Anda di halaman 1dari 19

a.

Perencanaan Pelat Lantai Jembatan


Perancangan tulangan pada pelat lantai kendaraan dimulai dengan
melakukan perhitungan terhadap beban-beban yang bekerja pada pelat lantai
tersebut, yang berupa beban mati dan beban hidup. Berdasarkan beban-
beban tersebut, dihitung besarnya gaya yang bekerja, yang merupakan gaya
geser dan gaya lentur, yang akan menghasilkan momen lentur sebagai
acuan menghitung tulangan plat lantai tersebut.
Dasar perhitungan ini mengacu pada RSNI T 02-2005, RSNI T 12-2004
dan Manual Perencanaan Struktur Beton Bertulang Untuk Jembatan,
2008, dengan rincian perhitungan sebagai berikut:
1). Data Perencanaan

Tebal Pelat : 0,20 m


Tulangan : Tulangan pokok D16 mm dan D 12 mm
Mutu baja tulangan : 240 MPa
Mutu beton : 24,90 MPa
Berat isi beton (γc) : 2500 kg/m3
Tebal lapisan aspal (ta) : 0,10 m
Tebal genangan air hujan : 0,05 m
Jarak antar balok T : 1,75 m
Berat isi air : 1000 kg/m3
Berat isi lapisan aspal : 2240 kg/m3

Gambar: Tipikal Beban Mati Tambahan

1
2). Perhitungan Beban Pada Pelat

Dasar perhitungan dalam analisis beban pada pelat didasarkan pada


RSNI T02 - 2005 tentang Standar Pembebanan Untuk Jembatan.
Analisis beban yang bekerja pada jembatan adalah sebagai berikut :

a). Berat Sendri (PMS)

Tebal pelat lantai diketahui 200 mm dan faktor beban ultimit sebesar
(KMS = 1,3) ( RSNI T 02-2005, Hal. 9)
Maka, berat pelat lantai qMS = h x γc x 1m
qMS = 0,20 m x 2500 kg/m3 x 1 m
= 500 kg/m’ atau 5,00 kN/m’ (* 1 kg = 0,01 kN)

b). Beban Mati Tambahan (PMA)

Diketahui tebal air hujan 0,05 m dan tebal lapisan aspal 0,10 m dengan
berat isi masing-masing 1000 kg/m3 dan 2240 kg.m3. sedangkan untuk
faktor beban ultimit (KMA = 2,0) ( RSNI T 02-2005).
Maka, berat beban mati dapat dihitung
Berat air : 0,05 m x 1000 kg/m3 x 1 m = 50 kg/m’
Berat aspal: 0,10 m x 2240 kg/m3 x 1 m = 220 kg/m’ +
Bertat Beban Mati = 270 kg/m’
qMA = 2,7 kN/m’
a) Beban Truk “T” (TTT)
Beban truk dihitung berdasarkan RSNI T 02-2005 pasal 6.4 dengan Faktor
beban ultimit (KTT = 1,8) ( RSNI T 02-2005).
Pembebanan truk “T” dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai
susunan dan berat as seperti terlihat pada gambar 4.20. berat dari masing
masing as menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak
antara roda dengan permukaan lantai.
Jarak antara 2 as tersebut bisa diubah ubah antar 4,0m – 9,0m untuk
mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.

2
Gambar
: Pembebanan Truk “T” (500 kN)
Penyebaran pembebanan beban truk “T” arah melintang, Faktor Beban
Dinamis (FBD) diambil 30 % ( RSNI T 02-2005, Hal. 21)
FDB TTT= 500 kN x 0,3
= 150 kN
qTT = 150 kN / 1,75
= 85, 71 kN/m
b) Beban Angin (TEW)
Faktor beban akibat beban angin (KEW = 1,2) ( RSNI T 02-2005).
Lokasi jembatan Nunkurus I berada pada koordinat garis lintang
10° 4'11.53"S dan garis bujur 123°49'38.08"T, dari hasil analisis
Pencitraan google art jarak antara jembatan dan laut adalah 7,53 Km.

Gambar: Pengukuran Jarak Jembatan ke Titik Pantai Melalui Pencitraan

3
Maka, kecepatan angin Vw = 30 m/s dengan nilai Cw diambil pada
RSNI T 02-2005 dengan melihat b/d dengan ketentuan pada RSNI T
02 - 2005.
b adalah lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar sandaran
dan; d adalah tinggi bangunan atas termasuk tinggi bagian sandaran
yang masif. Nilai b = 9 m + (2 x 0,08 m)
= 9,16 m
d = 2m
Maka, b/d = 9,16/2
= 4,58
Nilai b/d = 4,58 atau sesuai ketentuan RSNI T 02-2005 nilai Cw
berada antara 1,5 dan 1,25 maka nilai Cw dicari menggunakan
interpolasi.
Diketahui nilai b/d = 2,0 → Cw = 1,5
b/d ≥ 6,0 → Cw = 1,25
b/d = 4,58→ Cw =

Gambar 4.20 Modeling Interpolasi

Cwx = ( ( 6 , 0−4 ,658, 0−2


) x (1 ,5−1 ,25)
,0 ) + 1,25
Cwx = 1,34
Menghitung gaya ultimit pada jembatan akibat beban angin
tergantung pada kecepatan angin rencana dengan persamaan :
TEW = 0,0006 Cw (Vw)2 Ab (kN)
Ab merupakan luas koefisien bagian samping Jembatan (m2),.

4
Tinggi batang – batang terluar (h) dan lebar as ke as ban (x) adalah
h = 1,20 m
x = 9m
Ab = 1,20 m x 9 m
= 10,8 m2
Luas ekivalen bagian samping untuk jembatan rangka diambil/
dianggap 30 % dari luas yang dibatasi oleh batang – batang bagian
terluar (RSNI T 02-2005, Hal. 34 pasal 7.6)
sehingga nilai Ab = 10,8 m2 x 0,3
= 3.24 m2
Maka, TEW = 0,0006 x 1,34 x (30)2 x 3,24 m2

TEW = 2,34 kN

Dianggap beban merata pada pelat dengan jarak antar gelagar 1,75 m
Sehingga qEW = 2,34 kN/1,75 m
= 1,34 kN/m
Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan
atas, apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban
garis merata arah horisontal harus diterapkan pada permukaan lantai
seperti diberikan dengan rumus beban angin (T EW) (RSNI T 02-2005,
Hal. 34, Pasal 7.6) :
TEW = 0,0012 x Cw x ( Vw)2 Ab
Dengan tinggi kendaraan (h) = 2 m dan lebar as ke as (x) =1,75

Gambar: Beban Angin Pada Kendaraan

5
Beban angin dianggap beban merata pada permukaan lantai
TEW = 0,0012 x 1,34 x ( 30)2 x 3,24
= 4,69 kN
Maka, PEW = (1/2 h / X) x TEW
1
= (( x 2)/1.75) x 4,69
2
= 2,68 kN
qEW = 2,68 kN/ 1,75 m
= 1,53 kN/m
c) Temperatur (TET)
Diketahui faktor beban ultimit temperatur (K ET = 1,2) ( RSNI T 02-
2005). Meghitung beban akibat temperatur diatur dalam RSNI T 02-
2005 hal. 27 dengan Tipe bangunan atas yang digunakan adalah
jebatan gelagar beton T denagn pelat lantai beton. Maka, nilai T min =
15 °C dan Tmaks = 40 °C.
Sifat bahan rata - rata akibat pengaruh temperatur adalah sebagai
berikut :
- Baja
Koefisien perpanjangan akibat suhu = 12 x 10-6 °C
Modulus Elastisitas = 200.000 MPa
- Beton ( 24,90 MPa = 2,49 kN/m2)
Koefisien perpanjangan akibat suhu :
Kuat tekan < 30 MPa α = 10 x 10-6 °C
Kuat tekan > 30 MPa α = 11 x 10-6 °C
Modulus Elastisitas :
Kuat tekan < 30 MPa E = 25.000 MPa
Kuat tekan > 30 MPa E = 34.000 MPa

ΔT = (Tmax – Tmin )/ 2

= (40 °C – 15 °C)/2

= 12,5 °C

6
Temperatur Movement = α x ΔT x L

= 10 x10-6 x 12,5 x 15 m

= 0,0019 m

Maka, gaya akibat temperatur adalah

PET = 2,49 kN/m2 x 0,0019 m x 15 m .

= 0,071 kN

qET = 0,071 kN/ 1,75 m

= 0,041 kN/m

1) Perhitungan Momen Ultimit (Mu)


Perhitungan momen lentur pada pelat lantai jembatan didasarkan pada koefisen
momen lentur seperti gambar berikut :

7
Gambar: Koefisien Momen

Gambar: Denah Jembatan

Gambar: Potongan Melintang Jembatan

a). Perhitungan Momen (M)

1. Akibat berat sendiri (MMS)


Diketahui lebar pelat lantai = 7 m dengan jarak antar gelagar 1,75 m dan beban
akibat berat sendiri = 5 kN/m

Gambar : Koefisien Momen

Maka, MMSL = 1/14 x 5 kN/m x (7 m)2


= 17,5 kN.m

8
MMST = 1/10 x 5 kN/m x (7 m)2 = 24,5 kN.m

1). Akibat beban mati tambahan (MMA)

Diketahui lebar pelat lantai = 7 m dengan jarak antar gelagar 1,75 m dan
beban mati tambahan = 2,7 kN/m

Gambar : Koefisien Momen

Maka, MMAL = 1/14 x 2,7 kN/m x (7 m)2


= 9,45 kN.m
MMAT = 1/10 x 2,7 kN/m x (7 m)2 = 13,23 kN.m

2). Akibat beban truk “T” (MTT)

Diketahui lebar pelat lantai = 7 m dengan jarak antar gelagar 1,75 m dan
beban truk “T” = 85,71 kN/m

Gambar: Koefisien Momen

Maka, MTTL = 1/14 x 85,71 kN/m x (7 m)2


= 299,99 kN.m
MTTT = 1/10 x 85,71 kN/m x (7m)2
= 419,98 kN.m

9
3). Akibat beban angin (MEW)

Diketahui lebar pelat lantai = 7 m dengan jarak antar gelagar 1,75 m dan
beban angin = 1,74 kN/m

Gambar: Koefisien Momen

Maka, MEWL = 1/14 x 1,74 kN/m x (7 m)2


= 6,09 kN.m
MEWT = 1/10 x 1,74 kN/m x (7 m)2
= 8,53 kN.m

4). Akibat temperatur (MET)

Diketahui lebar pelat lantai = 7 m dengan jarak antar gelagar 1,75


m dan beban akibat temperatur = 0,041 kN/m

Gambar : Koefisien Momen

Maka, MEWL = 1/14 x 0,041 kN/m x (7 m)2


= 0,144 kN.m
MEWT = 1/10 x 0,041 kN/m x (7 m)2
= 0,201 kN.m

10
a) Kombinasi Pembebanan
Tabel 4.5 Rekapitulasi Momen

No Jenis Beban Faktor Keadaan Momen Momen


Beban Ultimit Tumpuan Lapanga
(kN.m) n
(kN.m)
1 Berat Sendiri (MS) KMS 1,3 24,5 17,5
2 Beban Mati KMA 2,0 13,23 9,45
Tambahan (MA)
3 Beban Truk “T” KTT 1,8 419,98 299,99
(TT)
4 Beban Angin KEW 1,2 8,53 6,09
(EW)
5 Temperatur (ET) KET 1,2 1,42 1,01
Menurut RSNI T 02-2005, untuk momen rencana dalam perhitungan
penulangan perlu dilakukan kombinasi pembebanan (hal. 51 Pasal
9.6)

1. Kombinasi 1 untuk momen tumpuan

Tabel 4.6 Kombinasi 1 untuk momen tumpuan

Momen
Faktor Momen
Ultimit
No Jenis Beban Beban Tump. Aksi
Tumpuan
Ultimit (kN.m)
(kN.m)
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 24,5 x KBU 31,85
2 Beban Mati
2,0 13,23 x KBU 26,46
Tambahan (MA)
3 Beban Truk “T” (TT) 1,8 419,98 x KBU 755,96
4 Beban Angin (EW) 1,2 8,53 o KBU 8,53
5 Temperatur (ET) 1,2 0,021 o KBU 0,021
Total Momen Tumpuan 822,821

11
2. Kombinasi 1 untuk momen lapangan

Tabel 4.7 Kombinasi 1 untuk momen lapangan

Momen
Faktor Momen
Ultimit
No Jenis Beban Beban Lapangan Aksi
Lapangan
Ultimit (kN.m)
(kN.m)
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 17,5 x KBU 22,75
2 Beban Mati 9,45
2,0 x KBU 18,9
Tambahan (MA)
3 Beban Truk “T” 299,99
1,8 x KBU 539,98
(TT)
4 Beban Angin
1,2 6,09 o KBU 6,09
(EW)
5 Temperatur (ET) 1,2 0,144 o KBU 0,144
Total Momen Tumpuan 587,864

3. Kombinasi 2 untuk momen tumpuan

Tabel 4.8 Kombinasi 2 untuk momen tumpuan

Momen
Faktor Momen
Ultimit
No Jenis Beban Beban Tumpuan Aksi
Tumpuan
Ultimit (kN.m)
(kN.m)
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 24,5 x KBU 31,85
2 Beban Mati 13,23
2,0 x KBU 26,46
Tambahan (MA)
3 Beban Truk “T” 419,98
1,8 o KBU 419,98
(TT)
4 Beban Angin 8,53
1,2 o KBU 8,53
(EW)
5 Temperatur (ET) 1,2 0,021 o KBU 0,021

12
Total Momen Tumpuan 486,841

4. Kombinasi 2 untuk momen lapangan

Tabel 4.9 Kombinasi 2 untuk momen lapangan

Momen
Faktor Momen
Ultimit
No Jenis Beban Beban Lapangan Aksi
Lapangan
Ultimit (kN.m)
(kN.m)
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 17,5 x KBU 22,75
2 Beban Mati 9,45
2,0 x KBU 18,9
Tambahan (MA)
3 Beban Truk “T” 299,99
1,8 o KBU 299,99
(TT)
4 Beban Angin 6,09
1,2 o KBU 6,09
(EW)
5 Temperatur (ET) 1,2 0,144 o KBU 0,144
Total Momen Tumpuan 347,874

5. Kombinasi 3 untuk momen tumpuan

Tabel 4.10 Kombinasi 3 untuk momen tumpuan

Momen
Faktor Momen
Ultimit
No Jenis Beban Beban Tumpuan Aksi
Tumpuan
Ultimit (kN.m)
(kN.m)
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 24,5 x KBU 31,85
2 Beban Mati 13,23
2,0 x KBU 26,46
Tambahan (MA)
3 Beban Truk “T” 419,98
1,8 o KBU 419,98
(TT)
4 Beban Angin 1,2 8,53 x KBU 10,24

13
(EW)
5 Temperatur (ET) 1,2 0,021 o KBU 0,021
Total Momen Tumpuan 488,551

6. Kombinasi 3 untuk momen lapangan


Tabel 4.9 Kombinasi 3 untuk momen lapangan

Momen
Faktor Momen
Ultimit
No Jenis Beban Beban Lapangan Aksi
Lapangan
Ultimit (kN.m)
(kN.m)
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 17,5 x KBU 22,75
2 Beban Mati 9,45
2,0 x KBU 18,9
Tambahan (MA)
3 Beban Truk “T” 299,99
1,8 o KBU 299,99
(TT)
4 Beban Angin 6,09
1,2 x KBU 7,31
(EW)
5 Temperatur (ET) 1,2 0,144 o KBU 0,144
Total Momen Tumpuan 349,094
Dari hasil Kombinasi diambil nilai kombinasi momen ultimit yang terbesar dari
ketiga kombinasi momen diatas yaitu :
Momen Lapangan (MuL) = 587,864 kN.m
Momen Tumpuan (MuT) = 822,821 kN.m

a. Perhitungan Tulangan Pelat


Perencanaan pelat direncanakan dengan tebal pelat t = 200 mm, tebal
selimut beton dc = 40 mm, tulangan yang dipakai D 16
Tinggi Efektif pelat d = h – selimut beton – ½ Dpokok
= 200 – 40 - ½ (16)

14
= 152 mm
a) Penulangan Lapangan
MuL = 587,864 kN.m
= 587864 N.m
Menghitung Raiso Tulangan (ρ)
ρmin =1,4/ fy
= 1,4/240 MPa
= 0,0058

ρmax = 0,75 x
0 , 85. fc . β 1
fy
x
[
600
600+ fy ]
= 0,75 x
0 , 85.24 , 90.0 , 85
240
x
[
600
600+240 ]
= 0,040

ρperlu = √
1- 1−
2 Mu
0 , 85. fc . b . d
fy/0 , 85 fc
2

= √
1- 1−
2 x 587864
0 , 85 x 24 ,90 x .1000 x 1522
240 /0 , 85 x 24 , 90
= 1,8 x 10-4 = 0,00018
Di kontrol ρmin < ρperlu < ρmax
Dari hasil perhitungan didapat ρperlu < ρmin, sehingga nilai rasio
tulangan yang dipakai yaitu ρmin = 0,0058
Menghitung luas (As Perlu) = ρ x b x d
As perlu = 0,0058 x 1000 m x 150,5 = 872,9 mm2
Tulangan pokok yang dipakai adalah D 16 (201,062 mm2) dengan
2
201,062mm x
jarak s = 2 1000 mm
872 ,9 mm
s = 230,34 mm atau = 230 mm.

Jadi, dipakai tulangan D 16 – 230 mm

Tulangan bagi memanjang arah lalu lintas atau searah lalu lintas
diambil presentasi ( max 50 % dan min 30 %) atau dengan pesamaan

15
55
(RSNI T-12-2004, pasal 5.5.4, hal. 39). Perencanaan ini diambil
√l
50 % dari dari tulangan lentur maka, Asb = 50 % x As perlu
Asb = 0,5 x 872,9 mm2
= 436,45 mm2
Dipakai tulangan bagi D 12 (113,04 mm2) dengan jarak antar
tulangan
2
113 ,04 mm
s = 2 x 1000 mm
436 , 45 mm
= 258,99 mm atau = 260 mm
Jadi, penulangan pada daerah lapangan dipakai tulangan D 16 – 230
dan D 12 – 260 mm
b) Penulangan Tumpuan
MuT = 822,821 kN.m
= 822821 N.m
Menghitung Raiso Tulangan (ρ)
ρmin =1,4/ fy
= 1,4/240 MPa
= 0,0058

ρmax = 0,75 x
0 , 85. fc . β 1
fy
x
[
600
600+ fy ]
= 0,75 x
0 , 85.24 , 90.0 , 85
240
x
[
600
600+240 ]
= 0,040

ρperlu = √
1- 1−
2 Mu
0 , 85. fc . b . d
fy/0 , 85 fc
2

= √
1- 1−
2 x 822821
0 , 85 x 24 ,90 x .1000 x 150 , 52
240 /0 , 85 x 24 , 90
= 1,5 x 10-4
Di kontrol ρmin < ρperlu < ρmax
Dari hasil perhitungan didapat ρperlu < ρmin, sehingga nilai rasio
tulangan yang dipakai yaitu ρmin = 0,0058

16
Menghitung luas (As Perlu) = ρ x b x d
As perlu = 0,0058 x 1000 m x 150,5
= 872,9 mm2
Tulangan pokok yang dipakai adalah D 16 (201,062 mm2) dengan
2
201,062mm x
jarak s = 2 1000 mm
872 ,9 mm
s = 230,34 mm, dibulatkan s = 230 mm
Jadi, dipakai tulangan D 16 – 230 mm
tulangan bagi memanjang arah lalu lintas atau searah lalu lintas
diambil presentasi ( max 50 % dan min 30 %) atau dengan pesamaan
55
(RSNI T-12-2004, pasal 5.5.4, hal. 39). Perencanaan ini diambil
√l
50 % dari dari tulangan lentur maka, Asb = 50 % x As perlu
Asb = 0,5 x 872,9 mm2
= 436,45 mm2
Dipakai tulangan bagi D 12 (113,04 mm 2) dengan jarak antaar
rulangan
2
113 ,04 mm
s = 2 x 1000 mm
436 , 45 mm
= 258,99 mm atau = 260 mm
Jadi, penulangan pada daerah tumpuan dipakai tulangan D 16 – 230
dan D 12 – 260

Tabel 4.10 Rekapitulasi Perencanaan Pelat Lantai Jembatan

Diameter Daerah Lapangan Daerah Tumpuan


No Tulangan AS Perlu s
(mm) AS Perlu (mm2) s (mm)
(mm2) (mm)
1 16 872,9 mm2 230 872,9 mm2 230
2 12 436,45 260 436,45 260

17
18
Gambar : Gambar Penulangan Pelat Lantai Jembatan

19

Anda mungkin juga menyukai