Anda di halaman 1dari 18

BAB III

ALIRAN SERAGAM

3.1 Pendahuluan
Aliran seragam merupakan aliran yang tidak berubah menurut
tempat. Konsep aliran seragam dan aliran kritis sangat diperlukan dalam
peninjauan aliran berubah dengan cepat atau berubah lambat laun.
Perhitungan kedalaman kritis dan kedalaman normal sangat penting
untuk menentukan perubahan permukaan aliran akibat gangguan pada
aliran. Gangguan tersebut dapat merupakan bangunan- bangunan air
yang memotong aliran sungai.

3.2 Tata Cara Terbentuknya Aliran Seragam


3.2.1 Kualifikasi Aliran Seragam
Dalam aliran seragam, terdapat dua kriteria utama yaitu :
1. Kedalaman aliran, luas penampang, penampang basah, dan debit
aliran pada setiap penampang dari suatu panjang aliran adalah tetap.
2. Garis energi, garis permukaan aliran, dan sasar saluran sejajar, dan ini
berarti bahwa kemiringan garis energi (if), garis permukaan air (iw)
dan dasar saluran (ib) adalah sama atau :
if = iw = ib
Ditinjau dari perubahan terhadap waktu maka aliran dapat
berupa aliran tetap dimana :
y y V V
= 0 dan =0; = 0 dan =0
S t S t

atau aliran tidak tetap dimana :

y y V V
= 0 tetapi 0; = 0 tetapi 0
S t S t

Tetapi di dalam kenyataannya aliran seragam tidak tetap tidak pernah


terjadi., maka yang dimaksud disini aliran seragan adalah aliran seragam
tetap.

52
3.2.2 Terjadinya Aliran Seragam
Apabila aliran terjadi di dalam suatu saluran, hambatan akan
menghadang aliran air dari hulu ke hilir. Hambatan tersebut berlawanan
dengan komponen gaya gravitasi di arah aliran.
Aliran seragam terbentuk apabila hambatan diimbangi oleh
gaya gravitasi. Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar 3.1 sebagai
berikut :

Gambar 3.1 Sket keseimbangan gaya – gaya di dalam aliran seragam

Keseimbangan gaya – gaya yang bekerja pada bagian kecil


aliran sepanjang x dapat dinyatakan sebagai berikut :
Σ Fx = 0
P1  P2  G sin   zxy  0 ....................………………………..(3.1)

Karena kedalaman air (y – z) tetap maka besarnya gaya – gaya hidrostatik


1
P1 – P2 =  (y – z)2 hanya berlawanan arah maka gaya – gaya tersebut
2
saling menghapus satu sama lain, sehingga persamaan (3.3) menjadi :

G sin   zxy  0 ....................…………………………………..(3.2)


karena G = ρ g x y (y – z)

53
maka persamaan (3.2) menjadi :
gxy( y  z) sin   zxy  0 ....................……………………..(3.3)
Apabila dibagi x y persamaan (3.3) menjadi :
z = ρ g (y – z) sin 
atau :
z = ρ g ib (y – z) ..............................................……………………..(3.4)
dimana :
sin  = ib
z = tegangan geser pada elevasi (y-z) dari permukaan air

Apabila pada elevasi (y-z) besarnya tegangan geser z = ρ g ib (y – z),


maka tegangan geser pada dasar saluran dapat dicari dengan
menggunakan persamaan tersebut untuk harga z = 0, sehingga :
b = ρ g ib h atau
b = ρ g h ib..............................................…………………….……..(3.5)
dimana :
b = tegangan geser pada dasar saluran (kg/m.det 2)
h = kedalaman air (m)
ib = kemiringan dasar saluran (m/m)
ρ = berapa tan air (kg/cm3)
g = gaya gravitasi (m/det 2)

Untuk aliran di dalam saluran lebar sekali (wide channel) dimana R = h,


maka tegangan geser pada dasar saluran dapat dinyatakan sebagai
berikut:
b = ρ g R ib .................................................…………………….…..(3.6)
Untuk aliran seragam dimana ib = if persamaan (3.6) dapat diubah
menjadi :
b = ρ g R if .................................................…………………….…..(3.7)

54
atau :

g R if =
 b

2
g R i f = U* =
 b

dimana :
U* = kecepatan geser aliran
2
U* = g R i f
2
b =  U* ..................................................................................... (3.8)
Dari persamaan (3.7) dan (3.8) tampak bahwa besarnya
hambatan (tegangan geser) tergantung pada kecepatan aliran. Untuk
melihat lebih jelas terjadinya aliran seragam dapat diambil contoh suatu
aliran dari suatu tandon (reservoir) yang memasuki suatu saluran panjang
dengan kemiringan tertentu seperti tampak pada gambar 3.2.

55
Gambar 3.2 Terjadinya aliran seragam di dalam saluran dengan
kondisi kemiringan yang berbeda – beda

56
Pada waktu air memasuki saluran secara perlahan-lahan,
kecepatan aliran berkurang dan oleh karenanya besarnya tahanan juga
berkurang. Pada saat tahanan menjadi lebih kecil daripada komponen
gaya berat maka akan terjadi percepatan di saat memasuki saluran atau
di bagian hulu saluran. Sesudah itu secara lambat laun kecepatan dan
tahanan bertambah besar sampai terjadi keseimbangan antara tahanan
dan gaya berat. Pada keadaan ini aliran seragam terjadi.
Pada bagian hulu dimana terjadi percepatan disebut zona
transisi (Gambar 3.2)

3.2.3 Persamaan Kecepatan dari Aliran Seragam


Untuk perhitungan hidrolik kecepatan rata – rata dari aliran
turbulen di dalam saluran terbuka biasanya dinyatakan oleh suatu rumus
aliran seragam. Persamaan yang paling praktis dapat dinyatakan dalam
bentuk sebagai berikut:
x y
V = C R i .................................................................................... (3.9)
dimana :
V = kecepatan rata – rata
C = faktor hambatan aliran
R = jari –jari hidrolik
if = kemiringan garis energi
Untuk aliran seragam if = iw = i0
iw = kimiringan permukaan air
i0 = kemiringan dasar saluran

Persamaan tersebut menyatakan bahwa kecepatan aliran


tergantung pada jenis hambatan (C), geometri saluran (R) dan
H
kemiringan aliran (i = ) dimana H adalah perbedaan tinggi energi
L
di hulu dan di hilir.
Persamaan tersebut dikembangkan melalui penelitian di
lapangan.

57
3.2.4 Persamaan/Rumus Chezy
Pada awal tahun 1769 seorang insinyur Perancis bernama
Antonius Chezy mengembangkan mungkin untuk pertama kali
perumusan kecepatan aliran yang kemudian dikenal dengan rumus
Chezy yaitu:
V  C Ri f ................................................................................. (3.10)
dimana :
V = kecepatan rata – rata (m/det)
R = jari – jari hidrolik (m)
if = kemiringan garis energi (m/m)
C = suatu faktor tahanan aliran yang disebut koefisien Chezy
(m2/det)

Harga C tergantung pada kekasaran dasar saluran dan kedalaman aliran


atau jari – jari hidrolik.
Berbagai rumus dikembangkan untuk memperoleh harga C antara lain :
Ganguitlef aunt Kutter (1869)

0,00281 1,811
41,65  
C 3 n .................................................... (3.11)
 0,0281  n
1   41,65  
 S  R

dimana :
n = koefisien kekasaran dasar dan dinding saluran
R = jari – jari hidrolik
S = kemiringan dasar saluran

58
Bazin pada tahun 1897 melalui penelitiannya menetapkan harga C
sebagai berikut :

157,6
C .................................................................................. (3.12)
m
1
R
dimana :
m = koefisien Bazin
R = jari-jari hidrolik

Masih banyak rumus-rumus yang lain untuk menetapkan harga


koefisien C melalui penelitian-penelitian di lapangan dimana semua
menyatakan bahwa besarnya hambatan ditentukan oleh bentuk kekasaran
dinding dan dasar saluran, faktor geometri dan kecepatan aliran.

3.2.5 Rumus Manning


2 1
1
V R 3 if 2 .............................................................................. (3.13)
n
dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
n = angka kekasaran Manning
R = Jari – jari hidrolik (m)
if = kemiringan garis energi (m/m)

Apabila dihubungkan Persamaan Chezy dan Persamaan


Manning akan diperoleh hubungan antara koefisien Chezy (C) dan
koefisien Manning (n) sebagai berikut :

2 1
1 3
V  C Ri f  R if 2
n
1
1 6
C R ................................................................................... (3.14)
n

59
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga kekasaran manning n
adalah :
a. Kekasaran permukaan dasar dan dinding saluran
b. Tumbuh – tumbuhan
c. Ketidak teraturan bentuk penampang
d. Alignment dari saluran
e. Sedimentasi dan erosi
f. Penyempitan (adanya pilar-pilar jembatan)
g. Bentuk dan ukuran saluran
h. Elevasi permukaan air dan debit aliran
Dari hasil penelitiannya Manning membuat suatu tabel angka
kekasaran (n) untuk berbagai jenis bahan yang membentuk saluran antara
lain sebagai berikut :

Tabel 3.1 Harga n untuk tipe dasar dan dinding saluran


Material saluran Manning n
Saluran tanpa pasangan
Tanah 0.020-0.025
Pasir dan kerikil 0.025-0.040
Dasar saluran batuan 0.025-0.035
Saluran dengan pasangan 0.015-0.017
Semen mortar 0.011-0.015
Beton
Pasangan batu adukan basah 0.022-0.026
Pasangan batu adukan kering 0.018-0.022
Saluran pipa:
Pipa beton sentrifugal 0.011-0.015
Pipa beton
Pipa beton bergelombang 0.011-0.015

60
Material saluran Manning n
Liner plates 0.013-0.017
Saluran terbuka
Saluran dengan plengsengan :
a. Aspal 0.013-0.017
b. Pasangan bata 0.012-0.018
c. Beton 0.011-0.020
c. Riprap 0.020-0.035
d. Tumbuhan 0.030-0.40*
Saluran galian:
Earth, straight and uniform 0.020-0.30
Tanah, lurus dan seragam 0.025-0.040
Tanah cadas 0.030-045
Saluran tak terpelihara 0.050-0.14
Saluran alam (sungai kecil,
lebar atas saat banjir < 30 m) :
Penampang agak teratur 0.03-0.07
Penampang tak teratur dengan 0.04-0.10
palung sungai

Pengambilan harga n tersebut tergantung pula pada kondisi rencana.

61
3.2.6 Contoh Soal Terkait Kedalaman Normal
1. Suatu trapesium terbuka berpenampang trapesium, mempunyai
lebar dasar B = 6 m; kemiringan tebing 1 : z = 1 : 2. Kemiringan
longitudinal ib = 0,0016 dan faktor kekasaran Manning n = 0,025.
Tentukan kedalaman normal, dengan cara aljabar apabila Q = 11
m3/det.
Jawab :
a. Cara Aljabar

A = (B + zy)y = (6 + 2y)y

P = B + 2y 1  2 2 = 6 + 2y 5
A (6  2 y ) y 2(3  y ) y (3  y ) y
R = +  
P 6  2 y 5 2(3  y 5) (3  y 5)

1
Q = A R2/3 ib1/2
n
nQ
1/2
= A R2/3
ib

0,025  11 [(3  y ) y ] 2 / 3
 [2(3  y ) y ] =
(0,0016 )1 / 2 (3  y 5 ) 2 / 3

6,875 (3 + y 5 )2/3 = 2 [(3 + y )y] 5/3


3
Ruas kiri dan ruas kanan dipangkatkan persamaan tersebut menjadi :
2
2,5
6,8753/2 (3 + y 5 ) = 23/2 [3 + y)y
2,5
6.373 (3 + y 5 ) = [(3 + y)y]

62
Untuk mencari harga dari persamaan tersebut diperlukan cara
coba-coba (trial and error) sebagai berikut :

Y Ruas kiri Ruas kanan

0,80 30,519  16,113

0,90 31,944  23,082

1,00 33,369  32,00


yang
paling mendekati
1,015 33,583  33,525

1,02 33,654  34,046

1,10 34,794  43,196

berarti yn = 1,015 m

b. Cara Coba-coba
Cara coba-coba juga sering dilakukan dengan cara langsung
menggunakan data “kedalaman air” sampai ditemukan harga AR2/3
yang paling mendekati. Dalam hal contoh soal tersebut diatas ditentukan
beberapa kedalaman normal yn , kemudian dicari harga A dan R dan
AR2/3 seperti pada tabel sebagai berikut :

63
nQ 0,025  11
AR2/3=  =6,875
i 0,0016

Tabel Perhitungan harga yn contoh soal 1

y A R R2/3 A R2/3 Remark

0,80 6,080 0,635 0,739 4,492 y terlalu

0,90 7,080 0,700 0,788 5,532 kecil


1,00 8,000 0,764 0,836 6,686
paling
1,015 8,150 0,773 0,842 6,864
mendekati
1,02 8,200 0,776 0,844 6,934

1,10 9,020 0,826 0,880 7,941 y terlalu besar

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa harga AR2/3 yang paling
mendekati perhitungan tersebut diatas adalah pada kedalaman y = 1,015.
Ini berarti yn = 1,015.

64
3.2.7 Aliran Dalam Penampang dengan Kekasaran Komposit
Di dalam praktek sering dijumpai kondisi dimana kekasaran
dinding tidak sama di sepanjang keliling basah, misalnya saluran terbuka
yang dasarnya dari tanah asli sedang dindingnya dari pasangan batu atau
saluran berbentuk persegi empat yang dasarnya dari pelat beton sedang
dindingnya dari kayu.
- Untuk saluran yang mempunyai penampang sederhana dengan
perbedaan kekasaran tersebut perhitungan kecepatan rata – ratanya
tidak perlu harus membagi luas penampang menurut harga n yang
berbeda – beda tersebut.
Dalam menerapkan Persamaan Manning untuk saluran seperti
tersebut diatas perlu dihitung harga n ekivalen untuk seluruh keliling
basah, Ada beberapa cara untuk menghitung harga n ekivalen
tersebut.
- Horton dan Einstein
Untuk mencari harga n diambil asumsi tiap bagian luas mempunyai
kecepatan rata–rata sama, berarti V1 = V2 ; …= V2 = V. Dengan
dasar asumsi ini harga n ekuivalen dapat dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut :

2
 3
 n



1
1 .5
( P nn n ) 
 ........................................................................... (3.15)
n 
 P 
 
 
 
 

65
- Parlovskii dan Miill Lofer dan Einstein serta Banks
Mengambil asumsi bahwa gaya yang menghambat aliran sama
dengan jumlah gaya – gaya yang menghambat aliran yang terbentuk
dalam bagian-bagian penampang saluran. Dengan asumsi tersebut
angka n ekivalen dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

1
 2
 n



1
2
( Pnnn ) 
 ........................................................................... (3.16)
n 
 1 
 P2 
 
 
 

3.2.8 Penampang Gabungan


Suatu penampang saluran dapat terdiri dari beberapa bagian
yang mempunyai angka kekasaran yang berbeda–beda. Sebagai contoh
yang paling mudah dikenali adalah saluran banjir. Saluran tersebut pada
umumnya terdiri saluran utama dan saluran samping sebagai penampang
debit banjir. Penampang tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 3.3 Penampang Gabungan Dari Suatu Aliran

66
Penampang tersebut mempunyai kekasaran yang berbeda –
beda, pada umumnya harga n di penampang samping lebih besar
daripada di penampang utama. Untuk menghitung debit aliran
penampang tersebut dibagi menjadi beberapa bagian penampang
menurut jenis kekasarannya. Pembagian penampang dapat dilakukan
menurut garis –garis vertikal (garis putus –putus seperti pada gambar
diatas) atau menurut garis yang sejajar dengan kemiringan tebing (garis
titik – titik seperti pada gambar).
Dengan menggunakan persamaan Manning debit aliran melalui
setiap bagian penampang tersebut dapat dihitung. Debit toatal adalah
penjumlahan dari debit di setiap bagian penampang. Kemudian
kecepatan rata – rata aliran dihitung dari debit total aliran dibagi dengan
luas seluruh penampang.

3.2.9 Contoh Soal Terkait Penampang Gabungan


1. Suatu saluran berpenampang gabungan seperti pada gambar terdiri
dari saluran utama dan dua sisi saluran samping untuk penampang
banjir, apabila dasar (longitudinal) ib = 0,0016 berapa besar
kecepatam rata – rata aliran di dalam saluran tersebut.

67
Jawab :
1
Persamaan Manning : Q = A R2/3 i1/2
n
1
K= A R2/3
n

Penampang 1 :
12  12  (1,5  1,8)
A1 =  1,80 = 24,03 m2
2
O1 = 12 + 1,8 1 1,5 2 = 15,245 m
A1
R1 = = 1,576 m
P1

R1⅔ = 1,354
1 ⅔ 1
K1 = A1 R1 =  24,03  1,354 = 929,92
n 0,035

Penampang 2 :
A2 = (6 + 2,4)2,4 + (6 + 2,4 + 2,4)  1,80 = 39,60 m2
O2 = 6 + 2  2,4 2 = 12,79 m
A2 39,60
R2 = = = 3,10 m
O2 12,79
R22/3 = 3,102/3 = 2,12
1 1
K2 = A2 R22/3 =  39,60  2,12 = 2103,33
n 0,040

Penampang 3 :
3  3  (1,5  1,8)
A3 =  1,80 = 7,83 m2
2
O3 = 3 + 1,8 1 1,5 2 = 6,245 m

68
7,83
R3 = = 1,254 m
6,245
R2/3 = 1,163
1 1
K3 = A3 R32/3 =  7,83  1,163 = 260,125
n 0,035
3 
  K 3  i 2 / 3
V= 
1  K  K 2  K 3  i 2 / 3
 1
A A1  A 2  A 3 
=
929 ,92  2103 ,33  260 ,125  0,0016
24 ,03  39 ,60  7,83
3293 ,38 0,0016 131,735
V=  = 1,84 cm/det
71,46 71,46

69

Anda mungkin juga menyukai