi total pada sebuah
penampang pada elemen pipa adalah jumlah dari energi kecepatan energi tekanan
dan energi elevasi.Garis yang menghubungkan titik tersebut dinamakan garis
energi, yang tampak digambarkan sebagai garis memanjang seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.1.

4
5

Gambar 2.1 Diagram Energi Pada Dua Tempat

Persamaan Bernoulli dari gambar diatas dapat ditulis sebagai berikut :


(Triadmodjo,1995 :26)
𝐸𝑖 = 𝐸𝑗 + ℎf atau lebih rinci;
𝑣2 pi v2 pj
𝑧𝑖 + 2𝑔𝑖 + = 𝑧𝑗 2𝑔j + + ℎf ...........................................................................(3)
𝛾 𝛾

Dimana :
Ei = Tinggi energi pada simpul i (m),
Ej = Tinggi energi pada simpul j (m),
hf = Kehilangan energi sepanjang elemen pipa (m),
zi = tinggi elevasi simpul i (m) ;
zj= tinggi elevasi simpul j (m),
Pi/g= tekanan di simpul i (m) ;
Pj/g= tekanan di simpul j (m) ,
v = kecepatan aliran (m/detik),
g = percepatan gravitasi (m/detik2), dan
hf = kehilangan tinggi energi mayor losses (m).
6

2.1.2.2 Keseimbangan aliran pada simpul pipa


Dalam suatu percabangan pipa maka harus berlaku keseimbangan aliran
pada setiap simpul percabangan, dimana jumlah aliran menuju simpul harus sama
dengan jumlah aliran yang meninggalkan simpul. Pada suatu percabangan pipa
seperti ditunjukkan Gambar 2.2 keseimbangan aliran pada simpul 2 dapat
dinyatakan sebagai :
𝑄1−2 + 𝑄4−2 = 𝑄2−3 + 𝑞 − 𝑜𝑢𝑡..........................................................................(4)

Gambar 2.2 : Keseimbangan aliran di simpul


dimana,
Q1-2 = debit pada elemen 1-2
Q4-2 = debit pada elemen
Q2-3 = debit pada elemen 2-3
q-out = debit keluar nyata
2.2 Kehilangan Tekanan
Kehilangan tekanan maksimum 10m/km panjang pipa.kehilangan tekanan
(hf) dalam pipa terjadi akibat adanya friction antara fluida dengan permukaan
pipa.Kehilangan tekanan ada dua macam :
2.2.1 Mayor Losses
Yaitu kehilangan tekanan sepanjang pipa lurus.Perhitungan menggunakan
rumus Hanzen William :
Q1,85
Hf = ( 0,2785 x D2,63 x C ) 1,85
𝑥𝐿 ......................................................................(5)

Dimana :
Hf = Mayor Losses sepanjang pipa lurus (m)
L = Panjang pipa (m)
Q = Debit (m3/detik)
7

C = Konstanta Hazen William


D = Diameter (m)

Tabel 2.1 : Nilai kekasaran pipa menurut Hazen-William

Rumus Darcy :

𝐿 .𝑉 2
𝐻𝑓 = 𝑓 𝐷 .2𝑔. ...............................................................................................................(6)

Hf = kehilangan energi (m) f = koefisien gesek (Darcy)


V = kecepatan aliran air (m/dt) G = percepatan gravitasi (9,81m/dt2)
2.2.2 Minor Losses
Kehilangan tinggi minor ditimbulkan adanya perubahan mendadak dari
geometric aliran karena perubahan ukuran pipa, belokan, katub serta jenis jenis
sambungan dan rumusnya adalah sebagai berikut : (Ray K, 1986 :130)
𝑉2
𝐻𝑚 = 𝐾𝐿 … … … … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (7)
2𝑔
Dimana :
V = kecepatan rata – rata dalam pipa (m/dt)
𝐾𝐿 = koefisien yang tergantung perubahan bentuk pipa
2.2.3 Kehilangan Energi (Head Losses)
Zat cair yang ada di alam ini mempunyai kekentalan,meskipun demikian
dalam berbagai perhitungan mekanika fluida ada yang dikenal atau dianggap
sebagai fluida ideal. Menurut Triatmojo (1993), adanya kekentalan pada fluida
akan menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak. Tegangan
8

geser ini akan merubah sebagian energi aliran seperti panas, suara dan
sebagainya. Pengubahan bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya
kehilangan energi. Secara umum didalam suatu instalasi jaringan pipa dikenal dua
macam kehilangan energi:
a. Kehilangan energi akibar gesekan
Kehilangan energi akibat gesekan disebut juga kehilangan energi primer
(Triatmojo 1996 : 58) atau major loss (kodoatie 2002 : 245), terjadi akibat
adanya kekentalan zat cair dan turbulensi karena adanya kekasaran dinding
batas pipa dan akan menimbulkan gaya gesek yang akan menyebabkan
kehilangan energi disepanjang pipa dengan diameter konstan pada aliran
seragam. Kehilangan energi sepanjang satu satuan panjang akan konstan
selama kekasaran dan diameter ridak berubah.
b. Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya
Kehilangan energi akbat perubahan penampang dan aksesoris lainnya
disebut juga kehilangan energi sekunder (Triatmojo 1996 : 58) (Kodoatie
2002 : 245). Misalnya terjadi pada pembesaran tampang (expansion),
pengecilan penampang (constraction), belokan atau tikungan. Kehilangan
energi sekunder atau minor losses ini akan mengakibatkan adanya
tumbukan antara partikel zat cair dan meningkatnya gesekan karena
turbulensi serta tidak seragamnya distribusi kecepatan pada suatu
penampang pipa. Adanya olakan ini akan mengganggu pola aliran laminar
sehingga akan menaikkan turbulensi.
Pada aliran laminar akan terjadi bila bilangan reynold (RE) < 2000,
dengan persamaan kehilangan energi pada aliran laminar sepanjang pipa L
menurut Hagen-Poiseuille adalah sebagai berikut :
3 2𝑣
𝐻𝑓 = 𝑉𝐿 … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (8)
𝑔𝐷2
Dengan :
Hf = tinggi kehilangan energi V = kecepatan aliran
V = viskositas zat cair L = panjang pipa
G = percepatan gravitasi D = diameter pipa
9

Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk:

64𝑣 𝐿 𝑣 2
𝐻𝑓 = … … … … . . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (9)
𝑉𝐷 𝐷 2𝑔

Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk persamaan Darcy-Weisbach.

64𝑣 𝐿 𝑣 2
𝐻𝑓 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … . (10)
𝑅𝐸 𝐷 2𝑔

64𝑣
𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … . . (11)
𝑅𝐸
64𝑣
Dengan demikian, untuk aliran laminar koefisien gesekan persamaannya 𝑓 =
𝑅𝐸

f = faktor gesek
Re = angka Reynold

2.2.4 Pipa Halus


Koefisien gesekan pipa tergantung pada parameter aliran (Triadmojo 1996
:31), apabila pipa adalah hidrolis halus parameter tersebut adalah kecepatan aliran
diameter pipa dan kekentalan zat cair dalam bentuk angka Reynolds.Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Blasius, dia menggunakan rumus gesekan f untuk pipa
halus dalam bentuk :
𝑓 = 0,316/RE0,25 ...........................................................................................................................(12)
Dari persamaan empiris koefisien gesekan tersebut diatas akan dapat di
hitung kehilangan energi disepanjang pipa berdasar persamaan Daisy-
Webssach.Sedangkan percobaan Nikuradse memberikan persamaan yang agak
berbeda dengan Blassius.Persamaan tersebut adalah :
1 𝑟𝑒√𝑓
= 2𝑙𝑜𝑔 + ................................................................................................(13)
√ 𝑓 2,51

2.2.5. Pipa Kasar


Tahanan pada pipa kasar lebih besar daripada pipa halus,untuk pipa halus
nilai f hanya tergantung pada angka Reynolds.untuk pipa kasar nilai f tidak hanya
10

tergantung,tetapi juga pada sifat sifat dinding pipa yaitu kekasaran relative k/D
atau f = 𝜑 (Re ,k / D) dengan k= kekasaran dinding pipa,D = diameter pipa.
Nikuradse (dalam Triadmojo 1996 : 36) melakukan percobaan tentang
pengaruh kekasaran pipa.Percobaan tersebut meliputi daerah aliran laminar dan
turbulen sampai pada angka Reynold Re = 106, danuntuk enam kali percobaan
dengan nilai k/D (kekasaran relatif) yang bervariasi antara 0,0333 sampai
0,000985.Hasil percobaan merupakan hubungan antara f, Re, dam k/D seperti
gambar dibawah ini

Gambar 2.2 Hasil Percobaan Nikuradse

a. Daerah I
Daerah I merupakan daerah aliran laminar dimana Re < 2000. Hubungan
anatara f dan Re merupakan garis lurus (kemiringan 450 untuk skala
horizontal dan vertikal yang sama), dan tidak dipengaruhi oleh kekasaran
64
pipa. Didaerah ini koefisien gesekan diberika oleh persamaan 𝑓 = 𝑅𝐸

b. Daerah II
Daerah ini terletak antara Re = 2000 dan Re = 4000, yang merupakan
daerah tidak stabil dimana aliran berubah dari laminar ke turbulen atau
sebaliknya.Aliran tidak banyak dipengaruhi oleh kekasaran pipa.

c. Daerah III
Daerah ini merupakan daerah aliran turbulen dimana kekasaran relatif pipa
mulai berpengaruh pada koefisien gesekan f.Daerah ini dapat dibedakan
menjadi tiga sub daerah antara lain :
 Sub daerah pipa halus
11

Daerah ini ditunjukkan oleh garis paling bawah dari gambar 3,


yang merupakan aliran turbulen melalui pipa halus.Koefisien gesekan pipa
f dapat dihitung dengan rumus Blasius
 Sub daerah transisi
Di daerah sub transisi ini koefisien gesekan tergantung pada angka
Reynolds dan kekasaran pipa.Daerah ini terletak antara garis paling bawah
dan garis terputus dari gambar 3, kekasaran relative k/D sangat
berpengaruh terhadap nilai f
 Sub daerah pipa kasar
Sub daerah ini terletak di atas garis terputus.Apabila angka
Reynolds di atas suatu nilai tertentu,koefisien gesekan tidak lagi
tergantung pada angka Reynolds,tetapi hanya tergantung pada kekasaran
relatif.Untuk suatu nilai k/D tertentu nilai f adalah konstan dan sejajar
dengan sumbu horizontal.Di daerah ini pengaliran adalah turbulen
sempurna.Rumus empiris untuk pipa kasar hasil percobaan Nikuradse
adalah :
1 3,7 𝐷
= 2𝑙𝑜𝑔 + … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … . . (14)
√𝑓 𝑘

Untuk aliran di daerah transisi,Colebrook menggabungkan persamaan


untuk pipa halus dan pipa kasar sebagai berikut :
1 𝑘 2,51
= −2𝑙𝑜𝑔 + ( + ) … … … … … … … … … … … … … … . . … (15)
√𝑓 3,7 𝐷 𝑟𝑒√𝑓

Persamaan – persamaan diatas memberikan nilai persamaan


implisit.Moody (1994) (dalam Triatmojo 1996 : 40) menyederhanakan prosedur
hitungan tersebut dengan membuat suatu grafik berdasarkan persamaan
Colebrook. Grafik tersebut dikenal sebagai grafik Moody.
12

Gambar 2.3 Diagram Moody

Grafik tersebut mempunyai empat daerah yaitu daerah pengaliran


laminer,daerah kritis dimana nilainya tidak tetap karena pengaliran mungkin
laminer atau turbulen, daerah transisi dimana f merupakan fungsi dari angka
Reynolds dan kekasaran dinding pipa dan daerah turbulen sempurna di mana nilai
f tidak tergantung pada angka Reynolds tetapi hanya ada kekasaran relatif.Untuk
pipa tua nilai f dapat jauh lebih besar dari pipa baru,yang tergantung pada umur
pipa dan sifat zat cair yang dialirkan.Untuk pipa kecil,endapan atau kerak yang
terjadi dapat mengurangi diameter pipa.Oleh Karena itu diperlukan kecermatan di
dalam mengestimasi nilai k dan juga f.
13

Jenis Pipa Nilai C (mm) Nilai C (mm)


Kaca 0.0015
Besi lapis aspal 0.06 – 0.24
Besi tuang 0.018 – 0.90
Plester semen 0.27 – 1.20
beton 0.30 – 3.00
baja 0.03 – 0.09
Baja keliling 0.90 – 9.00
Pasangan batu 6
Sumber : Bambang Triatmojo 1996 : 41

Untuk pengendalian turbulen sempurna,dimana gesekan berbanding 2


langsung dengan V dan tidak tergantung pada angka Reynolds,nilai f dapat
ditentukan berdasarkan kekasaran relatif.Pada umumnya masalah – masalah yang
ada pada pengaliran didalam pipa berada pada daerah transisi dimana nilai f
ditentukan juga oleh angka Reynolds.Sehingga apabila pipa mempunyai ukuran
dan kecepatan aliran tertentu, maka kehilangan tenaga akibat gesekan dapat
langsung dihitung .Tetapi jika diameter atau kecepatan tidak diketahui maka
angka Reynolds juga tidak diketahui.Dengan perubahan nilai angka Reynolds
yang besar, perubahan nilai f sangat kecil.Sehingga perhitungan dapat
diselesaikan dengan menentukan
secara sembarang nilai angka Reynolds atau f pada awal hitungan dan dengan cara
coba banding (trial and error) akhirnya dapat dihitung nilai f yang terakhir (yang
benar).Oleh karena nilai f berkisar antara 0,01 dan 0,07 ,maka yang paling baik
adalah menganggap nilai f, dan biasanya dengan dua (2) atau tiga (3) kali
percobaan akan diperoleh nilai f yang benar.
2.3 Linear Progamming
Linear programming merupakan salah satu teknik penyelesaian riset
operasi dalam hal ini adalah khusus menyelesaikan masalah-masalah optimasi
(memaksimalkan atau meminumkan) tetapi hanya terbatas pada masalah yang
14

dapat diubah menjadi fungsi linear.Demikian pula kendala-kendala yang ada juga
berbentuk linear.Secara umum model ini ada dua macam :
1. Fungsi tujuan dimaksudkan untuk menentukan nilai optimum dari fungsi
tersebut yaitu nilai maksimal untuk masalah keuntungan dan nilai minimal
untuk biaya.
2. Fungsi pembatas diperlukan berkenaan dengan adanya keterbatasan
sumber daya yang tersedia

Tujuan utama dari progam linear adalah menentukan nilai optimum


(maksimum/minimum) dari fungsi tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan linear
programming ,ada dua pendekatan yaitu metode grafik dan metode
simpleks.Metode grafik hanya bias digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
dimana variable keputusan dua atau lebih (Mays,2002:368-369).
2.3.1 Model Optimasi Untuk Merancang Sistem Percabangan Pipa
Model simulasi hidraulis menyediakan suatu alat untuk menilai hidraulis
sistem distribusi air.model ini dapat digunakan dalam percobaan trial and error
untuk menilai karakteristik hidraulis (operasi pompa, tingkat tangki, dan
sebagainya) untuk rancangan jaringan kerja umum. Model ini memiliki
kemampuan untuk menilai sistem biaya optimal atau minimum.
Tujuan dari sistem distribusi air adalah untuk menyuplai kebutuhan air
oleh pengguna pada tekanan tertentu. Permasalahan perancang adalah menilai
sistem biaya minimum ketika berupaya untuk memuaskan kebutuhan pada tingkat
tekanan yang dibutuhkan.Biaya dari sistem tersebut meliputi investasi awal untuk
komponen,seperti pipa, tanki, katup, dan pompa dan biaya energi untuk
memompa air melalui sistem tersebut. Rancangan atau optimasi permasalahan
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Minimal : biaya investasi modal + biaya energi terhadap :
1. Batasan hidraulis
2. Pemuasan kebutuhan air
3. Memenuhi tekanan yang dibutuhkan
15

Rancangan sistem distribusi air bercabang seperti sistem irigasi dapat


dirumuskan sebagai permasalahan linear programming yang mana tujuannya
adalah menilai panjang pipa yang mana digambarkan sebagai Xi,j,m dari diameter
pipa yang dipakai antar titik i dan j. Jaringan percabangan dapat disuplai dari satu
atau lebih sumber dan dirancang pada kondisi muatan tunggal.
Fungsi tujuan LP dapat dinyatakan sebagai :
Minimalisasi
Z = 𝛴(𝑖,𝑗)𝜖𝑙 𝛴𝑚𝜖𝑀1,3 𝐶𝑖,𝑗,𝑚 𝑋𝑖,𝑗,𝑚 ..........................................................................(16)
Dengan fungsi pembatas (Constrain):
a. Panjang batasan untuk masing-masing panjang dari masing-masing
diameter sama dengan panjang total.
𝛴𝑚𝜖𝑀1,3 𝑋𝑖,𝑗,𝑚 = 𝐿𝑖,𝑗 ..................................................................................(17)
b. Konversi batasan energi
𝐻𝑚𝑖𝑛,𝑛 ≤ 𝐻8 + 𝐸𝑝 - 𝛴(𝑖,𝑗)𝜖𝑙 𝛴𝑚𝜖𝑀1,3 𝐶𝑖,𝑗,𝑚 𝑋𝑖,𝑗,𝑚 ≤ 𝐻max 𝑖,𝑗 .........................(18)
c. Non-negativitas
𝑋𝑖,𝑗,𝑚 ≥ 0 ........................................................................................................................(19)
Dimana :
𝑀𝑖,𝑗, = calon diameter pipa untuk pipa penghubung i dan j.
𝐶𝑖,𝑗,𝑚 = biaya panjang per unit dari diameter untuk penghubung kutub I dan j.
𝐼 = perangkat pipa penghubung yang menggambarkan jaringan.
𝐼𝑛 = perangkat pipa yang menggambarkan jalur pada kutub n (titik
pengiriman n)
𝐿𝑖,𝑗 = panjang penghubung jaringan kutub I dan j
𝐽𝑖,𝑗,𝑚 = lereng hidraulis dari diameter pipa m yang menghubungkan kutub I dan
j.
𝐻8 = peningkatan yang diketahui mengenai sumber air yang mana merupakan
kutub tetap
𝐸𝑝 = energi utama yang diketaui ditambahkan pada sistem
𝐻𝑚𝑖𝑛,𝑛 = kebutuhan minimum pada titik pengiriman n
𝐻𝑚𝑎𝑥,𝑛 = kebutuhan maksimum pada titik pengiriman n
16

N = angka total titik pengiriman


Rumusan ini dapat diperluas untuk mempertimbangkan pompa tambahan pada
kepala XP yang dibutuhkan sebagai variabel keputusan Minimalisasi :
Z = 𝛴(𝑖,𝑗)𝜖𝑙 𝛴𝑚𝜖𝑀1,3 𝐶𝑖,𝑗,𝑚 𝛴𝑘 𝐶𝑃𝑘 𝑋𝑃𝑘 ..................................................................(20)
Ditujukan untuk :
a. Rumus (9.5.2) – batasan panjang
𝐻𝑚𝑖𝑛,𝑛 ≤ 𝐻8 + 𝛴𝑘 𝑋𝑃𝑘 − 𝛴(𝑖,𝑗)𝜖𝑙 𝛴𝑚𝜖𝑀1,3 𝐶𝑖,𝑗,𝑚 𝑋𝑖,𝑗,𝑚 ≤ 𝐻𝑚𝑎𝑥,𝑛 … (21)
n = 1, … , N
b. 𝑋𝑃𝑘 ≥ 0
𝑋𝑖,𝑗,𝑚 ≥ 0
Dimana 𝐶𝑃𝑘 merupakan unit biaya pompa utama pada lokasi k dan Xp
adalah pompa utama pada lokasi k.
2.4 Lindo
Ada banyak sofware yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
pemrograman linear seperti TORA, LINGO, EXCEL dan banyak lagi yang
lainnya.Salah satu sofware yang sangat mudah digunakan untuk masalah
pemrograman linear adalah dengan menggunakan Lindo. Lindo (Linear Ineraktive
Discrete Optimizer) adalah sebuah paket program under Windows yang bisa
digunakan untuk mengolah kasus pemrograman linier, dilengkapi dengan
berbagai perintah yang memungkinkan pemakai menikmati kemudahan-
kemudahan di dalam memperoleh informasi maupun mengolah data atau
memanipulasi data. Dengan menggunakan software ini memungkinkan
perhitungan masalah pemrograman linear dengan banyak variabel. Prinsip kerja
utama Lindo adalah memasukkan data, menyelesaikan, serta menaksirkan
kebenaran dan kelayakan data berdasarkan penyelesaiannya. Menurut Linus
Scharge (1991), Perhitungan yang digunakan pada Lindo pada dasarnya
menggunakan metode simpleks. Sedangkan untuk menyelesaikan masalah
pemrograman linear integer nol-satu software Lindo menggunakan Metode
Branch and Bound (metode Cabang dan Batas) menurut Mark Wiley (2010).
Untuk menentukan nilai optimal dengan menggunakan Lindo diperlukan beberapa
tahapan yaitu:
17

1. Menentukan model matematika berdasarkan data real


2. Menentukan formulasi program untuk Lindo
3. Membaca hasil report yang dihasilkan oleh Lindo.
Perintah yang biasa digunakan untuk menjalankan program Lindo adalah:
1. MAX digunakan untuk memulai data dalam masalah maksimasi;
2. MIN digunakan untuk memulai data dalam masalah minimasi;
3. END digunakan untuk mengakhiri data;
4. GO digunakan untuk pemecahan dan penyelesaian masalah;
5. LOOK digunakan untuk mencetak bagian yang dipilih dari data yang ada;
6. GIN digunakan untuk variabel keputusan agar bernilai bulat;
7. INTE digunakan untuk menentukan solusi dari masalah biner;
8. INT sama dengan INTE;
9. SUB digunakan untuk membatasi nilai maksimumnya;
10. SLB digunakan untuk membatasi nilai minimumnya;
11. FREE digunakan agar solusinya berupa bilangan real.
Kegunaan utama dari program Lindo adalah untuk mencari penyelesaian
dari masalah linier dengan cepat dengan memasukan data yang berupa rumusan
dalam bentuk linier. Lindo memberikan banyak manfaat dan kemudahan dalam
memecahkan masalah optimasi dan minimasi. Berikut ini cara memulai
menggunakan program Lindo adalah dengan membuka file Lindo kemudian klik
dua kali pada Lindow32, tunggu sampai muncul dialog lalu klik OK, Lindo siap
dioperasikan.
18

Pada layar akan muncul untitled baru yang siap untuk tempat mengetikkan
formasi

Gambar 2.4 Tampilan Lindo

Model Lindo minimal memiliki tiga syarat:


1. memerlukan fungsi objektif;
2. variabel;
3. batasan (fungsi kendala).
Untuk syarat pertama fungsi objektif, bisa dikatakan tujuan. Tujuan disini
memiliki dua jenis tujuan yaitu maksimasi (MAX) dan minimasi (MIN). Kata
pertama untuk mengawali pengetikan formula pada Lindo adalah MAX atau MIN.
Formula yang diketikan ke dalam untitled (papan editor pada Lindo) setelah MAX
atau MIN disebut fungsi tujuan. Secara umum dapat dituliskan sebagai berikut.
Fungsi tujuan model matematika
Min/Maks Z = C1X1+C2X2+. . . +CnXn
Diketikkan ke dalam untitled menjadi
MIN C1X1+C2X2+. . . +CnXn
atau
MAX C1X1+C2X2+. . . +CnXn
19

Untuk syarat kedua adalah variabel. Variabel ini sangat penting, Lindo
tidak dapat dijalankan tanpa memasukkan variabel dalam formula.
Untuk syarat ketiga setelah fungsi objektif dan variabel selanjutnya adalah
batasan Dalam kenyataannya variabel tersebut pasti memiliki batasan, batasan itu
misalnya keterbatasan bahan, waktu, jumlah pekerja, biaya operasional. Setelah
fungsi objektif diketikkan selanjutnya diketikkan Subject to atau ST untuk
mengawali pengetikan batasan dan pada baris berikutnya baru diketikkan batasan
yang ada diakhir batasan kita akhiri dengan kata END. Secara umum dapat
dituliskan sebagai berikut.
a11X1+a12X2+. . .+C1nXn ≤ b1
a11X1+a22X2+. . .+C2nXn ≤ b2
am1X1+am2X2+. . .+CmnXn ≤ bm
X1, X2. . .,Xn ≥ 0
untuk pengetikkan fungsi kendala ke dalam untitled adalah sebagai berikut.
SUBJECT TO
a11X1+a12X2+. . .+C1nXn <= b1
a11X1+a22X2+. . .+C2nXn <= b2
am1X1+am2X2+. . .+CmnXn <= bm
X1>= 0
X2>= 0
Xn>= 0
END
Contoh :
Akan diselesaikan model pemrograman linear dengan
menggunakan software Lindo
Zmax = 3X1 + 2X2 + X3 + 2X4 + 3X5
Dengan fungsi kendala
2X1 + 5X2 + 7X3 + 4X4 + X5 ≥ 6
9X1 + 4X2 - 2X3 + 2X4 + 3X5 ≥ 5
X1 - 6X2 + 3X3 + 7X4 + 5X5 ≤ 7
X1,X2,X3,X4,X5 ≥ 0
20

dalam formula diketikan dengan:


MAX 3X1 + 2X2 + X3 + 2X4 + 3X5
ST
2X1 + 5X2 + 7X3 + 4X4 + X5 >= 6
9X1 + 4X2 - 2X3 + 2X4 + 3X5 >= 5
X1 - 6X2 + 3X3 + 7X4 + 5X5 <= 7
X1 >= 0
X2 >= 0
X3 >= 0
X4 >= 0
X5 >= 0
END
Keseluruhan formulasi yang dapat diketikkan ke dalam untitled Lindo seperti
pada
gambar berikut:

Gambar 2.5 Formulasi pada Lindo

Setelah formula diketikkan siap dicari solusinya dengan memilih perintah


solve atau mengklik tombol solve pada toolbar. Lindo akan mengkompil
(mengoreksi kesalahan) pada formula terlebih dahulu. Jika terjadi kesalahan
dalam pengetikan (tidak dapat dibaca oleh komputer) akan muncul kotak dialog
dan kursor akan menunjukkan pada baris yang salah.
21

Gambar 2.6 Menu Solve

Menu solve digunakan untuk menampilkan hasil secara lengkap dengan beberapa
pilihan berikut:
1. Solve-Solve, digunakan untuk menampilkan hasil optimasi dari data pada
papan editor dan secara lengkap. Pada tampilan hasil mencangkup nilai
variabel keputusan serta nilai dual price-nya. Pada nilai peubah keputusan
ditampilkan pula nilai peubah keputusan yang nol. Perbedaannya dengan
Report Solusion adalah pada Report Solusion kadang-kadang jawabannya
tidak optimal interasinya, sehingga pada Solve-Solve jawaban yang
ditampilkan bernilai optimal.Report Solution tidak menampilkan nilai
Dual Price serta ada pilihan apakah perlu ditampilkan nilai peubah
keputusan yang nol.
2. Solve-Compile Model, digunakan untuk mengecek apakah struktur
penyusunan data pada papan editor data sudah benar. Jika penulisannya
tidak benar, maka akan ditampilkan pada baris ke-berapa kesalahan
tersebut terdapat. Jika tidak ada kesalahan, maka proses dapat dilanjutkan
untuk mencari jawaban yang optimal.
3. Solve Privot, digunakan untuk menampilkan nilai slack.
22

4. Solve Debug, digunakan untuk mempersempit permasalahan serta mencari


pada bagian mana yang mengakibatkan solusi tidak optimal, selanjudnya
ada pertanyaan untuk menentukan tingkat kesensitifitasan solusi.

Gambar 2.7 Tampilan Sensitifitas Analisis

Jika tidak terjadi kesalahan akan muncul status Lindo. Status ini berguna
untuk memonitor proses solusi. Selanjutnya tekan close dan pada Lindo akan
muncul tampilan baru yang disebut report windows. Dalam report ini adalah 115
dengan
x1 = x5 = 1 dan x2 = x3 = x4 = 0.
23

Gambar 2.8 tampilan report solusi Lindo


Untuk tampilan pada report diatur sesuai dengan kebutuhan. Pengaturan report
dilakukan dengan memilih Report pada toolbar Lindo.

Gambar 2.9 Tampilan Perintah Report Program Lindo


24

Dalam menu report terdapat beberapa pilihan sebagai berikut:


1. Report Solution, digunakan untuk mendapatkan solusi optimal dari
permasalahan program linier yang tersaji pada papan editor data.
2. Report Range, digunakan untuk menayangkan hasil penyelesaian analisis
sensivitas. Pada analisis sensivitas yang ditayangkan mencakup aspek
Allowable Increase dan Allowable Decrease.
3. Report Parametrics, digunakan untuk mengubah dan menampilkan hasil
hanya pada baris kendala tertentu saja.
4. Report Statistics, digunakan untuk mendapatkan laporan kecil pada papan
editor report.
5. Report Peruse, digunakan untuk menampilkan sebagian dari model atau
jawaban.
6. Report Picture, digunakan untuk menampilkan (display) model dalam
bentuk matriks.
7. Report Basis Picture, digunakan untuk menampilkan text format dari nilai
basis, dan disajikan sesuai urutan baris dan kolom.
8. Report Table, digunakan untuk menampilkan tabel simplek dari model
yang ada.
9. Report Formulation, digunakan untuk menampilkan model pada papan
editor data ke papaneditor report.
10. Report Show Coloum, digunakan untuk menampilkan koefisien peubah.
Untuk menyimpan file, arahkan kursor pada papan editor yang diaktifkan. Menu
menyimpan file ada dua macam yakni File Save, dan File Save As.

Anda mungkin juga menyukai