Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MEKANIKA TANAH I

Diajukan untuk memenuhi tugas


Praktikum Mekanika Tanah I

Dosen : Ingrid Multi Rezeki, ST., MT.

DISUSUN OLEH:

ALDILLA FIYANDI (116130075)


GANJIL
IID

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alami, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam.
Atas segala karunia nikmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Rembesan Struktur Bendungan
(A.casagrande)” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Mekanika Tanag 1 yang diampuh oleh Dosen Ingrid Multi Rezeki, ST., MT.

Makalah ini berisi tentang rembesan struktur bendungan dan menghitung dengan cara
a.casagrande . Dalam penyusunannya melibatkan berbagai pihak. Oleh sebab itu saya
mengucapkan banyak terima kasih atas segala kontribusinya dalam membantu
penyusunan makalah ini.

Meski telah disusun secara, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan
saran yang maksimal membangun dari pembaca sekalian..

Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat
dari karya ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Erosi internal dan piping pada main dam merupakan penyebab kegagalan
bendungan kedua setelah aliran yang melewati puncak bendungan. Volume rembesan
yang terlalu besar mengakibatkan pengoperasian bendungan menjadi terganggu.
Dalam perencanaan bendungan tentu diperhitungkan keamanan bendungan terhadap
rembesan air yang mengalir melalui celah-celah diantara butir tanah pembentuk tubuh
bendungan. Untuk mengetahui bagaimana aliran air itu terjadi, maka perlu kajian
mengenai garis freatis atau garis depresi (seepage line formation) dalam tubuh tanah
timbunan. Kajian ini melihat dari tiap-tiap ketinggian muka air serta kapasitas debit
yang mengalir melalui tubuh timbunan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah-masalah pokok


dari penyebab kegagalan bendungan dapat diidentifikasi bahwasanya volume
rembesan yang terlalu besar mengakibatkan pengoperasian bendungan menjadi
terganggu.

1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana menghitung panjang zona dengan menggunakan metode


casagrande?
2. Bagaimana menghitung debit rembesan dengan menggunakan metode
casagrande?
3. Bagaimana cara mengetahui garis rembesan dengan menggunakan
metode casa grande?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. LANDASAN TEORI

Hukum Dracy dapat digunakan untuk menghitung dabit rembesan yang


melalui struktur bendungan. Dalam perencanaan sebuah bendungan, perlu
diperhatikan stabilitasnya terhadap bahaya longsoran, erosi lereng dan
kehilangan air akibat rembesan yang melalui tubuh bendungan.

Darcy (1956), mengusulkan hubungan antara kecepatan dan gradient


hidrolik sebagai berikut :

v = ki

Dengan :

v = Kecepatan air (cm/det)

i = Gradien hidrolik

k = Koefisien permeabilitas (cm/det)

Debit rembesan (q)dinyatakan dalam persamaan :

q = kiA

Koefisien permeabilitas (k) mempunyai satuan yang sama dengan


kecepatan cm/det atau mm/det. Yaitu menunjukkan ukuran tahanan tanah
terhadap air, bila pengaruh sifat-sifatya dimasukkan, Maka :

k wg
k (cm/det) =

Dengan :

K = koefisien absolute (cm 2 ), tergantung dari sifat butiran tanah

 w = Rapat massa air (g/cm 3 )

 = koefisien kekentalan air (g/cm.det)

g = percepatan gravitasi ( cm/det 2 )

Berikut ini merupakan beberapa metoode untuk mengetahui debit rembesan :

 Metode Dupuit
 Metode Schaffernak
 Metode Casagrande

2.2. Metode Casagrande


A.Casagrande (1937)mengusulkan cara untuk menghitung rembesan
lewat tubuh bendungan yang di dasarkan pada pengujian model.parabola AB (
gambar 3.44a ) berawal dari titik A’ seperti yang diperlihatkan dalam
Gambar 3.44a, dengan A’A = 0,3(AD). Pada medifikasi ini,nilai d yang
digunakan dalam Persamaan (3.125) akan merupakan jarak horizontal antara
titik E dan C.

Persamaan (3.126) diperoleh berdasarkan anggapan cara Dupuit


dimana gradien hidrolik (i) sama dengan dz/dx. A. Casagrande (1932)
menyarankan hubungan secara pendekatan yang didasarkan pada kondisi
kenyataannya. Dalam kenyataan (gambar 3.44b),

𝑑𝑧
i= ( 3.127)
𝑑𝑠
Untuk kemiringan lereng hilir α yang lebih besar dari 30, deviasi
dari anggapan Dupuit menjadi kenyataan. Didasarkan pada persamaan
(3.127), debit rembesan: q=kiA. Pada segitiga BCF Gambar 3.44b,

𝑑𝑧
i= ̅̅̅̅ x 1 = a sin α
= α ; A = 𝐵𝐹
𝑑𝑠

Maka

𝑑𝑧
q= k z ka 𝑠𝑖𝑛2 α
𝑑𝑠

atau

𝐻 𝑠
∫𝑎 sin α 𝑧.dz = ∫𝑎 𝑎 𝑠𝑖𝑛2 α.ds

Dimana s adalah panjang dari kurva A’BC


Penyelesaian dari persamaan (3.128) akan menghasilkan

2
𝑎2 - 2as + 𝑠𝑖𝑛
𝐻
2α (3.129)

Diperoleh;


𝔞 = 𝑠 − √(𝑠² − sin² α ) (3.130)

Dengan kesalahan sebesar kira-kira 4-5%, s dapat dianggap merupakan


garis lurus A’C. Maka,

𝑠 = √(𝑑2 + 𝐻 2 ) (3.131)
Kombinasi Persamaan (3.130) dan (3.131), diperoleh:

a = √(𝑑 2 + 𝐻 2 ) − √(𝑑 2 − 𝐻 2 𝑐𝑡𝑔²𝛼 (3.132)

Besarnya debit rembesan, dapat ditentukan dengan persamaan:

𝑞 = 𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑛 2 α (3.133)

Dalam penggunaan Persamaan (3.132), Taylor (1948) memberikan


penyelesaian dalam bentuk grafik, seperti yang diperlihatkan pada

Gambar 3.45.

Gambar 3.45 Grafik untuk hitungan rembesan ( Taylor, 1948 )

Prosedur untuk mendapatkan debit rembesan, adalah sebagai berikut :

1. Tentukan nilai banding d/H


2. Dengan nilai pada butir (1) dan α, tentukan nilai 𝓂
3. Hitunglah panjang 𝑎 = 𝓂H/sin α
4. Hitunglah debit rembesan, dengan 𝑞 = 𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑛 2 α

2.3. KETERBATASAN METODE CASAGRANDE

Batas cair tanah adalah kadar air minimum dimana sifat suatu jenis tanah
berubah dari keadaan cair menjadi plastis, batas tanah berbutir halus dapat ditentukan
dengan pengujian Casagrande dan kerucut penetrasi (Cone Penetration).

A. Metode Casagrande

Bagian utama alat ini terdiri dari cawan (bowl) dan bantalan karet yang keras (rubber
base). secara Skematik metode casagrande dapat dilihat pada gambar berikut :

Untuk melakukan uji batas cair, sejumlah pasta tanah (tanah yang dicampur rata
dengan air sampai homogen) ditempatkan ke dalam cawan. selanjutnya, pasta tanah
yangtelah diratakan dibagi menjadi dua bagian terbentuk celah antara dua bagian
dengan meggunakan alat pembuat alur (grooving tool) yang standar. dengan
menggunakan tangkai pemutar, cawan akan terangkat setinggi 10 mm dan jatuh
dengan 2 putaran perdetik. jumlah pukulan yang menyebabkan tertutupnya celah
sepanjang 12.7 mm (0.5 in) dicatat dan contoh tanah diambil guna diuji kadar airnya.
Kadar air yang diperlukan untuk menutup celah sepanjang 12.7 mm pada 25 kali
pukulan didefinisikan sebagai batas cair.

Dalam praktek, cukup sulit mengatur agar celah dapat tertutup pada 25 kali
pukulan hanya dengan satu kali pengujian. oleh karena itu, diperlukan tiga sampai
empat kali data lagi dengan kondisi kadar air yang berbeda-beda dengan jumlah
pukulan antara 15-35. Hubungan antara kadar air dan julah pukulan ini selanjutnya
digambarkan dalam grafik semi logaritma, Dari pasangan data tersebut ditarik suatu
hubungan linear yang terbaik yang disebut flow curve. Kadar air pada jumlah pukulan
25 yang dihasilkan dari flow curve ini selanjutnya ditetapkan sebagai batas cair tanah.

Penentuan batas cair dengan metode casagrande memiliki banyak kelemahan


sebagimana dinyatakan sendiri dalam Casagrande (1958). Sherwood dan riley (1970)
setidaknya mengidentifikasi keterbatasan metode tersebut:

Pada beberapa jenis tanah, terutama yang sedikit mengandung pasir halus,
terdapat kesulitan dalam membuat alur yang membagi dua bagian pasta tanah

Bila tanah yang memiliki plastisitas rendah tidak menuttup celah secara plastis,
namun cenderung runtuh dan menjadi cair (liquefy) karena getaran dalam cawan
sebagai akibat dari gaya dinamis

Sangat dipengaruhi oleh kemampuan orang yang melakukan terutama untuk


memastikan apakah celah telah tertutup atau belum.

2.4. CONTOH SOAL

Tampang melintang sebuah bendungan diperlihatkan pada Gambar


C3.21. Hitung debit rembesan yang lewat tubuh bendungan dalam m³/hari,
dengan menggunakan metode Casagrande :

Penyelesaian :
 Casagrande

d = 136.5 m;H = 35m ; d/H = 3.9; a = 26.57

dri gambar c3.21 : m =0.33

𝑚𝐻 0.33𝑥35
a =sin 𝑎 = sin 26.57 = 25.82

q = ka sin²a = 1.2 x 10-4 x 10-2 x 3600 x 24 x 25.82 x sin226.57 = 0.52 m3/hari

DAFTAR PUSTAKA
Surendro,B . (2015) . Mekanika Tanah . Yogyakarta : CV Andi Offset

Soedarmo,I . (1993) . Mekanika Taanah 1 . Malang : KANISiUS

Hardiyatmo,Hary Shristandy.(2017). “Mekanika Tanah : soal dan penyelesaian”.

Yogyakarta;Gajah Mada University Press.

https://el-sering.blogspot.co.id/2016/01/batas-cair.html

Anda mungkin juga menyukai