Anda di halaman 1dari 37

MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

3 DINAMIKA FLUIDA
Perilaku dan konsep fluida dalam keadaan diam (statika fluida) telah dibahas
sebelumnya, sedang pada topik ini akan dijelaskan mengenai perilaku fluida
yang mengalir atau bergerak (dinamika fluida). Pembahasan tentang aliran
fluida cukup rumit dan tidak selalu dapat mengikuti analisis matematis yang
pasti. Partikel-partikel fluida yang mengalir biasa bergerak pada kecepatan
yang berbeda dan dapat mengalami percepatan yang berbeda pula. Ada tiga
hukum atau konsep penting sebagai dasar dalam memahami aliran fluida,
yaitu: hukum kekekalan massa, hukum kekekalan energi dan prinsip
momentum.

3-1 Hukum Kekekalan Massa


Bila zat cair (incompressible) mengalir secara kontinyu melalui pipa atau
saluran, dengan penampang aliran konstan ataupun tidak konstan, maka
volume zat cair yang mengalir tiap satuan waktu adalah sama di semua
penampang. Pada kondisi tersebut berlaku hukum kontinuitas yang pada
dasarnya berasal dari hukum kekekalan massa. Hukum kekekalan massa
yaitu jumlah massa yang masuk suatu sistem per satuan waktu sama dengan
jumlah massa yang keluar sistem per satuan waktu, selama tidak ada
kehilangan atau kerugian. Jumlah massa per satuan waktu disebut laju aliran
massa ṁ (kg/s), dan ditulis dalam bentuk persamaan:

ṁ =  v A, atau ṁ =  Q, (3-1)

dengan: Q = v A (m3/s), atau Q = V/t, (3-2)

 = massa jenis fluida (kg/m3),


v = kecepatan aliran (m/s),
A = luas penampung saluran (m2),
Q = kapasitas atau debit aliran (m3/s atau lt/s),
V = volume fluida yang mengalir (m3 atau liter),
T = waktu (detik = s).

Luas penampang saluran (pipa) A  d 2 (m2),
4
dengan d : diameter saluran (m)

26
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Gambar 3-1 Tabung Aliran yang Dibatasi oleh Garis Arus (Streamline)

Pada Gambar 3-1 diperlihatkan suatu tabung aliran yang dapat digunakan
untuk menurunkan persamaan kontinuitas, dan menurut hukum kekekalan
massa bahwa ṁ1 = ṁ2, sehingga:

1 v1 A1 = 2 v2 A2, (3-3)

persamaan ini sering disebut persamaan kontinuitas.


Untuk fluida incompressible, dengan massa jenis dianggap konstan (1 = 2),
maka persamaan kontinuitas dapat ditulis dalam bentuk:

v1 A1 = v2 A2 atau (3-4)

Q1 = Q2 (debit aliran Q disebut juga sebagai laju aliran volume,


dengan satuan m3/s atau lt/s).
Menurut hukum kontinuitas bahwa ketika suatu fluida (air) mengalir dalam
sebuah pipa (saluran), maka debit atau kapasitas aliran (laju aliran volume)
nilainya akan sama sepanjang pipa walaupun terjadi perubahan diameter
(pengecilan atau pembesaran). Jika terjadi perubahan penampang atau
diameter pipa, maka nilai kecepatan aliran akan berbeda. Fluida yang
mengalir pada diameter lebih kecil akan mengalami kecepatan yang lebih
besar daripada diameter lebih besar.

Contoh soal 3-1


Air mengalir dalam pipa yang berdiameter d1 = 2 inci (1 inci = 2,54 cm),
selanjutnya ukuran pipa mengecil d2 = 1 inci. Jika kecepatan aliran air pada
pipa yang lebih besar v1 = 1 m/s, hitunglah: (a) berapa kecepatan dan
kapasitas aliran air pada pipa yang lebih kecil v2 (m/s), (b) berapa waktu yang
dibutuhkan jika air ditampung pada tangki dengan volume V = 500 liter.

27
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Jawaban


debit aliran Q1 = Q2 atau v1 A1 = v2 A2 dan A  d2
4
2 2
A1 d 2
(a) v2  v1  v1 1
2
atau v2  1  4 m/s, dan
A2 d 2 12
3,14
Q1  Q2  v2 d22  4
( 0,0254 )2
4 4
= 0,002026 m3/s = 2,026 lt/s
V V 500
(b) Q  atau t    242,718 s = 4,045 menit
t Q2 2,026

Contoh soal 3-2


Air mengalir melalui pipa 1 yang berdiameter 5 cm (2 inci), kemudian pipa
itu bercabang dua yaitu pipa 2 dan 3 dengan diameter pipa 2 adalah 3,8 cm
(1,5 inci). Kecepatan aliran pada pipa 1 (v1 = 2 m/s) dan pada pipa 2 (v3 = 1
m/s). Jika debit aliran Q2 = 0,5 Q3 hitunglah: (a) kapasitas atau debit aliran
pada pipa 1, 2 dan 3 (Q1, Q2, Q3 dalam lt/s), (b) kecepatan aliran pada pipa 2
(v2 dalam m/s), (c) diameter pipa 3 (d3 dalam cm).

Jawaban

Q1 = Q2 + Q3 = 0,5 Q3 + Q3 = 1,5 Q3
 3,14
(a) Q1  v1 d12  2 ( 0,05 )2  0,003925 m3/s = 3,925 lt/s
4 4
Q 3,925
Q1  1,5Q3 atau Q3  1   2,617 lt/s, dan
1,5 1,5
Q2  0,5Q 3 = 1,308 lt/s
Q2 1,308.103 3,14
(b) v2   2
 1,15 cm, dengan = 0785
A2 0, 785( 0, 038 ) 4
 4Q3 4( 2, 617.103 )
(c) Q3  v3 d32 atau d32    3,334.103 ,
4  v3 3,14( 1 )
dan d 3 = 5,8 cm

28
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

3-2 Hukum Kekekalan Energi


Persamaan energi dihasilkan dari penerapan prinsip atau hukum kekekalan
energi untuk suatu aliran fluida. Energi yang dimiliki oleh suatu fluida yang
bergerak (mengalir) terdiri dari energi dalam dan energi karena ketinggian,
kecepatan dan tekanan. Pada zat cair yang diam (hydrostatic), gaya-gaya
yang bekerja dapat dihitung dengan mudah, karena dalam hidrostatika hanya
bekerja gaya tekanan yang sederhana. Pada zat cair yang mengalir
(hydrodynamic), permasalahan menjadi lebih rumit dan kompleks. Faktor-
faktor yang diperhitungkan tidak hanya kecepatan dan arah partikel, tetapi
juga pengaruh kekentalan (viscosity) yang menyebabkan gaya geser antara
partikel-partikel zat cair dan juga antara zat cair dan dinding batas. Gerak zat
cair tidak mudah diformulasikan secara matematik, sehingga diperlukan
anggapan dan percobaan-percobaan untuk mendukung penyelesaian secara
teoritis. Persamaan energi yang menggambarkan gerak partikel diturunkan
dari persamaan gerak. Persamaan energi ini merupakan salah satu persamaan
dasar untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam hidrolika. Persamaan
energi dapat ditunjukkan oleh persamaan Euler dan persamaan Bernoulli.

3-2-1 Persamaan Euler


Pada Gambar 3-2 menunjukkan elemen berbentuk silinder dari suatu tabung
arus yang bergerak sepanjang garis arus dengan kecepatan dan percepatan di
suatu titik dan waktu tertentu adalah v dan a. Panjang, tampang lintang, dan
rapat massa elemen tersebut adalah ds, dA, dan ρ sehingga berat elemen
satuan adalah ds dA ρ g. Oleh karena tidak ada gesekan maka gaya-gaya yang
bekerja hanya gaya tekanan pada ujung elemen dan gaya berat. Hasil kali dari
massa elemen dan percepatan harus sama dengan gaya-gaya yang bekerja
pada elemen tersebut.
dA
ds

dz

P dA

 ds dA
Gambar 3-2 Elemen Zat Cair Bergerak Sepanjang Garis Arus

Hukum Newton II, gaya F = m a (3-5)


Dengan memperhitungkan gaya-gaya yang bekerja pada elemen, maka
hukum Newton II untuk gerak partikel disepanjang garis arus menjadi:
29
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

P
– ρg ds dA cos α+ P dA – (P + ds) dA = ρ ds dA a (3-6)
s
Persamaan di atas dibagi dengan ds dA menjadi:
P
– ρg cos α – ds = ρ a (3-7)
s
z
dengan: cos α = (3-8)
s
Selanjutnya, substitusi persamaan (3-7) dan (3-5) untuk percepatan ke dalam
persamaan (3-6) di atas, maka akan di dapat:
z P  v v 
– ρg – =  v  atau
s s  t s 
z 1 P v v
g + +v + =0 (3-9)
s  s s t
Untuk aliran steady, diferensial terhadap waktu adalah nol, sehingga:
z 1 P v
g + +v =0 (3-10)
s  s s
Oleh karena variabel-variabel dari persamaan di atas adalah hanya tergantung
pada jarak s, maka diferensial parsial dapat di ganti oleh diferensial total:
dz 1 dP dv
g + +v =0
ds  ds ds
Apabila masing-masing suku dikalikan dengan ds, maka akan diperoleh:
dP
g dz + + v dv = 0 (3-11)

Persamaan (3-11) dikenal dengan persamaan Euler untuk aliran steady
(steady flow) satu dimensi untuk zat cair ideal.

3-2-2 Persamaan Bernoulli (1)


Apabila kedua ruas dari persamaan (3-11) di bagi dengan g dan kemudian
diintegralkan maka akan diperoleh persamaan Bernoulli yang dapat
dituliskan sebagai berikut:
P v2
z+ + =C (3-12)
 2g
P v2
dengan: z = elevasi (tinggi tempat), = tinggi tekanan, dan = tinggi
 2g

30
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

kecepatan.
Konstanta integral C adalah tinggi energi total, yang merupakan jumlah dari
tinggi tempat, tinggi tekanan, dan tinggi kecepatan, yang berbeda dari garis
arus yang satu ke garis arus yang lain. Oleh karena itu persamaan tersebut
hanya berlaku untuk titik-titik pada suatu garis arus. Persamaan (3-12)
dikenal dengan persamaan Bernoulli pada aliran steady (steady flow) satu
dimensi untuk zat cair ideal dan tak mampu mampat. Persamaan tersebut
merupakan bentuk matematis dari kekekalan energi di dalam zat cair.
Persamaan Bernoulli dapat digunakan untuk menentukan garis tekanan dan
tenaga (Gambar 3-3).

Gambar 3-3 Garis Tenaga dan Tekanan pada Zat Cair

Garis tenaga dapat ditunjukkan oleh elevasi muka air pada tabung pitot yang
besarnya sama dengan tinggi total dari konstanta Bernoulli. Sedang garis
tekanan dapat ditunjukkan oleh elevasi muka air di dalam tabung vertikal
yang disambung pada tepi pipa.
P v2
H=z+ + (3-13)
 2g
Pada aliran zat cair ideal, garis tenaga mempunyai tinggi tetap yang
menunjukkan jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan, dan tinggi kecepatan.
Garis tekanan menunjukkan jumlah dari tinggi elevasi dan tinggi tekanan (z +
P/γ) yang bisa naik atau turun pada arah aliran dan tergantung pada luas
tampang aliran. Pada titik A dimana tampang aliran lebih kecil dari titik B
akan menyebabkan tinggi kecepatan di A lebih besar daripada di B,
mengingat vA lebih besar dari vB. Akibatnya tinggi tekanan di titik A lebih
kecil dari B, karena diameter sepanjang pipa tidak seragam maka pada
(Gambar 3-3) garis tekanan berupa garis lengkung.
Tinggi tekanan di titik A dan B yaitu hA= PA/ γ dan hB =PB/ γ adalah

31
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

tinggi kolom zat cair yang beratnya tiap satuan luas memberikan tekanan
sebesar PA = γhA dan PB = γhB. Oleh karena itu tekanan P yang ada pada
persamaan Bernoulli biasa disebut dengan tekanan statis.
Aplikasi persamaan Bernoulli untuk kedua titik di dalam medan aliran akan
memberikan:
PA vA2 PB vB 2
zA + + = zB + + (3-14)
 2g  2g
Persamaan (3-14) menunjukkan bahwa jumlah tinggi elevasi, tinggi tekanan
dan tinggi kecepatan di kedua titik adalah sama. Sehingga garis tenaga pada
aliran zat cair ideal adalah konstan.

3-2-3 Persamaan Bernoulli (2)


Persamaan Bernoulli merupakan sebuah hubungan fundamental dalam ilmu
mekanika fluida yang dapat diturunkan berdasarkan persamaan gerak Euler
(telah dijelaskan pada halaman sebelumnya) atau berdasarkan prinsip
(teorema) kerja-energi. Teorema kerja-energi menyatakan bahwa kerja yang
dilakukan oleh gaya resultan yang beraksi pada sebuah sistem adalah sama
dengan perubahan energi kinetik dari sistem tersebut.
Tinjau aliran dalam suatu pipa (saluran) dengan beda ketinggian y2 –
y1 (lihat gambar berikut).

Gambar 3-4 Zat Cair dalam Pipa Bergerak Karena Perbedaan Tekanan.

Dari Gambar 3-4, dapat diturunkan beberapa persamaan yaitu:


 Perubahan massa m =  V, dengan V perubahan volume, dan
 massa jenis fluida.
 Perubahan energi potensial Ep = m g y2 – m g y1

32
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

=  V g (y2 – y1)
 Perubahan energi kinetik Ek = 1/2 m v22 – 1/2 m v12
= 1/2  V (v22 – v12)
Fluida yang mengikuti massa fluida m dalam pipa (pada titik 1)
memberikan gaya kekanan sebesar F1 = P1 A1 dengan kerja W1 = F1 x1 = P1
A1 x1 = P1V. Pada saat yang sama, fluida yang mendahului kekanan (pada
titik 2), memberikan gaya kekiri sebesar F2 = P2 A2. Gaya ini melakukan
kerja negatif karena berlawanan arah terhadap gerakan aliran, sehingga :
W2 = - F2 x2 = - P2 A2 x2 = - P2V (3-15)
Jadi kerja total yang dilkukan gaya-gaya tersebut adalah :
Wt = P1 V – P2 V = (P1 – P2) V (3-16)
Menurut hukum kerja energi, dapat ditulis bahwa :
Wt = Ep + Ek, sehingga:
(P1 – P2) V =  V g (y2 – y1) + 1/2  V (v22 – v12) atau
P1 +  g y1 + 1/2  v12 = P2 +  g y2 + 1/2  v22, (3-17)
persamaan ini dikenal sebagai persamaan Bernoulli dan ditulis dalam bentuk:
P +  g y + 1/2  v2 = konstan, atau (3-17a)
P/ + y + v /2g = konstan,
2
(3-17b)
dengan: P adalah tekanan (N/m2 atau pascal = Pa), v = kecepatan aliran (m/s),
y = ketinggian (m),  = berat jenis fluida (N/m3) atau  =  g, dan  = massa
jenis fluida (kg/m3), g = percepatan gravitasi (m/s2 )

3-2-4 Kehilangan Energi


Pada fluida nyata (riil) aliran yang terjadi akan mengalami gesekan antara
fluida dengan dinding pipa, sehingga akan terjadi kehilangan energi.
Kehilangan energi dapat dibedakan atas:
a. Kehilangan energi primer (hf) adalah kehilangan energi karena gesekan
dengan dinding batas pipa dan sering disebut kerugian mayor.
b. Kehilangan energi sekunder (hk) adalah kehilangan energi karena
perubahan penampang saluran (tampang lintang aliran) dan sering disebut
kerugian minor.
Pada pipa yang sangat panjang kehilangan energi primer jauh lebih besar dari
pada kehilangan energi sekunder, sehingga kehilangan energi sekunder
diabaikan. Jadi persamaan Bernoulli untuk fluida nyata dapat dituliskan
sebagai berikut:

P1 v12 P2 v2 2
z1 + + =z +
 2g 2  2g
+ +  h +  hk
f (3-18)

Besarnya kehilangan energi primer akibat gesekan pada pipa dapat

33
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

ditentukan sebagai berikut:


L v2 2
hf = f (3-19)
D 2g
0,0005
f = 0,02 + (3-20)
D
dengan: D = diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m)
v = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
f = koefesien kehilangan energi gesekan

Kehilangan energi sekunder dapat diakibatkan karena adanya


perubahan penampang pipa, belokan pipa, katup, dan lain-lain. Besarnya
kehilangan energi sekunder dirumuskan sebagai berikut:
v2 2
hk = k (3-21)
2g
dengan : v = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
k = koefesien kehilangan energi sekunder
Besarnya nilai k untuk kehilangan energi sekunder (koefisien kerugian akibat
perubahan penampang) tergantung oleh jenis penyebab kehilangan energinya.

Tabel 3-1 Koefesien Kehilangan Energi Akibat Perubahan Penampang (k1)


(D1/D2)2 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
k1 0,5 0,48 0,45 0,41 0,36 0,29 0,21 0,13 0,07 0,01 0,0

Tabel 3-2 Koefesien Kehilangan Energi Akibat Belokan (k2)


Sudut (..o) 5 10 15 22,5 30 45 60 90
k2 Halus 0,016 0,034 0,042 0,066 0,130 0,236 0,471 1,129
Kasar 0,024 0,044 0,062 0,154 0,165 0,320 0,684 1,265

Contoh soal 3-1

Suatu pipa dengan penampang yang mengecil dari diameter d1 = 0,3 m


(tampang 1) menjadi d2 = 0,1 m (tampang 2). Selisih tampang 1 dan 2 adalah
z dengan posisi seperti terlihat pada gambar berikut.

34
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Pipa mengalirkan air dengan debit aliran 50 lt/s. Tekanan pada tampang 1
adalah 2 kg/cm2, dan tekanan pada tampang 2 tidak boleh lebih kecil dari 1
kg/cm2. Apabila kehilangan energi dapat diabaikan dan percepatan gravitasi g
= 9,81 m/s2, hitunglah nilai beda ketinggian antara tampang 1 dan 2 (z).

Jawaban

d1 = 0,3 m
d2 = 0,1 m
Q = 50 lt/s = 0,05 m3/s
Q 0,05
v1 = =  = 0,707 m/s
A1 (0,3) 2

4
Q 0 ,05
A2   0 ,12
v2 = = = 6,366 m/s
4
Tekanan dan tinggi tekan :
P1 20
P1 = 2 kg/cm2 = 20 ton/m2, = = 20 m
 1
P2 10
P2 = 1 kg/cm2 =10 ton/m2, = = 10 m ,
 1
dengan: berat jenis air  = 1000 kgf/m3 = 1 ton/m3
Dengan mengambil garis melalui tampang 1 sebagai datum (referensi), maka
persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai berikut :

35
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

P1 v12 P2 v2 2
z1 + + =z + +
 2g 2  2g
0,707 2 6,366 2
0 + 20 + = z + 10 + , diperoleh z = 7,96 m
2g 2g
Jadi nilai beda ketinggin z adalah 7, 96 meter.

Contoh soal 3-2

Air mengalir melalui pipa yang berdiameter 10 cm sepanjang 100 m dari


titik A menuju ke titik B. Jika koefesien gesekan f = 0,015 dan perbedaan
tekanan di A dan B adalah 1 kg/cm2, hitunglah besarnya debit atau kapasitas
aliran dalam liter/s.

Jawaban

Koefesien gesekan f = 0,015

2
Perbedaan tekanan antara A dan B adalah ΔP = 1 kg/cm = 10.000 kg/m2,
dan persamaan Bernoulli antara titik A (1) dan B (2) adalah:
P v2 P v2
z1 + 1 + 1 = z2 + 2 + 2 + hf
 2g  2g
Karena pipa horisontal maka posisi (z1 = z2) dan kecepatan aliran sepanjang
pipa adalah sama (v1 = v2), maka persamaan di atas dapat ditulis menjadi:
P  P P
hf  1 2 = , sehingga
 

36
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

L v
2
P
f =
D 2g 
2
100 v 10000
0,015 = , diperoleh v = 3,617 m/s
0,1 2 9 ,81 1000
2
Jadi debit aliran adalah: Q = A v = ¼ π 0,1 3,617

= 0,0284 m3/s

Contoh Soal 3-3

Air mengalir dari kolam A menuju kolam B melalui pipa sepanjang 100
meter dan berdiameter 10 cm. Perbedaan elevasi muka air kedua kolam
adalah 5 meter. Koefesien gesekan pipa f = 0,015, sedangkan koefesien
kehilangan energi akibat perubahan penampang pada sambungan kolam A
dan kolam B adalah kA = 0,5 dan kB = 1. Hitunglah besarnya debit aliran yang
terjadi.

Jawaban

Persamaan Bernoulli ditulis dalam bentuk:


vA2
PA PB vB 2
zA + + = zB + + h h h
 2g  2 g eA eB f
Karena titik A dan B memiliki elevasi yang sama, maka zA = zB dan vA = vB =
0 (tampang aliran di A dan B sangat besar).
Persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut :

37
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

PA PB
 = heA  heB  h f
 
v2 v2 L v2
5 = kA + kB + f
2g 2g D 2g
v2 v2 100 v 2
5 = 0,5 + 1,0 + 0,015
2g 2g 0,1 2 g
v2
5 = 16,5 , jadi diperoleh v = 2,438 m/s
2g
Jadi besarnya debit aliran adalah:
Q = A v = ¼ π 0,12 2,438 = 0,0192 m3

3-3 Persamaan Momentum


Momentum suatu partikel benda didefinisikan sebagai perkalian antara massa
m dan kecepatan v, atau:
Momentum = m v
Partikel-partikel aliran zat cair mempunyai momentum. Oleh karena
kecepatan aliran berubah baik dalam besar maupun arahnya, maka
momentum partikel-partikel zat cair juga akan berubah. Menurut hukum
Newton II, perubahan momentum tersebut dapat menyebabkan terjadinya
gaya, yang sebanding dengan laju perubahan momentum. Gaya yang terjadi
karena adanya gerak fluida cair disebut dengan gaya dinamis dan merupakan
gaya tambahan pada gaya tekanan hidrostatik. Untuk menentukan laju
perubahan momentum di dalam aliran zat cair, perhatikan tabung aliran
dengan tampang dA seperti ditunjukkan pada Gambar 3-5. Dalam hal ini
dianggap bahwa aliran melalui tabung aliran adalah steady. Momentum
melalui tabung aliran dalam satu satuan waktu adalah:
dMomentum = dm v = ρ V dA v= ρ v2 dA (3-22)
dengan ρ = rapat massa zat cair, kg/m3
v = kecepatan aliran, m/s
A = luas penampang aliran, m2

38
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Gambar 3-5 Tabung Aliran (arus)

Integrasi dari persamaan (3-22) pada seluruh tampang aliran, dan dengan
anggapan bahwa kecepatan adalah seragam, diperoleh :

ρv dA =  v 2 dA = ρ A v2, atau


2
Momentum =
A A
Momentum = ρ Q v (3-23)
dengan v : kecepatan rerata pada tampang aliran dan Q : debit aliran.
Bila dt adalah waktu yang diperlukan oleh elemen zat cair untuk melintasi
tabung aliran, maka massa zat cair yang melewati tabung aliran adalah:
dM = ρ dQ dt = ρ v dA dt
dv
Berdasarkan hukum Newton II, dF = dm a = ρ v dA dt = ρ v dA dv
dt
Integrasi pada seluruh tampang aliran dan dengan anggapan bahwa kecepatan
adalah merata, maka:

F = ρ v dv  dA = ρ v dv A, atau
A
F = ρ Q dv (3-24)

Apabila ditinjau tabung pipa yang terdiri dari sejumlah tabung aliran yang
dibatasi oleh tampang 1 dan 2, maka gaya yang bekerja pada zat cair di
dalam tabung pipa adalah :
F = ρ Q (v2 – v1), atau F = ρ Q v2 – ρ Q v1 (3-25)

Dengan membandingkan persamaan (3-23) dan (3-25) dapat disimpulkan


bahwa gaya yang bekerja pada zat cair adalah sebanding dengan laju
perubahan momentum.
Persamaan (3-25) dapat ditulis dalam tiga komponen arah x, y dan z, yaitu
dalam bentuk:

39
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Fx = ρ Q (vx2 – vx1) (3-26a)


Fy = ρ Q (vy2 – vy1) (3-26b)
Fz = ρ Q (vz2 – vz1) (3-26c)
Dengan vx, vy dan vz adalah kecepatan aliran pada arah x, y dan z. Resultan
dari ketiga komponen tersebut adalah:
F= Fx2  Fy2  Fz2 (3-27)
Persamaan di atas menunjukkan bahwa resultan dari komponen gaya yang
bekerja pada zat cair adalah sama dengan perbedaan antara komponen-
komponen momentum pada tampang ketika zat cair masuk dan keluar.

3-3-1 Koefisien Koreksi Momentum


Dalam penurunan persamaan momentum untuk aliran mantap dan satu
dimensi, kecepatan aliran dan massa jenis adalah seragam pada satu tampang
lintang aliran. Namun pada kenyataannya distribusi kecepatan pada suatu
tampang adalah tidak seragam (ununiform). Demikian pula dengan massa
jenis tidak konstan untuk aliran compressible. Sehingga momentum di dalam
aliran adalah:
Momentum =  ρ v dA v (3-28)

dengan: v dan ρ adalah kecepatan aliran dan massa jenis.


Dengan anggapan bahwa kecepatan aliran merata maka momentum yang
terjadi di dalam aliran adalah:
Momentum = β ρ v A v (3-29)

dengan β adalah koefisien koreksi momentum. Dengan menggabungkan


kedua bentuk momentum pada persamaan (3-28) dan (3-29) maka akan dapat
diperoleh koefisien koreksi momentum.

β= 
v ρ v dA
vvA
v
2
dA
Untuk zat cair incompressible, β = 2
(3-30)
v A

Koefisien koreksi momentum untuk kebanyakan aliran zat cair adalah


mendekati satu. Untuk aliran laminar di dalam pipa nilai β adalah 1,33, dan
pada aliran turbulen nilai β bervariasi antara 1,01 dan 1,04.
Dengan memperhitungkan koefisien koreksi momentum β , maka persamaan
momentum menjadi:
F = ρ Q ( β2 v2 – β1 v1) (3-31)

40
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

3-3-2 Gaya oleh Perubahan Kecepatan


Perubahan kecepatan yang cepat dapat ditemukan pada nosel yang dipasang
atau disambung dengan pipa, dan memancarkan aliran ke udara luar (tekanan
atmosfer). Zat cair akan menimbulkan gaya pada nosel dan menurut hukum
Newton ke tiga, gaya aksi sama dengan gaya reaksi, maka akan terjadi gaya
serupa tetapi berlawanan arah yang dibangkitkan oleh curat pada zat cair.
Gaya ini dapat digunakan untuk menentukan gaya tarik yang bekerja pada
sambungan. Perencanaan baut atau las pada sambungan harus didasarkan
pada gaya tarik tersebut. Dengan menggunakan persamaan momentum antara
dua tampang hulu dan hilir yang ditinjau akan dapat ditentukan besarnya
gaya yang terjadi pada nosel. Pada Gambar 3-6 diperlihatkan bahwa
komponen gaya yang bekerja adalah gaya hidrostatis P1 A1, P2 A2 dan gaya
reaksi Rx dari nosel pada zat cair. Besar perubahan momentum adalah ρ Q (v2
– v1), sehingga persamaan momentum menjadi:
P1 A1 – P2 A2 – Rx = ρ Q (v2 – v1)
Karena aliran menuju udara luar maka P2 = 0 sehingga:
Rx = P1 A1 –ρ Q (v2 – v1) (3-32)

Gambar 3-6 Aliran pada Nosel

Contoh soal 3-4

Hitung gaya tarik pada sambungan antara pipa berdiameter d1 = 6,5 cm dan
nosel yang melewatkan semburan air dengan kecepatan v2 = 30 m/s, diameter
nosel d2 = 2 cm, dan percepatan gravitasi adalah 9,81 m/s2.

41
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Jawaban
1 1
Debit aliran: Q = π d 22 v2 = π (0,02)2 30 = 0,00942 m3/s
4 4
Persamaan kontinuitas: Q1 = Q2, atau
1 1
π d12 v1 = π d 22 v2, diperoleh v1 = 2,84 m/s
4 4
Persamaan Bernoulli pada ujung-ujung nosel dengan mengabaikan
kehilangan tenaga,
P1 v12 P2 v22
z1 +  z  
 2g 2  2g
Elevasi titik 1 dan 2 adalah sama (z1 = z2) dan tekanan di titik 2 adalah
tekanan atmosfer, sehingga:
P1 v12 v2
 = 2
 2g 2 g
 1000
P1  ( v22  v12 )  (30 2  2,842 )  45.460 kgf/m2, atau
2g 2 9,81
ρg 2 2 1000 9,81 2
P1  ( v2  v1 )  (30  2,842 )  445.967 N/m2
2g 2 9,81
Subsitusi nilai tersebut ke persamaan (3-32)

Rx = P1 A1  Q (v2 – v1)
g
 1000
= 45.460 (0,065)2 - 0,00942 (30 – 2,84)
4 9,81
= 124,77 kgf, atau

Rx = P1 A1 - ρ Q (v2 – v1)

= 445.967 (0,065)2 – 1000 0,00942 (30 – 2,84)
4
= 1.224,0 kN

3-3-3 Gaya oleh Perubahan Arah Aliran


Perubahan arah aliran dalam pipa dapat menyebabkan terjadinya gaya-gaya
yang bekerja pada belokan pipa. Gaya-gaya tersebut disebabkan oleh gaya
tekanan statis dan gaya dinamis yang dapat ditemukan pada belokan pipa
pesat (penstock) dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Gambar 3-7
menunjukkan pipa dengan perubahan diameter pada belokan yang bersudut

42
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

θ terhadap garis horisontal. Dalam hal ini selain belokan, diameter pipa juga
berubah sehingga tinjauan menjadi lebih umum.

Gambar 3-7 Gaya pada Perubahan Diameter dan Belokan

Pipa pesat (pada PLTA) berfungsi sebagai penyalur air dari waduk menuju ke
turbin pembangkit listrik di rumah tenaga (power house). Jalur pipa pesat
tersebut akan mengikuti topografi daerah, sehingga di sepanjang pipa pesat
terdapat banyak belokan. Gaya-gaya yang bekerja pada belokan tersebut
harus dapat didukung oleh konstruksi penyokong atau pondasi. Pada belokan
tersebut akan terjadi gaya tarik sehingga pondasi harus mampu menahan gaya
tarik.
Pada belokan akan terjadi gaya yang disebabkan oleh tekanan hidrostatis dan
dinamis. Dengan persamaan momentum dan mengabaikan kehilangan tenaga
di belokan, diperoleh:
P1 A1 - P2 A2 cos θ - Rx = ρ Q (v2 cos θ - v1), atau
Rx = P1 A1 - P2 A2 cos θ - ρ Q (v2 cos θ - v1) (3-33)
untuk arah y dinyatakan:
Ry – W – P2 A2 sin θ = ρ Q v2 sin θ , atau
Ry = W + P2 A2 sin θ + ρ Q v2 sin θ (3-34)

43
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

dengan W adalah berat zat cair pada potongan yang ditinjau. Dari kedua
persamaan tersebut diperoleh resultan gaya R:
R= Rx2  R y2 (3-35)
dan
Ry
tg  = (3-36)
Rx
Sudut  diukur terhadap horisontal menunjukkan arah kerja gaya R. Gaya R
tersebut akan berusaha untuk melepaskan bagian belokan dari pipa utama,
yang harus dapat ditahan oleh sambungan antara pipa dan belokan.

Contoh soal 3-5

Suatu belokan pipa dengan sudut  = 450 berada pada suatu bidang
horisontal. Luas penampang lintang hulu (1) dan hilir (2) bagian belokan
tersebut adalah A1 = 1 m2 dan A2 = 0,5 m2. Pipa tersebut mengalirkan air
melalui perubahan tampang berangsur-angsur. Kecepatan aliran pada
tampang (1) adalah v1 = 10 m/s sedang tekanannya adalah P1 = 2 kgf/cm2.
Berat jenis air adalah 1000 kgf/m3. Hitung besar dan arah gaya yang
ditimbulkan oleh aliran air tersebut. Koefisien koreksi energi dan momentum
dianggap satu.

Jawaban

Kecepatan aliran pada tampang 2 dapat dihitung dengan persamaan


kontinuitas.
A1 v1 = A2 v2
A 1,0
v2 = 1 v1 = 10 = 20 m/s
A2 0,5
Debit aliran: Q = A1 v1 = 1,0 10 = 10 m3/s

Tekanan di titik 1,
P1 = 2 kgf/cm2 = 2 1002 kgf/m2 = 20.000 kgf/m2
tekanan pada tampang 2 dapat dihitung dengan persamaan Bernoulli.
P v2 P v2
z1 + 1  1 = z2 + 2  2
 2g  2g
untuk belokan pada bidang horisontal, maka z1 = z2 sehingga:
P1 v12 P2 v22
 = 
 2g  2g

44
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

20.000 102 P 20 2
  2  , atau P2 = 4.709,5 kgf/m2
1000 2 9 ,81 1000 2 9 ,81
Gaya yang terjadi pada belokan dalam arah x dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3-33):
Rx = P1A1 – P2A2 cos θ - P Q (v2 cos θ - v1)
1000
= 20.000 1 – 4.709,5 0,5 cos 450 - 10 (20 cos 450 – 10)
9,81
= 14.112,6 kgf
Gaya-gaya yang bekerja pada belokan dalam arah z (belokan pada bidang
horisontal) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3-34):
Rz = Ry = W + P2 A2 sin θ + P Q v2 sin θ

Karena belokan berada dalam bidang horisontal, maka berat air dalam
belokan tidak berpengaruh, sehingga persamaan di atas menjadi:
1000
Ry = 4.709,5 0,5 sin 450 - 10 20 sin 450 = 16.081,1 kgf
9,81
Resultan gaya:
R= Rx2  Ry2 = 14.112,6 2  16.081,12  21.395,5 kgf
Ry 16.081,1
tg  = , atau  = tg-1 = 48,730
Rx 14.112,6

3-3-4 Gaya Oleh Pancaran Zat Cair


3-3-4a Pelat Diam (tetap)
Apabila suatu pancaran zat cair menghantam (menabrak) pelat datar diam
dengan membentuk sudut tegak lurus terhadap pelat (Gambar 3-8a), pancaran
tersebut tidak akan dipantulkan kembali, tetapi akan mengalir di atas pelat
dalam segala arah. Dalam arah tegak lurus permukaan pelat, kecepatan aliran
menjadi nol dan momentum tegak lurus pada pelat akan dihancurkan. Pada
peristiwa tersebut, pancaran zat cair akan menimbulkan gaya yang bekerja
pada pelat, yaitu R. Sebaliknya, pelat juga menimbulkan gaya F yang bekerja
pada zat cair, yang besarnya sama tetapi berlawanan arah dengan R.

45
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Gambar 3-8 Pancaran pada Pelat Tetap

Apabila a adalah luas tampang pancaran dan v adalah kecepatan pancaran,


maka debit aliran adalah:
Q=av (3-37)

Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cair dengan kecepatan v dan debit
aliran Q adalah:
R = – F = – ρ Q (0 – v) = – ρ a v (0 – v)
R = ρ a v2 (3-38)

Apabila pancaran zat cair membentuk sudut θ terhadap pelat seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 3-8b, maka gaya R tegak lurus terhadap pelat
dinyatakan sebagai:
R = ρ a v2 sin θ (3-39)

Contoh soal 3-6

Sebuah nosel memancarkan air yang menghantam pelat vertikal. Debit aliran
Q = 0,025 m3/s dan diameter ujung nosel 3 cm. Hitung gaya horisontal yang
diperlukan untuk menahan pelat. Apabila pancaran air menghantam pelat
dengan membentuk sudut 300 terhadap plat, berapakah gaya penahan tegak
lurus pelat.

Jawaban

Gaya yang bekerja pada air adalah sama dengan gaya horisontal yang
diperlukan untuk menahan pelat, dan diberikan oleh persamaan:
F = ρ Q (v2 – v1)
Dianggap bahwa arah ke kanan adalah positif, maka kecepatan aliran pada
nosel,

46
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Q 0,025
v1 = = = 35,37 m/s
A1 π (0,03) 2 / 4
Kecepatan aliran pada pelat, v2 = 0
Gaya penahan,
F = 1000 0,025 (0 – 35,37) = - 884,25 N (arah F adalah ke kiri)
Apabila pancaran membentuk sudut 300, maka :
F = - 884,25 sin 300 = - 442,13 N

3-3-4b Pelat Bergerak


Debit aliran yang mengalir dinyatakan oleh hasil kali antara kecepatan
pancaran dan luas tampang lintang pancaran. Apabila pelat yang dihantam
pancaran zat cair bergerak dengan kecepatan v2 dalam arah pancaran, maka
pancaran tersebut akan menghantam pelat dengan kecepatan relatif (v1-v2).
Setelah menghantam pelat tersebut, pancaran zat cair akan mempunyai
kecepatan v2 (Gambar 3-9). Dengan demikian massa zat cair yang
menghantam pelat tiap detik diberikan oleh:
Massa m = ρ a (v1 – v2)
Kecepatan awal relatif terhadap pelat dalam arah pancaran adalah (v1 – v2),
sedang kecepatan akhir relatif terhadap pelat adalah nol (kecepatan pelat
sama dengan kecepatan pancaran).

Gambar 3-9 Pancaran Air Mengenai Pelat Bergerak

Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran pada pelat adalah :


R = - F = - m [0 - (v1 – v2)] = - ρ a v1 (v1 – v2) [0 - (v1 – v2]
R = ρ a (v1 – v2)2 (3-40)

Jumlah pelat dapat ditambah menjadi beberapa pelat datar yang dipasang di
sekeliling roda (Gambar 3-10) dan memungkinkan pancaran air menghantam
pelat-pelat tersebut secara tangensial sehingga roda dapat bergerak dengan
kecepatan tangensial v. Apabila dianggap bahwa jumlah pelat adalah
sedemikian sehingga tidak ada pancaran air yang terbuang (tidak mengenai

47
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

pelat), maka gaya yang ditimbulkan oleh zat cair pada pelat dinyatakan dalam
persamaan berikut.
R =  F =  ρ a v1 (v2  v1), atau
R = ρ a (v1  v2) (3-41)

Gambar 3-10 Pancaran pada Pelat disekeliling Roda

Jika titik yang terkena gaya tersebut bergerak dengan kecepatan v dalam arah
gaya, maka kerja yang dilakukan dinyatakan sebagai berikut:
Kerja yang dilakukan/detik = gaya x jarak/detik
W = ρ a v1 (v1 – v2) v2 kgf m/s (3-42)

Energi kinetik pancaran, yang dalam hal ini merupakan sumber energi,
dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut:
1 1
Ek = mv 2  ρ a v1 v1 2, atau
2 2
1
Ek = ρ a v1 3 (3-43)
2

Persamaan (3-42) dan (3-43) akan memberikan efisiensi kerja yang


dilakukan, dan dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan:
W ρ a v1 (v1 - v2 )  2
η   , atau
Ek 1
ρ a v13

2
2 (v1 -  2 )  2
η  (3-44)
v12
Efisiensi akan maksimum apabila d η /dv = 0, sehingga :
d d  2  v1  2  2  2
    2  v1  2   2  1   0
d d  v12  v1

48
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

v1
v1 – v2 – v2 = 0, atau v2 =
2
Subsitusi nilai v2 = v1/2 ke dalam persamaan (3-44) didapat
η maks  1 / 2
Jadi efisiensi maksimum adalah 50 % yang terjadi apabila kecepatan roda
adalah setengah kecepatan pancaran.

Contoh soal 3-7

Pancaran air dengan diameter 5 cm mempunyai kecepatan 15 m/s,


menghantam suatu seri pelat pada roda yang bergerak dengan kecepatan 6
m/s. Hitung (a) gaya yang ditimbulkan oleh pancaran, (b) kerja yang
dilakukan oleh pancaran, dan (c) efisiensi pancaran.

Jawaban:

Luas pancaran : a  0,052 = 0,00196 m2
4
Kecepatan pancaran: v1 = 15 m/s
Kecepatan pelat : v2 = 6 m/s
a. Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran pada pelat (persamaan 3-41)
R = ρ  v1 (v1 -  2 ) = 1000 0,00196 15 (15 - 6)
= 264,6 N
b. Kerja yang dilakukan pancaran tiap detik (persamaan 3-42)
W = ρ  v1 (v1 -  2 )  = 1000 0,00196 15 (15 - 6) 6
= 1,587,6 Nm
c. Efisiensi pancaran (persamaan 23)
2 (v1 -  2 )  2 2( 15  6 )6
η   = 0,48 = 48 %
v12 152

3-3-4c Pelat Lengkung Diam (Tetap)


Telah dijelaskan terdahulu bahwa perubahan momentum dapat terjadi karena
adanya perubahan arah aliran, tanpa terjadi perubahan kecepatan. Perhatikan
pancaran zat cair dengan luas tampang a, rapat massa ρ melalui pelat
lengkung dengan kecepatan v seperti yang ditunjukkan dalam Gambar (3-11).
Sudut pancaran masuk dan keluar dari pelat lengkung adalah  dan β
terhadap sumbu x.

49
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Gambar 3-11 Pancaran pada Pelat Lengkung Tetap

Komponen kecepatan pancaran masuk terhadap sumbu x adalah:


v1 = v cos 
Komponen kecepatan pancaran keluar terhadap sumbu x adalah:
v2 = v cos β
Gaya yang ditimbulkan oleh zat cair pada pelat lengkung adalah:
R = - F = - ρ a v (- v cos β - v cos  ), atau
R = ρ a v (v cos  + v cos β ) (3-45)
Apabila  = β = 0 maka persamaan (3-45) menjadi :
R = 2 ρ a v2 (3-46)
Perbandingan antara persamaan (3-38) untuk pelat datar dan persamaan (3-
46) menunjukkan bahwa gaya yang terjadi pada pelat lengkung di mana
pancaran membelok 1800 adalah dua kali gaya yang terjadi pada pelat datar.
Pancaran membelok 1800 apabila plat lengkung berbentuk setengah
lingkaran.

Contoh soal 3-8

Pancaran air dengan diameter 4 cm masuk pelat lengkung tetap dengan


kecepatan 50 m/s dan membentuk sudut 200 terhadap horisontal. Hitung gaya
yang ditimbulkan oleh pancaran, apabila pancaran tersebut meninggalkan
pelat lengkung dengan sudut 150 terhadap horisontal.

Jawaban

Luas tampang pancaran :


π
a  x 0,042 = 0,001256 m2
4

50
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Kecepatan semburan, v = 50 m/s


Sudut pancaran masuk dan keluar:  = 200, dan β = 150
Gaya pancaran yang terjadi:
R = ρ a v v (cos 200 + cos 150)
= 1000 0,001256 500 (cos 200 + cos 150)
= 5983,64 N (dalam satuan SI), atau

R= a v (cos 200 + cos 150)
g
1000
= 0,001256 500 (cos 200 + cos 150)
9,81
= 609,95 kgf (dalam satuan MKS)

3-3-4d Pelat Lengkung Bergerak


Perhatikan pelat lengkung yang bergerak dengan kecepatan v2 dalam arah x
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar (3-12). Pancaran air datang dengan
kecepatan v1 menghantam pelat dengan kecepatan relatif, vr = v1 – v2.
Pancaran tersebut akan meluncur pada pelat lengkung dan keluar melalui
kedua ujungnya dengan membentuk sudut  terhadap arah gerakan pelat.

Gambar 3-12 Pancaran Searah Gerak Pelat Lengkung

Massa air yang menghantam pelat adalah:


m = ρ a (v1 – v2)
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran dalam arah pancaran adalah:
R = - F = - ρ a (v1 – v2)[- (v1 – v2) cos  - (v1 – v2)], atau
R = ρ a (v1 – v2)2 (1 + cos )
Kerja yang dilakukan tiap satuan waktu:
W = ρ a (v1 – v2)2 (1 + cos ) v2 (3-47)
Kerja yang dilakukan akan maksimum apabila:

51
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

dW
= 0 atau
d
v1 (v1 – v2) - 3 v2(v1 – v2) = 0, atau
(v1 – 3v2) (v1 – v2) = 0
Penyelesaian persamaan tersebut adalah: v1 = 3v2 dan v1 = v2
Pada persamaan (3-47) terlihat bahwa kerja yang dilakukan akan nol apabila
kecepatan pancaran sama dengan kecepatan pelat. Hal ini berarti bahwa
kecepatan relatif adalah nol, atau pancaran air tidak menyentuh pelat. Dengan
demikian kerja akan maksimum apabila kecepatan pelat adalah 1/3 kecepatan
pancaran.
Kerja maksimum diperoleh dengan memasukkan nilai v2 = v1/3 ke dalam
persamaan (3-47)
4 3
Wmaks = ρ a (1 + cos β ) v1 (3-48)
27
Apabila pelat adalah setengah lingkaran, atau β = 0, maka:
8
Wmaks = ρ a v13 (3-48)
27
Tenaga kinetik pancaran air adalah:
1
Ek = ρ a v13 (3-49)
2
Efisiensi maksimum adalah:
W
ηmaks  maks , atau (3-50)
Ek
16
ηmaks   59,2 %
27

3-4 Aliran Fluida dan Bilangan Reynolds


Aliran fluida pada hakekatnya dapat dibagi atas 2 jenis yaitu aliran eksternal
dan aliran internal. Kedua jenis aliran ini mengalami sifat-sifat fisika dari
efek lapisan batas (boundary layer).
a. Aliran internal pada hakekatnya suatu aliran yang dibatasi oleh dinding-
dinding sekeliling aliran. Misalnya: aliran dalam pipa, aliran dalam talang
(ducts), diffuser, dan lain-lain.
b. Aliran eksternal adalah aliran yang tidak dibatasi oleh dinding dimana
fluida bergerak disekeliling benda padat dan bergerak dalam fluida yang
tidak terbatas. Misalnya: pesawat terbang, mobil, kereta api/listrik, dan
lain-lain.
Ditinjau dari sifat pokok aliran, maka aliran dapat dibagi atas dua kategori
yaitu: aliran laminer dan aliran turbulen (sifat aliran menurut bilangan
Reynolds).

52
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Bilangan Reynolds (Re) adalah suatu bilangan (angka) yang tidak berdimensi,
menyatakan perbandingan (rasio) antara gaya-gaya inersia dan gaya-gaya
viskos (kental), dan ditulis dalam bentuk persamaan:
vd
Re  , atau (3-51a)

vd
Re  (3-51b)

dengan:  = massa jenis fluida, (kg/m3)
v = kecepatan aliran, (m/s)
d = diameter pipa (saluran), m
 = viskositas dinamis, (kg/m.s)
υ = viskositas kinematis (m2/s)

Bilangan Reynolds digunakan untuk membedakan jenis aliran yaitu


laminar dan turbulen. Aliran laminar adalah apabila partikel-partikel zat cair
bergerak teratur dengan membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling
berpotongan, sedang pada aliran turbulen partikel-partikel zat cair bergerak
tidak teratur dan garis lintasannya saling berpotongan (terjadi difusi atau
penyebaran).
Dari hasil percobaan (eksperimen) disimpulkan bahwa:
Untuk Re < 2000, maka aliran fluida bersifat laminar dan untuk Re > 3000,
maka alirannya bersifat turbulen. Untuk daerah yang tidak stabil atau berada
antara daerah laminar dan turbulen, disebut aliran atau daerah transisi.

 Aliran laminer (Re  2000): partikel-partikel fluidanya bergerak


sepanjang lintasan-lintasan lurus, sejajar dalam lapisan-lapisan atau
laminar.
v
Gangguan aliran sangat kecil
(cepat teredam)

t
 Aliran turbulen (Re > 3000): partikel-partikel (massa molar yang kecil)
dari fluida bergerak dalam lintasan yang sangat tidak teratur atau
bergerak secara serampangan kesemua arah
v

Bergolak terus menerus

53
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

t
dengan v adalah kecepatan aliran (m/s) dan t adalah waktu (s)

 Aliran (kondisi) transisi yaitu saat aliran akan beralih atau berubah dari
kondisi laminar menjadi turbulen 2000 < Re < 3000
v

golakannya terputus-putus

Contoh soal 3-9

Sebuah pesawat terbang horisontal sedemikian rupa sehingga kecepatan


udara di atas sayapya adalah 48 m/s sedangkan kecepatan udara di bawah
sayapnya adalah 40 m/s. Luas setiap permukaan sayapnya adalah 10 m2. Bila
rapat massa udara adalah 1,2 kg/m3, hitung massa pesawat terbang tersebut.

Jawaban

Berdasarkan persamaan Bernoulli diperoleh:


1 1
P1   g h1   v12  P2   g h2   v2 2
2 2
1
 
dengan h1  h2 , maka P1  P2   v12  v22 , atau
2
P    v12  v22  = (1,2)(482  40 2 )
1 1
2 2
= 422,4 Pa
Massa pesawat (m) dapat dihitung melalui persamaan: m g  P A
dengan percepatan gravitasi g = 9,81 m/s2, A = 20 m2, maka:
(422,4)(20)
m = 861,2 kg
(9,81)

3-5 Aliran Dalam Pipa (Aliran Internal)


Aliran internal yaitu aliran yang dibatasi oleh dinding-dinding dimana efek
kekentalan akan meluas keseluruh aliran. Fenomena ini dapat dilihat pada
Gambar 3-13:

54
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

Gambar 3-12 Perkembangan Profil Kecepatan dan Perubahan Tekanan


Aliran dalam Pipa

Satu-satunya parameter yang dapat dipakai untuk menentukan panjang


daerah masuk adalah bilangan Reynolds. Untuk aliran laminar, korelasi yang
dapat diterima ialah:
Le
oleh White: = 0,06 Re (3-52a)
d
Le
oleh Langhaar (1942): = 0,058 Re (3-52a)
d
Le
oleh Boussineg: = 0,03 Re (3-52a)
d
Panjang daerah masuk maksimum untuk aliran laminar pada bilangan
Reynolds kritis Rc = 2300 adalah Le = 138 d (panjang yang paling besar yang
dapat dicapai).
Le = 0,06 Rc d = 0,06 2300 d = 138 d (3-53)
Untuk aliran turbulen, lapisan batasnya meluas lebih cepat sehingga panjang
daerah masuk (Le) relatif lebih pendek.
Le
Oleh White diperkirakan: = 4,4 Re1/6 (3-54)
d
Untuk aliran dalam pipa selalu dianalisa dengan melakukan analisis volume
kendali (control volume) dari aliran yang dikenal dengan persamaan
kontinuitas. Fluida yang mengalir melalui suatu saluran (pipa) senantiasa

55
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

mempunyai massa yang konstan, selama tidak terjadi perubahan fase dan
tidak ada kehilangan atau kerugian (kebocoran).
Jumlah massa per satuan waktu disebut laju aliran massa ṁ (kg/s).
ṁ =  v A, atau (3-55a)
ṁ =  Q, dan (3-55b)
Kapasitas (debit) aliran Q =  v dA = konstan (tetap), atau
Q1 = Q2 = konstan.
karena Q = v A, maka kecepatan aliran:
Q Q
v1 = 1 , dan v2 = 2
A1 A2
1
A area
dengan: kecepatan rata-rata v = u dA

luas penampang pipa A = d 2 , dan d = diameter pipa.
4
Perhatikan gambar berikut, merupakan volume kendali (control volume).

Reference (datum)

P1 – P2 = P atau P1 = P2 + P

Dari persamaan energi dan diasumsikan bahwa sepanjang aliran:


 Tidak ada kerja poros.
 Tidak ada efek perpindahan panas.
 Aliran dalam pipa berkembang penuh.
 Aliran steady atau tidak ada perubahan kecepatan.
Dengan asumsi tersebut, maka berdasarkan persamaan Bernoulli, diperoleh:

56
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

P1 1 P 1
+ 1 v12 + g z1 = 2 + 2 v22 + g z2 + g hf (3-56)
 2  2
dengan: 1 = 2 (faktor koreksi energi kinetik)
hf = head friction (kerugian head akibat gesekan antara fluida dan
dinding pipa), atau hL = head losses
Jika luas penampang pipa (1) dan pipa (2) sama (A1 = A2), maka menurut
hukum kontinuitas v1 = v2, dan persamaan diatas menjadi :
P1 P
+ g z1 = 2 + g z2 + g hf , jika dibagi dengan g, maka:
 
 P   P 
hf =  z1  1    z2  2 
  g   g
P P  P
hf = (z1 – z2) +  1 2  = z + (3-57)
 g  g
Jika persamaan momentum diterapkan kedalam volume kendali dengan
memperhitungkan gaya-gaya yang disebabkan oleh tekanan, medan gravitasi
dan gesekan, maka:
 P  R2 +  g ( R2)  L sin   w (2 R) L = m (v1 – v2) = 0

L 
z

Jika z = L sin  , maka hubungan antara kerugian head dengan tegangan


geser pada dinding pipa (w) adalah:
w (2 R) L = P R2 +  g (R2) L sin  = P R2 +  g (R2) z
jika dibagi  g R2, maka:
 L P
2 w = + z = hf atau
gR g
2 w L
hf = (3-58)
gR

Untuk menganalisa apakah aliran dalam pipa (laminar atau turbulen), kita
harus mengkorelasikan w dengan kondisi aliran.
w = £ (, , , d, ),
dengan: £ = fungsi
 = faktor kekasaran pipa
Berdasarkan analisa dimensi diperoleh hubungan:

57
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

8 w    v2
=  adalah £ (Re, ), atau  w =
2 d 8
 = faktor gesekan (koefisien gesekan mayor) dari ”Henry-Darcy”
8 w
Jika persamaan  = disubtitusi atau digabung ke persamaan:
 v2
2 L
hf = w , maka diperoleh:
gR
2  v 2 L v2 L
hf = = , atau
8  g 12 d 2g d
L v2
hf  f (3-59)
d 2g
dengan: f = koefisien gesekan antara dinding saluran dan fluida
L = panjang saluran (pipa), m
v = kecepatan aliran, m/s
d = diameter saluran (pipa), m
g = percepatan gravitasi, m/s2

Persamaan (3-59) dikenal dengan persamaan ”Darcy-Weisbach” yaitu


kerugian atau penurunan head karena gesekan (disebut kerugian mayor) yang
berlaku untuk aliran dalam pipa dengan penampung sembarang (untuk aliran
laminar dan aliran turbulen).
Persamaan ”Darcy-Weisbach” dapat diperoleh dari hubungan antara
kecepatan di suatu titik pada penampang (u) dan kecepatan aliran ditengah-
tengah pipa (Umax: kecepatan maksimum).

Jika y = ro – r (jarak dari dinding pipa)


du
dan  =  (tegangan geser pada dinding)
dy
du
atau  =   tanda () manunjukkan bahwa u berkurang pada
dr
saat r bertambah
Pada materi terdahulu telah dibahas bahwa:

58
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

( P1  P2 )r 4 L v2
= , hL = o dan o = w = f 
2L  8
Dari ketiga persamaan diatas diperoleh tegangan geser yaitu:
( P  P )r du
= 1 2 = atau
2L dr
u
(P P ) r
  du = 1 2  r dr
U m ax
2 L 0

( P1  P2 ) 1 2 ( P1  P2 )r 2
 (u  Umax) = r =
2 L 2 4 L
( P  P )r 2
u = Umax  1 2
4 L
(P P )
karena 1 2 = hL (kerugian head atau head losses)

atau ( P1  P2 )   hL , maka:
hL  r 2
u = Umax  (3-60)
4 L
Kecepatan di dinding pipa adalah nol pada saat r = ro, u = 0, sehingga
kecepatan maksimum:
h
Umax = L ro2
4 .L
1 h
dengan ro = d, atau Umax = L d2
2 16  .L
(P P )
dan u = 1 2 (ro2  r2)
4 L
Untuk aliran laminar dapat diturunkan persamaan hubungan antara faktor
gesekan (f) dengan bilangan Reynolds (Re), melalui persamaan:


ro
Q
v= =
 u dA = o
u( 2 r dr )
(kecepatan rata-rata), atau
A  dA  ro2
( P1  P2 ) 2 r0 2 2
4 L r02 0 0
v= ( r  r )r dr

( P  P ) r0
v = 1 22  (r02 r  r 3 )dr
2 L r0 0

( P1  P2 )r02
v= , dengan: ( P1  P2 )   hL , maka:
8 L

59
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

hL  r02 8 L v 8 L v
v = atau hL = = 1 2
8 L  r02  4d
32 L v
hL = , dengan    g (berat jenis fluida), atau
 d2
 Lv
hL  32 (3-61)
g d2
Persamaan (3-61) dikenal dengan persamaan ”Hagen-Poiseuille”, dapat
ditulis dalam bentuk:
 L v2 64 L v 2
hL = 32 , atau hL =
V d d g Re d 2 g
64
dengan f = (3-62)
Re
L v2
maka: hL = hf =  (3-63)
d 2g
Untuk aliran laminar dan semua fluida berlaku persamaan:
64
=
Re
vd vd
dengan: Re = atau Re = (3-64)
 
Re = bilangan Reynolds
v = kecepatan rata-rata aliran, m/s
 = viskositas dinamik, kg/ms
υ = viskositas kinematik, m2/s
 = kerapatan (massa jenis) fluida, kg/m3
d = diameter saluran (pipa), m
g = percepatan gravitasi, m/s2
L = jarak antara dua titik pengukuran (panjang pipa), m.

Soal Latihan
1. Sebuah tangki air dengan tinggi H = 3 m dan lubang yang kecil pada
jarak h = 1 m dari dasar tangki. Jika tangki penuh dengan air,
hitunglah kecepatan air yang keluar melalui lubang tersebut, dan
berapa jarak pancaran air dari dinding tangki.
2. Air mengalir melalui sebuah pipa horizontal dengan kecepatan 1 m/s
pada tekanan 200 kPa. Pipa mengecil menjadi setengah dari diameter
mula-mula, hitunglah:
(a) kecepatan aliran dan tekanan pada pipa yang lebih kecil

60
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

(b) bilangan Reynolds pada dua pipa, jika diameter pipa yang lebih
besar 5 cm, dan viskositas kinematik air 10 -6 m2/s.
3. Air mengalir dalam sebuah pipa yang berdiameter 2 inchi dengan
kecepata aliran 1 m/s, dan selanjutnya pipanya mengecil menjadi 1
inchi, hitunglah:
(a) kecepatan aliran (m/s) pada pipa yang lebih kecil dan besarnya
kapasitas aliran (lt/s)
(b) berapa menit waktu yang dibutuhkan jika airnya ditampung dalam
tangki yang bervolume 2 m3.
4. Manometer U digunakan untuk mengukur tekanan aliran air di dalam
pipa A (1 = ρ1 g dengan ρ1 = 1000 kg/m3). Jika manometer tersebut
berisi air raksa (2 = ρ2 g dengan ρ2 = 13600 kg/m3), h = 10 cm dan x
= 7 cm, hitunglah tekanan di dalam pipa (PA =…N/m2).

5. Manometer digunakan untuk mengukur penurunan tekanan yang


dapat terjadi pada katup, sepanjang pipa, penukar kalor, dan lain-lain.
Hitunglah penurunan tekanan sepanjang pipa antara titik (1) dan titik
(2), dengan data dan ukuran pada gambar dapat ditentukan sendiri.

P1  1 g  a  h    2 g h  1 g a  P2

61
MEKANIKA FLUIDA Teori dan Aplikasi

6. Air mengalir melalui pipa 1 yang berdiameter 15 cm, kemudian pipa


itu bercabang dua yaitu pipa 2 dan 3 yang masing-masing berdiameter
10 cm dan 5 cm. Kecepatan aliran air pada pipa 2 = 0,5 kali kecepatan
air pada pipa 1 (v2 = 0,5 v1). Hitunglah:
(a) debit aliran pada masing-masing pipa (Q1, Q2, Q3: lt/s),
(b) kecepatan aliran pada pipa 1 & 2 (v1,v2), jika kec. air pada pipa 3
(v3 = 3 m/s).
7. Seorang mahasiswa menampung air di bak (tangki) yang bervolume
600 liter dengan membuka sebuah kran. Diameter pipa 5 cm dan
diameter kran 2,5 cm, jika kecepatan aliran air dalam pipa 0,5 m/s,
hitunglah:
(a) kecepatan air (m/s) dan kapasitas (debit) aliran air dalam lt/s yang
keluar melalui kran,
(b) berapa menit waktu yang dibutuhkan untuk mengisi (penuh)
tangki tersebut.
8. Air mengalir melalui pipa 1 yang berdiameter 5 cm, kemudian pipa
itu bercabang dua yaitu pipa 2 dan 3 dengan diameter pipa 3 adalah 3
cm. Kecepatan aliran v1 = 3 m/s dan v2 = 1 m/s. Jika debit aliran Q3 =
0,5 Q2 , hitunglah:
(a) debit aliran Q1, Q2, Q3 dalam lt/s,
(b) kecepatan aliran v3 dalam m/s,
(c) diameter pipa d2 dalam cm.

62

Anda mungkin juga menyukai