Anda di halaman 1dari 25

PERHITUNGAN TRANSPORT SEDIMEN

Intensitas transpor sedimen (T) pada suatu tampang


lintang sungai/saluran adalah banyaknya sedimen yang
lewat tampang lintang tersebut tiap satuan waktu.

Banyaknya sedimen dapat


dinyatakan dalam :
B T -berat (N/det)
-massa (kg/det)
-volume (m3/det)

Gambar 6.1. Denah Tampang I – I


Kerap kali T dinyatakan dalam banyaknya sedimen tiap
satuan lebar sungai/saluran, sehingga menjadi :

1. berat (N/m.det)
2. massa (kg/m.det)
3. volume (m2/det)
Rumus universal yang berlaku untuk bed load maupun
suspended load tidak dapat diharapkan, karena
mekanisme transpor masing-masing memang berbeda.
Jadi intensitas total sedimen :

Ttot = Tb + Ts

Dimana : Tb = bed load


Ts = suspended load
1. Bed Load

Suatu formulasi yang lengkap tentang gerak bed load


harus mencakup sebanyak mungkin variabel aliran dan
sedimen.

Parameter aliran : w, v, h, R, I, ks (kekasaran dasar)



uz = f(z) atau pembagian kecepatan dan lain-lain.

Parameter sedimen : w, d, s.f, sifat kohesif,


konfigurasi dasar dan lain-lain.
Sebagian besar rumus memakai parameter yang
menentukan keadaan batas (kritis) pada saat masih
belum terjadi Tb.

0 - c (tegangan gesek kritis)


q - qc (debit kritis tiap m)
 
U Uc (kecepatan rerata kritis)
1.1. Rumus Tertua dari DUBOIS (1979) – Perancis

qb = Cs 0 (0 - c)

qb = volume bed load (bahan padat) tiap satuan


lebar tiap satuan waktu
Cs = koefisien, fungsi diameter
0 = tegangan gesek
c = tegangan gesek kritis (0 pada qb = 0)
Atau :

Tb = s g qb

Tb = intensitas bed load


s = rapat massa sedimen
g = gravitasi

Koefisien Cs diberikan oleh STRAUB.

Rumus-rumus kemudian dikembangkan dengan


memasukkan parameter lain seperti ks, I, Q, d, h dan lain-
lain.
 
Rumus SHIELDS (1937)
s  w
qb
w  0  c
 10
q.I (  s   w ) gd

Rumus ini homogen dan tak berdimensi


qb = debit bed load
q = debit air
s = rapat massa sedimen
w = rapat massa air
0 = tegangan gesek
c = tegangan gesek kritis dari grafik SHIELDS (S3)
d = diameter butir
Mengingat :
q = h.U
U
q.I = .h.I
= (h.I)1,5 
U
Jadi qb (:) (h.I)2,5 atau qb (:)5
 
Rumus-rumus tersebut karena sifat keterbatasan
penggunaannya (range pengujiannya baik di laboratorium
maupun di prototipe), dianggap masih kurang mampu
untuk melukiskan fenomena transportasi bed load).
Rumus MEYER-PETER & MULLER (1934)
Rumus ini dikembangkan di Zurich (Swiss) untuk sedimen kasar, seragam
dengan s = 2680 kg/m3. Hubungan paling sesuai adalah sbb :
2/3 2/3
  q .I  a  b Tb
  d d
q = debit tiap satuan lebar tiap satuan waktu yang menentukan bed
kg . f
load Tb ( m. det )
kg . f
Tb = berat bed load di udara tiap satuan lebar tiap satuan waktu ( )
m. det
d = diameter butir (m)
I = kemiringan garis energi
a,b = koefisien
Penyelidikan lebih lanjut dilakukan dengan sedimen yang
mempunyai bermacam-macam rapat massa (s) dan juga
dengan diameter tidak seragam dengan s = 2680 kg/m3.
Hasilnya yang penting adalah sebagai berikut :

Bahwa kehilangan tenaga total harus dianggap terdiri atas


2 bagian :
1. Kehilangan hanya akibat bentuk dasar sungai (shape
roughness, dune/ripple roughness)
2. Kehilangan tenaga akibat gesekan dengan butir-butir di
dasar sungai (particle/grain roughness).

Dianggap yang terakhir (ks’) yang lebih menentukan


transportasi sedimen (bed load), sehingga harus
ditampakkan dalam rumus Tb.

Dengan rumus STRICKLER U  k s .R 2 / 3 .I 1 / 2 diperoleh kemiringan
garis energi akibat gesekan butiran (I’) sebagai fungsi I total sbb:
2
 ks 
I '    .I yang kemudian diperbaiki berdasakan percobaan
 ks ' 
menjadi :
3/ 2
k 
I '   s  .I
 ks 
Graff :
3/ 2
I'  k 
sehingga :     s  disebut Ripple Factor
I  ks ' 

ks = koefisien kekasaran Strickler


‘ = akibat butiran (grain)
Untuk bed load rumus MPM yang paling sesuai dengan
percobaan adalah :
Qs k s 3 / 2  w 1/ 3
 w . .( ) .h.I  0,047.( s   w ).d m  0,25.( ) .(Tb ' ) 2 / 3
Q ks ' g
MEYER – PETER & MULLER
W = berat jenis air (t/m3)
Qs R
 = faktor koreksi berhubung tampang saluran,
Q h
Qs
1 untuk B = 
Q
3/ 2
 ks  26
     " ripple factor" ; k s '  1/ 6
(m1 / 3 / det)
 ks '  d 90
dm = diameter median  d50-d60 (m)
s = BJ sedimen (solid material) (t/m3)
Tb’ = berat sedimen (padat) dalam air tiap satuan lebar tiap
satuan waktu (t/m.det)
Tb ' 3
Volume sedimen padat =  -  ( m / m. det)
s w
Catatan:
 Dalam satuan mks w = wg = 1000 . 9,8 = 9800 N/m3 dst
 Dalam keadaan kritis Tb’ = 0
Rumus MPM menjadi:
 w hI
 0,047, B= ; =1
( s -  w ) dm
c
 0,047
( p s - p w )gd m

Mirip korelasi SHIELDS pada S3


SHIELDS
0,055
c
( p s - p w )gd m 0,047 MPM

Re*

Gambar 6.2. Hubungan antara koefesien MPM dan


fungsi “entrainment” shields
Rumus EINSTEIN (1950)
Einstein menetapkan persamaan “bed load’ sebagai
persamaan yang menghubungkan gerak bahan dasar
dengan aliran setempat (local flow).

Persamaan itu melukiskan keseimbangan pertukaran


butiran dasar sungai antara bed layer dan dasarnya
(endapan berimbang dengan gerusan).

Hasilnya adalah : (EINSTEIN’s non dimensional -


function)
F (, ) = 0  diagram S7
Rumus EINSTEIN (1950)
Pendekatan pertama dengan metode statistis
Konsepnya sangat kompleks. Tetapi penggunaannya mudah
karena disediakan diagram S7
d 35

RI
 = paremeter intensitas aliran  - 
s w
 = apparent relative density =
w
 = ripple factor
R = radius hiraulik akibat R” dan R” (akibat grain dan ripple)
I = kemiringan energi
d35 = (perbaikan menurut graf, 1971)
Tb 1 1/ 2 1 1/ 2
 .( ) ( 3
)
 s .g  g.d 35
Tb

 s. 1 / 2 ( g .d 35 ) 3 / 2
 = parameter intensitas bed load
s = rapat massa pasir
N
Tb = intensitas transpor bed load ( m. det )
dinyatakan sebagai berat sedimen di udara.
Catatan : Einstein menggunakan d35(Diameter butiran
tanah yang bersesuaian dengan 35% yang lolos ayakan)
sebagai diameter yang relevan untuk transpor bed load dan
d65 untuk diameter yang representatif untuk kekasaran butir
tak seragam di dasar rata.
Ripple Factor () ditetapkan secara grafis S14 dengan :
R’ = .R
Rumus FRIJLINK (1952)
Dengan membandingkan hasil hitungan beberapa kasus
dalam prototipe berdasarkan kedua rumus sebelumnya
(MPM dan EINSTEIN) serta KALINSKE, maka FRIJLINK
mengusulkan rumus lain dengan memperhatikan pengaruh
konfigurasi dasar sungai secara khusus sebagai berikut :
Menurut FRIJLINK, Ripple Factor :
3/ 2
 C 
   
 C d 90 
12 R
C  18 log (m1/2/det)
k
12 R
C d 90  18 log (m1/2/det)
d 90
Jadi C = koefisien Chezy total (butiran + ripple)
Cd90 = koefisien Chezy akibat kekasaran butiran
dengan diameter representatif d90
Untuk dasar rata, C = Cd90 =1
dm
Korelasi antara  dan
hI
baik di prototipe maupun di laboratorium, dilukiskan pada
diagram S10 oleh FRIJLINK (1952).
Menurut FRIJLINK hubungan antara parameter bed load
dengan parameter aliran dilukiskan sebagai berikut :
Tb  0 , 27 d m
 5e
d m g . .R.I  .R.I
Tb = volume sedimen (padat) tiap lebar sungai tiap
satuan waktu (m3/m.det)
Dm = diameter median = d50
 = ripple factor
R = radius hidraulik
I = lereng garis energi
 =  s   w = rapat massa semu
w
Untuk memudahkan hitungan Tb disediakan diagram S9.
Studi perbandingan tentang hasil-hasil hitungan Tb dengan
metode MPM, EINSTEIN dan FRIJLINK maupun KALINSKE,
diperlihatkan pada diagram S8.
Contoh Soal :
Sebuah sungai mempunyai lebar dasar 108 m dan kedua
tebingnya tegak. Pada pengaliran yang dapat dianggap permanen
beraturan (steady uniform flow), kedalaman air = 5,75 m
sedangkan kecepatan rerata pada muka air = 0,862 m/det.
Pengukuran pada elevasi 20% dari dalam air (terhitung dari
dasar) menunjukkan kecepatan air sebesar 0,679 m/det.
Dasar sungai terdiri atas pasir dan kerikil dengan rapat massa
2595 kg/m3. Komposisinya adalah sebagai berikut : d35 = 1,2
mm ; d50 = 1,5 mm ; d65 = 2 mm ; d90 = 9 mm. Void ratio timbunan
bahan dasar yang ditranspor sungai = 49%. Rapat massa air =
100 kg/m3 ; g = 9,78 m/det2 ; suhu air = 20ºC.
Seluruh debit sungai tersebut harus melalui sebuah saluran
dengan kedua ujung taludnya 3 (tegak) : 4 (datar) , sedangkan
kemiringan dasar saluran = 6,7 x 10-5.
Petunjuk : Jika kedalam air kurang dari 5% lebar dasar, maka
gesekan terhadap tebing diabaikan.
Pertanyaan :
•Hitung debit sungai dan tentukan sifat hidraulik kekasaran
dasar/dindingnya secara analitis!
•Tentukan konfigurasi dasar sungai dan faktor bentuk butiran
bahan dasar rerata!
•Berapa m3 timbunan bahan dasar yang ditranspor sungai
setahunnya menurut Meyer-Peter-Muller?
•Hitung lebar dasar saluran jika dalam air dan koefisien kekasaran
Chezy di saluran dan di sungai dianggap tetap!
•Berapa m3/det kapasitas transpor bed load saluran menurut
Einstein?
•Idem menurut Frijlnk, jika rerata hasil (e) dan (f) dibandingkan
terhadap hasil ©, apakah kesimpulan saudara?
•Tentukan diameter butiran batu bulat yang diperlukan sebagai
pelindung dasar saluran!

Anda mungkin juga menyukai