Anda di halaman 1dari 32

Mekanika Fluida dan

Hidraulika
ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA 2

BAGUS ADITYAWAN PH.D.


Secara Hidraulik,
Perbedaan mendasar saluran-saluran tersebut
1. Distribusi Kecepatan pada Penampang Saluran

• Dengan adanya permukaan bebas dan gesekan sepanjang saluran, mengakibatkan kecepatan
aliran dalam saluran tidak merata pada penampang saluran. Biasanya kecepatan maksimum
terjadi di bawah permukaan bebas dengan kedalaman 0,05 sampai 0,25 kali kedalamannya.
1. Distribusi Kecepatan pada Penampang Saluran

• Dengan adanya permukaan bebas dan gesekan sepanjang saluran, mengakibatkan kecepatan
aliran dalam saluran tidak merata pada penampang saluran. Biasanya kecepatan maksimum
terjadi di bawah permukaan bebas dengan kedalaman 0,05 sampai 0,25 kali kedalamannya.

• Pola umum distribusi


kecepatan untuk berbagai
penampang.

Gambar 1 – Aliran pipa dan aliran saluran terbuka


1.1 Koefisien Distribusi Kecepatan
• Distribusi kecepatan yang tidak sama pada penampang saluran, mengakibatkan tinggi kecepatan
untuk aliran saluran terbuka lebih besar dari nilai yang dihitung berdasarkan formula V 2/2g , dimana
V adalah kecepatan rata-rata.

• Untuk mendapatkan tinggi kecepatan sesungguhnya formula diatas dikalikan dengan koefisien
energi (energi coefficient) atau koefisien koriolis, (Coriolis) sebagai 

V2

2g
• Berdasarkan percobaan bahwa nilai berkisar antara 1,03 sampai 1,36 untuk saluran lurus
prismatik lurus. 

• Distribusi kecepatan yang tidak sama juga berpengaruh pada perhitungan momentum dalam aliran
saluran terbuka. Momentum aliran yg melewati penampang saluran dinyatakan dengan

QV / g
dimana adalah koefisien momentum (momentum coefficient) atau Koefisien Boussinesq, berat
isi air. Nilainya berkisar 1,01 sampai 1,12.

 
• Untuk keperluan praktis, Kolupalla menyarankan nilai-nilai koefisien distribusi kecepatan
seperti pada Tabel 1 dibawah.

Tabel 1 – Nilai2 koefisien kecepatan


1.2 Penentuan Koefisien Distribusi Kecepatan

 Luas suatu elemen luas = A, Luas keseluruhan


penampang aliran = A, berat jenis air = 
 Berat air yang melalui A per satuan waktu = .
A.v , dimana v = kecepatan aliran yang melalui
A.
 Energi kinetik aliran yang melalui A per satuan
waktu = (. A.v) (v2/ 2g)
 Energi kinetik aliran yang melalui penampang A
per satuan waktu =  (. A.v3/ 2g)
 Energi kinetik aliran yang melalui penampang A
adalah V3A / 2g, dimana V = kecepatan aliran
rata-rata yang melalui penampang A.
 (V3A / 2g ) =  (. A.v3/ 2g), dimana ruas kiri
adalah perhitungan berdasarkan kecepatan aliran
rata-rata dan luas total penampang, dan ruas
kanan adalah berdasarkan penjumlahan E.K
untuk elemen luas A dan kecepatan v, sehingga:
  =  (v3.A) / (V3A)
1.3 Penentuan Koefisien Momentum

 Disebut juga sebagai koefisien Boussinesq


 Karena distribusi kecepatan yang tidak seragam,
maka momentum pada aliran saluran terbuka
pada umumnya akan > dari QV, dimana  =
massa jenis air, Q = debit aliran dan V = rata-rata
kecepatan aliran pada suatu penampang.
 Momentum aliran yang sebenarnya = QV.
 Harga  berkisar antara 1,01 – 1,12 untuk saluran
prismatis yang lurus.
 Momentum aliran air yang melalui suatu elemen
luas A per satuan waktu adalah hasil perkalian
dari massa (v A/g) dan kecepatan (v), atau
.A.v2/g.
 Momentum keseluruhan =  (. A.v2/g).
 Momentum berdasarkan kecepatan rata-rata =
..AV2/g
 Sehingga  =  (A.v2) / AV2
• LATIHAN
• Soal 1
• Dari pengukuran aliran dalam suatu saluran, besarannya ditunjukkan pada Gambar 3.2 berikan
dalam bentuk kecepatan dan luas dari bagian2 penampang. Tentukan koefisien distribusi
kecepatan dan momentum.

A m2
V m/s

Gambar 3.2 – Pengukuran aliran


A m2
V m/s

  =  (v3.A) / (V3A)

  =  (A.v2) / AV2
2. Tinggi Energi Aliran

• Jumlah energi pada aliran yang melalui penampang saluran dinyatakan dengan jumlah tinggi
air dalam meter, sama dengan jumlah ketinggian air dari bidang persamaan/datum, tinggi
tekanan, dan tinggi kecepatan.

Gambar 3.1 – Energi dalam aliran


Kekekalan Energi
• Misalkan pada bidang persamaan, jumlah tinggi H pada penampang 0 di titik A pada aliran di saluran
dengan kemiringan besar dinyatakan dengan persamaan

V A2 atau VA2
H  zA  yA  H  zA  yA  
2g 2g A
dimana:
zA = tinggi titik A di atas bidang persamaan
dA = kedalaman titik A dari muka air
θ = sudut kemiringan dasar saluran.

V A2
= tinggi kecepatan aliran melalui titik A
2g
 = faktor koreksi untuk aliran berubah beraturan (gradually varied
flow)

• Garis yang menyatakan ketinggian dari jumlah tinggi aliran disebut garis energi. Kemiringan garis, S f
disebut gradien energi (energy gradient). Sementara kemiringan permukaan ditandai dengan S w dan
kemiringan dasar saluran, S0 . Pada aliran seragam , Sf = Sw = S0 = sin θ
• Berdasarkan hukum kekekalan energi, jumlah energi pada penampang 1 di hulu sama dengan
jumlah tinggi energi pada penampang 2 di hilir ditambah energi dalam (internal), h f atau

V12 V22
z1  y1  1  z 2  y2   2  hf
2g 2g

• Persamaan diatas dikenal dengan


• persamaan energi (energi equation). Jika 1 = 2 = 1 dan hf = 0, persamaan menjadi

V12 V22 ,
z1  y1   z 2  y2   tetap
2g 2g
yang merupakan persamaan energi dari bernoulli.
• Soal 2
• Tentukan debit per unit lebar diatas puncak bendung dalam saluran persegi seperti pada
Gambar 3.3. Abaikan kehilangan energi dan 1 = 2 = 1 .

m m

Gambar 3.3 – Penerapan prinsip energi diatas puncak


bendung
m m

m
1. Persamaan Momentum
• Momentum semestinya tidak diabaikan dalam suatu sistem hidrolika. Bilamana suatu perubahan terjadi dalam
momentum, maka momentum dikonversikan kedalam gaya impulse
• (1)
• Berdasarkan hukum Newton kedua m dari  F  , resultan
Vgerakan t gaya luar yang bekerja pada suatu benda dalam arah
tertentu adalah sama dengan besaran perubahan momentum dari benda dalam arah tersebut. Besaran momentum
ditentukan sebagai perkalian besaran massa aliran (ρQ) dan kecepatannya (V). Pada Gambar 1.1 dibawah.

perubahan besaran momentum = resultan gaya antara kedua


antara penampang 1 dan 2 penampang
(2)

dimana:
QP , 2PV2= resultan
1 2
1V1 gaya
 Ppada
1  penampang
P2  W sin  2 F f
1 dan
W = berat air antara penampang 1 dan 2 =
Ff = gaya geser yg bekerja sepanjang permukaan antara air dan
saluran
W  AL
Gambar 1.1 – Penerapan dalil momentum
• Persamaan (2) adalah persamaan momentum. Suku Ff mengukur gaya yang dialami oleh air pada dinding saluran. Gaya ini
tidak dikaitkan dengan kehilangan internal. Dalam banyak aplikasi, Ff diabaikan.

Untuk tegangan geser saluran : (3)

Untuk saluran trapesium :


F f  RS 0
-dasar (4a)

- dinding (4b)

F  yS
f0 0
• Persamaan momentum menghitung semua gaya dalam suatu sistem hidrolika. Sistem ini bebas dari persamaan energi karena
energi adalah kuantitas skalar, dimana momentum adalah suatu kuantitas vektor. Dalam permasalahan tertentu, kedua-
duanya mengarah kepada hasil yang sama.
• F  0,76yS
Dalam permasalahan tertentu hanya salah satu dapat digunakan dengan mudah. Persamaan energi lebih mudah digunakan
fs 0
dan mempunyai aplikasi yang lebih luas. Bagaimanapun, dalam permasalahan2 yang melibatkan kehilangan energi yang
tidak diketahui seperti loncatan hidrolika, persamaan momentum memiliki aplikasi langsung,
Q  2V2  1V1   P1  P2  W sin   F f

m
m

• Soal 2
•Tentukan debit per unit lebar diatas puncak bendung dalam
Gambar 1.1 – Gaya tekanan yang bekerja
saluran persegi seperti pada Gambar 3.3. Abaikan kehilangan
energi dan koef momentum =1
Solusi:
• Gambarkan gaya-gaya tekanan yang bekerja

1. Tinjau dasar horizontal, komponen berat dalam arah aliran adlah nol.
2. Gaya-gaya tekanan yang bekerja adalah:
a. Tekanan hulu pada penampang 1.

1 1
P1  by12   110
2

2 2

b. Tekanan pada penampang 2.

1 1
P2  by22   1 3
2

2 2
1
P3  h  y1  h   y1 
c. Tekanan air diatas bendung pada penampang 2. 2
1
   4  10  4  10
2
 32
3. Terapkan persamaan momentum antara penampang 1 dan 2.

 1 1
qV2 V1   100    9   32
g 2 2

4. Dari persamaan kontinuitas,


Q  2V2  1V1   P1  P2  W sin   F f
q q
q  A1V1 V1  

110 10
dan 22.8

q  A2V2  q q
V2  
1 3 3

5. Substitusi persamaan langkah 4 ke dalam persamaan langkah 3

1 2 1 1 
q     13,5
g  3 10 
Mg 9 Aliran pada Saluran
Karakteristik aliran
Terbuka 1 Karakteristik hidraulik saluran

Distribusi kecepatan
Mg 10 Aliran pada Saluran
Distribusi tekanan
Terbuka 2 Tinggi energi aliran

Persamaan momentum
Mg 11 Aliran pada Saluran
Hukum Newton II
Terbuka 3 Persamaan Bernaully

Energi dan gaya khas


Mg 12 Aliran pada Saluran
Aliran kritis
Terbuka 4 Bilangan Froude

Mg 13 Aliran pada Saluran


Aliran seragam
Terbuka 5 Metode Manning, Chezy, dan Strickler
Gaya seret
Mg 14 Aliran pada Saluran
Kecepatan ijin
Terbuka 6

Mg 15 Aliran pada Saluran


Terbuka 7 Aliran berubah lambat laun dan cepat

Mg 16 UAS

Anda mungkin juga menyukai