Anda di halaman 1dari 8

3.1.

13 Oseanografi
a) Batimetri
Proyek pembangunan PPS Lampulo tidak terlepas dari daerah laut. Pada
dasarnya fasilitas laut dibangun dilaut yaitu dermaga dan pemecah gelombang.
Data batimetri sekitaran PPS Lampulo mempunyai kemiringan 0,006 dari
0 – 5 m, 0,008 dari 5 – 10 m yang berhadapan dengan makam Syiah Kuala dan
mempunyai kemiringan 0,016 pada sisi kiri alur muara dari 0 – 5 m, mempunyai
kimiringan 0,005 dari 5 – 10 m (Gambar 3.1).
b) Pasang Surut
Pasang surut merupakan proses naiknya paras laut secara berkala yang
ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa, terutama
matahari dan bulan, terhadap massa air dibumi (Pariwono dalam Ongkosongo
dan Suyarso, 1989). Pada umumnya sifat (tipe) pasang surut di suatu perairan di
tentukan dengan rumus Formzahl :
AK 1  AO1
F
AM 2  AS 2

dengan F : bilangan Formzahl


AK1 dan AO1 : Amplitudo pasang surut harian utama (diurnal)
AM2 dan AS2 : Amplitudo pasang surut ganda utama (semidiurnal)
Klasifikasi tipe pasang surut di lokasi perairan adalah:
a. pasang surut ganda jika F  0,25

b. pasang surut campuran ganda jika 0,25  F  1,5

c. pasang surut campuran tunggal jika 1,5  F  3

d. pasang surut tunggal jika F 3


Gambar 3.1 Peta Batimetri Perairan PPS Lampulo
Tabel 3.11. Komponen Pasang Surut di Lokasi PPS Lampulo
Tetapan So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
A (dm) 10,166 3,392 3,234 0,933 3,349 0,627 0,666 0,357 0,178 0,084
g () 3,56 -57.18 59,43 16,6 81,84 -47,17 58,62 55,86 -11,06
Ket: A : Amplitudo Komponen Pasang Surut
g : Fase Komponen Pasang Surut

Berdasarkan data komponen pasang surut pada Tabel 3.11 yang diolah melalui
metode least square maka di daerah perairan PPS Lampulo semidiurnal (pasang
surut ganda) dengan nilai F=0,195 yang mempunyai arti dalam satu hari terjadi 2
kali pasang surut. Adapun elevasi penting muka air laut dapat dilihat pada
Tabel 3.12.

Gambar 3.2 Perbandingan Pasang Surut Hasil Pengamatan dan Peramalan (dm)
pada tanggal 30 September – 14 Februari 2006 di PPS Lampulo

Tabel 3.12. Elevasi Penting Pasang Surut di PPS Lampulo


Elevasi Penting (dm)

• HHWL : highest hight water level, muka air tertinggi. 16,62


• MHWL : mean high water level, rata-rata seluruh muka air tinggi. 14,78
• MSL : mean sea level, rata-rata seluruh muka air yang terjadi. 11,36
• MLWL : mean low water level, rata-rata seluruh muka air rendah. 7,94
• LLWL : lowest low water level, muka air terendah. 5,99

c) Gelombang
Gelombang yang terbentuk dilaut merupakan salah satu efek dari adanya
keberadaan angin. Sifat-sifat gelombang laut sangat tergantung kecepatan
angin, waktu dimana angin sedang bertiup dan panjang fetch (daerah tiupan
angin). Prediksi Tinggi dan Periode gelombang di perairan PPS Lampulo
digunakan data arah dan kecepatan angin dari Stasiun Meteorologi dan
Geofisika Bandar udara Blang Bintang. Gelombang laut diprediksi berdasarkan
formulasi persamaaan (SPM,1984):
1
U A2 �gF �2
-3
H mo  1, 6 x10 �2�
g � UA �
1
(3.1)
U �gF �3
Tmo  2,857 x10-1 A �2�
g �UA �

dengan H m0 : Tinggi gelombang laut (m)


Tm0 : Periode gelombang laut (detik)
g : Percepatan gravitasi (m/detik2)
F : Panjang Fetch (m) (Batasan daerah tiupan angin)
U A  0,71 U 1, 23 : faktor stress angin

Adapun Panjang panjang fetch dihitung berdasarkan persamaan berikut:


Lf i . cos  i
Lf i 
 cos  i

(3.2)
Pengukuran total “i” untuk setiap arah angin mencakup pengukuran dalam
wilayah pengaruh fetch (22,5 searah jarum jam dan 22,5 berlawanan arah
jarum jam). Pembentukan gelombang dilaut dalam dianalisa dengan formula
yang diturunkan secara empiris dari model parametrik yang didasarkan pada
spektrum gelombang JONSWAP (Shore Protection Manual, 1984).

Berdasarkan prediksi gelombang persamaan (3.1) diperoleh tinggi gelombang


signifikan rata-rata (1994-2006) adalah 0,469617 dan tinggi gelombang H 1/10
adalah 0,724022 dengan periode 3,488516 detik yang mempunyai arti bahwa
gelombang perairan dalam berada pada kedalaman 10 meter (Detail
Engineering Desain PP Lampulo, PT. Perentjana Djaja, 2006).

d) Arus Laut
Arus yang terjadi disekitar pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo merupakan
interaksi yang saling mempengaruhi dari arus akibat gelombang, pasang surut
dan arus akibat angin. Pengamatan arus dilakukan oleh tim Detail Engineering
Desain PP Lampulo, PT. Perentjana Djaja, 2006 selama 27 jam dengan interval
waktu 1 jam yang dilakukan pada tanggal 30 September sampai 1 Oktober 2006
di lokasi muara krueng aceh. Berdasarkan data tersebut di posisi muara krueng
aceh tercatat bahwa kecepatan arus berkisar antara 0,051 m/detik (arah 320,
300, 310) ke arah barat laut sampai dengan 0,172 m/detik (arah 240, 210,
180) ke arah tenggara (selatan-barat) .

Pola sirkulasi arus dilakukan juga dengan memilih model hidrodinamika laut
dengan pembangkit gelombang, karena memudahkan pelaksanaan teknis untuk
memperoleh informasi arus pada daerah proyek. Pola sirkulasi arus akibat
gelombang dimodelkan dengan menggunakan persamaan hidrodinamika 2
dimensi sebagai berikut:

�z C f u u  v
2 2
�u �u �u
u v  -g -  Rx  M x (3.3)
�t �x �y �x (h z )
�z C f v u  v
2 2
�v �v �v
 u  v  -g -  Ry  M y (3.4)
�t �x �y �y (hz )
�z �( u ( h  z ) ) �( v ( h  z ) )
  0 (3.5)
�t � x � y
dengan t adalah waktu, (x,y) koordinat kartesian dalam bidang horizontal, (u , v )

komponen kecepatan arus, ( C f ) koefisien gesekan dasar, ( Rx , Ry ) stress radiasi

dalam arah x dan y, g percepatan grafitasi, h kedalaman perairan, dan z adalah


elevasi muka air. Data input model hidrodinamika pada simulasi ini berupa input
batimetri. Model hidrodinamika tersebut dibangkitkan oleh gelombang datang.

Gambar 3.3. Arus akibat gelombang (H 0=0.72 m, T=3,48 s, =315°) di Perairan


PPS Lampulo (m/s) tanpa treatment breakwater kolam pelabuhan
Kecepatan arus akibat gelombang arah barat mengakibatkan arus sejajajar
pantai di bagian sisi kiri dan kanan alur dengan kecepatan maksimum 0,74 m/s
menuju timur laut. Adapun sirkulasi arus di alur krueng Aceh akibat gelombang
datang cenderung menuju tenggara dengan kecepatan maksimum 0,2 m/s.

e) Transport Sedimen dan Perubahan Level Dasar


Transport sedimen total pada kasus gelombang dan arus didefinisikan sebagai
penjumlahan transport sedimen dasar dan transport sedimen melayang, dengan
suatu pendekatan sederhana dari transport sedimen total dituliskan dalam
bentuk persamaan:
t cw2 C
qt  0, 05U
( rs - rw ) �
2
� (3.6)
r g 2 5/ 2
� �D50
� rw �
keterangan:
r w = densitas air

r s = densitas sedimen
D50 = diameter butiran sedimen
2
1 � uˆb �
t c  r gU / C  �
2
x 2
= stress geser yang berkaitan dengan arus dan
2� U � �

gelombang
uˆb  ( p H / T ) ( sinh kh )
-1
= amplitudo kecepatan gelombang dekat dasar
c
x ( f w ) = parameter tak berdimensi yang dikaitkan dengan kekasaran
( 2g )
dasar

( fw ) = koefisien gesekan dasar gelombang.

Hubungan matematis untuk kesetimbangan sedimen dari prinsip kekekalan


massa untuk gerakan butiran-butiran sedimen dituliskan sebagai:
zb �
� q �
qty
 tx  0 (3.7)
�t � x �y

dengan: qt menyatakan transport sedimen total dan z b adalah perubahan level

dasar (Koutitas, 1988).

Gambar 3.4. Pola Sedimentasi-Erosi selama 1 bulan dengan input arus akibat
gelombang (H0=0.72 m, T=3,48 s, 0=315°) di Perairan PPS
Lampulo (m/s) tanpa treatment breakwater kolam pelabuhan
Ket: S = Sedimentasi
E = Erosi

Tabel 3.13 Volume Tersedimentasi dan Tererosi di Perairan Lampulo

Volume Volume
Waktu Netto
Skenario Tersedimentasi Tererosi
Simulasi (m3)
(m3) (m3)
Tanpa
treatment
breakwater 1 bulan 398 394 4 (Tersedimentasi)
kolam
pelabuhan

Simulasi 1 bulan menunjukkan bahwa volume tersedimentasi 398 m 3 dan volume


tererosi 394 m3 dengan netto volume 4 m 3 yang memiliki arti dominan
tersedimentasi pada skenario tanpa treatment breakwater.

Anda mungkin juga menyukai