Anda di halaman 1dari 12

LABORATORIUM HIDROLIKA Waktu : 16.00 – 19.

00 WIB
DAN HIDROMEKANIKA Tanggal : 05 November 2019
Hari : Selasa

ALIRAN KRITIS DAN LONCATAN HIDROLIK

Nama : Irgie Yudhistira


NIM : F44180051
Kelompok :2

Nama Asisten :

1. Fatihaturrizky Amelia (F44170025)


2. Pradytha Galuh Oktafiani (F44170066)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Aliran air dalam suatu saluran, dapat berupa aliran saluran terbuka (open
channel flow) yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Aliran
melalui saluran terbuka memiliki tekanan yang sama pada permukaan air, yaitu
tekanan atmosfir. Menurut Kironoto et al. (2002), pada saluran terbuka, gesekan
dengan dinding saluran menyebabkan terjadinya kehilangan energi pada aliran
akibat adanya gaya tahanan yang ditimbulkan pengaruh lapisan batas. Kondisi
aliran dalam saluran terbuka yang dipengaruhi oleh permukaan yang bebas
cendrung berubah sesuai waktu dan ruang (Karnisah 2010). Kondisi fisik saluran
terbuka jauh lebih bervariasi dibandingkan dengan pipa. Kombinasi antara
perubahan setiap parameter saluran akan mempengaruhi kecepatan yang dimana
kecepatan tersebut akan menentukan keadaan dan sifat aliran.
Aliran air yang mengalir pada saluran terbuka akan memiliki pengaruh
tekanan yang berbeda dengan saluran tertutup karena adanya pengaruh tekanan
udara pada muka air bebas (Kaprawi 2009). Menurut Sularso (2000), aliran pada
saluran terbuka akan memiliki bentuk dan kecepatan yang berbeda untuk setiap
perubahan tekanan dan kecepatan aliran. Penggolongan aliran pada saluran
terbuka digolongkan berdasarkan dua parameter utama. Penggolongan aliran ini
dibuat berdasarkan perubahan kedalaman aliran sesuai dengan waktu dan ruang
(Bungin 2005).
Aliran fluida pada saluran terbuka pada suatu titik dipengaruhi oleh energu
yang disebut dengan energi spesifik. Pada saluran terbuka umumnya terdapat
suatu penyempitan yang terdiri atas suatu daerah penyempitan lintang saluran
secara mendadak dan mempengaruhi energi aliran tersebut. Pengaruh
penyempitan saluran sangat bergantung pada kecepartan aliran dan jenis aliran
yang terjadi. Jenis aliran yang terjadi pada suatu saluran terbuka dapat berupa
aliran sub kritis, aliran kritis, dan aliran superkritis yang terjadi berdasarkan
perubahan energi spesifik (Setiawan dan Setiaji 2012). Suatu aliran dalam saluran
dapat mengalami percepatan dari aliran subkritis ke kritis dan ke superkritis, lalu
kembali lagi ke aliran subkritis melalui semacam kejut-normal yang disebut
loncatan hidrolik air (Aji dan Darmadi 2007).

TUJUAN
Praktikum ini bertujuan menentukan aliran kritis dengan berbagai
kemiringan aliran serta membuktikan adanya headloss pada loncatan hidrolik.

ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Model saluran terbuka
2. Sekat ukur segitiga
3. Point gauge
4. Variable slope controller
METODE
Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 05 November 2019 di
Laboraturium Hidrolika dan Hidromekanika pada pukul 16.00 – 19.00 WIB.
Praktikum mengenai aliran kritis dan loncatan hidrolik diawali dengan
pengukuran debit aliran dengan weir method, yaitu dengan menggunakan sekat
ukur segitiga dan melihat ketinggian permukaan air pada skala penggaris untuk
setiap variasi nilai slope yang digunakan. Nilai ketinggian yag diukur dengan
penggaris akan digunakan dalam perhitungan debit aliran dengan menggunakan
rumus yang telah tersedia berdasarkan jenis penampang dari sekat ukur tersebut.
Selanjutnya, variabel slope controller digunakan dalam memodifikasi kemiringan
aliran (slope) dengan variasi kemiringan yang digunakan yaitu 0, 1, dan 22,5.
Perubahan ketinggian aliran diukur dengan point gauge untuk setiap perubahan
slope dengan melakukan dua kali pengukuran, yaitu ketinggian aliran dari dasar
dan perubahan ketinggian muka air akibat adanya perubahan slope. Pembacaan
skala pada point gauge sama seperti pembaacaan skala dengan menggunakan
jangka sorong, yaitu nilai pada skala utama dijumlahkan dengan nilai dari skala
nonius. Perhitungan penentuan aliran kritis dilakukan setelah data yang dihasilkan
dari hasil pengukuran tersebut selesai.
Parameter yang digunakan dalam penentuan aliran kritis yaitu, luas
penampang (A), keliling basah (P), jari-jari hidrolik (R), debit aliran (Q),
kecepatan aliran (v), koefefsien Manning (n), koefesien Chezy (C), percepatan
aliran (q), kedalaman kritis (Yc), kemiringan kritis (Sc), dan energi spesifik (E).
Paramter tersebut dihitung dengan rumus-rumus yang telah ditetapkan.
Pengamatan mengenai loncatan hirlolik (hydraulic jump), dilakukan dengan
mengubah secara tiba-tiba kecepatan aliran, sehingga perceptan aliran akan
berubah dan akan muncul gelombang air yang naik secara signifikan dari muka air
yang terlihat pada batang skala point gauge. Secara sederhana, langkah untuk
melauknan pengukuran dan perhitungan dalam penentuan aliran kritis dan
membuktikan adanya headloss pada loncatan hidrolik digambarkan pada diagram
alir berikut.

Mulai

Mengkur ketinggian muka air untuk menghitung debit aliran dengan


sekat ukur segitiga
ur

Gambar 1 Diagram penentuan aliran kritis dan lompatan hidrolik


A

Mengukur perubahan ketinggian dari dasar dan muka air untuk setia
variasi kemiringan yang diubah dengan menggunakan point gauge
sebanyak sepuluh kali percobaan

Menghitung nilai debit dari ketinggian air pada sekat ukur dengan
menggunakan persamaan (1)

Menghitung luas penampang saluran (A) dengan mengunakan


persamaan (2), menghitung keliling basah (P) menggunakan
persamaan (3), mencari jari-jari hidrolik menggunakan persamaan (4),
menghitung kecepatan aliran menggunakan persamaan (5),
menghitung koefefsien Manning (n) dengan persamaan (6), mencari
koefesien Chezy dengan persamaan (7), dan menghitung percepatan
aliran dengan persamaan (8), menghitung kedalaman kritis dengan
persamaan (9), menghitung kemiringan kritis dengan persamaan (10),
dan menghitung nila energi spesifik dengan persamaan (11).

Selesai

Gambar 1 Diagram alir lanjutan penentuan aliran krtis dan lompatan hidrolik

Adapun persamaan yang digunakan pada saat melakukan koding untuk


mendapatkan data yang diperlukan adalah sebagai berikut.

Debit aliran yang dihasilkan dapat dicari dengan persamaan


Q = 0, 014 x H2,5 …………..……..………………………..(1)
Keterangan: Q = Debit aliran (m3/detik)
H = Ketinggian saluran pada sekat ukur (m)
Luas permukaan saluran persegi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
A = B x Y.………………………………………………..(2)
Keterangan: A = Luas permukaan (m2)
B = Lebar saluran (m)
Y = Kedalaman (m)
Keliling basah saluran persegi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
P = B + (2xY)..…..………………………………………..(3)
Keterangan: P = Keliling basah (m)
B = Lebar saluran (m)
Y = Kedalaman (m)
Jari-jari hidrolik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
𝐴
R = 𝑃 ..................………………………………………..…(4)

Keterangan: R = Jari-jari hidrolik (m)


A = Luas permukaan (m2)
P = Keliling basah (m)
Kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan
𝑄
V = 𝐴 ..................………………………………………..…(5 )

Keterangan: V = Kecepatan aliran (m/detik)


A = Luas permukaan (m2)
Q = Debit aliran (m3/detik)
Koefisien Manning dapat dicari dengan persamaan
1
n = 𝑣 R 2/3 S 1/2..............………………………………..…(6 )

Keterangan: n = Koefisien Manning


R = Jari jari hidrolik (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
S = Kemiringan
Koefisien Chezy dapat dicari dengan persamaan
𝑅 1/6
C= ………....................….……………...………..…(7 )
𝑛

Keterangan: C = Koefisien Chezy


R = Jari jari hidrolik (m)
n = Koefisien Manning
Percepatan aliran dapat dicari dengan persamaan
𝑄
q = 𝐵………....................….……………...………..……..(8 )

Keterangan: q = Percepatan aliran (m2/detik)


Q = Debit aliran (m3/detik)
B = Lebar saluran (m)
Kedalaman kritis aliran dapat dicari dengan persamaan

3 𝑞2
Yc = √ 𝑔 ………………………………………………....(9)

Keterangan: Yc = Kedalaman kritis (m)


q = Percepatan aliran (m2/detik)
g = Percepatan gravitasi (m2/detik)
Kemiringan kritis dapat dicari dengan persamaan
𝑔
Sc = 𝑐 2…………………………………………………....(10)

Keterangan: Sc = Kemiringan kritis (m)


g = Percepatan gravitasi (m2/detik)
C = Koefisien Chezy
Energi spesifik dapat dicari dengan persamaan
𝑣2
E=y + ………......................………………...……...(11)
2𝑔

Keterangan: E = Energi spesifik (joule)


V= Kecepatan aliran (m/s)
Y= Kedalaman aliran rata - rata (m)
g = Percepatan gravitasi (m2/detik)
PEMBAHASAN
Jenis aliran pada saluran terbuka berdasarkan energi pada aliran tersebut
terdiri atas aliran sub kritis, kritis, dan super kritis. Jenis aliran-aliran tersebut
selain dipengaruhi oleh energi juga dipengaruhi oleh penyempitan saluran.
Pengaruh penyempitan tergantung pada geometri (bentuk) bagian lengkungan
masuk penyempitan, kecepatan aliran, dan keadaan aliran (Ven Te Chow 1992).
Aliran kritis merupakan aliran yang terjadi pada kedalaman kritis. Menurut
Munson et al. (2005) menyatakan bahwa aliran kritis terjadi pada saat energi
spesifik aliran tersebut bernilai minimum. Pada saat energi spesfik minimum
terjadi aliran kritis dan memiliki nilai kecepatan aliran yang rendah. Penentuan
aliran kritis dapat ditentukan dengan menggunakan bilangan Froude. Menurut
Albas dan Permana (2016), bilangan Froude adalah sebuah bilangan tak bersatuan
yang digunakan untuk mengukur resistensi dari sebuah objek yang bergerak
melalui saluran air, dan membandingkan benda-benda dengan ukuran yang
berbeda-beda. Perhitungan bilangan Froude dapat dilakukan dengan
menggunakan parameter kecepatan rata-rata, panjang karakteristik yang terkait
dengan kedalaman (kedalaman hidrolik untuk aliran saluran terbuka), dan
percepatan gravitasi. Secara fisik, bilangan Froude merupakan rasio kecepatan
aliran terhadap gaya gravitasi per satuan volume. Aliran dikatakan kritis apabila
bilangan Froude (F) sama dengan satu.
Berdasarkan data hasil perhitungan, aliran kritis terjadi pada saat nilai
energi spesifik minimum yaitu sebesar 0,02839. Energi spesifik minimum tersebut
terjadi pada saat kedalaman 0,02735 m. Kedalaman tersebut disebut sebagai
kedalaman kritis karena pada kedalaman tersebut nilai energi spesifik aliran
minimum dan terjadi aliran kritis. Aliran kritis terjadi pada nilai slope untuk
percobaan sebesar 2,5. Pada saat terjadi aliran kritis, nilai kecepatan aliran yang
terjadi juga tergolong rendah yaitu bernilai sebesar 0,14277 𝑚2 /det. Hal ini sesuai
dengan literatur dari Munson et al. (2005), yang menyatakan bahwa aliran kritis
terjadi pada saat energi spesifik aliran tersebut bernilai minimum. Pada saat energi
spesfik minimum terjadi aliran kritis dan memiliki nilai kecepatan aliran yang
rendah. Data hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1 Data hasil perhitungan penentuan aliran kritis


No Slope Y1 Y2 Yrata-rata b1 b2 b rata-rata A1 A2 A P R H Q V n C Yc Sc E
1 0 0,0798 0,0717 0,07575 0,405 0,405 0,405 0,032319 0,029039 0,030679 0,5565 0,055128 0,418 0,001581 0,05155 0 … 5,18128E-07 … 0,075885
2 2,5 0,0588 0,050 0,0544 0,405 0,405 0,405 0,023814 0,02025 0,022032 0,5138 0,04288 0,418 0,001581 0,071782 0,010673 0,669599 5,18128E-07 21,87958 0,054663
3 5 0,0404 0,0421 0,04125 0,405 0,405 0,405 0,016362 0,017051 0,016706 0,4875 0,034269 0,418 0,001581 0,094665 0,010338 0,552479 5,18128E-07 32,13943 0,041707
4 7,5 0,0363 0,0378 0,03705 0,405 0,405 0,405 0,0147015 0,015309 0,015005 0,4791 0,03132 0,418 0,001581 0,105396 0,011634 0,448691 5,18128E-07 48,72756 0,037616
5 10 0,0318 0,0337 0,03275 0,405 0,405 0,405 0,012879 0,013649 0,013264 0,4705 0,028191 0,418 0,001581 0,119235 0,011109 0,422957 5,18128E-07 54,83749 0,033475
6 12,5 0,0318 0,032 0,0319 0,405 0,405 0,405 0,012879 0,01296 0,01292 0,4688 0,027559 0,418 0,001581 0,122412 0,012926 0,355349 5,18128E-07 77,68894 0,032664
7 15 0,0304 0,0302 0,0303 0,405 0,405 0,405 0,012312 0,012231 0,012272 0,4656 0,026356 0,418 0,001581 0,128876 0,013475 0,325983 5,18128E-07 92,31637 0,031147
8 17,5 0,0304 0,0286 0,0295 0,405 0,405 0,405 0,012312 0,011583 0,011948 0,464 0,025749 0,418 0,001581 0,132371 0,014609 0,293761 5,18128E-07 113,6789 0,030393
9 20 0,03 0,0269 0,02845 0,405 0,405 0,405 0,01215 0,010895 0,011522 0,4619 0,024945 0,418 0,001581 0,137256 0,015112 0,275114 5,18128E-07 129,6119 0,02941
10 22,5 0,0285 0,0262 0,02735 0,405 0,405 0,405 0,0115425 0,010611 0,011077 0,4597 0,024096 0,418 0,001581 0,142776 0,015249 0,263352 5,18128E-07 141,4481 0,028389
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran kritis meliputi, energi spesifik
aliran tersebut, penyempitan saluran, dan kecepatan aliran. Aliran kritis terjadi
pada saat energi spesifik aliran tersebut minimum. Energi spesifik minimum
terjadi apabila kecepatan aliran tersebut bernilai rendah. Seperti pada tabel hasil
perhitungan, energi spesifik bernilai minimum pada saat kecepatan aliran bernilai
sebesar 0,142776 𝑚2 /det dan kecepatan aliran tersebut tergolong bernilai rendah
dibanding nilai kecepatan percobaan lainnya. Hal tersebut juga dapat dilihat dari
𝑣2
persamaan E = y + , bahwa kecepatan aliran tersebut berbanding lurus dengan
2𝑔
energi spesifik aliran, semakin rendah nilai kecepatan aliran maka energi spesifik
semakin rendah dan semakin tinggi nilai kecepatan aliran, maka energi spesifik
aliran semakin tinggi. Berdasarkan tabel hasil perhitungan, energi spesifik
berbanding terbalik dengan slope aliran. Semaking besar kemiringan aliran, maka
energi spesifik semakin kecil dan begitu juga sebaliknya. Penyempitan saluran
berpengaruh terhadap aliran kritis, semakin kecil luas penampang maka kecepatan
aliran semakin besar dan energi spesifik yang dihasilkan semakin besar juga
sehingga pada saat tersebut tidak mungkin terjadi aliran kritis. Hal tersebut dapat
dilihat pada grafik hubungan kedalaman dengan energi sepesik berikut.
Grafik 1 Hubungan kedalaman dengan energi spesifik

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa aliran kritis terjadi pada saat
kedalaman aliran sebesar 0,02735 m dengan nilai kecepatan sebesar 0,142776
𝑚2 /det dan nilai energi spesifik sebesar 0,028389. Nilai energi spesifik
bertambah kembali sesuai dengan bertambahnya kecepatan aliran. Grafik tersebut
tidak sesuai dengan literatur dari Andi dan Abdul (2017), yang menyatakan bahwa
grafik hubungan antara kedalaman dengan energi spesifik berbentuk kurva
persamaan liner kuadrat (melengkung) karena memiliki pola aliran yang beragam
disebabkan karena adanya perubahan pada energi spesifik. Seharusnya grafik
tersebut sesuai dengan literatur tersebut sebagai berikut.
Gambar 3 Garik hubungan kedalaman dengan energi spesifik (Andi dan Abdul
2017)
Grafik hubungan kedalaman dengan energi spesifik seharusnya seperti literatur
tersebut, tetapi tedapat kesalahan seperti tidak dapat membaut plot titik hubungan
energi spesifik dengan kedalaman aliran pada Microsoft Excel sehingga grafik
yang dapat dibentuk hanya berbentuk linear.
Aliran pada saluran terbuka juga meliputi aliran subkritis, kritis, dan
superkritis. Perubahan dari aliran subkritis secara tiba-tiba menjadi aliran
superkritis menyebabkan terjadinya loncatan hidrolik (hydraulic jump). Menurut
Paulus (2007), secara teoritis loncat air terjadi apabila aliran superkritis berubah
kedalam aliran subkritis sehingga terbentuk kenaikan gelombang aliran yang
terlihat. Data hasil perhitungan menunjukan bahwa terjadinya loncatan hidrolik
terjadi karena adanya perubahan dari aliran subkritis menjadi aliran kritis, Energi
spesifik (E1) hasil perhitungan menunjukan bahwa aliran tersebut termasuk jenis
aliran superkritis yang memiliki nilai energi spesifik sebesar 0,0728 dengan
kedalaman 0,0728. Aliran tersebut termasuk kedalam aliran superkritis karena
kedalaman tersebut di atas kedalaman kritis yang bernilai 0,02435 m dengan nilai
energi spesifik di atas nilai energi spesifik minimum. Energi spesifik lainnya (E2)
bernilai 0,228 dengan kedalaman 0,0228 m. Aliran tersebut termasuk ke dalam
aliran subkritis karena memiliki nilai energi spesifik di atas energi spesifik
minimum dengan nilai kedalaman di bawah kedalaman kritis. Berdasarkan hasil
perhitungan, loncatan hidrolik tersebut terjadi karena adanya perubahan secara
tiba – tiba dari aliran subkritis menjadi superkritis. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel hasil perhitungan berikut.
Tabel 2 Data hasil perhitungan loncatan hidrolik
Y1 Y2 A1 A2 Q V1 V2 E1 E2 HL Yrata-rata Yteori
0,0728 0,0224 0,5506 0,4498 0,000143 0,0003 0,0003 0,0728 0,0254 0,0474 0,0476
Kesimpulan
Aliran kritis akibat adanya gangguan permukaan yang menyebabkan
terjadinya perubahan energi spesifik. Energi spesifik dipengaruhi oleh kecepatan
aliran dan variasi kemiringan aliran. Energi spesifik saluran berbandung lurus
dengan kecepatan aliran dan berbanding terbalik dengan slope aliran, Semakin
besar kecepatan aliran maka energi spesifik yang dihasilkan semakin besar dan
semakin rendah kecepatan aliran, maka energi spesifik juga semakin rendah.
Semakin besar kemiringan aliran, maka energi spesifik yang dihasilkan semakin
besar begitu juga sebaliknya. Loncatan hidrolik terjadi pada saat adanya
perubahan aliran secara tiba-tiba dari subkritis menjadi superkritis dan loncatan
hidrolik terjadi pada transisi antara kedua aliran tersebut.
Saran
Sebelum praktikum dimulai sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu
penggunaan dan penerapan dari menghitung kedalaman proporsional pada
kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan praktikum sebaiknya dipandu lagi dengan
cermat karena terdapat banyak kesalahan data saat pembuatan grafik. Penjelasan
laporan praktikum dapat diperjelas kembali langkah demi langkah
Daftar Pustaka
Aji IS, Darmadi K. 2007. Penelitian eksperimental karakteristik loncatan hidrolik
pada pintu air. Majalah Ilmiah UKRIM. 1 (12) : 47 – 62

Albas J dan Permana S. 2016. Kajian pengaruh tinggi bukaan tinggi permukaan
pintu air tegak terhadap Bilangan Froude. Jurnal Konstruksi. 14(1) : 35-40.
Andi MF, Abdul RS. 2007. Tinjauan kinerja hidrolik peredam energi pada saluran
terbuang PLTU Unayaga Jenipunto. Jurnal Mekanika dan Hidrolika II. 4(2)
: 177-122.
Bungin S W. 2005. Pengaruh kedalaman aliran di hulu pintu air terhadap ketelitia
pengukuran aliran [skripsi]. Makassar (ID) : Universitas Hasanudin.

Karnisah L. 2010. Hidrolika Terapan Saluran Terbuka. Bandung (ID) :


Politeknik Negeri Bandung.
Kaprawi. 2009. Aliran dalam Pipa Lengkung 90o dengan Radius Bervariasi.
Jurnal Rekayasa Mesin. 9(3) : 67 - 79.

Kironoto B.A, Lutjito , Nugraha D H .2002. Karakteristik aliran tidak seragam


dengan sedimen suspensi pada saluran terbuka. Jurnal Dinamika Teknik Sipil.
6(4) : 88- 94.
Munson B, Young D, Okiishi T. 2005. Mekanika Fluida Edisi Keempat. Jakarta
(ID) : Erlangga.
Setiawan A, Setiaji DF. 2012. Pemodelan dan pengujian Model Dinamis Saluran
Terbuka Hidrolik yang menggunakan WEIR Segitiga. Jurnal Ilmiah
Elektroteknika. 11 (1) : 65-74.

Sularso, Tahara H . 2002 . Pompa dan Kompresor. Jakarta (ID) : Penerbit PT


Pradnya Paramita.
Paulus N, Andar HJ. 2007. Tinjauan Jarak Awal Loncat Air Akibat Perletakan
ENDSILL Pada Pintu Air Geser Tegak (SLUICE GATE). Yogyakarta(ID):
Jurusan Taknik Sipil Fakultas Teknik UKRIM.
Ven Te Chow. 1992. Aliran Melalui Saluran Terbuka. Jakarta(ID) : Erlangga.
Lampiran 1 Alat dan Bahan

Gambar 3.1 Point gauge Gambar 3.2 Slope controller

Gambar 3.3 Sekat ukur segitiga Gambar 3.4 Variable slopecontroller

Anda mungkin juga menyukai