FLOW NET
4.1 Pendahuluan
Perkiraan rembesan sangat penting apabila kita memakai dinding penghalang
untuk membatasi masuknya air ke dalam suatu galian. Dinding dapat dibangun dari kayu
atau beton pracetak, turap baja, lempung, beton, kombinasi, turap baja dan tanah (sel
bendungan pengelak) atau material-material lainnya. Perkiraan rembesan penting dalam
pembangunan bendungan, baik jenis urugan maupun beton. Sebagian besar bendungan
membolehkan terjadinya rembesan, baik melalui bendung itu sendiri maupun melalui
dasarnya. Apabila material dasar dan pinggirnya merupakan batuan, sering batuan itu
disuntik dengan adukan encer (grouting) untuk mengisi retakan-ratakan dan mengurangi
permeabilitas.
Tanpa terjadinya keruntuhan atau kehancuran struktural, kita dapat
mendefinisikan suatu bendungan yang berhasil sebagai suatu bendungan di mana retensi
netto (aliran masuk – keluar total, rembesan dan penguapan) akan cukup memenuhi
persyaratan-persyaratan desain.
Sekelompok garis aliran dan garis ekipotensial disebut jaring arus (flow-net).
Garis ekipotensial adalah garis-garis yang mempunyai tinggi energi potensial yang sama
(h konstan) atau Garis ekipotensial adalah suatu garis sepanjang mana tinggi potensial
di semua titik pada garis tersebut adalah sama. Gambar 4.1 memperlihatkan contoh
dari sebuah jaring arus pada struktur turap baja. Permeabilitas lapisan lolos air dianggap
isotropis ( kx = kz = k ). Perhatikan bahwa garis penuh adalah garis aliran dan garis titik-
adalah garis ekipotensial. PQ dan TU adalah ekipotensial, sedang QRST dan VW adalah
garis aliran.
Garis aliran adalah suatu garis sepanjang mana butir-butir akan bergerak dari
bagian hulu ke bagian hilir sungai melalui media tanah yang tembus air (permeable)..
Jadi apabila alat-alat piezometer diletakkan di beberapa titik yang berbeda-beda di
sepanjang suatu garis ekipotensial, air di dalam piezometer tersebut akan naik pada
ketinggian yang sama.
Penggambaran jaring-arus, garis aliran dan garis ekipotensial dilakukan dengan
84
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
cara trial and error. Pada prinsip fungsi θ (x,z) dan φ (x,z) harus diperoleh pada batas
kondisi yang relevan. Penyelesaian diberikan dengan cara menganalisis hubungan
beberapa kelompok garis ekipotensial dan garis aliran. Pinsip yang harus dipenuhi di
dalam cara jaring arus adalah antara ekipotensial dan garis aliran harus berpotongan
tegak lurus. Selanjutnya, penggambaran jaring arus diusahakan harus sedemikian rupa
sehingga ∆φ bernilai sama antara sembarang dua garis aliran yang berdekatan dan ∆φ
bernilai sama antara sembarang dua garis ekipotensial yang berdekatan.
Bila perpotongan garis aliran dan garis ekipotensial berbentuk bujur sangkar (∆l
= ∆b). Untuk sembarang bujur sangkar, ∆φ = ∆θ
∆h h
i= ∆h =
∆l Nd ..................................................................................4.2
Ket: h = beda tinggi energi antara garis ekipotensial awal dan akhir
85
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
4.2 Tujuan Khusus
a. Selalu gambarkan bujur sangkar yang berpotongan tegak lurus apabila masih
mungkin menggambarkannya, kecuali pada titik tunggal, seperti pada sudut-sudut.
b. Gunakan sesedikit mungkin jalur aliran dan penurunan ekipotensial yang dihasilkan
sambil mempertahankan bentuk bujur sangkar. Umumnya cukup 4 s/d 6 jalur;
c. Periksa ketepatan bujur sangkar tersebut dengan menambah garis-garis tertentu dan
meneliti apakah garis-garis tersebut membagi bujur sangkar yang lebih besar
menjadi bujur sangkar yang lebih kecil tetapi masih dapat terlihat
Lajur aliran adalah ruang memanjang yang terletak di dua garis aliran yang
berdekatan. Untuk menghitung rembesan di bawah struktur bendung, ditinjau lajur-lajur
aliran. Garis-garis ekipotensial memotong garis aliran. Debit ∆q adalah aliran yang
lewat satu lajur aliran per satuan lebar struktur bendung. Menurut hukum Darcy, dalam
satu lajur aliran: Garis ekipotensial
86
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
............................................................................4.3
l1 = b1
l2 = b2
l3 = b3
...... dst
Debit rembesan (q) per satuan lebar struktur bendung:
Nf
q = kh n ...........................................................................................4.4
Nd
Air pada keadaan statis didalam tanah, akan mengakibai tekanan hidrostatis
yang arahnya ke atas (uplit). Akan tetapi, jika mengalir lewat lapisan tanah, aliran air
akan mendesak partikel tanah sebesar tekanan rembesan hidrodinamis yang bekerja
menurut arah alirannya. Besarnya tekanan rembesan akan merupakan fungsi gradien
hidrolik (i).
Sebuah struktur bendungan tanah yang didasari lapisan kedap air (Gambar 4.3).
Panjang garis aliran sama dengan dL dan luas potongan melintang tabung aliran adalah
dA. Besarnya gaya tekanan air dapat dinyatakan sebagai fungsi dh,sebagai berikut
87
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Gambar 4.3 Tekanan rembesan
dp = γw.dh.dA ...................................................................................................4.5
.......................................................................4.6
Karena aliran air dalam tanah biasanya lamban, maka gaya inersia pada air yang
bergerak diabaikan. Dengan menganggap dp/(dAdL) = D, maka akan diperoleh
persamaan gaya rembesan per satuan volume:
88
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Gambar 4.4 Pengaruh gaya rembesan terhadap γ’
Pada titik 2, atau sembarang titik pada gais aliran, dua vektor D dan γ' bekerja
saling tegak lurus, menghasilkan vektor resultan gaya yang miring.
Pada titik 3, di mana arah aliran vertikal, berat volume efektifhya adalah:
Disini, jika D = γ’, tanah akan nampak kehilangan beratnya sehingga menjadi
tidak stabil. Hal demikian, disebut kondisi kritis dimana pada keadaan ini terdapat
gradien hidrolik kitis, dengan kecepatan aliran yang terjadi juga kecepatan kritis (vc).
Pada kondisi kitis:
D = γw.ic ...........................................................................................................4.10
Bila kecepatan aliran melampui kecepatan kitis, D > γ'dan γef dalam
Persamaan di atas menjadi negatif. Hal ini berarti tanah dalam keadaan mengapung atau
terangkat ke atas. Tanah kondisi demikian disebut tanah dalam kondisi mengapung atau
mendidih (quick - condition).
89
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
4.7 Kondisi Mengapung (Quick - condition)
W - D = 0 ......................................................................................................4.11
.........................................................................4.12
Ket:
n = porositas
e angka poi
γ’ = γw.ic .........................................................................................................4.13
γ,
ic = .........................................................................................................4.14
γw
..................................................................................................4.15
90
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Gradien hidrolik kritis didefinisikan sebagai gradien hidrolik minimum yang
akan menyebabkan kondisi mengapung pada jenis tanah tertentu. Untuk pasir dengan
Gs = 2,65 dan e = 0,65 (yaitu tanah pasir dengan kepadatan sedang), nilai gradien
hidrolik kitis:
...........................................................4.16
ic
i≤ ..............................................................................................................4.17
SF
Contoh soal:
Lapisan pasir halus setebal 3 m mempunyai angka pori (e) = 0,75 berat jenis
(Gs) = 2,65. Tentukan tekanan air ke atas yang mengakibatkan bahaya tanah
mengapung. Jika koefisien permeabilitas tanah pasir, k = 0,2 x 10-4 cm/det pada 20°C,
berapakah debit yang harus dipelihara untuk mencegah kondisi kritis tanah? Jika
temperatur naik menjadi 30° C, berapakah persentase kenaikan debitnya?
Penyelesaian:
Q = k.i.A = k(∆h/L)1
91
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Tabel 4.1 Nilai µT/µ
µ20
µ 20
k 30 = dari tabel µ30/µ20 = 0,793 (lihat tabel)
µ 30
Bila tekanan rembesan ke atas yang terjadi dalam tanah sama dengan ic, maka
tanah akan mengapung. Keadaan semacam ini juga dapat berakibat terangkutnya butir-
butir tanah halus, sehingga terjadi pipa-pipa di dalam tanah yang disebut piping. Akibat
terjadinya pipa-pipa yang berbentuk rongga-dapat mengakibatkan fondasi bangunan
mengalami perununan, hingga mengganggu stabilitas bangunan. Harza (1935)
memberikan faktor keamanan bangunan air terhadap bahaya piping:
ic
SF = ...........................................................................................................4.18
ie
ic = γ’/γw .........................................................................................................4.19
92
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Gradien keluar maksimum tersebut dapat ditentukan dari jaring arus dan
besarnya ∆h/L (∆h adalah kehilangan tinggi energi antara dua garis ekipotensial
terakhir, dan l adalah panjang dari elemen aliran). Faktor aman 3 atau 4 cukup
memenuhi angka aman strukturnya. Harza (1935) membeikan grafik gradien keluar
maksimum untuk bendungan yang dibangun pada lapisan homogen.
h
ic = C ........................................................................................................4.20
B
ΣL h
Lw = + ΣLv .............................................................................................4.21
3
Ket:
93
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Setelah weighted - creep - distance dihitung, weighted – creep ratio (WCR)
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
ΣL w
WCR = .............................................................................................4.22
H1 − H 2
Nilai WCR harus lebih besar dari nilai yang terdapat dalam tabel 4.2. Lintasan
aliran yang melewati struktur dengan sudut kemiringan >45° diperhitungkan sebagai
lintasan vertikal (Lv), sedang ingan lintasan. Aliran ≤ 45o diperhtungkan sebagai
lintasan horizontal (Lh)
94
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Terzaghi (1922) mengerjakan beberapa pengujian model turap tunggal..
Hasilnya, lokasi yang dipengaruhi oleh bahaya piping terjadi sejarak d/2 dari dinding
turap (d = kedalaman penetrasi turap ke tanah). Stabilitas struktur dapat ditentukan
dengan memperhatikan prisma tanah pada sisi hilir menurut tebal satuan dan potongan
d x d/2. Dengan menggunakan jaring arus, tekanan ke atas dapat ditentukan dari
persamaan:
U =½.γw.d.ha ..................................................................................................4.23
Dengan ha = tinggi energi hidrolik rata-rata (average hydraulic head) pada dasar
daii prisma tanah. Gaya berat prisma tanah yang terendam bekerja ke bawah, dapat
dinyatakan dengan berat mengapung:
W’ = ½.γ’.d2 ..................................................................................................4.24
95
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Untuk keamanan struktur turap tunggal pada Gambar 4.9, dalam menghitung
faktor aman minimum terhadap piping, Terzaghi (1943) menyarankan untuk
memperhatikan stabilitas prisma tanah berdimensi d/2 x d’ x 1. Perhatikan bahwa
0<d'≤d. Akan tetapi, bila faktor aman (SF) yang diberikan 4 sampai 5, penggunaan d =
d' dianggap cukup aman dan memenuhi syarat kestabilan (Harr, 1962).
Jaring arus dapat digunakan untuk menentukan besar gaya tekanan air ke atas
(uplift pressure) di bawah sebuah struktur. Lihat contoh berikut:
96
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Gambar 4.10 Struktur bawah dan dagram tekanan air ke atas
Kondisi struktur bagian bawah dari sebuah bendung seperti gambar di atas.
Tinggi tekanan di D adalah (11 + 2,3m) dikurangi dengan kehilangan tinggi energi
hidrolik. Titik D bertepatan dengan garis ketiga permulaan dengan sisi sebelah hulu,
yang berarti bahwa kehilangan tinggi energi hidrolik pada titik ini = 2 (h//Nd) =
2(11/12) = 1,83 m.
Perhatikan bahwa titik F berada di tengah antara garis ekipotensial nomer 3 dan 4, yang
dihitung dari hulu.
97
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Tinggi energi tekanan air yang telah terhitung, kemudian digambarkan pada Gambar di
atas. Antara titik F dan G, variasi tinggi tekanan akan mendekati linier. Gaya tekanan
air ke atas per satuan panjang dari bendungnya (U), dihitung dengan persamaan :
= 9,81 x [0,5 (11,47 + 10,55) (1,65) + 0,5 (10,55 + 8,44) (1,65) + 0,5(8,44 + 3,86) (19) +
0,5 (3,86 +5,05)(1,65) + 0,5(5,05 + 4,13)(1,65)]
= 1705,76 kN/m
4.10.1 Menghitung Debit Rembesan Tanah Berlapis dengan Cara Jaring Arus
Bila jaring arus akan digambarkan untuk kondisi 2 lapisan yang berbeda, maka
pada batas lapisannya gambar jaring arus akan patah. Kondisi demikian disebut kondisi
transfer. kondisi umum dimana lajur-lajur jaring arus memotong batas dari 2 lapisan
tanah. Lapisan tanah 1 dan 2, mempunyai koefisien permeabilitas yang tidak sama
Garis patah-patah yang memotong lajur aliran pada gambar, adalah garis-garis
ekipotensial. ∆h adalah tinggi energi hilang di antara dua garis ekipotensial yang
98
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
berdekatan. Ditinjau dari suatu panjang satuan yang tegak lurus bidang gambar, debit
rembesan yang melalui satu lajur aliran adalah:
∆h ∆h k b /l
∆q = k1 b1 = k 2 b2 atau 1 = 2 2 ....................................................4.29
l1 l2 k 2 b1 / l1
dengan l1dan b1 berturut-turut adalah panjang dan lebar dari elemen aliran lapisan tanah
1, sedang l2 dan b2 adalah panjang dan lebar pada lapisan tanah 2.
l1 = AB sin θ1 = AB cos α1
12 = AB sin θ2 = AB cos α2
b1= AC cos θ1 = AC sin α1
b2 = AC cosθ2 = AC sin α2
selanjutnya diperoleh:
k1 tgθ 1 tgα 1
= = ............................................................................................4.30
k 2 tgθ 2 tgα 2
Pertimbangan berikut ini mungkin sangat penting untuk digunakan dalam
penggambaran jaring arus pada kondisi tanah berlapis.
(a) Jika k1 > k2, maka dapat digambarkan elemen jaring arus bujur sangkar pada
lapisan 1. Ini berarti bahwa l1 = b1 maka k1/k2 = b2/l2. Jadi jaring arus dalam lapisan
2 akan berupa segi empat dengan nilai banding lebar dan panjangnya k1/k2
(b) Jika k1< k2, maka dapat digambarkan jaing arus bujur sangkar pada lapisan 1, yaitu
dengan l1 = b1 dengan k1/k2 = bl/b, maka elemen jaring arus dalam lapisan 2 akan
segiempat
Gambar 4.11 Variasi jaring arus pada batas lapisan dengan k berbeda
99
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Contoh penggambaran jaring arus untuk struktur bendungan yang terletak pada 2
kondisi lapisan tanah berbeda, Nilai k1 = 4x 10-2 mm/det sedang k2 = 2x 10-2 mm/det,
maka:
Gambar 4.12 Jaring arus untuk struktur yang bendung terletak pada 2 lapisan tanah
k1 4 x10 −2
= =2
k2 2 x10 −2
tgα 2 tgθ 1
Maka, pada penggambarannya = = =2
tgα 1 tgθ 2
Di dalam lapisan 1, elemen aliran digambar bujur sangkar, dan karena k1/k2 = 2,
panjang dibagi lebar elemen aliran dari lapisan 2 akan sama dengan 1/2
4.11 Filter
Bila air rembesan mengalir dari lapisan berbutir lebih halus menuju lapisan yang
lebih kasar, kemungkinan lolosnya butiran lebih halus melewati bahan yang lebih kasar
tersebut dapat terjadi. Pada waktu yang lama, proses ini dapat menyumbat ruang di
dalam bahan kasarnya, atau juga, dapat terjadi piping pada butiran halusnya. Erosi
butiran ini mengakibatkan turunnya tahanan aliran dan naiknya gradien hidrolik. Bila
kecepatan aliran membesar akibat dari pengurangan tahanan aliran yang berangsur-
angsur turun, akan terjadi erosi butiran yang makin membesar, sehingga membentuk
pipa di dalam tanah yang dapat mengakibatkan keruntuhan bendungan. Contohnya, jika
bahan timbunan berupa batuan dari bendungan berhubungan langsung dengan bagian
100
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
bahan bendungan yang berbutir halus, maka air rembesan akan dapat mengangku
butiran halusnya.
Untuk mencegah bahaya ini, harus diadakan suatu lapisan filter yang diletakkan
di antara lapisan yang halus dan kasar tersebut. Filter atau drainase untuk
mengendalikan rembesan harus memenuhi dua persyaratan:
a. Ukuran pori-pori harus cukup kecil untuk mencegah butir-butir tanah terbawa
aliran.
b. Permeabilitas harus cukup tinggi untuk menerima kecepatan drainase yang besar
dari air yang masuk melalui filternya.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk merencanakan bahan filter seperti yang
disarankan oleh Bertram (1940);
1. Untuk memenuhi kriteria piping, nilai banding ukuran diameter D15 filter harus
tidak lebih dari empat atau lima kali ukuran diameter D85 dari tanah yang
dilindungi, atau,
D15 f
≤ 4 sampai 5 ..........................................................................................4.26
D85 s
2. Mempunyai kemampuan drainase yang cukup tinggi, ukuran butiran D15 dari
tanah filter harus lebih dari 4 sampai 5 ukuran butiran D15 dari tanah yang
dilindungi
D15 f
≤ 4 sampai 5 ..........................................................................................4.27
D15 s
101
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
3. Nilai banding D50 dari tanah filter dan tanah yang dilindungi maksimum 25
D50 f
≤ 2 5 .......................................................................................................4.28
D50 s
Ketebalan lapisan filter dapat ditentukan dari hukum Darcy. Filter yang terdiri
dari dua lapisan atau lebih dengan gradasi yang berbeda, dapat juga digunakan dengan
lapisan terhalus diletakkan pada daerah hulu dari susunan filternya.
Erosi bawah tanah merupakan keruntuhan yang progresif, dengan memonitor
suatu tempat untuk mengamati aliran rembesan yang berlebihan biasanya kita akan
menemukan gejala ini lebih dini sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan
pencegahan. Erosi bawah tanah dapat terjadi cukup lama setelah suatu bangunan
penangkap/penahan air dibangun, apabila terjadi suatu peristiwa dimana gradien keluar
bertambah dengan cukup besar sehingga dapat menyebabkan erosi tanah pada tempat-
tempat tertentu. Ini dapat terjadi misalnya:
102
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Contoh Soal:
Penyelesaian:
Aliran dengan sudut kemiringan dasar α > 45° dianggap aliran vertikal. Pada bagian
CD, lintasan dianggap horizontal karena α = 35°, sedangkan EF dianggap aliran
vertikal karena a = 60°.
ΣL h
Lw = + Σ Lv
3
∑Lh = 1,5 + 2 + 20+1,5 = 25 m
∑Lv = 3 + 2,2 + 3 = 8,2 m
Lw = 25/3 + 8,2 = 16,53 m
ΣL w 16,53
WCR = = = 2,76
H1 − H 2 6
Tanah dasar bendung berupa pasir halus. Dari Tabel 4.3 syarat keamanan terhadap
bahaya piping minimum WCR = 7. Dari hasil hasil perhitungan diperoleh WCR = 2,76,
maka struktur tidak aman terhadap bahaya piping. Agar aman, maka perlu ditambahkan
lantai muka dan lantai belakang, supaya lintasan air menjadi lebih panjang.
103
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
2. Suatu turap dengan jaring arus seperti tergambar. Bila tanah mempunyai berat
volume apung (γ') = 1 t/m3 (9,81 kN/m3
Penyelesaian :
Panjang dari elemen gais aliran terakhir diukur menurut skala adalah l = 1,60 m.
Maka,
b. Ditinjau prisma tanah dengan penampang d x d/2 pada lokasi tepat di sebelah
hilir turap. Disini d = 3,0 m. Dengan melihat Gambar, dapat dihitung tinggi
energi:
104
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Tinggi energi hidrolik rata-rata:
1 (1,5 + 0,9)
ha = + 1 = 1,1 m
2 2
d.γ ' 3 x1
Faktor aman = = = 2,73 atau
h a .γw 1,1x1
3. Struktur turap dipancang sedalam 6 m di bawah muka tanah yang lolos air. Tebal
lapisan lolos air 13,50 m. Di bagian bawah lapisan lolos air terdapat lapisan tanah
yang kedap air. Buatlah gambar jaring arus dari struktur turap dan hitung debit
rembesan serta faktor aman terhadap bahaya piping. Diketahui koefisien
permeabilitas tanah lolos air, k = 6 x 10-4 cm/det dan γsat = 1,9 t/m3 (18,64 kN/m3)
Penyelesaian;
Nf = 5; Nd = 10
Nf
q = k.h. = 6 x10 −4 x 4,5x102 x 5 / 10 x100 q =
Nd
= 13,5 cm3/det permeter lebar turap
105
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Menurut Terzaghi (1943), bahaya piping akan terjadi di muka turap pada jarak kira-kira
setengah kedalaman turap terpancang dalam tanah. Pada contoh ini prisma dengan
dimensi 6m x 3m x lm, adalah daerah piping yang paling membahayakan.
Gradien hidrolik:
∆hBA
i BA =
L BA
Gradien keluar (iBA) pada elemen jaring arus terakhir dihitung dengan cara berikut ini.
Selisih tinggi energi hidrolik antara titik B dan A:
4,50
∆hBA = = 0,45 m
10
0,45
ie = i BA = = 0,30 m
1,50
Tinjauan gradien hidrolik juga dapat dilakukan pada titik di tengah-tengah elemen bujur
sangkar, dengan hasil yang tak jauh berbeda.
γ ' 1,9 − 1
ic = = = 0,9
γw 1
106
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
4. Struktur turap seperti tergambar. Air bagian hulu sedalam 6 m. Pada bagian hilir
turap terdapat lapisan filter dengan berat volume basah 1,80 t/m3 (17,66 kN/m3)
sedang tanah lolos air mempunyai berat volume jenuh γsat = 2 t/m3 (19,62
kN/m3). Tentukan faktor aman terhadap bahaya piping dengan cara Harza dan
Terzaghi.
Penyelesaian:
Ditinjau titik P di tengah elemen jaring arus terakhir (di belakang turap).
∆hBA 6
Gradien hidrolik keluar = i BA = ; ∆hBA = = 0,6 m
L BA 10
108
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Jadi,
d γ ' + htimbunan . γ timbunan
=
γ w .h a
6(19,62 − 9,81) + 1,8 x 17,66
= = 4,53
9,81 x 2,04
Jika sebaggian timbunan terendam air, maka pada bagian yanag terendam dipakai berat
volume apung (γ’) dari bahan timbunan.
5. Gambarkan sebuah jaring arus bendungan tanah tidak homogen. Tentukan debit
rembesan lewat tubuh bendungan, diketahui k1 = 2 x 10-7 m/det dan k2 = 8 x 10-7
m/det.
Penyelesaian:
1. Harus ada pembagian interval yang sama antara titik-titik potong garis
ekipotensial dengan garis freatis.
2. Jika jaring arus pada potongan 1 terdiri-dari elemen bujur sangkar, maka pada
potongan 2 harus berupa empat persegipanjang dengan
3. Untuk setiap garis aliran, kondisi transfer harus dipenuhi pada daerah batas
potongan 1 dan potongan 2. Terdapat 3,5 saluran aliran dan 8 penurunan
ekipotensial. Debit rembesan lewat tubuh bendungan :
Jika akan dipakai elemen bujursangkar pada jaring arus potongan 2, maka pada
potongan 1 harus digambar empat persegipanjang dengan L/B = l/4 dan debit rembesan
dihitung dengan:
q = k2.h.Nf/Nd
109
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
Soal Latihan:
1. Jaring arus untuk menghitung rembesan di bawah turap seperti tergambar, berat
volume tanah jenuh 2 t/m3 (19,62 kN/m3). Tentukan tegangan efektif pada titik A
dan B
Hitunglah:
(a) Debit rembesan lewat tanah di dasar bendung, jika k = 10 x 10-4 cm/det per
meter panjang bendung.
(b) Hitung gradien hidrolik keluar pada titik P.
(c) Distribusi gaya tekanan ke atas oleh air di bawah dasar bendung.
110
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm
3. Potongan melintang sebuah bendung, seperti tergambar.
Tentukan debit rembesan lewat dasar fondasi, jika diketahui koefisien permeabilitas
tanah di bawah bendung 2,5x10-5. Tentukan pula gaya tekanan ke atas yang
ditimbulkan oleh tan air di bawah fondasi bendung.
4.11 Rangkuman
111
By: Syaifuddin, ST.,MT
Teknik Sipil-Poltek Lsm