Anda di halaman 1dari 25

29

2.1 Laju Aliran Massa dan Persamaan Kontinuitas


Massa fluida yang bergerak tidak berubah ketika mengalir. Fakta ini
membimbing kita pada hubungan kuantitatif penting yang disebut persamaan
kontinuitas.
B
A
Kecepatan, υA Arah aliran Kecepatan, υB
Densitas , ρA Densitas , ρB
Luasan , SA Luasan , SB
ΔL2
ΔL1

Gambar 15. Aliran Fluida Dalam Pipa


Fluida yang mengalir dalam suatu pipa memiliki kecepatan aliran υ dengan
disertai densitas fluida ρ melalui suatu luasan pipa S tertentu. Maka laju aliran
o
fluida dalam massa per satuan waktu ( m ) pada sebuah pipa dari titik A ke titik

B merupakan besarnya kecepatan aliran fluida yang dikalikan dengan densitas


fluida serta dikalikan dengan luas penampang pipa.

o
m   A . A .S A   B . B .S B ........................................... (2-1)

Secara umum laju aliran massa dalam pipa adalah:


o
m   . .S  Kons tan ....................................................... (2-2)

Persamaan (2-2) disebut dengan Persamaan Kontinuitas (equation of


continuity). Persamaan ini berlaku baik untuk fluida mampu mampat
(compresibilitas) maupun fluida yang tidak mampu mampat
(inkompresibilitas).
Laju aliran massa total diseluruh penampang pipa adalah:
o
m     . dS .................................................................... (2-3)
S

Sedangkan kecepatan rata-rata dari fluida dalam pipa V  adalah laju aliran massa
yang dipengaruhi oleh densitas dan luas penampang pipa.
30

o
 m 1
S S
V    .dS ................................................................... (2-4)
 .S

Kecepatan rata-rata juga dapat dinyatakan sebagai laju aliran volumetrik q


didalam saluran itu :
 q
V  ............................................................................. (2-5)
S
Persamaan kontinuitas untuk aliran yang melalui suatu pipa dengan kecepatan
dalam suatu luas penampang yang tidak sama adalah :
o __ __ __
m   A .V A .S A   B .V B .S B   .V . S ................... (2-6)

Diketahui bahwa penampang pipa berbentuk linkaran, maka luas penampang pipa
adalah :
1
S  . .D 2 ........................................................ (2-7)
4
Persamaan (2-7) ke persamaan (2-6), maka diperoleh :
__ 2
 A. V A D  ......................................................... (2-8)
__
  B 
 B. V B  DA 

DA dan DB adalah diameter dari masing-masing pipa yaitu penampang A dan


penampang B. Apabila fluida yang mengalir dalam pipa adalah fluida mampu
mampat dimana V dan ρ berubah dengan berubahnya suhu dan tekanan pada
fluida maka diperlukan penggunaan kecepatan massa yaitu G. Sedangkan G tidak
tergantung pada suhu dan tekanan, bilamana aliran itu stedi ( m tetap) dan
penampangnya tidak berubah.

o
M .............................................................................. (2-9)
G  V . 
S
Contoh soal.
1. Bila 1800 liter per menit fluida mengalir melalui sebuah pipa 0,3 m yang
kemudian mengecil menjadi 0,15 m, hitunglah kecepatan rata-rata dikedua pipa
tersebut.
Penyelesaian:
31

Q (m3/detik) = 1800/60 l/detik x 10-3m3/L = 30 x 10-3 m3/dtk

Qm3 / dtk 30 x103


v30    0.42m / dtk
Sm 2 1
 (0.3) 2

4
Qm3 / dtk 30 x10 3
v15    1.68m / dtk
Sm2 1
 (0.15) 2
4
2. Tiga puluh gallon per menit minyak bumi mentah (crude oil) dengan spesifik
graviti 60oF/60oF = 0,887 mengalir melalui suatu sistem pemipaan seperti pada
gambar 16. Pipa A adalah pipa 2 inch sch.40, pipa B adalah pipa 3 inch sch.40
dan kedua pipa C masing-masing 1½ inch sch 40. Jumlah fluida yang mengalir
dalam pipa C adalah sama.
Hitunglah :
a. Berapakah laju aliran massa di dalam masing-masing pipa ?
b. Berapakah kecepatan linear rata-rata didalam masing-masing pipa ?
c. Berapakah kecepatan massa di dalam masing-masing pipa ?

Gambar 16. Sistem pipa soal 2.


Penyelesian :
a. Densitas fluida ρ = 0,887 x 62,37 = 53,3 lb/ft3
Diketahui bahwa 1 ft3 = 7,48 gallon , maka 1 gallon = 1/7,48 ft3(konversi)
30 x 60
Laju aliran minyak ( q ) adalah 30 gallon/min =  240,7 ft 3 / jam
7,48

m = q. ρ = 240,7 x 55, 3 = 13.300 lb/jam


Laju aliran massa melalui pipa C adalah setengah dari total atau 13.300/2 =
32

6.650 lb/jam.
b. Dengan memperoleh luasan masing-masing pipa dari lampiran 6 (buku
OTK jld 1) yaitu pipa 1½ in = 0,01414 ft 2 , pipa 2 in = 0,0233 ft2 dan pipa
3 in = 0,0513 ft2
maka :
__
240,7
Kecepata melalui pipa A adalah V A  3600 x 0,0233  2,87 ft / det

__
240,7
Kecepata melalui pipa B adalah VB  3600 x 0,0513  1,30 ft / det

Kecepata melalui pipa C masing-masing adalah

__
240,7
Vc   2,36 ft / det
2 x 3600 x 0,01414

c. kecepatan massa masing-masing melalui pipa adalah :


13.300
Pipa A GA   571.000 lb / ft 2  jam
0,0233

13.300
Pipa B GB   259.000 lb / ft 2  jam
0,0513

Pipa C masing-masing
13.300
GA   470.000 lb / ft 2  jam
0,01414

2.2. PERSAMAAN BERNOULLI


Salah satu persamaan fundamental dalam persoalan dinamika fluida
adalah persamaan Bernoulli. Persamaan ini memberi hubungan antara tekanan,
kecepatan dan ketinggian pada titik-titik sepanjang garis alir. Penurunan
persamaan Bernoulli dapat dilakukan dengan menggunakan hukum kekekalan
energi, dalam hal ini kerja total (net-work) sama dengan perubahan energi
mekanik total yaitu perubahan energi kinetik ditambah perubahan energi
potensial. Fluida dinamika yang memenuhi hukum Bernoulli adalah fluida ideal
yang karakteristiknya; mengalir dengan garis-garis arus atau aliran tunak, tak
kompresibel dan tak kental.
33

Gambar 17. Aliran melalui sambungan mengecil.


Dengan menggunakan hukum kekekalan energi, dalam hal ini kerja total (net-
work) sama dengan perubahan energi mekanik total, yaitu perubahan energi
kinetik ditambah perubahan energi potensial.
1. Perubahan energi mekanik terjadi guna mendorong fluida masuk dan
keluar dari pada pipa, maka untuk pipa masuk (titik A) dan fluida keluar
pipa (titk B) besarnya energi mekanik masing-masing adalah

PA P
dan B
A B
2. Adanya kecepatan fluida yang masuk menimbulkan gesekan terhadap
pipa, yang tentunya melibatkan perubahan energi kinetik baik dari titik A
maupun dari titik B. Perubahan tersebut masing-masing :

 A .v A2  .v 2
dan B B
2. g C 2. g C

3. Pipa yang dipergunakan seringkali memiliki perbedaan ukuran dan alian


fluida yang ada didalam pipa dipengaruhi oleh adanya gravitasi, sehingga
memungkinkan adalnya perubahan energi potensial yang timbul pada
fluida dalam alian tersebut. Peubahan enrgi potensial tersebut masing-

 A .g .z A  .g .z B
masing dan B
gC gC

Sehingga energi bersih yang terjadi pada aliran pipa adalah


34

P v2 g
  Z ............................................................ (2-10)
 2.gc gC

Persamaan (2-10) dikenal secara umum adalah Persamaan Bernoulli.


Persamaan (2-10) harus dikoreksi karena adanya gaya gesekan dari fluida
terhadap dinding pipa yaitu αA, αB dengan menambahkan suatu suku pada ruas

kanan hf. Sehingga total energi yang terjadi pada aliran fluida dalam pipa adalah :

PA  A v A2 g PB  B v B2 g
  ZA    Z B  hf ............... (2-11)
A 2.gc gC B 2.gc gC

Contoh .
Sebuah pipa yang mengalirkan minyak ( spgr = 0,887) berubah ukurannya dari
150 mm di bagian A ke 450 mm dibagian B. bagian A 4 m lebih rendah dari
bagian B dan tekanan masing-masing 0,9 bar dan 0,6 bar. Jika debit aliran melalui
pembuangan sebesar 0,15 m3/dtk, tentukan head turun dan arah aliran?

Jawab.
Kecepatan di tiap-tiap penampang aliran dinyatakan dengan V = Q/A
Qm 3 / dtk 0,15
vA    8,5m / dtk
Am 2
1
 (0.15) 2

4
Qm 3 / dtk 0,15
vB    0,94m / dtk
Am 2
1
 (0.45) 2
4
Dengan mengunakan bagian A yang lebih rendah sebagai Bidang Datum, maka
energi ditiap bagian adalah:

 P Va 2  0,9 x10 5 (8,5) 2


Di A    z    0  14,1 j / N
 g 2 g  0,887 x9810 2g

 P Vb 2  0,6 x10 5 (0,94) 2


Di B    z    4  11,0 j / N
 g 2 g  0,887 x9810 2g
35

Aliran fluida terjadi dari arah A ke B , head turun bias didapatkan dengan
menggunakan A ke B datum A : 14.1 – head turun = 11.0 atau head turun 3,1 m

2. Air dengan densitas 998 kg/m3 memasukki sambungan pipa 50 mm secara


horizontal pada kecepatan 1,0 m/det. Dan tekanan pengukur 100 kN/m 2. Air
keluar dari sambungan pipa secara horizontal pada ketinggian yang sama, pada
sudut 45o dengan arah pada waktu masuk. Diameter lubang keluar ialah 20 mm.
Andaikan densitas fluida itu konstan, dan faktor koreksi energi kinetik dan
momentum pada lubang masuk maupun keluar adalah satu, sedangkan kehilangan
karena gesekan pada sambungan pipa dapat diabaikan. Hitunglah :
a. tekanan pengukur pada lubang keluar sambungan pipa.
b. gaya pada arah x dan y yang disebabkan oleh sambungan itu oleh fluida.
Penyelesaian :
Diketahui :
Karena densitas fluida masuk dan keluar pipa sama, maka ρA = ρB = ρ

α dan β = 1 : hf = 0 : ZA = ZB = 0
υA = 1 m/det : ρ = 998 kg/m3
DA = 50 mm : DB = 20 mm
Ditanya :
a. PB
b. Fw,x dan FW,y
Jawab :
___
_____ VB
VB, y
B

_____
VB, X
___
VA 
A
36

Gambar 18. Aliran melalui sambungan mengecil soal 2.


a.)
PA  v2 g P  v2 g
 A A  ZA  B  B B  Z B  hf
A 2.gc gC B 2.gc gC

PA v A2 P v B2
  B 
 2.gc  2.gc

PA  PB v B2  v A2

 2.gc
2
D  2
 = 1,0   = 6,25 m/det.
50
υB = υA  A
 DB   20 

 (v B2  v A2 ) 998(6,25 2  1,0 2 )
PB  PA   100   100  18,99  81,01 kN / m 2
2.gc 2.(1,0)
-
b).Gaya yang bekerja pada fluida didapatkan dengan menggabungkan persamaan
gaya terhadap faktor koreksi momentum β yaitu :
o
m __ __
ΣF= (  A. V A   B. V B )
gC

Dan gaya terhadap arah komponen kecepatan (gaya mekanik, gaya kinetik dan
gaya potensial).
Σ F = PA.SA + PB.SB + FW + Fg
Untuk arah x, maka Fg = 0
o
m __ __
Sehingga : (  A. V A   B. V B ) = PA.SA + PB.SB + FW + Fg
gC

gC = 1 , maka
o __ __
m (  A, x. V A, x   B , x. V B , x )  PA,x.SA,x + PB,x.SB,x + FW,x

SA,X dan SB,X adalah luas permukaan SA dan SB yang diproyeksikan ke bidang
yang tegak lurus terhadap arah aliran awal. Oleh karena aliran aliran masuk pada
__ __
arah x, V A,X =V A

SA,x = SA = (π/4)(0,050)2 = 0,001964 m2


__
V B
37

__ __ __
V B, V B,
= V BCos θ = 6,25 x cos 45o = 4,42 m/det
y
PB x
Demikian juga :
__
V B, SB,X = SB Sin θ = ¼. 0,0202.sin 45o = 0,000222 m2
x o o __
Laju alir massa m adalah m  V A . .S A = 1,0 x 998 x 0,0001964 = 1,960
kg/det.
o __ __
FW,x = m (  B , x. V B , x   A, x. V A, x )  PA,x.SA,x + PB,x.SB,x

= 1,96 (4,42 – 1,0) – 100.000 x 0,001964 + 81.010 x 0,000222


= - 171,7 Newton
Dengan cara yang sama untuk arah y
__
V A,y = 0 dan SA,x = 0
__ __
V B, = V B Sin θ = 6,25 x Sin 45o = 4,42 m/det
SB,y = SB Cos θ = ¼. 0,0202. Sin 45o = 0,000222 m2
y

o __ __
FW,y = m (  B , y . V B , y   A, y . V A, y )  PA,y.SA,y + PB,y.SB,y

= 1,96 (4,42 – 0) – 0 + 81.010 x 0,000222


= 26,64 Newton

Kerja Pompa dalam persamaan Bernoulli


Pompa digunakan dalam sistem aliran untuk meningkatkan energi
mekanik, peningkatan itu digunakan untuk mempertahankan aliran.
Andaikata dari titik a ke titik b fluida cair akan dipindahkan melalui sistem
pemipaan dengan menggunakan pompa. Pada peristiwa ini persamaan Bernoulli
hanya merupakan neraca energi mekanik saja. Sedangkan pompa untuk
mengalirkan fluida membutuhkan kerja. Kerja tersebut adalah kerja pompa per
satuan fluida (WP). Disamping itu juga harus memperhitungkan gesekan yang
terjadi di dalam pompa. Dalam keadaan sebenarnya, didalam pompa semua
sumber gesekan fluida itu aktif, dan juga terdapat gesekan mekanik pada bantal
pompa (bearing), pada perapat (seal) dan pada peti gasket (stuffing box). Energi
mekanik yang diberikan kepada pompa sebagai kerja poros negatif harus
38

dikurangi dengan rugi (kehilangan tekanan) karena gesekan, barulah didapatkan


energi mekanik bersih yang terdapat di dalam fluida yang mengalir. Umpamakan
gesekan total di dalam pompa per satuan massa adalah hfp . Jadi kerja bersih

terhadap fluida itu adalah WP – hfp. Dalam prakteknya sebagai pengganti hfp

digunakan effisiensi pompa, yang ditandai dengan η yang didefinikan dengan


persamaan ;
WP – hfp = η wp
W P  h fP
Atau : η = WP
…………………………………..(2-12)

Energi mekanik yang diberikan kepada fluida adalah η wp dimana η < 1.


Sehingga persamaan (2-11) dikoreksi menjadi :
PA  v2 g P  v2 g
 A A  Z A   .WP  B  B B  Z B  hf ..................(2-13)
A 2.gc gC B 2.gc gC

Contoh soal :
Suatu larutan yang spgr nya 1,84, ditarik dari tanki penimbun dengan
menggunakan sebuah pompa, melalui pipa 3 in sch.40. Efisiensi pompa adalah
60%. Kecepatan pada pipa isap ialah 3 ft/dt. Pompa membuang melalui pipa 2 in
sch.40 ke suatu tangki yang tinggi. Ujung pipa buang terletak pada ketinggian 50
ft diatas permukaan larutan didalam tangki umpan. Rugi gesekan didalam
keseluruhan sistem pipa adalah 10 ft-lb f/lb. Berapakah tekanan yang harus
diberikan oleh pompa ? dan berapakah daya pompa itu ?
Penyelesian :
Diketahui :
39

Gambar 19. rangkaian aliran untuk contoh soal


PA = PB karena tangki A dan Tanki B berada pada tekanan atmosfer.
Kecepatan pada titik A dapat diabaikan karena diameter tangki sangat besar
dibandingkan dengan diamater pipa. Untuk aliran turbulen faktor energi kinetik α
dapat dianggap 1,0 tanpa terlalu besar kesalahan.
Tangki A berada didasar, dibanding tangki B, maka ZA = 0
gc = 32,17 ft/det2
hf = 10 ft-lbf/lb
Ditanya :
a). Tekanan yang diberikan pompa , PB-PA ?
b). Daya yang digunakan Pompa , P ?
jawab :
PA  A v A2 g PB  B v B2 g
a).   Z A   .
W P    Z B  hf
A 2.gc gC B 2.gc gC

v B2 g
 .WP   Z B  hf
2.gc gC

Karena aliran menggunakan pipa masuk 3 in dan pipa keluar 2 in, maka
digunakan ratio antara kecepatan isap pompa dan kecepatan buang pompa
dengan luas penampang pipa isap dan pipa buang.
Dari lampiran 6 (buku OTK jld 1) :
Luas penampang pipa 3 in SA = 0,0513 ft2
Luas penampang pipa 2 in SB = 0,0233 ft2
40

__
3 x 0,0513
V B   6,61 ft / det
0,0233

6,612 g
0,60.W P   50  10
2.(32,17) gC

60,68
.W P   101.1 ft  lbf / lb
0,60

Untuk mendapatkan tekanan yang diberikan pompa dapat di tinjau seputar pompa
sendiri, dalam hal ini kedudukan pompa sebelum dan sesudah adalah sama,
sehingga ZA = ZB
__ 2 __ 2
PB  PA VAVB
  W P .
 2.g C

Sehingga tekanan yang diberikan pompa


 3 2  6,612 
PB  PA  1,84 x 62,37   60,68  = 6,902 lbf/ft2
 2 x 32,17 

b). Daya yang digunakan pompa, P


O
m .WP
.P  hp
550

0
m   A . A .S A  (62,37 x1,84) x 3 x 0,0513  17,66 ft / det
17,66 x 101,1
.P   3,25 hp
550
2.3. Aliran Fluida Tak Mampu Manpat dalam Pipa
Aliran fluida dalam pipa sangat penting, oleh karena itu masalah ini akan
di bahas terutama untuk aliran yang stedi.
1. Distribusi tegangan geser dalam pipa
Untuk aliran stedi dari fluida yang viskos yang densitasnya tetap, yang
berkembang penuh dalam pipa horizontal. Aliran yang mengalir pada satu-
dimensi yaitu arah x, maka total gaya yang terjadi pada aliran adalah:
Σ F = PA.SA + PB.SB + FW + Fg …………………………..(2-14)
Dimana :
41

PA, PB = Tekanan masuk, tekanan keluar


SA, SB = Penampang masuk, penampang keluar
FW = Gaya bersih dinding saluran pada fluida
Fg = Komponen gaya gravitasi
Bayangkan elemen fluida itu berbentuk piring, kosentrik dengan sumbu
tabung. Jari-jari piring itu r, dan panjangnya dL, seperti dapat dilihat gambar
18. andaikan elemen itu terisolasi sebagai benda bebas. Umpamakan tekanan
fluida pada permukaan sebelah hulu p dan pada permukaan hilir p + dp. Oleh
karena fluida itu mempunyai viskositas, tentulah terdapat suatu gaya geser
yang melawan aliran pada tepi piring itu. Sekarang kita terapkan persamaan
momentum antara kedua permukaan piring itu. Oleh karena aliran itu
berkembang penuh,  b   a dan Vb  Va sehingga F  0. besaran yang
akan disubstitusikan ke dalam Pers (2-14) ialah
S a  S b  r 2 pa  p p a S a  r 2 p pb S b  (r 2 )( p  dp )

τ
Aliran p -(p+dP)

rw r
y

dL
Gambar. 20. Elemen Fluida dalam aliran stedi melalui pipa

Gaya geser Fs = Fw yang bekerja pada tepi elemen itu ialah hasil-kali antara
tegangan geser dengan luas silinder, atau ( ( 2rdL ) . Oleh karena saluran itu
horizontal, F g ialah nol.
Setelah disederhanakan dan dibagi r 2 dL , didapatkan
 F  r 2 p  r 2 ( p  dp)  (2rdL )  0 …........................... (2-15)

Setelah disederhanakan dibagi dengan лr2dL maka


42

dP 2
  0 ……………..................................... (2-16)
dL r
Dalam aliran stedi, baik yang laminar maupun yang turbulen, tekanan pada setiap
penampang tertentu tetap, sehingga dp / dL tidak tergantung pada r. Pers. (2-16)
dapat dituliskan untuk keseluruhan penampang tabung itu dengan menganggap
   w dan r  rw dimana  w ialah tegangan geser pada dinding saluran, dan rw

jari-jari tabung. Pers. ( 2-16 ) menjadi


dP 2 w
  0 …………............................................................. (2-17)
dL rw

Persamaan (2-16) dikurangi dengan pers. (2-17) sehingga


w 
 ……......................................................................... (2-18)
rw r

Juga, bila r  0, r  0. hubungan linear sederhana antara  dan r dalam pers (2-
18) ditunjukkan dalam gambar 21.

Gambar 21. Variasi tegangan geser dalam pipa.


Hubungan antara gesekan-kulit dan geser-dinding. Persamaan (2-11) dapat kita
tuliskan untuk panjang tertentu, L , pada arus keseluruhan. Dalm bab 4, p
didefinisikan sebagai pb  p a , tetapi biasanya (walaupun tidak selalu) p a  p b ,
sehingga pb  p a biasanya negatif. Suku p biasanya dinamakn penurunan
tekanan ( pressure drop ), yaitu p a  pb , dan istilah ini akan kita gunakan dalam
bab ini maupun bab-bab selanjutnya. Jadi, di sini p a  p, pb  p  p, Z b  Z a  0 ,
dan kedua suku energi-kinetik saling menghapus. Demikian pula, satu-satunya
gesekan yang ialah gesekan kulit ( skin friction ) antara dinding dan arus aliran.
Kita tandai ini dengan lambing h fs . Jadi Pers. (2-11) menjadi
43

p p  p
  h fs ….........................................................……….(2-19)
p 

Atau
p
 h fs ………….......................................................................(2-20)

Sekarang, kita eliminasi p dari Pers. (2-17) dan (2-18) dan kita dapatkan
hubungan antara h fs dan  w sebagai berikut:
2 w 4 w
h fs  L  L ………............................................................(2-21)
 rw  D
Di mana D ialah diameter pipa

Faktor gesek.
Suatu parameter umum lain, yang sangat berguna dalam mempelajari aliran
turbulen, ialah factor gesek (friction factor), yang ditandai dengan lambang f, dan
didefiniskan sebagai rasio antara tegangan geser pada dinding dengan hasil-hasil

antara tinggi-tekan kecepatan (velocity head) V 2 / 2 g c dan densitas


w 2g 
f   c 2w ………….............................................................(2-22)
V / g c
2
V
Hubungan antara parameter-parameter gesekan kulit. Keempat besaran
umum yang biasa diguanakan untuk mengukur gesekan-kulit pipa, yaitu
h fs , p s , w , dan f, saling berhubungan dalam persamaan
2 w p s L V 2
h fs  L  4f ……..................................................(2-23)
 rw  D 2gc

Sehingga
p s g c D
f  …………..............................................................................(2-24)
2LV 2

Subskrip s yang digunakan dalam p s dan h fs mengingatkan kita bahwa dalam


Pers. (2-23 dan (2-24) besaran-besaran tersebut, bila dikaitkan dengan factor
gesek fanning hanya berhubungan dengan gesekan-kulit saja. Jika, selain dari itu
terdapat pula suku-suku lain dari persamaan Bernoulli, atau jika gesekan-bentuk
jaga aktif, maka p a  pb tidak sama dengan p s . Jika terdapat pemisahan lapisan
44

batas, h f akan lebih besar dari h fs . Suku terakhir Pers. (2-23), dimana terdapat
factor gesekan, dituliskan sedemikian rupa sehingga hubungan antara h fs dan

tinggi kecepatan V 2 / 2 g c terlihat dengan jelas.


Bentuk-bentuk Pers. (2-23) yang beragam itu, masing-masing cocok untuk tujuan
tertentu, dan semua nya seiring ditemukan literature maupun praktek.

2.4 Aliran Laminar dalam Pipa


Persamaan (2-16) sampai (2-24) berlaku baik untuk aliran laminar maupun
untuk aliran turbulen, asal saja fluida itu tak mampu-mampat, aliran stedi dan
berkembang penuh. Penggunaan persamaan-persamaan itu untuk perhitungan
yang lebih rinci bergantung pada mekanisme geseran dan karena itu bergantung
pada kenyataan apakah aliran itu laminar atau turbulen. Oleh karena hukum
tagangan-geser untuk aliran laminar sederhan saja, persamaan itu dapat dengan
mudah diterapakan pada aliran laminar. Lebih-lebih aliran fluida Newton,
perlakuannya sangat mudah lagi.
Aliran laminar fluida Newton.
Dalam pembahasan mengenai hubungan-umum aliran fluida menunjukkan
bahwa langkah yang menentukan dalam penurunan hubungan-hubungan itu ialah
pengkaitan antara kecepatn local u denngan posisi dalam tabung arus. Dalam
saluran bundar, oleh karena terdapat simetri terhadap sumbu tabung, kecepatan
local u hanya bergantung pada jari-jari r. demikian pula, elemen luas dS ialah luas
cincin tipis, yang jari-jarinya r dan lebar dr. luas cincin elemen ini ialah.
dS = 2πr dr .............................................................................(2-25)
Distribusi kecepatan yang dikehendaki ialah u sebagai fungsi dari r.
Suatu cara langsung untuk mendapatkan distribusi kecepatan untuk fluida
Newton ialah dengan menggunakn definisi vsikositas yang penulisannya adalah ;
 .g C
  .............................................................................(2-
du / dr
26)
45

Tanda negative pada persamaan itu menunjukkan bahwa u dalam pipa itu makin
kecil bila r makin besar. Dengan eliminasi  dari pers (2-18) dan (2-26)
didapatkan persamaan diferensial biasa yang menghubungkan u dan r.
du  .g C  .g
   W C …………………………………………(2-27)
dr  rW .

Integrasi Pers (2-27) dengan kondisi batas u  0, r  rw menghasilkan.


u
W.gC r

0 du   rW .  r dr
rW

 W . gC
u  ( rW2  r 2 ) .............................................................. (2-28)
2.rW .

Nilai maksimum kecepatan local ditandai dengan u max dan terdapat pada pusat
pipa. Nilai u max didapatkan dari Pesr.(2-28) dengan mengganti r dengan 0,
sehingga :
 W . g C . rW
u max  ......................................................................... (2-29)
2.

Bila Pers.(2-28) debagi dengan Pers. (2-29), kita peroleh hubungan berikut ini
sebagai rasio antara kecepatan local dengan kecepatan maksimum.
2
u  r 
1  
r 
 ........................................................................ (2-30)
u max  W 

Bentuk persamaan (2-28) itu menunjukkan bahwa dalam aliran laminar, distribusi
kecepatan terhadap jari-jari ialah berupa parabola dengan puncaknya terletak pada
garis-pusat pipa. Distribusi kecepatan itu ditunjukkan sabagai garis putus-putus
pada gambar 21.
Kecepatan rata-rata, factor energi-kinetik, dan factor koreksi momentum
untuk aliran laminar fluida Newton. Rumus-rumus eksak untuk kecepatan rat-rat
V, factor koreksi energi-kinetik  , dan factor koreksi momentum  dapat
dengan mudah dihitung.
__
Kecepatan rata-rata V diperoleh dengan mensubstitusi dS dari Pers. (2-25), u

dari Pers. (2-28) dan  .rW2 untuk S ke dalam Pers .(2-4) menghasilkan :
46

rW
__
 g  W .g C .rW
V  W3. C  (r  r 2 ).rdr 
2
W ............................. (2-31)
rW . 0
4.

Perbandingan Pers. (2-29) dengan Pers. ( 2-31) menunjukkan bahwa.


__
V
 0,5 ........................................................................... (2-32)
u max
__
Kecepatan rata-rata V ialah persis dengan setengah kecepatan maksimum.

Factor koreksi energi-kinetik. Factor koreksi energi-kinetik  dihitung dari :


u
3
dS
 S
__
......................................................................... (2-33)
3
V .S
Dengan menggunakan Pers.(2-25) untuk dS, pers.(2-28) untuk u, dan pers.(2-31)
__
untuk V . proses matematiknya cukup sederhana. Hasil akhirnya ialah   2,0 .

Oleh Karena itu suku energi kinetic dalam persamaan Bernoulli untuk aliran

laminar haruslah V 2 / g c .
Factor koreksi momentum  . Terhadap aliran laminar menggunakan persamaan :
2
1 u

S S  __  dS ........................................................................... (2-34)
V 
4
Hasilnya ialah bahwa   .
3
Pers.(2-31) di transformasikan dengan mengeliminasi  w dan menggantinya
dengan menggunakan p s , yaitu dengan bantuan Pers.(2-23) dan mengganti jari-
jari pipa dengan menggunakan diameter pipa. Hasilnya ialah
__
PS . g C rW rW PS .g C .D 2
V  .................................................... (2-35)
L 2 4 32.L.

Penyelesaian untuk p s menghasilkan


__
32.L.V . ................................................................ (2-36)
PS 
g C. D 2

Dan karena p s  4 w / DL,


47

__
8.V .
W  .................................................................. (2-37)
g C .D

Substitusi dari Pers. (2-35) ke dalam Pers. (2-20) menghasilkan :


16. 16
f  __
 ................................................................ (2-38)
N RE
D.V .

Persamaan (2-36) disebut persamaan Hagen-Poiseuille. Salah satu


penggunaannya ialah untuk mengukur viskositas secara eksperimen, yaitu dengan
mengukur penurunan tekanan dan laju aliran-volumetrik melalui tabung yang
__
diketahui panjang maupun diameternya. Dari laju aliran V dihitung dengan Pers.

(2-4) dan  dihitung dari Pers. (2-36). Dalam prakteknya, masih diperlukan
koreksi untuk efek lubang-masuk dan energi-kinetik.
Aliran laminar fluida non-newton.
Oleh karena adanya perbedaan dalam hubungan tegangan-geser dan
gradient (landaian) kecepatan, bentuk profil kecepatan zat cair non-Newton
berbeda dari profil untuk zat cair Newton. Dalam situasi aliran Newton yang lebih
rumit itu profil kecepatan harus ditentukan dengan eksperimen.
Kecepatan aliran fluida non-newton yang bervariasi terhadap jari-jari pipa
Dapat digunakan rumus :
1/ n'
 g  rW11 / n '  r 11 / n '
u   W . C  ………………………………. (2-39)
 rW . K '  1  1 / n'

K’ dan n’ adalah masing-masing indeks konsistensi aliran dan indeks prlaku


aliran.
Bila K’ dianggap sama, maka nilai n’ untuk : fluida pseudoplastik n = 0,5, fluida
Newton n’ = 1,0, dan untuk fluida dilatan n’ = 2,0.
2.5 Faktor kekasaran Pipa
Kekasaran (roughness) dari suatu pipa/tabung ditandai dengan k dan
disebut dengan parameter kekasaran (roughness parameter). Dari satu analisa
dimensi, f merupkan fungsi NRe dan kekasaran relative k/D, dimana D adalah
diameter pipa. Hubungan ketiga variabel itu f , NRe dan k/D dapat dilihat pada
gambar 5-9. (buku OTK, jld 1).
48

Rugi- rugi Gesek fluida dalam aliran Fluida


Dalam pembahasan sebelumnya dijelaskan tentang rugi gesek pada
dinding pipa selain rugi gesek tersebut beberapa rugi gesek yang ditimbulkan
dalam aliran fluida adalah:
Rugi gesek karena penampang membesar dengan tiba-tiba.
Jika penampang saluran tiba-tiba membesar, arus fluida akan memisah
dari dinding dan membesar keluar sebagai jet (semprotan) ke bagian yang
membesar itu. Jet itu pula hingga mengisi seluruh penampang saluran yang lebih
besar itu. Ruang diantara jet yang membesar itu dan dinding saluran akan
dipenuhi oleh fluida yang berada dalam gerakan vorteks yang merupakan ciri dari
pemisahan lapisan batas. Gesekan yang cukup besar akan terjadi di dalam ruang
itu. Efek itu dapat digambarkan pada gambar 5-13 (buku OTK, jld 1).
. Rugi gesek hfe yang diakibatkan oleh perluasan penampang secara tiba-
tiba ini sebanding dengan tinggi tekan kecepatan fluida dalam saluran yang kecil,
dan dapat dituliskan sebagai
2
V
h fe  K e a …………………......................................... (2-40)
2g c

Dimana Ke ialah factor kesebandingan yang dinamakan koefesien rugi ekspansi


(expantiona loss coefficient) dan Va ialah kecepatan rata-rata dalam saluran yang
lebih kecil yang terletak di sebelah hulu. Dalam hal ini K e dapat dihitung secara
teoritis dan hasilnya cukup memuaskan. Perhitungan ini memanfaatkan persamaan
kontinuitas. Persamaan neraca momentum aliran stedi dan persamaan Bernoulli.
49

Gambar 22. Aliran pada Penampang yang membesar dengan tiba-tiba.


Perhatikan volume kendali yang didifinisikan oleh potongan AA dan BB,
dan permukaan dalam saluran hilir yang lebih besar antara kedua potongan itu
sebagaimana terlihat pada gambar 22 Gaya –gaya gravitasi tidak terdapat pada
pipa ini karena pipa itu horizontal, dan gesekan dinding dapat diabaikan karena
dinding relative pendek dan hampir tidak ada gradient kecepatan pada dinding
antara kedua potongan itu yang ada hanyalah gaya tekanan yang bekerja pada
potongan AA dan BB. Persamaan momentum menberikan;

o __ __
( PA .S A  PB .S B )  m (  B .V B   A V A ) ………………........................ (2-41)

Karena ZA = ZB maka persamaan Bernoulli menjadi

PA  PB  BVB   AV A
2 2
  h fe ……………….................................. (2-42)
 2g c

Untuk aliran yang biasa  A dan  B = 1 dan βA = βB = 1 sehingga factor koreksi


ini dapat diabaikan. Demikian pula eliminasi PA - PB dari persamaaan (2-41) dan
(2-42) menghasilkan

(V A  V B ) 2
h fe  …………………............................................ (2-43)
2gc
50

Karena m/SB= ρVB dari persamaan kontiunitas VB = VA (SA/SB)2 maka persamaan


2-43 menjadi
2
V  S 
2
h fe  A 1  A  ……………..........................................…. (2-44)
2 gc  SB 

Perbandingan antara persamaan (2-40) dan (2-44) menunjukkan bahwa


2
 S 
K e  1  A  ………….........................................................… (2-45)
 SB 

Jika jenis aliran kedua bagian itu tidak sama, kita harus melakukan koreksi
terhadap α dan β. Umpamanya, jika aliran dalam pipa yang beasar bersifat
laminar, dan yang di dalam pipa kecil turbulen, maka αb harus dianggap 2 dan βb
ialah 4/3 sebagaimana dalam pers. (2-41) dan (2-42).

Rugi gesek karena penampang menyempit dengan tiba-tiba.


Bila penampang saluran tiba-tiba mengecil, arus fluida tidak dapat
mengikuti perubahan arah di seputar sudut yang tajam pada penyempitan itu dan
arus memisah dinding pipa. Di situ terbentuk jet yang lalu mengalir ke dalam
fluida diam di dalam bagian yang lebih kecil. Jet itu mula-mula mengecil, baru
kemudian menyebar mengisi penampang yang lebih kecil. Tetapi, lebih jauh ke
hilir dari titik konstraksi (penyempitan), distribusi kecepatan menjadi normal
kembali. Penampang terkecil pada waktu mana jet itu berubah dari kontraksi ke
ekspansi di sebut vena kontrakta (vena contracta). Pola aliran kontraksi tiba-tiba
terlihat pada gambar 22. potongan CC terlihat sebagai vena kontrakta . vorteks
yang terjadi juga terlihat pada gambar itu.
51

Gambar 23. Aliran pada penampang yang menyempit secara tiba-tiba


Rugi gesek karena kontraksi tiba-tiba itu sebanding tinggi – tekan
kecepatan di dalam saluran yang lebih kecil dan dapat dihitung dengan persamaan
2
V
h fc  K c a ………………………….......................... (2-46)
2gc
Dimana factor ke sebandingan Kc disebut koefisien rugi kontraksi (contraction
loss coefficient) dan Vb adalah kecepatan rata-rata dalam pipa hilir yang lebih
kecil. Untuk aliran laminar Kc < 0,1 dan hfc sangat kecil dapat diabaikan. Untuk
aliran turbulen Kc dapat dinyatakan dengan persamaan ini:
2
 S 
K C  0,41  b  ………………..................... (2-47)
 Sa 

Dimana Sa adalah luas penampang pada bagian hulu, dan Sb luas penampang pada
bagian hilir.
Pengaruh Pipa sambung dan katup.
Pipa-pipa sambung (fitting) dan katup (valve) bersifat menghambat aliran
normal dan menyebabkan gesekan tambahan. Pada pipa yang pendek-pendek
yang mempunyai banyak pipa sambung, rugi gesek yang disebabkan oleh pipa
sambung itu mungkin lebih besar dari yang berasa dari bagian pipa yang lurus.
Rugi gesek hff yang disebabkan oleh pipa sambung dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
__ 2
VA ............................................................................ (2-48)
h ff  K f
2. g C
52

Dimana : Kf = faktor rugi pipa sambung


VA = kecepatan rata-rata dalam pipa yang menuju pipa sambung.
Faktor Kf didapat ai eksperimen dan berbeda untuk setiap jenis sambungan. Pada
tabel 6 diberikan daftar singkat faktor itu.
Tabel 6. Koefisien rugi Untuk sambungan Pipa berulir.
Sambungan Pipa Kf
Katup bola, terbuka penuh 10,0
Katup sudut, terbuka penuh 5,0
Katup gerbang, terbuka penuh 0,2
Setengah tebuka 5,6
Bengkolan balik 2,2
Tee 1,8
Siku, 90o 0,9
45o 0,4
Sumber : J.K. Venard, dalam V.L. Streeter (ed.), ”handbook of Fluid
Dynamics,” hal.3-23, McGraw-Hill Book Company, New
York, 1961. Buku OTK jilid 1.

Rugi gesek bentuk dalam persamaan Bernouli.


Rugi gesek bentuk (form friction loss) sudah tercakup di dalam suku hf
pada persamaan Bernouli. Rugi ini sudah tergabung di dalam rugi gesek kulit.
Perhatikan, umpamanya aliran fluida tak mampu manfat melalui system yang
terdiri dari dua pipa besar ( pipa masuk dan pipa keluar) , satu pipa penghubung,
dan sebuah katup gerbang (gate valve) yang terbuka seperti pada gambar 4-8.
Umpamakan kecepatan rata-rata dalam pipa itu ialah V, diameter pipa D dan
panjang L. rugi gesek kulit dalam pipa lurus adalah 4f(L/D)(V2/2gc); rugi kontraksi
pada waktu masuk ialah Kc (V2/2gc) rugi ekspansi Ke(V2/2gc) dan rugi
sambungangan Kff (V2/2gc) , bila rugi gesek pada pipa masuk dan keluar
diabaikan, maka rugi gesek total dinyatakan.
2
 L V
h f   4 f  K c  K e  K ff  ……………….......................... (2-49)
 D  2gc
53

Dalam menuliskan persamaan Bernouli untuk rakitan ini tanpa ada pompa ,
station a pada pipa masuk dan b pada pipa keluar maka dinyatakan dengan:

p a  pb g  L 2
 V ……………….(2-50)
 ( z a  z b )   4 f  K c  K e  K ff 
 gc  D  2gc

Anda mungkin juga menyukai