Anda di halaman 1dari 38

Modul Ajar Hidrolika

MODUL 3
ALIRAN SERAGAM

3.1. Pendahuluan
Aliran seragam merupakan aliran yang tidak berubah menurut
tempat. Konsep aliran seragam dan aliran kritis sangat diperlukan
dalam peninjauan aliran berubah dengan cepat atau berubah lambat
laun. Perhitungan kedalaman kritis dan kedalaman normal sangat
penting untuk menentukan perubahan permukaan aliran akibat
gangguan pada aliran. Gangguan tersebut dapat merupakan
bangunan- bangunan air yang memotong aliran sungai. Pembahasan
aliran kritis dan kedalaman kritis diuraikan dalam modul 2, dan di
dalam modul ini akan dibahas aliran seragam dan kedalaman normal.
Agar mahasiswa memahami penggunaan persamaan-
persamaan aliran seragam, di akhir suatu pokok bahasan diberi
contoh soal dan latihan yang berupa pekerjaan rumah dan dibahas
pada awal kuliah berikutnya.

3.2. Tujuan Perkuliahan dan Outline Pembahasan


3.2.1. Tujuan Perkuliahan
(1). Menjelaskan prinsip aliran seragam dan persamaan-
persamaan yang digunakan
(2). Memberi contoh perhitungan aliran seragam untuk saluran
terbuka yang diperlukan untuk bangunan air.

3.2.2. Outline Pembahasan


(1). Penjelasan persamaan prinsip aliran seragam dan
persamaannya

Aliran Seragam 1
Modul Ajar Hidrolika

(2). Penjelasan aliran seragam untuk saluran terbuka yang


diperlukan untuk bangunan air dan contoh
penggunaannya.

3.3. Terbentuknya Aliran Seragam dan persamaan-


persamaannya
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca dan mempelajari modul ini mahasiswa memahami
terbentuknya aliran seragam dan persamaan-persamaannya yang
dapat digunakan.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah membaca dan mengerjakan latihan soal-soal mahasiswa
mampu menerapkan persamaan-persamaan aliran seragam dalam
menghiyung kedalaman aliran untuk suatu debit tertentu.

3.3.1. Kualifikasi untuk Aliran Seragam


Seperti telah diuraikan di modul 1 aliran seragam adalah aliran
yang tidak berubah menurut tempat. Terdapat dua kriteria utama
untuk aliran seragam yaitu :
1. Kedalaman aliran, luas penampang, penampang basah, dan debit
aliran pada setiap penampang dari suatu panjang aliran adalah
tetap.
2. Garis energi, garis permukaan aliran, dan sasar saluran sejajar,
dan ini berarti bahwa kemiringan garis energi (if), garis permukaan
air (iw) dan dasar saluran (ib) adalah sama atau :
if = iw = ib
Ditinjau dari perubahan terhadap waktu maka aliran dapat berupa
aliran tetap dimana :
y y V V
= 0 dan =0; = 0 dan =0
S t S t
atau aliran tidak tetap dimana :

Aliran Seragam 2
Modul Ajar Hidrolika

y y V V
= 0 tetapi 0; = 0 tetapi 0
S t S t

Tetapi di dalam kenyataannya aliran seragam tidak tetap tidak pernah


terjadi., maka yang dimaksud disini aliran seragan adalah aliran
seragam tetap.

3.3.2. Terjadinya Aliran Seragam


Apabila aliran terjadi di dalam suatu saluran, hambatan akan
menghadang aliran air dari hulu ke hilir. Hambatan tersebut
berlawanan dengan komponen gaya gravitasi di arah aliran.
Aliran seragam terbentuk apabila hambatan diimbangi oleh gaya
gravitasi. Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar 3.1 sebagai
berikut :

y
x

y P1 G sin
P2
z
τ z

z V
x G

DATUM

Gambar 3.1. Sket keseimbangan gaya – gaya di dalam aliran seragam

Keseimbangan gaya – gaya yang bekerja pada bagian kecil aliran


sepanjang x dapat dinyatakan sebagai berikut :

Aliran Seragam 3
Modul Ajar Hidrolika

Σ Fx = 0
P1 – P2 + G sin  -  z x y = 0 ......................................... (3.1)

Karena kedalaman air (y – z) tetap maka besarnya gaya – gaya

1
hidrostatik P 1 – P2 =  (y – z)2 hanya berlawanan arah maka gaya
2
– gaya tersebut saling menghapus satu sama lain, sehingga
persamaan (3.3) menjadi :

G sin  -  z x y = 0 ....................................................... (3.2)

karena G = ρ g x y (y – z)
maka persamaan (2) menjadi :
ρ g x y (y – z) sin  -  z x y = 0 ................................ (3.3)

Apabila dibagi x y persamaan (3) menjadi :


 z = ρ g (y – z) sin 

atau :
 z = ρ g ib (y – z) .............................................................. (3.4)

dimana :
sin  = ib

 z = tegangan geser pada elevasi (y-z) dari permukaan air

Apabila pada elevasi (y-z) besarnya tegangan geser  z = ρ g ib (y – z),


maka tegangan geser pada dasar saluran dapat dicari dengan
menggunakan persamaan tersebut untuk harga z = 0, sehingga :

 b = ρ g ib h atau
 b = ρ g h ib .................................................................... (3.5)

dimana :

 b = tegangan geser pada dasar saluran (kg/m.det2)

h = kedalaman air (m)

Aliran Seragam 4
Modul Ajar Hidrolika

ib = kemiringan dasar saluran (m/m)


ρ = berapa tan air (kg/cm3)
g = gaya gravitasi (m/det2)
Untuk aliran di dalam saluran lebar sekali (wide channel) dimana R =
h, maka tegangan geser pada dasar saluran dapat dinyatakan
sebagai berikut :

 b = ρ g R ib .................................................................... (3.6)

Untuk aliran seragam dimana ib = if persamaan (3.6) dapat diubah


menjadi :

 b = ρ g R if .................................................................... (3.7)

atau :

g R if =
 b

g R if = U*2 =
 b


dimana :
U* = kecepatan geser aliran
U*2 = g R if
 b =  U*2 .................................................................... (3.8)

Dari persamaan (3.7) dan (3.8) tampak bahwa besarnya hambatan


(tegangan geser) tergantung pada kecepatan aliran. Untuk melihat
lebih jelas terjadinya aliran seragam dapat diambil contoh suatu
aliran dari suatu tandon (reservoir) yang memasuki suatu saluran
panjang dengan kemiringan tertentu seperti tampak pada Gb. 3.2.

Aliran Seragam 5
Modul Ajar Hidrolika

zona zona
transisi Aliran Seragam transisi

Reservoir

Kemiringan landai (mild slope)


io < ic
(a)

zona
transisi

Reservoir

Kemiringan kritis (critical slope)


io = ic
(b)
zona
transisi

Reservoir

Kemiringan curam (steep slope)


io > ic
(c)

Gambar 3.2. Terjadinya aliran seragam di dalam saluran dengan kondisi


kemiringan
yang berbeda - beda

Aliran Seragam 6
Modul Ajar Hidrolika

Pada waktu air memasuki saluran secara perlahan – lahan, kecepatan


aliran berkurang dan oleh karenanya besarnya tahanan juga
berkurang. Pada saat tahanan menjadi lebih kecil daripada komponen
gaya berat maka akan terjadi percepatan di saat memasuki saluran
atau di bagian hulu saluran. Sesudah itu secara lambat laun
kecepatan dan tahanan bertambah besar sampai terjadi
keseimbangan antara tahanan dan gaya berat. Pada keadaan ini
aliran seragam terjadi.
Pada bagian hulu dimana terjadi percepatan disebut zona transisi (Gb.
3.2.)

3.3.3. “Persamaan Kecepatan” dari Aliran Seragam


Untuk perhitungan hidrolik kecepatan rata – rata dari aliran
turbulen di dalam saluran terbuka biasanya dinyatakan oleh suatu
rumus aliran seragam. Persamaan yang paling praktis dapat
dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
V = C Rx iy ..................................................................... (3.9)
dimana :
V = kecepatan rata – rata
C = faktor hambatan aliran
R = jari –jari hidrolik
if = kemiringan garis energi
Untuk aliran seragam if = iw = i0
iw = kimiringan permukaan air
i0 = kemiringan dasar saluran
Persamaan tersebut menyatakan bahwa kecepatan aliran tergantung
pada jenis hambatan (C), geometri saluran (R) dan kemiringan aliran

H
(i = ) dimana H adalah perbedaan tinggi energi di hulu dan di
L
hilir.
Persamaan tersebut dikembangkan melalui penelitian di lapangan.

Aliran Seragam 7
Modul Ajar Hidrolika

3.3.4. Persamaan / Rumus Chezy


Pada awal tahun 1769 seorang insinyur Perancis bernama
Antonius Chezy mengembangkan mungkin untuk pertama kali
perumusan kecepatan aliran yang kemudian dikenal dengan rumus
Chezy yaitu :

V = C R if .................................................................. (3.10)
dimana :
V = kecepatan rata – rata (m/det)
R = jari – jari hidrolik (m)
if = kemiringan garis energi (m/m)
C = suatu faktor tahanan aliran yang disebut koefisien Chezy
(m2/det)
Harga C tergantung pada kekasaran dasar saluran dan kedalaman
aliran atau jari – jari hidrolik.
Berbagai rumus dikembangkan untuk memperoleh harga C antara
lain :
Ganguitlef aunt Kutter (1869)

0,0028 1,81
41,65  
C= 1 3 1n .......................................... (3.11)
0,028  n
1   41,6  
5 1 S  R

dimana :
n = koefisien kekasaran dasar dan dinding saluran
R = jari – jari hidrolik
S = kemiringan dasar saluran

Bazin pada tahun 1897 melalui penelitiannya menetapkan harga C


sebagai berikut :

Aliran Seragam 8
Modul Ajar Hidrolika

C = 157,6 ................................................................... (3.12)


1m
R
dimana, m = koefisien Bazin
R = jari-jari hidrolik
Masih banyak rumus-rumus yang lain untuk menetapkan harga
koefisien C melalui penelitian-penelitian di lapangan dimana semua
menyatakan bahwa besarnya hambatan ditentukan oleh bentuk
kekasaran dinding dan dasar saluran, faktor geometri dan kecepatan
aliran.

3.3.5. Rumus Manning (1889)


Manning mengembangkan rumus :

V = 1,49 R⅔ if½ (EU) ..................................................... (3.13)


n
atau
1
V= R⅔ if½ (SI) ............................................................ (3.14)
n

dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
n = angka kekasaran Manning
R = Jari – jari hidrolik (m)
if = kemiringan garis energi (m/m)

Apabila dihubungkan Persamaan Chezy dan Persamaan


Manning akan diperoleh hubungan antara koefisien Chezy (C) dan
koefisien Manning (n) sebagai berikut :

V=C R if =1 R⅔ i½
n
C = 1 R1/6 .................................................................... (3.16)
n

Aliran Seragam 9
Modul Ajar Hidrolika

Faktor –faktor yang mempengaruhi harga kekasaran manning n


adalah :
a. Kekasaran permukaan dasar dan dinding saluran
b. Tumbuh – tumbuhan
c. Ketidak teraturan bentuk penampang
d. Alignment dari saluran
e. Sedimentasi dan erosi
f. Penyempitan (adanya pilar-pilar jembatan)
g. Bentuk dan ukuran saluran
h. Elevasi permukaan air dan debit aliran
Dari hasil penelitiannya Manning membuat suatu tabel angka
kekasaran (n) untuk berbagai jenis bahan yang membentuk saluran
antara lain sebagai berikut :
Tabel 3.1. Harga n untuk tipe dasar dan dinding saluran
Tipe Saluran Harga n
1. Saluran dari pasangan batu tanpa
plengsengan 0,013
2. Saluran dari pasangan batu dengan 0,015
pasangan 0,017
3. Saluran dari beton 0,020
4. Saluran alam dengan rumput 0,025
5. Saluran dari batu
Pengambilan harga n tersebut tergantung pula pada pengalaman

perencana.

3.3.6. Karakteristik Aliran di dalam suatu Saluran tertutup


dengan Aliran Saluran terbuka
Di dalam praktek sering dijumpai saluran melintas jalan raya.
Dalam memecahkan masalah perlintasan ini pada umumnya dibuat
suatu bangunan perlintasan yang disebut gorong – gorong (culvert).
Bangunan tersebut dapat berpenampang lingkaran atau persegi

Aliran Seragam 10
Modul Ajar Hidrolika

empat yang dikenal dengan istilah box culvert . Bentuk gorong –


gorong adalah saluran tertutup tetapi alirannya adalah aliran terbuka.
Karena bentuknya yang tetap maka untuk memudahkan
perhitungan dapat dibuat suatu kurva – kurva tidak berdimensi agar
dapat berlaku umum.

Penampang Lingkaran
Apabila Angka n diambil tetap atau tidak tergantung pada
variasi kedalaman air, maka dapat dibuat kurva hubungan antara Q
dan Q0 serta V dan V0 dimana harga – harga tersebut merupakan
harga perbandingan antara debit Q dan kecepatan V untuk suatu
kedalaman aliran y terhadap debit Q0 dan kecepatan V0 dari kondisi
aliran penuh.
Dari persamaan Manning :
1 2/3 1/2
V= R i
n
Dapat dilihat bahwa untuk harga n konstan dan kemiringan i
konstan, maka kecepatan aliran V hanya tergantung pada besarnya R
yang tergantung pada kedalaman aliran y. Demikian pula debit aliran
Q, karena besarnya tergantung pada kecepatan V dan luas
penampang aliran A.
Karena kurva – kurva hubungan antara A dan A 0 (A/ A0) serta R
dan R0 dimana A0 dan R0 adalah luas penampang dan jari – jari
hidrolik dalam kondisi saluran di dalam modul 2 (Gb.2.1) maka kurva
– kurva hubungan antara Q dan Q0 serat V dan V0 dapat dilakukan
dengan bantuan kurva –kurva tersebut.
1 2/3 1/ 2
R ib
V
 n
V0 1 2 / 3 1 / 2
R 0 ib
n
Karena n dan ib konstan maka persamaan tersebut dapat
disederhanakan menjadi :

Aliran Seragam 11
Modul Ajar Hidrolika

V R 2/3
 2/ 3
V0 R 0

kemudian karena Q = VA maka :


Q VA AR2 / 3
 
Q0 V0 A0 A0R 02 / 3

Dengan persamaan – persamaan tersebut dapat dibuat tabel sebagai


berikut :

Tabel 3.3 Perhitungan R2/3/R02/3 dan AR2/3/ A0R02/3 untuk harga-harga y/d0 yang
diketahui
y A R  R 
2/3
AR2/3
  2/ 3
d0 A0 R0  R0  A0R 0
0,10 0,05 0,25 0,397 0,020
0,20 0,15 0,50 0,630 0,095
0,30 0,25 0,70 0,788 0,197
0,40 0,37 0,86 0,904 0,335
0,50 0,50 1,00 1,00 0,500
0,60 0,62 1,10 1,072 0,665
0,70 0,75 1,18 1,117 0,838
0,80 0,85 1,21 1,136 0,965
0,90 0,90 1,20 1,129 1,073
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Harga-harga dalam tanel tersebut diplot pada kertas milimeter


menghasilkan kurva-kurva seperti pada Gb. 3.3.

Aliran Seragam 12
Modul Ajar Hidrolika

Gambar 3.3. Kurva hubungan antara y/d0 dan Q/Q0, V/V0, AR2/3, A0R02/3 dan
R2/3/R02/3

Dari kurva-kurva tersebut tampak bahwa baik harga Q/Q 0


maupun harga V/V0 mempunyai harga maksimum yang terjadi pada
kedalaman 0,938 d0 untuk Q/Q0 dan kedalaman 0,81d0 untuk V/V0.
Dari gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa pada kedalaman lebih
besar dari pada 0,82d0 dimungkinkan untuk mempunyai dua
kedalaman berbeda untuk satu debit, satu diatas 0,938d 0 dan yang
satu lagi antara 0,82d0 sampai 0,938d0. Demikian juga dengan kurva
V/V0 yang menunjukkan bahwa untuk kedalaman melebihi 0,5d 0
terdapat dua kemungkinan kedalaman untuk satu harga kecepatan V
yaitu satu diatas 0,81d0 dan yang satu diantara 0,81d 0 dan 0,5d0.
Penjelasan tersebut diatas adalah untuk asumsi harga n konstan.
Di dalam praktek ternyata didapat bahwa pada saluran dari
beton maupun lempung terjadi kenaikan harga n sebesar 28% dari
1,00d0 sampai 0,25d0 yang tampaknya merupakan kenaikan

Aliran Seragam 13
Modul Ajar Hidrolika

maksimum kurva untuk kondisi ini seperti ditunjukkan pada garis


putus – putus.

3.3.7. Perhitungan Aliran Seragam


Kedalaman air untuk aliran seragam ditulis dengan notasi
yn yaitu kedalaman normal. Salah satu cara perhitungan untuk
menentukan kedalaman normal suatu aliran dengan debit tertetu
dapat digunakan beberapa cara seperti pada contoh soal berikut ini :
Contoh soal 3.1
Suatu trapesium terbuka berpenampang trapesium, mempunyai
lebar dasar B = 6 m; kemiringan tebing 1 : z = 1 : 2. Kemiringan
longitudinal ib = 0,0016 dan faktor kekasaran Manning n = 0,025.
Tentukan kedalaman normal, dengan cara aljabar apabila Q = 11
m3/det.
Jawab :
A. Cara Aljabar
A = (B + zy)y = (6 + 2y)y
P = B + 2y 1  22 = 6 + 2y 5

A (6  2y )y 2(3  y )y (3  y )y
R = +  
P 6  2y 5 2(3  y 5) (3  y 5)

1
Q = A R2/3 ib1/2
n
nQ
1/ 2 = A R2/3
ib

0,025 11 [(3  y) y]2 / 3


 [2(3  y) y] =
(0,0016)1/ 2 (3  y 5) 2 / 3
2/3 5/3
6,875 (3 + y 5) = 2 [(3 + y )y]

3
Ruas kiri dan ruas kanan dipangkatkan persamaan tersebut
2
menjadi :
6,8753/2 (3 + y 5) = 23/2 [3 + y)y2,5
6.373 (3 + y 5) = [(3 + y)y]2,5

Aliran Seragam 14
Modul Ajar Hidrolika

Untuk mencari harga dari persamaan tersebut diperlukan cara coba-


coba (trial and error) sebagai berikut :
Y Ruas kiri Ruas kanan
0,80 30,519  16,113
0,90 31,944  23,082
1,00 33,369  32,00
yang paling
mendekati 1,015 33,583  33,525
1,02 33,654  34,046
1,10 34,794  43,196
berarti yn = 1,015 m

B. Cara coba – coba


Cara coba-coba juga sering dilakukan dengan cara langsung
menggunakan data “kedalaman air” sampai ditemukan harga AR 2/3
yang paling mendekati. Dalam hal contoh soal tersebut diatas
ditentukan beberapa kedalaman normal y n , kemudian dicari harga A
dan R dan AR2/3 seperti pada tabel sebagai berikut :

nQ 0,025 11
A R2/3 =  = 6,875 ............................................ (i)
i 0,0016

Tabel 3.2 Perhitungan harga yn contoh soal 3.1

y A R R2/3 A R2/3 Remark

0,80 6,080 0,635 0,739 4,492 y terlalu


0,90 7,080 0,700 0,788 5,532 kecil
1,00 8,000 0,764 0,836 6,686
1,015 8,150 0,773 0,842 6,864 paling mendekati
1,02 8,200 0,776 0,844 6,934
1,10 9,020 0,826 0,880 7,941 y terlalu besar

Aliran Seragam 15
Modul Ajar Hidrolika

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa harga AR 2/3 yang paling
mendekati perhitungan tersebut diatas (i) adalah pada kedalaman y =
1,015. Ini berarti yn = 1,015.

C. Cara Grafis
Cara grafis seringkali digunakan dalam hal penampang saluran
yang sulit. Di dalam prosedur ini dibuat suatu grafik hubungan antara
y dan AR2/3. Setelah grafik selesai maka hasil perhitungan : AR 2/3 =

nQ
diplot pada grafik dan dicari harga y yang sesuai.
i

Dengan menggunakan perhitungan pada tabel 3.2 dibuat suatu grafik


suatu berikut :

1,015

6,864

Gambar 3.4 Grafik hubungan antara kedalaman air y dan faktor penampang
AR2/3
contoh soal 3.1

D. Cara perhitungan dengan menggunakan Design Chart (dari Ven Te


Chow)

Aliran Seragam 16
Modul Ajar Hidrolika

Pada sekumpulan kurva untuk menentukan kedalaman normal


yang tersedia (Ven Te Chow gambar 6.1) dapat dicari harga y dengan
menghitung lebih dulu harga AR2/3 dan persamaan Manning dimana :
nQ 0,025 11
AR2/3 = =  6,875
i 0,0016

AR2 / 3 6,875
 8 / 3  0,058
B8 / 3 (6 )

Dari kurva didapat yn/B = 0,18


yn = 0,17 x 6 = 1,02 m

Aliran Seragam 17
Modul Ajar Hidrolika

ALIRAN SERAGAM
10
8
6

)
ar
d0 ul
2 y
ang
t
ec 1.0
(R z=
0 .5
=0
=
z
z
1
z = 1.5
0.8
z = 2.0
0.6 z = 2.5
Values of y/b and y/d o

z = 3.0
0.4 z = 4.0

ar
cul
0.2 Cir
0.17

0.01
0.08
0.06

0.04
1 y
2
b
0.02

0.01
0.0001 0.001 0.01 0.058 0.1 1 10

2/3 8/3 2/3 8/3


Values of AR /b and AR /d o

Gambar 3.5.Design Chart

Aliran Seragam 17
Modul Ajar Hidrolika

Contoh soal 3.2


Tentukan kedalaman normal dari suatu aliran di dalam gorong –
gorong (culvert) yang mempunyai diameter d0 = 0,90 m, kemiringan
dasar ib = 0,016, kekasaran dinding dengan angka Manning n = 0,015
dan mengalirkan air sebesar Q = 540 l/det.
Jawaban :
a. Cara grafis
Buat suatu kurva hubungan antara y dan AR 2/3 . Pembuatan
kurva ini memerlukan bantuan kurva pada Gb. 3.4 dan menghitung
harga AR2/3 untuk setiap harga y seperti di dalam tabel berikut ini :
A0 = 0,25π  0,902 = 0,636
R0 = 0,25  0,90 = 0,225
A0 R02/3 = 0,636  (0,225)2/3 = 0,235

Gambar 3.6. Flow characteristic s of a circular section (After T, R. Camp, [27] of


Chap 5)

Aliran Seragam 18
Modul Ajar Hidrolika

2/3
Dengan menggunakan kurva-kurva pada Gb. 3.6 dihitung harga AR

untuk setiap harga y/d0 seperti yang tampak pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Perhitungan hubungan antara y dan AR 2/3

y A R  R 
2/3
AR2/3
y   2/ 3 AR2/3
d0 A0 R0  R0  A0R 0
0,09 0,10 0,05 0,25 0,397 0,020 0,005
0,18 0,20 0,15 0,50 0,630 0,095 0,022
0,27 0,30 0,25 0,70 0,788 0,197 0,049
0,36 0,40 0,37 0,86 0,904 0,335 0,079
0,45 0,50 0,50 1,00 1,00 0,500 0,118
0,54 0,60 0,62 1,10 1,072 0,665 0,156
0,63 0,70 0,75 1,18 1,117 0,838 0,198
0,72 0,80 0,85 1,21 1,136 0,965 ,0227
0,81 0,90 0,95 1,20 1,129 1,073 0,252
0,90 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,235

Harga-harga di dalam tabel tersebut diplot pada kertas milimeter


hubungan antara y/d0 dan AR2/3 didapat kurva seperti pada Gb. 3.5.
Persamaan Manning :
1
Q= A R⅔ i½
n

nQ 0,015  0,540
A R⅔ = 1 = = 0,2025
0,0016
i 2
Dari grafik pada Gb. 3.7 dapat diperoleh angka yn = 0,64 m

Aliran Seragam 19
Modul Ajar Hidrolika

2/3
Gambar 3.7. Kurva hubungan antara y dan AR untuk penampang

lingkaran

b. Cara penentuan harga yn dengan menggunakan Design Chart


Dari persamaan manning didapat :
nQ 0,015 0,540
AR2/3 = =  0,2025
i 0,0016

AR2 / 3 0,2025
8/ 3
  0,27
B (0,908 / 3 )

Angka tersebut diplot pada design chart sehingga didapat yn = 0,64


(lihat Gb. 3.8).

Aliran Seragam 20
Modul Ajar Hidrolika

10
8
6

r )
la
2 y
d0 gu
t an
ec 1.0
(R
0 .5 z=
= 0
z
z=
1
z = 1.5
0.8
z = 2.0
0.64 z = 2.5
Values of y/b and y/do

z = 3.0
0.4 z = 4.0

ar
cul
0.2 Cir

0.01
0.08
0.06

0.04
1 y
2
b
0.02

0.01
0.0001 0.001 0.01 0.1 0.27 1 10

8/3
Values of AR 2/3/b8/3and AR 2/3/d o

Gambar 3.8. Penggunaan “design chart” untuk penentuan y n contoh soal 3.2

Aliran Seragam 21
Modul Ajar Hidrolika

3.3.8. Aliran Dalam Suatu Penampang dengan Kekasaran


Komposit
Di dalam praktek sering dijumpai kondisi dimana kekasaran
dinding tidak sama di sepanjang keliling basah, misalnya saluran
terbuka yang dasarnya dari tanah asli sedang dindingnya dari
pasangan batu atau saluran berbentuk persegi empat yang dasarnya
dari pelat beton sedang dindingnya dari kayu.
- Untuk saluran yang mempunyai penampang sederhana dengan
perbedaan kekasaran tersebut perhitungan kecepatan rata –
ratanya tidak perlu harus membagi luas penampang menurut
harga n yang berbeda – beda tersebut.
Dalam menerapkan Persamaan Manning untuk saluran seperti
tersebut diatas perlu dihitung harga n ekivalen untuk seluruh
keliling basah, Ada beberapa cara untuk menghitung harga n
ekivalen tersebut.
- Horton dan Einstein
Untuk mencari harga n diambil asumsi tiap bagian luas
mempunyai kecepatan rata–rata sama, berarti V1 = V2 ; …= V2 = V.
Dengan dasar asumsi ini harga n ekuivalen dapat dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut :
2/3

  
n
 1,5

n= 1

 Pn nn  P n 1,5 + P n 1,5 …..+ P n 1,52/3
 
1 1 2 2
2/3
n n  ......... (3.17)
P P
 
 
- Parlovskii dan Miill Lofer dan Einstein serta Banks
Mengambil asumsi bahwa gaya yang menghambat aliran sama
dengan jumlah gaya – gaya yang menghambat aliran yang
terbentuk dalam bagian – bagian penampang saluran. Dengan
asumsi tersebut angka n ekivalen dihitung dengan persamaan
sebagai berikut 1/2 :


 n P n2 
  1
n n   2 2
 P1 n1 + P2 n2 …...+ Pn nn 
2 1/2

 P
1/2   P
1/2
n =  ..................... (3.18)
 
............................................................................................

Aliran Seragam 22
Modul Ajar Hidrolika

3.3.9. Penampang Gabungan


Suatu penampang saluran dapat terdiri dari beberapa bagian
yang mempunyai angka kekasaran yang berbeda–beda. Sebagai
contoh yang paling mudah dikenali adalah saluran banjir. Saluran
tersebut pada umumnya terdiri saluran utama dan saluran samping
sebagai penampang debit banjir. Penampang tersebut adalah sebagai
berikut :

n3 n3
I II III
n2 n2
n1 n1
n1

Gambar 3.9. Penampang gabungan dari suatu saluran

Penampang tersebut mempunyai kekasaran yang berbeda –


beda, pada umumnya harga n di penampang samping lebih besar
daripada di penampang utama. Untuk menghitung debit aliran
penampang tersebut dibagi menjadi beberapa bagian penampang
menurut jenis kekasarannya. Pembagian penampang dapat dilakukan
menurut garis –garis vertikal (garis putus –putus seperti pada gambar
diatas) atau menurut garis yang sejajar dengan kemiringan tebing
(garis titik – titik seperti pada gambar).
Dengan menggunakan persamaan Manning debit aliran melalui
setiap bagian penampang tersebut dapat dihitung. Debit toatal
adalah penjumlahan dari debit di setiap bagian penampang.

Aliran Seragam 23
Modul Ajar Hidrolika

Kemudian kecepatan rata – rata aliran dihitung dari debit total aliran
dibagi dengan luas seluruh penampang.
Misalnya kecepatan rata – rata setiap bagian penampang
adalah : V 1 , V2 , ….VN dan koefisien energi dan koefisien
momentum setiap bagian adalah : 1 , 2 , …N dan β1 , β2 , ….βN .
Kemudian, apabila luas penampang setiap bagian tersebut adalah ΔA 1
, ΔA2 , …. ΔA N , maka :
1 2/3 1/2
AR i K 1/2 ...............................................
V1 = n  1 i (3.19)
A A
.......................................................................................
1
dimana K1 = A R⅔ = faktor penghantar (conveyence) untuk
n
penampang 1.
dan :
K 2 1/ 2 KN 1/ 2
V2 = i ………. VN = i
A 2 AN

Q = V A = V1 ΔA1 + V2 ΔA2 + ……… V3 ΔA3

Q = (K1 + NK2 + …….. KN) i½


 N
=  K  i
 1/ 2
 K  i1 / 2 N
Q  1
A

  N
A
  
1

V= .......................................................(3.20)

Dalam hal pembagian kecepatan tidak merata di penampang


aliran maka di dalam perhitungan alirannya diperlukan koefisien
energi  dan β tersebut dapat digunakan persamaan tersebut diatas.
Dari persamaan (1.18) dan (1.24) yang telah dijelaskan di dalam
modul 1.
v 3A v 2A
= ; β=
V 3A V 2A
memasukkan persamaan (3.20) ke persamaan ini
N N
 NKN  AN /AN  NKN /AN
3 3 3 3
1 1
3  3
N N

KN  A / A  KN 
2 2
Aliran Seragam     /A
24
 1   1

Modul Ajar Hidrolika

= .................. (3.21)

N N
 NKN AN /AN  NKN / AN
3 2 3 3

β = 1
3  1
3
................... (3.22)
N N
 KN  A / A
2   2
    KN  /A
 1
  1

Untuk memahami penerapan konsep penampang gabungan


(compound section). Lihat contoh sebagai berikut :

Contoh soal 3.3


a. Suatu saluran berpenampang gabungan seperti pada gambar
terdiri dari saluran utama dan dua sisi saluran samping untuk
penampang banjir, apabila dasar (longitudinal) ib = 0,0016 berapa
besar kecepatam rata – rata aliran di dalam saluran tersebut.

1 I II III 1 1,80 m
1,5 1,5
n2 = 0,035
n2 = 0,035
2,40 m
n1 = 0,040 1
1

3,6 m 12 m 2,4 m 6m 2,4 m 3 m 2,4 m

Gambar 3.10. Penampang gabungan contoh soal 3.3

Jawaban :

Aliran Seragam 25
Modul Ajar Hidrolika

1
Persamaan Manning : Q = A R2/3 i1/2
n
1
K= A R2/3
n
Penampang 1 :
12  12  (1,5  1,8)
A1 =  1,80 = 24,03 m2
2

O1 = 12 + 1,8 1  1,52 = 15,245 m


A1
R1 = = 1,576 m
P1

R1⅔ = 1,354
1 1
K1 = A1 R1⅔ =  24,03  1,354 = 929,92
n 0,035

Penampang 2 :
A2 = (6 + 2,4)2,4 + (6 + 2,4 + 2,4)  1,80 = 39,60 m2
O2 = 6 + 2  2,4 2 = 12,79 m
A2 39,60
R2 = = = 3,10 m
O2 12,79

R22/3 = 3,102/3 = 2,12


1 1
K2 = A2 R22/3 =  39,60  2,12 = 2103,33
n 0,040

Penampang 3 :
3  3  (1,5  1,8)
A3 =  1,80 = 7,83 m2
2

O3 = 3 + 1,8 1  1,52 = 6,245 m


7,83
R3 = = 1,254 m
6,245

R2/3 = 1,163
1 1
K3 = A3 R32/3 =  7,83  1,163 = 260,125
n 0,035

Aliran Seragam 26
Modul Ajar Hidrolika

 3  2/ 3
  K3  i 2 / 3
V=
 1   K1K2K3i
A A1A2A3
 929,92  2103,33  260,125 0,0016
=
24,03  39,60  7,83

3293,38 0,0016 131,735


V=  = 1,84 cm/det
71,46 71,46

b. Apabila dari soal no.a tersebut diatas juga diketahui bahwa harga 
dan β dari penampang utama dan penampang samping sebagai
berikut :
1 = 1,12 ; β1 = 1,04
2 = 1,10 ; β2 = 1,04
3 = 1,11 ; β3 = 1,04
Tentukan besarnya  dan β dari penampang tersebut.
Jawaban :
Dari perhitungan diatas dapat ditabelkan sebagai berikut :
Penampang

A O R2/3 n K  β K³/A² βK²/A

24,0 15,24 1,35 0,03 1,1 1,56 


I 929,93 1,04 3,74  104
3 5 4 5 2 106
39,6 0,04 2103,8 1,1 6,35  11,62 
II 12,79 2,12 1,04
0 0 3 2 106 104
1,16 0,03 260,12 1,1 0,32 
III 7,83 6,245 1,04 0,90  104
3 5 5 1 106
Tota 76,4 3293,3 8,41  16,26 
l 6 8 106 104

Aliran Seragam 27
Modul Ajar Hidrolika

N

 N K N 3 / AN 2 AN
1

= 3
 N 
  K N  / A2
1 
 
8,41 106
= = 1,376
 3293,38 3 / 76,462

N
 
 N K N 2 / AN
1
β = 2
N 
 KN  / A
1 
 
16,26 104
β = = 1,146
 3293,38 2 / 76,46

Latihan
1. Suatu saluran berpenampang persegi empat mempunyai lebar
dasar B = 6 m, kemiringan tebing z = 2, angka kekasaran manning
n = 0,025 dan kemiringan aliran i = 0,001. Q = 12 m3/det.
a) Hitung kedalaman kritis (yc)
b) Hitung kedalaman normal (yn)
c) Tentukan jenis alirannya
d) Apabila akan digunakan persamaan Chezy berapa besar angka
chezy (C)

Aliran Seragam 28
Modul Ajar Hidrolika

2. Tentukan debit normal aliran dalam suatu saluran terbuka yang


mempunyai penampang seperti di bawah ini dengan y n = 2 m; n =
0,015; i = 0,0020
a)
Suatu penampang persegi empat dengan lebar B = 6 m
b)
Suatu segitiga dengan sudut dasar  = 60o
c)
Suatu trapesium dengan lebar dasar B = 6 m dam kemiringan
tebing 1 : z = 1 : 2
d)
Suatu lingkaran dengan diameter d0 = 4,5 m dengan kedalaman
air y = 3,00 m

3.3.10. Rangkuman
 Aliran seragam mempunyai kedalaman air dan kecepatan aliran
yang sama disepanjang aliran. Kedalaman aliran disebut
kedalaman normal.
 Aliran seragam terbentuk apabila besarnya hambatan
diimbangi oleh gaya gravitasi.
 Perhitungan kedalaman normal pada aliran seragam dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan manning atau
persamaan chezy dengan cara aljabar dan cara grafis.
 Faktor hambatan adalah kekasaran saluran.
 Penampang gabungan suatu saluran terdiri dari penampang
saluran utama dan penampang banjir.

3.3.11. Penutup

Untuk menilai kemampuannya sendiri mahasiswa dapat melihat kunci

pelatihan yang ada :

No Cara
Jawaban Nilai
Soal Pengerjaan
1 Analisis yc = 0,68 m 25

yn = 1,20 m 25

Aliran Seragam 29
Modul Ajar Hidrolika

aliran subkritis 25

C = 39,22 25
3
a) Q = 40,39 m /det 25
3
b) Q = 4,34 m /det 25
2 Analisis 3
c) Q = 72,44 m /det 25
3
d) Q = 21,24 m /det 25

3.3.12. Daftar Pustaka

1. Anggrahini, “Hidrolika Saluran Terbuka” penerbit CV Citra

Media, 1966. Bab IV dan V.

2. Chow, VT “Open Channel Hydraulic”, Mc Graw Hill Book

Company, New York 1959. Bab IV, V, dan VI.

3.3.13. Senerai
Kedalaman normal : sama disepanjang aliran

3.4. Perhitungan Debit Banjir


3.4.1. Metode Slope Area
Untuk suatu saluran yang mengalirkan banjir dimana kondisi
geometri penampang hilir tidak sama karena debit aliran yang sampai
ke hilir tidak lagi sama dengan debit di hulu karena tambahan air

Aliran Seragam 30
Modul Ajar Hidrolika

banjir, perlu pendekatan aliran seragam untuk perhitungan


kemampuannya.
Suatu cara untuk menghitung besarnya debit banjir yang dapat
dialirkan oleh suatu saluran adalah cara Luas Kemiringan (Slope area
method). Cara ini pada dasarnya menggunakan konsep aliran
seragam dengan persamaan manning.

Laut
L

Gambar 3.11. Suatu penampang memanjang saluran untuk penampang


banjir

Misalnya suatu saluran digunakan untuk menampung dan


mengalirkan debit banjir mempunyai dimensi yang berbeda antara
hulu (up stream) dan hilir (down stream).
Untuk menghitung debit banjir melalui saluran tersebut perlu
dilakukan prosedur sebagai berikut :
1. Dari harga – harga A, R dan n yang diketahui, hitung faktor
penghantar Ku dan Kd.
2. Hitung harga K rata – rata.
K= Ku.Kd

Aliran Seragam 31
Modul Ajar Hidrolika

3. Diambil asumsi bahwa tinggi kecepatan dapat diabaikan,


kemiringan garis energi sama dengan selisih tinggi muka air di
hulu dan di hilir F dibagi panjang saluran.
F
i=
L
4. Dengan asumsi tersebut hitung perkiraan pertama debit aliran.
Q=K i

5. Ambil asumsi bahwa debit aliran sama dengan perkiraan pertama

Vu2 Vd2
Q dan hitung harga dan . Dengan harga – harga
2g 2g

tersebut maka kemiringan garis energi


hf
i=
L
dimana :
hf = F + k (αu Vu² / 2g – αd Vu² / 2g)
Vu < Vd ; k = 1,0
Vu > Vd ; k = 0,5
Ulangi perhitungan tersebut sampai diperoleh harga Q yang tetap.

Untuk memperdalam penguasaan materi ini lihat contoh soal sebagai


berikut :

Contol soal 3.4


Perkirakan besarnya debit banjir melalui suatu sungai yang
panjangnya 1300 m, apabila diketahui F = 2,08 m ; u = 1,12 ; d =
1,20 ; n = 0,035 ; Au = 110 m2 ; Ou = 76 m ; Ad = 133 m2 ; dan Od =
91 m (lihat Gb. 3.9)

Aliran Seragam 32
Modul Ajar Hidrolika

Ad

Od
garis horosontal
F
iw = if
Au

Ou ib
L

Gambar 3.12. Penampang melintang dan memanjang saluran untuk banjir

Jawab
Penerapan konsep aliran seragam sebagai pendekatan penyelesaian
soal ini dapat dilakukan sebagai berikut :
Step 1 : Dari harga A, O dan n yang diketahui, cari harga faktor
Hantaran K di penampang hulu dan di penampang hilir.
AU 110
Hulu : Au = 110 m2 Ru =  = 1,45 m
OU 76

Ou = 76 m Ru 2/3 = 1,281 m2/3


1 110 1,281
Ku = Au Ru2/3 = = 4026
n 0,035

Ad 133
Hilir : Ad = 133 m2 Rd =  = 1,46 m
Od 91

Od = 91 m Rd ⅔ = 1,289 m
1 133 1,289
Kd = Ad Rd2/3 = = 4894
n 0,035

Step 2 : Harga rata – rata geometrik.


K= Ku  K d = 4026 4894

= 4439

Aliran Seragam 33
Modul Ajar Hidrolika

Step 3 : Diasumsikan bahwa tinggi kecepatan diabaikan atau sama


dengan nol sehingga kemiringan garis energi.
F 2,08m
i= = = 0,0016
L 1300m
Step 4 : Hitung harga Q (perkiraan pertama)
Q=K if = 4439 0,0016 = 177,56 m3/det
Step 5 : Diasumsikan bahwa debit aliran sama dengan debit perkiraan
dari hasil perhitungan step 4. Dengan asumsi ini hitung tinggi
kecepatan di hulu dan di hilir.
Q 177,56
Vu =  = 1,614 m/det
Au 110
2
 uVu 2
= 1,12 1,614 = 0,149 m
2g 2  9,81

Q 177,56
Vd =  = 0,970 m/det
Ad 183
2
 d Vd 1,20 0,9702
 = 0,057 m
2g 2  9,81
Step 6 : Dari harga – harga tersebut hitung kemiringan garis energi if
dengan memperhitungkan tinggi kecepatan.
hf
if =
L
 V2 V 2
hf = F + k   u u   u d 
2g 2g
 
karena Au < Ad  k = 0,5
Jadi hf = 2,08 + 0,5 (0,149 – 0,057) = 2,126
2,126m
if =  0,00164
1300m
Dengan harga i tersebut dihitung lagi harga Q sebagai
berikut :
Q=k if = 4438 0,00164 = 179,725 m3/det
Dengan harga Q ini hitung lagi harga Vu dan Vd
Q 179,725
Vu =   1,634m/det
Au 110

Aliran Seragam 34
Modul Ajar Hidrolika

2
 uVu 1,12 1,6342
= = 0,152 m
2g 2  9,81

Q 179,725
Vd =  = 0,982 m/det
Ad 183
2
 d Vd 1,20  0,9822
 = 0,059 m
2g 2  9,81

 V2 V 2
hf = F + 0,50   u u   u d 
2g 2g
 
= 2,08 + 0,50 (0,152 – 0,059) = 2,177
2,177m
if =  0,00167
1300m

Q=k if = 4438 0,00167 = 181,600 m3/det


Karena masih belum sama diulangi lagi perhitungan dengan
menggunakan Q yang terakhir.
Q 181,600
Vu =   1,651m/det
Au 110
2
 uVu 1,12 1,6512
= = 0,156 m
2g 2  9,81

Q 181,600
Vd =  = 0,992 m/det
Ad 183
2
 d Vd 1,20  0,9922
 = 0,060 m
2g 2  9,81
hf = 2,08 + 0,50 (0,156 – 0,060) = 2,128
2,128m
if =  0,00164
1300m

Q=k if = 4438 0,00164 = 179,725 m3/det


Apabila diulang akan dihasilkan Q yang sama yaitu antara 179,725
m3/det sampai 181,600 m3/det. Untuk itu dapat ditetapkan Q = 180
m3/det.
Soal latihan
Suatu saluran berpenampang trapesium merupakan saluran untuk
banjir. Hal ini berarti makin ke muara kedalaman aliran dan luas
penampang di hilir akan lebih besar daripada kedalaman air dan luas

Aliran Seragam 35
Modul Ajar Hidrolika

penampang aliran di hulu. Apabila saluran tersebut mempunyai


penampang memanjang dan penampang melintang seperti pada Gb.
3.12, hitung debit banjir yang dapat dialirkan apabila diketahui :
Au = 11,25 m2
Ad = 22,68 m2
u = 1
d = 1
nu = 0,035
nd = 0,020
L = 1500 m
F = 2,40 m

3.4.2. Rangkuman
Perhitungan debit banjir untuk suatu saluran dapat dilakukan
menggunakan persamaan aliran seragam.

3.4.3. Penutup
Untuk menilai kemampuannya sendiri mahasiswa dapat melihat kunci

pelatihan yang ada :

No Cara
Jawaban Nilai
Soal Pengerjaan
3
1 Analisis Q = 28,11 m /det 100

3.4.4. Daftar Pustaka

1. Anggrahini, “Hidrolika Saluran Terbuka” penerbit CV Citra

Media, 1966. Bab IV dan V.

Aliran Seragam 36
Modul Ajar Hidrolika

2. Chow, VT “Open Channel Hydraulic”, Mc Graw Hill Book

Company, New York 1959. Bab IV, V, dan VI.

3.4.5. Senerai
Metode Slope Area menggunakan persamaan manning

Aliran Seragam 37

Anda mungkin juga menyukai