Anda di halaman 1dari 17

Perpindahan Kalor dan Massa 1

MODUL 2

KONDISI TUNAK SATU DIMENSI

Ratih Diah Andayani

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK UIBA


PALEMBANG
2020

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 1


Perpindahan Kalor dan Massa 1

BAB II

KONDISI KEADAAN TUNAK SATU DIMENSI

1. Dinding Datar :
Untuk dinding datar berlaku hukum Fourier dengan mengintegrasi persamaan
menghasilkan :
a. Jika tidak berubah dengan waktu

q=- 2-1

2. Jika harga k berubah dengan suhu menurut hubungan k = k0 = (1 + βT), sehinga


persamaam aliran kalor menjadi :

q=- [(T2 – T1) + ( - )] 2-2

Dinding datar komposit :


Jika terdapat lebih dari satu macam bahan (dinding lapis rangkap, seperti pada Gambar 2-1,
maka analisisnya menjadi sebagai berikut

T1
Profil suhu

q masuk q keluar

A B T4C

RC RA RB RC

a b

Gambar 2-1 : Perpindahan kalor satu dimensi melalui dinding komposit dan analogi
listriknya

q = - kA A = - kB A = - kC A

aliran kalor pada setiap bagian harus sama, sehingga aliran kalor dapat ditulis :

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 2


Perpindahan Kalor dan Massa 1

q= 2-3

Dapat disimpulkan bahwa aliran kalor merupakan ratio beda potensial dengan tahanan
termal:

Aliran Kalor = 2-4

Hubungan di atas serupa dengan hukum Ohm dalam rangkaian listrik. Pada persamaam (2-
1) tahanan termal adalah dan pada persamaan (2-3) tahanan termal adalah jumlah
ketiga suku dalam pembagi. Hal ini menunjukan bahawa didnding berjejer itu bertindak
sebagai tahanan dalam susunan seri

Untuk menyelesaikan soal-soal yang menyangkut tahanan termal dalam susunan seri
maupun paralel aliran kalor satu dimensi diselesaikan dengan menggunakan persamaan :

Q= ∑
2-5

Rth adalah tahanan termal dari bermacam-macam bahan, seperti pada gambar 2-2

B
F

A C E

1 2 3 4 5

RB RF

RC RE

T1 RA RD RG

T2 T3 T4 T5

Gambar 2 : Perpindahan Kalor satu-dimensi seri dan paralel melalui dinding komposit dan
analogi listriknya

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 3


Perpindahan Kalor dan Massa 1

ISOLASI DAN NILAI R

Dalam mengelompokan bahan isolasi di dalam industri bangunan digunakan nilar R yang
didefinisikan :

R= 2-6

Satuan R = oC. M2/W atau oF. Ft2. h/Btu


q/A adalah aliran kalor per satuan luas

2.4 Sistem Radial-Silinder

Gambar 2-3 menunjukan sebuah silinder bolong berjari jari dalam ri, jari-jari luar ro dan
panjang L. Suhu bagian dalam Ti dan suhu luar silinder To sehingga silinder mengalami beda
suhu Ti - To Jika aliran kalor berlangsung arah radial R, maka analisi aliran kalornya
dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 2-3 Aliran kalor satu dimensi melalui silinder bolong dan analogi listriknya

Hukum Fourier menjadi : q r = - k Ar

Ar = 2 π r L -------------- qr = - 2 k π r L (2-7)

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 4


Perpindahan Kalor dan Massa 1

Kondisi batas : T = Ti pada r = ri

T = To pada r = ro

Sehingga q = (2-8)

Tahanan thermalnya dinyatakan :

Rth =

Untuk konsep komposit (dinding lapis rangkap ) seperti terlihat pada (gambar 2-4) sistem
silinder dirumuskan sebagai berikut :

q= (2-9)
( )

Gambar 2-4 Aliran Kalor satu-dimensi melalui penampang silinder dan analogi listriknya

Sistem Berbentuk Bola

Aliran kalornya dinyatakan :

q= (2-10)

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 5


Perpindahan Kalor dan Massa 1

Kondisi Batas Konveksi


Perpindahan kalor konveksi dinyatakan :

Qkonv = h A (Tw - T∞)

Dapat juga ditulis :

Qkonv = 2-11

1/hA = R (analogi listrik)

Koefisien Perpindahan kalor Menyeluruh :

Untuk kasus seperti pada gambar 2-5 merupakan aliran kalor konveksi dan
konduksi dan perpindahan kalor yang terjadi serentak secara konduksi dan
konveksi dalam kasus ini merupakan perpindahan kalor menyeluruh

TA

T1

Fluida panas A T2 fluida dingin B

TA T1 T2 TB

TB

a b

Gambar 2-5 Perpindahan kalor menyeluruh melalui dinding datar dengan analogi
listriknya

1/h.A adalah tahanan kalor konveksi, perpindahan kalor menyeluruh dirumuskan dalam
hubungan :

Q = U A ΔT menyeluruh 2-13

Dengan A = luas bidang aliran kalor dan U = koefisien perpindahan kalor menyeluruh

U dirumuskan :

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 6


Perpindahan Kalor dan Massa 1

U=

Untuk silinder bolong yang terkena longkungan konveksi di permukaan bagian dalam dan
luar (gambar 2-6)

Fluida B

Fluida A

1 2

TA Ti To TB

Gambar 2-6 : Analogi tahanan untuk silinder bolong dengan kondisi batas konveksi
Perpindahan kalor menyeluruh dinyatakan :

q= 2-14

Koefisien perpindahan kalor menyeluruh dinyatakan :

Ui = 2-15

Uo = 2-16

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 7


Perpindahan Kalor dan Massa 1

Untuk konduksi keadaan tunak –dimensi rangkap diperlukan analisis numerik yang akan
dijelaskan pada bab III

Tebal Kriris Isolasi

Isolasi yang dibalut pada sekeliling pipa bundar seperti gambar 2-7 suhu dinding pada
isolasi T1 sedangkan luarnya terkena konveksi pada T∞ Perpindahan kalor yang terjadi :

q= 2-17

hi, T ∞

ri

Ti ro

Ti T~

Gambar 2-7 Tebal Kritis Isolasi


Pada Kondisi maksimum

( )
=0=
( ⁄ )
[ ]

Jari-jari kritis isolasi :

ro = 2-18

Jika ro > perpindahan kalor akan meningkat dengan penambahan tebal isolasi

Jika ro < maka pertambahan isolasi akan mengurangi perpindahan kalor

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 8


Perpindahan Kalor dan Massa 1

2-7 SISTEM SUMBER KALOR

Dinding Datar dengan Sumber Kalor

Untuk mernurunkan persamaan dinding dengan sumber kalor , diambil model yang
ditunjukan pada gambar 6 . Tebal dinding di arah x ialah 2 L , domensi pasa rah y dan arah
z dianggap cukup besar sehingga aliran kalor dianggap satu dimensi yaitu ke arah x.. Tebal
dinding di arah x ialah 2 L dan ̇ kalor yang dibangkitkan per satuan volume. Andaikan
harga k (konduktivitas termal) konstan artinya todak berubah suhu, maka persamaan
aliran kalor dinyatakan :

̇
= 0 ............................................... 2.19

Kondisi batas untuk suhu kedua dinding :


T = Tw pada x = ± L 2.20
...........................................................
Sehingga persamaan 2.19 menjadi
2.21
T=- + C1 x + C2

Karena suhu pada masing-masing dinding (Tw) sama, maka C1 = 0 dan C2 = T0 yaitu suhu pada
bidang tengah, sehingga dari persamaan 2.21 dapat diturunkan rumus untuk mencari
persamaan aliran kalor untuk dinding datardengan sumber kalor :

Persamaan distribusi suhu dinyatkan

T - T0 = - .................................................................... 2.22a

Atau : ( ) ................................................................. 2.22b

Atau .............................................
22.22c

T0 dapat diperoleh dari neraca energi.

Pada keadaan tunak, jumlah kalor yang dibangkitkan = rugi kalor pada permukaan, jadi :

2( ] ) = ̇ A 2L
Gradien suhu didapat dengan mendedifwnsialkan persamaan 2.22b

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 9


Perpindahan Kalor dan Massa 1

] ( )]

- K (Tw – T0)

Dan T0 = ................................................ (2.23)

2.8 SILINDER DENGAN SUMBER KALOR

Suatu silinder dengan jari-jari R dan mempunyai sumber kalor yang terbagi rata dJika
silinder dengan konduktivitas termal tetap. Jika silinder cukup panjang sehingga suhu
dapat dianggap sebagai fungsi jari jari saja, maka persamaan perpindahan kalor dapat
diturunkan dengan mendiferensialkan persamaan perpindahan kalor konduksiuntuk
koordinat silinder :

........................................................................... (2.24)

Kondisi batas T = Tw pada r = R

Kalor yang dibangkitkan = kalor yang dilepas di permukaan, sehingga

̇ ]

Karena fungsi suhu harus kontinu di pusat silinder , maka dapat ditentukan
bahwa :

Dari persamaan 2.24 dapat ditulis

Karena : ( )

Kemudian diintegrasikan menghasilkan :

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 10


Perpindahan Kalor dan Massa 1

̇ ̇
Dan : T = +

Kemudian masukan kondisi batas : , maka di dapat :

̇ ̇
]

Sehingga C1 = 0

Dengan memasukan kondisi batas T = Tw pada r = R, di dapat :

̇
T = Tw =

̇
Sehingga :

Persamaan Distribusi suhu menjadi :

̇
T - Tw = .........................................................................

dalam bentuk tak berdimensi dinyatakan : (2. 25a)

( )
(2.25b)
Pada r = 0, T0 didapat :

̇
T0 = ................................................................... (2.26)

Untuk Silinder Bolong dengan sumber kalor terbagi rata, kondisi batas yang tepat adalah :

T = Ti pada r = ri (muka dalam)

T = T0 pada r = r0 (muka luar )

Sehingga :

̇ (2.27)
T=- ......................................

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 11


Perpindahan Kalor dan Massa 1

̇( )
Dan C1 = ................................
( ⁄ ) (2.28)

2.9 SISTEM KONDUKSI KONVEKSI

Dalam beberapa hal sering kali perpindahan kalor berlangsung secara konduksi dan
konveksi, misalkan Kalor yang dihantarkan melalui benda sering harus dibuang melalui
proses konveksi, misalkan kalor karena konduksi melalui dinding tanur harus dibuang ke
lingkungan memalui konveksi, dalam alat penukar kalor diterapkan susunan tabung bersirip
(finned-tube) untuk membuang kalor dari cairan panas, perpindahan kalor dari zat cair ke
pipa bersirip berlangsung secara konveksi. Untuk membahas sistem konduksi-konveksi pada
permukaan yang diperluas (extended surface). Pada gambar 2-9 memperlihatkan suatu sirip
satu dimensi yang bersinggungan dengan fluida lingkungan yang suhunya T~. Sedangkan suhu di
dasar sirip T0. Untuk menganalisis masalah ini dibuat dengan pendekatan dengan membuat
neraca energi untuk unsur sirip setebal dx seperti terlihat pada Gambar tersebut.

∑ Energi masuk di muka kiri = ∑ energi keluar di muka kanan + rugi energi karena konveksi

Persamaan dasar untuk koefisien perpindhan-kalor yaitu :

(2-29)
Q = hA(Tw - T~)

Jika A adalah luas penampang sirip, dan P adalah keliling sirip, maka besarnya energi yang
masuk pada muka kiri pada arah-x dinyatakan :

Energi masuk di muka kiri = qx = - k A

Energi keluar di muka kanan = qx+dx = - kA ] = - kA ( )

Rugi energi karena konveksi = hP dx (T - T~)

Sehingga neraca energi menjadi :

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 12


Perpindahan Kalor dan Massa 1

(2-30a)

Karena , maka pers (2-30a) menjadi :


(2-30b)

Kondisi batas : θ = θ0 = T0 – Tw pada x = 0

Kondisi batas lainnya bergantung dari keadaan fisis. Kita dapat meninjau beberapa kasus :

Kasus 1 : Sirip sangat panjang dan suhu di ujung sirip sama dengan suhu fluida sekitar

Kasus 2 : Sirip mempunyai panjang tertentu, dan melepaskan kalor dari ujungnya

Kasus 3 : Ujung sirip diisolasi sehingga dT/dx = 0 pada x = L

Jika m2 = , maka persamaan (2-30b) diselesaikan dengan kondisi batas :

………………………………… (2.31)

Pada Kasus-1
Kondisi batasnya :
Ɵ=0 pada x = ∞

Penyelesaiannya : ……………………………………….. (
(2.32)

Pada Kasus-3
Kondisi batasnya : Ɵ = Ɵ0 pada x = 0

Jadi Ɵ0 = C1 + C2
0 = m(-C1 e-mL + C2 emL)

Penyelesaian untuk k Konstanta C1 dan C2 , menghasilkan :

(2-33a)

[ ] (2-33b)
=

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 13


Perpindahan Kalor dan Massa 1

Fungsi parabola dirumuskan :

Sinh x = ; cosh =

Tanh =

Kasus 2 : diselesaikan secara aljabar dengan menggunakan persamaan sbb :

⁄ (2.34)

Seluruh kalor yang dilepas dari sirip harus dihantar ke dasar pada x = 0, dengan
menggunakan persamaan distribusi suhu, kalor yang dilepas kan oleh sirip dihitung dengan
menggunaan persamaam sbb :

] atau bisa juga dengan menggunakan persamaan

∫ ∫

Kasus 1 :

Kalor yang dilepas diselesaikan dengan menggunakan persamaan :

( ) √ …………………………………. (2-35)

Kasus 3

Kalor yang dilepas diselesaikan dengan persamaan :

( ) (2-36)

=√

Aliran kalor kasus 2 :

⁄ (2-37)
√ ⁄

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 14


Perpindahan Kalor dan Massa 1

Contoh Soal 1
Dinding luar sebuah rumah terdiri dari satu lapisan bata setebal 4 inchi [k = 0,7 W/m.oC],
diikuti lapisan plaster gipsum (gypsum plaster) setebal 1,5 inchi [k = 0,48 W/m. oC ). Berapa
tebal isolasi wol-batuan (rock-wool) yang ditetal longgar (loosely packed) [ k = 0,065
W/m.oC] mesti ditempelkan untuk mengurangi sudut (atau pertambahan kalor melalui
dinding itu sebanyak 80 %

Penyelesaian :

Diket : lapisan 1 : bata Δxb = 4 inchi = 4 x 2,54 x 10-2 m =

K = 0,7 W/m.oC],

Lapisan 2 : gipsum Δxg = 1,5 inchi = 1,5 x 2,54 x 10-2 m =

K = 0,48 W/m.oC

Lapisan 3 : Δxrw ?

k = 0,065 W/m.oC

Ratio q dengan isolasi rock-wool : q tanpa isolasi = 20 : 80

Perhitungan tahanan termal tanpa isolasi :

Rb = = = 0,145 m2 . oC/W

Rpg = = = 0,079 m2 . oC/W

Jumlah tahanan termal tanpa isolasi

Rtanpa isolasi = (0,145 +0,079) m2 . oC/W = 0,224 m2 . oC/W

Rdengan isolasi = 100/20 x 0,224 m2 . oC/W = 1,22 m2 . oC/W


Rdengan isolasi = (1,22 – 0,224) m2 . oC/W =0,898 m2 . oC/W

Risolasi = 80/20 x 0,224 m2.oC/W = 0,898 m2.0C/W

Rrw = ------------- = Rw x k

Δx = 0,898 m2 . oC/W x 0,065 0,898 W/m.oC = 0,0584 m = 2,30 inchi

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 15


Perpindahan Kalor dan Massa 1

Contoh soal 2

Suatu tabung berdinding tebal terbuat dari baja tahan karat (18 % Cr, 8 % Ni, k = 19
W/m.oC), dengan diameter dalam 2 cm dan diameter luar 4 cm, dibalut dengan isolasi asbes
setebal 3 cm (k = 0,2 W/m.oC). jika suhu dinding dalam pipa itu 600 oC dan suhu dinding luar
100 oC. Hitunglah rugi kalor per meter panjang

Penyelesaian :

T1 = 600 oC Baja tahan karat

R1 rrR
R2

R r3

T2 = 100 oC

Asbes
T1 T2

ln ln

Diketahui

Tabung baja tahan karat :

D1 = 2 cm
D2 = 4 cm
K = 19 W/m.oC

T1 = 600 oC
T2 = 100 oC
D3 = 10 cm
Kasbes = 0,2 W/m.oC

Rugi kalor dihitung :

= = = 680 W/m

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 16


Perpindahan Kalor dan Massa 1

Kondisi Keadaan Tunak-Satu Dimensi Page 17

Anda mungkin juga menyukai