Anda di halaman 1dari 55

Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.

BAB IV. PERANCANGAN DAN ANALISIS


GESER LENTUR DAN GESER PUNTIR PADA BALOK

4.1. Umum
Disamping kerusakan lentur, balok dapat rusak pula
oleh geser. Kerusakan geser dapat dibedakan menjadi : 1)
geser-lentur (flexural shear) 2) geser-belah diagonal
(diagonal spliting shear) 3) rusak tumpuan (bearing failure).
Jenis kerusakan itu berkaitan dengan perbandingan antara
bentang dan tinggi balok (L/d), atau bisa pula bergantung
pada nilai banding antara jarak tumpuan ke beban terpusat
dan tinggi balok (a/d). Berbagai negara memiliki syarat
yang berbeda-beda. Menurut ACI 813-2000 balok
dikategorikan sebagai balok tinggi bila L/d < 5 dan
sebaliknya bila dikatakan sebagai balok langsing.
Balok tinggi banyak digunakan sebagai penghubung antara
dinding geser yang disatukan (coupled shear wall) atau
sebagai balok dengan bentang pendek tetapi gaya terpusat
yang bekerja besar. Balok tinggi dibicarakan secara khusus
karena tegangan-regangan pada balok tinggi tidak linear
terhadap garis netral.

• L/d , bentang/tinggi

• a/d , bentang geser/tinggi

• d/b , angka kelangsingan


Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

a
h d

Gb.4.1. Balok tinggi


Beberapa peraturan menyajikan ketentuan/batasan balok
tinggi secara berbeda :
1) ACI 318 – 2000 untuk balok sederhana L/d < 5
2) CIRIA Guide untuk balok sederhana L/d < 2 atau
0,23 < a/d < 0,7
Agara balok tinggi rusak oleh lentur atau geser saja, maka
angka kelangsingan perlu dikontrol dalam perencanaan
agar balok tidak melekuk lebih dahulu (buckle). Syarat
tekuk ini sama dengan syarat batang tertekan. Untuk
batang ditumpu bebas pada ujung-ujungnya, tanpa
momen, menurut ACI 318-02 faktor tekuk sebesar < 22
sedang menurut CIRIA sebesar < 10 sementara SNI 03-
2847-2002 menggunakan syarat serupa dengan ACI 318 –
2002 yaitu :

k .lu untuk batang yg ujung-ujungnya bebas dan


≤ 22 dapat bergerak bebas ke arah tegak lurus
r sumbu aksialnya
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

k.lu ⎡M ⎤ untuk batang yang ujung-ujungnya dikekang


≤ 34 −12 ⎢ 1 ⎥
ke arah tegak lurus sumbu aksialnya
r ⎣M2 ⎦

Walaupun syarat/ batasan balok-tinggi berbeda-beda


namun ada kesamaan pada cara pendekatan/penyelesaian
permasalahan, misalnya bahwa retak geser dimulai dari
dukungan kemudian menjalar ke arah beban. Beberapa
perbedaan yang terdapat dalam menganalisis kemampuan
geser balok tinggi, misalnya di dalam ACI 318-2002
kemampuan geser balok hanya didasarkan pada kekuatan
tekan sedang pada CIRIA mendasarkan pada tegangan
geser ultimit. Dalam bab ini hanya akan dibahas balok
langsing dengan geser tipe geser lentur (L/d > 5)

a h d

Gb.4.2.Balok langsing
Untuk balok di atas tumpuan sederhana kerusakan geser
lentur diawali dengan retak di tengah bentang (pada
momen maksimum) kemudian retak itu menyebar ke
tumpuan. Bila kekuatan geser terlampaui maka akan terjadi
pembesaran retak di salah satu ujung balok yang kemudian
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

menjalar menuju ke arah beban luarnya. Rusak geser


lentur selalu diawali dari sisi tarik balok, karena di tempat
ini kemampuan balok menahan geser diperlemah oleh
adanya tarik akibat lentur.

(B a g ia n b e n ta n g y a n g te rja d i g e s e r tin g g i)

R e ta k G e s e r

Gb.4.3. Tipikal kerusakan geser lentur

4.2. Geser Lentur pada Balok

a. Perancangan.
Beton memiliki kemampuan menahan geser lentur,

namun terbatas pada kekuatan betonnya. Apabila

kemampuan beton menahan geser lentur (Vc) dilampaui

maka akan terjadi kerusakan geser. Kemampuan geser

lentur balok dinyatakan secara empirik di dalam SNI 03-

2847-02 ps 13.3.1.1 seperti berikut :

1
Vc = f c ' .bw . d
6
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

namun bila pada elemen struktur itu ada gaya aksial tekan/

tarik maka SNI 03-2847-2002 ps 13.3.1.2 menyebutkan

adanya koefisien pengali yang harus diikutkan, yaitu

sebesar

⎡ Nu ⎤
⎢1 + ⎥
⎣⎢ 14. Ag ⎦⎥

dengan :
Nu bertanda positif bila tekan dan negatif bila tarik
Nu/Ag dalam MPa.

Kemampuan beton menahan geser lentur Vc dapat dihitung

lebih rinci dengan memperhitungkan pengaruh momen dan

gaya gaser yang terjadi melalui persamaan dalam SNI 03-

2847-2002 ps. 13.3.2.1 tetapi dalam segala hal

2 ⎡ Nu ⎤
Vc ≤ f c ' .bw . d ⎢1 + ⎥
6 ⎣⎢ 14. Ag ⎦⎥

Untuk komponen berpenampang lingkaran maka luas

geser bw.d dalam rumus-rumus di atas dapat diganti 0,8.d2.

Vu dapat dihitung pada posisi sejauh tinggi efektif (d) dari

permukaan tumpuan (SNI 03-2847-2002 ps 13.1.3.1).


Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Apabila kemampuan beton menahan geser (Vc) melampaui

gaya geser lentur rencana (Vu/Ø), maka perlu dirancang

tulangan yang mampu untuk menahan kelebihan gaya

geser lentur tersebut. Tulangan itu dapat berupa ;

1. Tulangan serong/ miring, yaitu tulangan yang diletakkan


pada daerah sekitar tumpuan (gaya geser maksimum)
melintang arah retak geser lentur. Tulangan semacam ini
hanya cocok untuk balok di atas tumpuan yang hanya
memikul beban gravitasi (beban mati dan beban hidup).
2. Tulangan sengkang/ begel atau spiral, yaitu tulangan
yang umumnya digunakan pada kolom dan balok
bangunan gedung karena mampu memikul beban
berganti, misalnya oleh gempa atau angin.
3. Jaring tulangan las (wire mesh), atau tulangan berupa
balok diagonal yang dipasang tersembunyi di dalam
balok lain, keduanya biasanya digunakan pada balok
tinggi seperti balok perangkai dinding geser.
Diameter sengkang umumnya dibatasi ≤ 12 mm, kecuali
pada dinding geser yang diameternya bisa bervariasi
sesuai kebutuhan dan justru ≥ 12 mm. Tegangan leleh
tulangan geser juga dibatasi ≤ 400 MPa, kecuali untuk
jaring tulanagan las yang harus ≤ 550 MPa. Selanjutnya
pada bab ini hanya akan membicarakan tulangan
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

sengkang dan tulangan miring untuk menahan kerusakan


balok oleh geser-lentur. Dalam segala hal gaya geser yang
harus dipikul oleh sengkang memenuhi syarat berikut :
a) bila Vs = Vu/Ø - Vc > 4 Vc, maka ukuran balok diubah
b) bila Vs ≤ 4 Vc, tetapi > 2 Vc, maka tul. sengkang harus
dihitung dan jarak antara sengkang (s) memenuhi
syarat ≤ 300 mm dan ≤ d/4, SNI 03-2847-2002
ps.13.5.4.3
c) bila Vs ≤ 2 Vc tetapi > Vc, maka tul. sengkang harus
dihitung dan jarak antara sengkang (s) memenuhi
syarat ≤ 600 mm dan ≤ d/2, SNI 03-2847-2002
ps.13.5.4.1
d) Bila Vs ≤ Vc tetapi ≥ 0,5.Vc, maka diperlukan luas tul.
sengkang minimum, kecuali pada plat, fondasi telapak
dan balok dengan tinggi total < 250 mm atau < 0,5.bw
atau < 2,5 tebal kaki.
e) Bila Vs < 0,5 Vc, maka tidak perlu diberi tulangan
sengkang
f) Vc dapat pula dihitung dengan rumus pada SNI 03-
2847-2002 ps.13.3.2.3 atau boleh dianggap = 0 apabila
balok menahan gaya aksial tarik yang sangat besar
(SNI 03-2847-2002 ps.13.3.1.3).
Secara grafik syarat tulangan geser itu dapat dilihat di
dalam gambar di bawah ini.
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Vs=Vu/Ø- Vc
Vc Vc Vc

Vu/Ø
0,5 Vc 0,5 Vc
0,5 Vc
Vu/Ø
Vu/Ø

Tidak Perlu Tidak Perlu Tidak Perlu


Sengkang Minimum
Sengkang Sengkang Sengkang
Sengkang
Minimum
Sengkang dihitung
KATEGORI - I KATEGORI - II KATEGORI - III

Gb.4.4. Diagram gaya geser balok


Luas tulangan sengkang minimum dapat dihitung
menggunakan rumus berikut :

b.s 3. Av . f y
Av = →s=
3. f y b

Bila As = luas sebuah tulangan, maka untuk sengkang


persegi atau spiral atau sengkang bundar diambil Av =
2.As
Pada kategori III, luas sengkang harus dihitung melalui
rumus berikut :

Av . f y . d Av . f y . d
Vs = → s=
s Vs
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Apabila ingin digunakan sengkang miring maka luas


tulangan itu dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

Av . f y . d .(sin α + cos α )
Vs =
s
Av . f y . d .(sin α + cos α )
s=
Vs

dengan :
Am = luas tul.serong/ miring, Am = Av
Langkah-langkah yang diperlukan untuk menentukan
perancangan balok terhadap geser lentur :
1). Menggambarkan diagram gaya geser lentur rencana di
sepanjang balok, Vu/φ dengan φ = 0,75 (SNI 03-2847-
2002, ps 11.3.2.3)
2). Menghitung kemampuan balok beton menahan geser
lentur dengan rumusan Vc = (1/6).bw.d.√fc’ namun
tegangan geser √fc’ < (25/3) MPa Æ SNI 03-2847-2002
ps 13.1.2
3). Menggambarkan diagram kemampuan balok beton Vc
ke dalam diagram gaya geser rencana (lihat butir 1)
4). Amati hasil superposisi diagram yg dibuat dan hitung
panjang kategori-I atau II atau III
5). Tetapkan diameter tul. sengkang (umumnya diantara
8mm, 10mm atau 12mm) dan hitung luasan tulangan
sengkang (As) Æ Av = 2.As
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

6). Bila dikehendaki tulangan serong/ miring, tetapkan


diameter dan hitung luasan tulangannya (Am) Æ Av = Am
7). Hitung jarak sengkang (s) sesuai dengan rumusan di
atas dan kontrol terhadap jarak maksimum
Catatan :
Rumus geser lentur di atas hanya berlaku bila momen
puntir terfaktor Tu (apabila ada) tidak melebihi (Tcr/4) atau :

φ . f c ' ⎛⎜ Acp ⎞⎟
2
3.N u
Tcr = 1+
3 ⎜ pcp ⎟ Ag . f c '
⎝ ⎠

φ . f c ' ⎛⎜ Acp ⎞⎟
2
3.N u
Tu 〈 1+
12 ⎜⎝ pcp ⎟⎠ Ag . f c '

dengan :
Acp = luas tampang efektif balok dan plat
pcp = keliling tampang efektif balok dan plat
Ag = luas kotor tampang balok 4 persegi panjang

t t

h bef h bef

45o
(b)
(a)
bw bw

bef < 4.t dan bef < h-t


Gb.4.5. Perhitungan luas tampang efektif Acp dan keliling
tampang efektif pcp
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Untuk lebih jelasnya mengenai tampang efektif balok dan


plat dapat disimak di dalam SNI 03-2847-2002 ps. 15.2.4
atau pada bab gaya geser puntir di bawah.

Contoh 4.1
Balok berukuran 200/450 dengan d’= ds = 50 mm, mutu
bahan yang direncanakan seperti berikut ini : fc’ = 30 MPa,
fy = 400 MPa. Tulangan terpasang, Ast = 5D25mm =
2453,12 mm2 dan A’ = 2D25 mm = 981.25 mm2. Bila balok
di atas tumpuan sederhana dengan bentang 6m dan
dibebani oleh beban beban mati dan beban hidup
(termasuk berat sendiri balok) terfaktor berturut-turut 15
kN/m’ dan 20 kN/m’ tentukan tulangan geser lentur yang
diperlukan bila diameter sengkang ditetapkan 10mm.!!!.
Jawab :
1. Qu = (15 + 20) kN/m’ = 35 kN/m’
2. Gaya lintang maksimum Vu = 0,5.Qu. L = 0,5.35.6 =
105 kN, Vu/φ = 105/0,75 = 140 kN

3. Menghitung kemampuan balok beton menahan geser


lentur, Vc = (1/6.√fc’).bw.d = 73029 N = 73,03 kN
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

140
I
II

7 3 ,0 3

3 6 ,5

3000m m
x

Gb.4.6. Pembagian daerah geser lentur

4. Vu/φ > Vc dan Vs = Vu/φ - Vc = 66,97 kN < 2.Vc =


2.73,03 = 146,06 kN Æ syarat jarak sengkang
maksimum untuk Vs < 2.Vc :
s < d/2 = 200mm dan s < 600 mm
5. X = 3000.(73,03/140) = 1564,93 mm ~ 1565 mm Æ
kategori (III), daerah I sepanjang = 3000 - 1565 = 1435
mm perlu dihitung tulangan sengkangnya, daerah (II) =
1565/2 = 782,5 mm cukup diberi tulangan minimum.
6. As = 0,25.π.d2 = 0,25.(22/7).102 = 78,5 mm2. Æ Av =
2.As = 157,5 mm2.
7. Hitung jarak sengkang (s)
Daerah II :

b.s 3. Av . f y 3.157 .400


Av , min = →s= = = 942 mm
3. f y b 200

Daerah I :
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Av . f y . d Av . f y . d 157 .400 .400


Vs = ⇒ s= = = 375 mm
s Vs 66970

Kesimpulan : jarak sengkang daerah I menggunakan nilai


terkecil dari nilai-nilai s = 200mm, s = 600mm, dan s =
375mm Æ dipilih s = 200 mm, daerah II dipilih diantara s =
200mm dan s = 942mm Æ dipilih s = 200 mm

Ø10 - 200 Ø10 - 200

1435 782,5 782,5

Gb.4.7. Penulangan geser lentur


b. Analisis
Analisis geser lentur pada balok dapat dilakukan
dengan aturan yang sama dengan perancangan.
Perbedaannya terletak pada ukuran balok, diameter
tulangan sengkang, jarak sengkang, kualitas beton dan
kualitas baja yang sudah diketahui. Ketidak sesuaian
dengan aturan yang berlaku dapat menimbulkan kerusakan
getas karena kemampuan geser lentur pada balok yang
lebih rendah dari pada gaya geser lentur yang terjadi pada
saat momen mencapai ultimit. Perbaikan terhadap kondisi
ini dapat dilakukan dengan menambah tulangan sengkang
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

geser lentur di luar tulangan yang ada atau menggunakan


tambahan bahan khusus seperti CFRP (Carbon Fibre
Reinforced Polymer) atau CWRP (Carbon Wrap Reinforced
Polymer). Langkah-langkah hitungan sebagai berikut :

Langkah penyelesaian :
a) Mengitung luasan tulangan sengkang, As = 0,25.π.d2
Æ Av = 2.As
b) Menghitung kemampuan geser lentur balok beton (Vc)

f c '.bw . d
Vc =
6

c) Menghitung kemampuan geser lentur tulangan


sengkang (Vs)
Av . f y . d
Vs =
s

d) Vs dibatasi pula oleh jarak sengkang sbb :


Bila jarak sengkang s < 300 mm dan < d/4 :
Vs ≤ 4Vc
Bila jarak sengkang s < 600 mm dan < d/2 :
Vs ≤ 2Vc
e) Pilih nilai Vs terkecil dari hasil hitungan c) dan d)
f) Vu/Ø = Vs + Vc Æ Vu = Ø. ( Vs + Vc ) dengan Ø = 0,75

Contoh 4.2 :
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Contoh ini diambil dari contoh 4.1. Balok berukuran


200/450 dengan d’= ds = 50 mm, mutu bahan yang
direncanakan seperti berikut ini : fc’ = 30 MPa, fy = 400
MPa. Tulangan terpasang, Ast = 5D25mm = 2453,12 mm2
dan A’ = 2D25 mm = 981.25 mm2. Bila balok di atas
tumpuan sederhana dengan bentang 6m dipasang
tulangan sengkang diameter 10mm dengan jarak 200mm
sepanjang baloknya berapakah kemampuan geser lentur
terfaktornya ??
Langkah :
1. As = 0,25.π.d2 = 0,25.(22/7).102 = 78,5 mm2. Æ Av =
157 5 mm2.
2. Kemampuan geser lentur balok beton (Vc)

f c '.bw . d 30.200.400
Vc = = = 73029 N = 73,029 kN
6 6

3. Kemampuan geser lentur tulangan sengkang (Vs)


Av . f y . d 157.400.400
Vs = = = 125600 N =125,6 kN
s 200
4. s = 200 mm ≥ d/4 = 400/4 = 100 mm tetapi < 300 mm
s = 200 mm ≤ d/2 = 400/2 = 200 mm dan < 600 mm,
jadi Vs ≤ 2Vc = 2.73,029 = 146,06 kN
Pilih nilai Vs terkecil diantara 125,6 kN dan 146,06 kN
5. Vu / Ø = Vc + Vs = 73,029 + 125,6 = 198,63 kN, Vu =
0,75.198,63 = 148,97 kN
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Bila dilihat dari contoh 4.2 maka analisis kemampuan geser


lentur balok yang didapat sebesar 148,97 kN sedikti lebih
besar dari pada gaya geser lentur yang direncanakan yaitu
140 kN. Hal ini dikarenakan jarak sengkang yg digunakan
dalam perancangan (s) lebih rapat dari pada hasil hitungan
(ada pembulatan ke bawah).

4.3. Geser Puntir pada Balok

Balok disamping menderita geser lentur dapat pula


menderita puntir secara bersamaan. Puntir dapat
disebabkan oleh plat yang menumpu secara asimetrik
terhadap sumbu memanjang balok, misalnya plat luifel
yang ditumpu balok atau balok tepi dari sebuah sistem
rangka balok-plat. Akibat puntir balok akan retak berarah
miring/ serong searah dengan arah puntiran, sehingga
balok menjadi lebih panjang dan ukuran tampang mengecil.
Arah retak geser puntir umumnya searah dengan arah
retak geser lentur, sehingga tulangan yang diperlukan
untuk menahan geser puntir dapat digabungkan dengan
tulangan oleh geser lentur. Untuk menahan gaya
longitudinal oleh adanya puntir diperlukan tulangan yang
disebar di sekeliling tampang balok dan luasan yang
diperlukan ini dapat dijumlahkan dengan luasan tulangan
lentur. Masalah utama dalam penghitungan tulangan geser
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

puntir terletak pada penggambaran diagram momen puntir.


Momen puntir dapat disebabkan oleh :
1. Momen negatif terbagi rata di sepanjang balok yang
ujung-ujungnya dijepit Æ momen puntir keseimbangan
(misal pada balok yang menumpu plat dengan
bentangan asimetrik di sepanjang balok). Balok
penahan momen puntir ini tidak dapat melakukan
redistribusi. Momen di sepanjang balok dapat dihitung
dengan mengalikan momen negatif plat itu (M¯plat)
dengan separuh bentangannya, sehingga pada tengah
bentang momen puntir itu = 0 dan pada ujung balok
terdapat momen puntir sebesar ½ L.M¯plat
2. Momen negatif terpusat di suatu titik di antara ujung-
ujung balok yang dijepit dapat pula menyebabkan puntir
Æ momen puntir keserasian (misal pada balok yang
menumpu plat bordes tangga). Balok penahan momen
puntir ini dapat melakukan redistribusi ke balok yang
terletak berseberangan dengannya. Bila momen negatif
pada plat bordes itu Mu¯ plat maka pada titik tumpu plat
bordes itu momen puntir = 0 sedang sepanjang balok itu
akan menerima momen sebanding dengan jaraknya
terhadap tumpuannya.
Gambar 4.7 dan 4.8 menunjukkan perbedaan hasil momen
puntir dari kedua kondisi itu.
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Mu plat

Tu = ½ .L.Mu
plat plat

Tu = ½ .L.Mu
plat plat

Gb.4.8. Momen puntir keseimbangan balok menahan plat


luifel

Mu bordes

Tu = (a/L).Mu
plat bordes

Tu = (b/L).Mu
plat bordes

a b

Gb.4.9. Momen puntir keserasian balok menahan plat


bordes
a. Perancangan

Menurut ACI Code 318-2000 bab 15 tegangan puntir


bervariasi dari nol di pusat sumbu longitudinalnya dan
semakin meningkat pada tepi-tepi permukaan luar dari
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

balok tersebut. Apabila tegangan secara efektif bekerja


pada ketebalan t dari tepi luarnya maka persamaan
keseimbangan momen menyatakan : bahwa Momen luar
Tn dibagi dengan luas tampang inti Ao pada dua sisinya
{disebut dengan “constant shear flow” q = Tn/(2Ao)} akan
sama dengan kemampuan tulangan yang ada di sekeliling
tampang inti setebal t, yaitu t.τ :

q = Tn/(2 Ao) Æ Tn/(2 Ao) = t. Τn

V1

Ao = 2. Acp/3,
T = 0,75. Acp/ pcp
y Ao
Acp = luas tampang efektif balok
pcp = keliling tampang efektif balok
V2
x
t
At.fyv

V.{s/(yo.tan θ)}
yo

s s
yo.cot θ

Gb.4.10. Gaya geser puntir pada balok


Gaya internal :
V1.( yo cot θ ) Æ utk satu sengkang berjarak s, maka gaya
V1.( yo cot θ ) menjadi V1.s/(yo.cot θ)
Gaya internal :
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

∑ At.fyv
Untuk sebuah sengkang Æ At.fyv
V1.s/(yo.cot θ) = At.fyv. Æ V1 = At.fyv.(yo.cot θ/s)
Gaya eksternal :
V1 = q.yo = (Tn/2A o).yo
Gaya eksternal = internal Æ (Tn/2A o).yo = At.fyv(yo.cot θ/s)
2. Ao . At . f yv . cot θ
Tn =
s
Sesuai dengan prinsip keseimbangan gaya pada sistem
rangka (truss) maka gaya vertikal V1 dapat diuraikan ke
dalam gaya horisontal dan diagonal. Komponen gaya
diagonal ditahan oleh beton sedang komponen gaya
horisontal ditahan oleh tulangan memanjang (longitudinal).
Uraian ke arah horisontal : N1 = V1.cot θ.

V1

θ
V1.cot θ

Gaya ini diimbangi oleh kemampuan tulangan longitudinal


Al.fyl Æ Al. fyl = V1.cot θ.
Gaya eksternal = (yo. cot θ).Tn/(2Ao)
Gaya internal = Al.fyl
Untuk satu sisi balok, Gaya eksternal = gaya internal Æ
Al.fyl = (yo. cot θ).Tn/(2Ao) Æ Tn = 2Ao.Al.fyl /(yo. cot θ)
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Untuk ke empat sisi balok dengan keliling yo = 2 (xo + yo) :


2 Ao . Al . f yl
Tn =
2.( xo + yo ). cot θ

Bila : t = 3.Acp/(4.pcp), Ao = 2.Acp/3 dan memasukkan


ke dalam persamaan q = T/(2Ao) = t.(τ) maka akan
diperoleh :

T = 2Ao.{3.Acp/(4.pcp)}.(τ)

T = 2Ao.{3.Acp/(4.pcp)}.(τ) = 2.(2.Acp/3) .{3.Acp/(4.pcp)}.(τ)

T = Acp2/pcp.(τ).

Memasukkan (τ) = (1/3).√fc’ ke dalam persamaan terakhir


akan didapat batas-batas momen puntir kritik, Tcr

φ ⎡ Acp 2 ⎤
Tcr = fc' ⎢ ⎥ atau
3 ⎣⎢ pcp ⎦⎥

φ . f c ' ⎛⎜ ( A ) ⎞⎟
2

3N u
Tcr = 1+ cp

3 ⎜ p cp ⎟ Ag . f c '
⎝ ⎠

Bila Tu < (Tcr/4) seperti di bawah ini, maka balok tidak perlu
diberi tulangan puntir

φ ⎡ Acp 2 ⎤
fc' ⎢ ⎥ atau
12 ⎢⎣ pcp ⎥⎦
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

φ . f c ' ⎛⎜ ( A ) ⎞⎟
2

3N u
cp
1+
12 ⎜ p cp ⎟ Ag . f c '
⎝ ⎠

Ada dua konsep puntir yang terjadi yaitu momen puntir


keseimbangan (equilibrium torsional momen) dan momen
puntir keserasian (compatibility torsional moment).

a. Untuk struktur yg menderita momen puntir


keseimbangan, yaitu balok yang tidak dapat
melakukan redistribusi momen, misal balok yang
menahan plat luifel asimetrik (lihat Gb.4.8).

Apabila momen puntir terfaktor, Tu < (Tcr/4) maka


momen puntir dapat diabaikan.

Apabila Tu > (Tcr/4) maka balok harus dirancang untuk


menahan momen puntir terfaktor itu, dengan ketentuan
seperti tertera dalam SNI-03-2847 pasal 13.6.3 sd
13.6.6.

Apabila momen puntir terfaktor Tu > Tcr maka balok


harus diubah ukurannya.

b. Untuk struktur yang menderita momen puntir


keserasian, yaitu balok statis tak tentu yang mampu
melakukan redistribusi (lihat Gb. 4.9).

Apabila momen puntir terfaktor, Tu < (Tcr/4) maka


momen puntir dapat diabaikan.
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Apabila Tu > (Tcr/4) maka balok harus dirancang untuk


menahan momen puntir terfaktor itu,

Apabila momen puntir terfaktor Tu > Tcr maka balok


harus dilakukan redistribusi.

φ ⎡ Acp 2 ⎤
Tcr = fc' ⎢ ⎥ atau
3 ⎢⎣ pcp ⎥⎦

φ f c ' ⎛⎜ ( A ) ⎞⎟
2

3N u
Tcr = cp
1+
3 ⎜ p cp ⎟ Ag . f c '
⎝ ⎠

Dalam segala hal tampang balok harus memenuhi syarat


seperti tertera dalam SNI 03-2847-2002 ps. 13.6.3.1 untuk
mencegah kerusakan tekan beton arah diagonal oleh
adanya puntir

Untuk tampang solid :


2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu ⎞
2
⎛ V 2 f c' ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟ ≤ φ.⎜ c
+ ⎟
2 ⎟ ⎜ bw .d ⎟
⎝ bw .d ⎠ ⎝ 1,7. Aoh ⎠ ⎝
3

Untuk tampang berongga :

⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu . ph ⎞ ⎛ V 2 f c' ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟ ≤ φ.⎜ c
+ ⎟
2 ⎟ ⎜ bw .d ⎟
⎝ bw .d ⎠ ⎝ 1,7. Aoh ⎠ ⎝
3

dengan :
Aoh = luas inti tampang (di dalam sengkang) dan
ph = keliling inti ( keliling sengkang)
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Aoh Aoh Aoh

Gb.4.11. Luas tampang inti Aoh dan keliling inti ph

Bila tebal dinding tampang berongga t < Aoh/ph maka rumus


terakhir di atas menjadi :

⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu ⎞ ⎛ V 2 f c' ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ .⎜ c
+ ⎟
⎝ bw .d ⎠ ⎝ 1,7. Aoh .t ⎠ ⎜ bw .d 3 ⎟
⎝ ⎠
Tulangan sengkang penahan puntir harus memenuhi
persamaan berikut ini :
Tu 2. Ao . At . f yv
Tn = ≤ cot θ
φ s
Ao = luasan efektif inti tampang (=0,85.Aoh), At = luas
tulangan sengkang penahan puntir, Ө = sudut miring retak
biasanya diambil 45o. fyv = tegangan leleh tulangan
sengkang, dan s = jarak antara sengkang penahan puntir.
Setelah At ditetapkan maka jarak sengkang (s) dapat
dihitung dan tulangan longitudinal penahan puntir dapat
ditetapkan seperti berikut :

At ⎛⎜ f yv ⎞⎟ 2
Al ≥ ph cot θ
s ⎜ f ⎟
⎝ yl ⎠
dengan :
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Al = luasan tulangan longitudinal,


At = luas tulangan sengkang pendukung puntir,
ph = keliling sengkang,
Ө = sudut miring retak biasanya diambil 45o,
fyl = tegangan leleh tulangan longitudinal,
fyv = tegangan leleh tulangan sengkang

Tulangan penahan geser puntir yang tegak lurus sumbu


longitudinal dapat berupa :

1. Sengkang/ begel tertutup tegak lurus batang


longitudinal

2. Jaring tulangan las mengelilingi balok

3. Tulangan spiral

Kombinasi gaya geser lentur dan geser puntir harus


memberikan luasan tulangan sengkang/ begel minimum
sedemikian sehingga memenuhi persamaan berikut :

75.bw .s. f c ' b .s


Av + 2. At ≥ dan Av + 2. At ≥ w
1200. f yv 3. f yv

5. Acp . f c ' At ⎛⎜ f yv ⎞⎟
Al ,min ≥ − ph dengan At/s ≥ bw/(6.fyv)
12. f s ⎜ f ⎟
yl ⎝ yl ⎠

Jarak antara tulangan sengkang s < 300 mm atau s < ph/8


sedang jarak antara tulangan longitudinal < 300 mm
dengan diameter > 10mm dan > (s/24).
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Contoh 4.3 :

Balok berukuran 350 x


500 mm2 menumpu plat
3m
beton tebal 125 mm pada 2,5 m

salah satu sisinya.


Apakah balok itu mampu
Gb.4.12. Denah plat-balok
menahan momen torsi
(puntir) ? balok dibebani momen terfaktor merata
sepanjang balok sebesar Mu- = 30 kNm/m’, fc’ = 25 MPa, fy
= 415 MPa, bentang balok 3 m, ujung-ujung balok dijepit
penuh oleh kolom dan bentang plat 2,5 m.

125
Gb.4.13. Tampang
500 bef =375
efektif balok

350
Lebar plat yang boleh dihitung sebagai pendukung momen
puntir :

bef < 4.t = 4.125 mm = 500 mm

bef < h-t = 500 – 125 = 375 mm

Digunakan bef = 375 mm Æ Acp = 350.500+125.375 =


221.875 mm, pcp = 350.2 + 500.2 + 2.375 = 2450 mm

Karena balok terhubung secara statik tak tentu maka


termasuk dalam kategori momen puntir keserasian.
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Momen puntir yang terjadi pada ujung-ujung balok sebesar


Tu = 30.(L/2) = 45 kNm

Kontrol terhadap (Tcr/4) :

φ ⎡ Acp 2 ⎤ 0,75 ⎡ 221.8752 ⎤


Tcr / 4 = fc' ⎢ ⎥= 25 ⎢ ⎥ = 6,3 kNm
12 ⎢⎣ pcp ⎥⎦ 12 ⎣ 2450 ⎦

Æ Tu > Tcr/4 Æ perlu tulangan puntir

Kontrol terhadap Tcr :

φ ⎡ Acp 2 ⎤ 0,75 ⎡ 221.8752 ⎤


Tcr = fc' ⎢ ⎥= 25 ⎢ ⎥ = 25,11 kNm
3 ⎢⎣ pcp ⎥⎦ 3 ⎣ 2450 ⎦

Æ Tu > Tcr Æ untuk balok keserasian perlu dilakukan


redistribusi !!

Gb.4.14.
Proses
redistribusi
2,5 m pada balok
-45 =+45
+20 Æ 0,5.20= +10
-25 +55

Sisa momen negatif balok akan diredistribusikan ke momen


positif dan momen negatif di ujung balok yang lain (momen
negatif di ujung balok hanya mampu menahan 25,11 kNm
Æ sisanya = 45 - 25,11 = 19,89 kNm ∼ 20 kNm. Dalam hal
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

ini ujung kanan balok menahan momen puntir sebesar 55


kNm (perlu dicek apakah dimensi balok mampu menerima
momen puntir itu sedemikian sehingga Tcr ≥ 55 kNm)

Contoh 4.4 :

Mirip dengan contoh 4.3, tetapi momen negatif yang


bekerja pada plat 10 kNm/m’. Bagaimanakah hitungan
ketahanan balok terhadap puntir ?

Momen puntir yang terjadi pada ujung-ujung balok sebesar


Tu = 10.(L/2) = 15 kNm

Kontrol terhadap (Tcr/4) :

φ ⎡ Acp 2 ⎤ 0,75 ⎡ 221.8752 ⎤


Tcr / 4 = fc' ⎢ ⎥= 25 ⎢ ⎥ = 6,3 kNm
12 ⎣⎢ pcp ⎦⎥ 12 ⎣ 2450 ⎦

Æ Tu > Tcr/4 Æ perlu tulangan puntir

Kontrol terhadap Tcr :

φ ⎡ Acp 2 ⎤ 0,75 ⎡ 221.8752 ⎤


Tcr = fc' ⎢ ⎥= 25 ⎢ ⎥ = 25,11 kNm
3 ⎣⎢ pcp ⎦⎥ 3 ⎣ 2450 ⎦

Momen puntir Tu = 10.(3/2) = 15 kNm < Tcr Æ ukuran/


dimenasi balok OK, tetapi tetap perlu tulangan puntir.

Contoh 4.5 :

Mirip dengan contoh 4.4, tetapi momen negatif yang


bekerja pada plat 3 kNm/m’
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Bagaimanakah hitungan ketahanan balok terhadap puntir ?

Momen puntir yang terjadi pada ujung-ujung balok sebesar


Tu = 3.(L/2) = 4,5 kNm

Kontrol terhadap (Tcr/4) :

φ ⎡ Acp 2 ⎤ 0,75 ⎡ 221.8752 ⎤


Tcr / 4 = fc' ⎢ ⎥= 25 ⎢ ⎥ = 6,3 kNm
12 ⎣⎢ pcp ⎦⎥ 12 ⎣ 2450 ⎦

Æ Tu < Tcr/4 Æ tidak perlu tulangan puntir (momen puntir


boleh diabaikan)

Contoh 4.6 :

Plat tipe “flat slabs“ ditumpu oleh 4 kolom dengan jarak 6 m


dan 7,1 m. Beban terfaktor di atas plat 10,4 kN/m2.
Koefisien momen pada salah satu potongan seperti pada
tabel di bawah ini. Ukuran balok tepi memiliki kemampuan
menahan momen torsi (puntir) sebelum retak Tcr = 28 kNm.
Hitunglah ketahanan momen pada balok keserasian itu
terhadap puntir

Jawab :

Tu = qu.L1.(L2)2/8 = 10,4.6.(7,1)2 = 393 kNm

Tcr = 28 kNm

Momen Puntir :

Tu-A = 0,70.393 kNm = 275 kNm


Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Tu+ = 0,52.393 kNm = 204 kNm

Tu-B = 0,26.393 kNm = 103 kNm

Momen terkecil Tu-B =103 kNm > Momen puntir kritik Tcr =
28 kNm Æ balok keserasian perlu dilakukan redistribusi !!
A C B CEK

-275 204 +103 0,5.(275+103)+204 = 393

-37,5 18,75 -75

-312,5 222,75 +28 0,5.(312,5+28)+222,75 = 393

Setelah diredistribusikan ternyata balok tepi (spandrel) Tu-A


= 312,5 kNm > Tcr = 28 kNm Æ ukuran balok itu harus
diubah/ diperbesar !!
Contoh 4.7 :
Balok berkaki (beam ledge) memikul berat sendiri dan
beban garis P sepanjang balok berkaki seperti tergambar.
P terdiri dari beban mati 28,7 kN/m’, beban hidup 13,5
kN/m’ dan berat sendiri balok 8,7 kN/m’. Bentang balok 9 m

Gb. 4.15. Tampang balok berkaki


a. Menghitung beban dan momen terfaktor.
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Qu = 1,2.(28,7+8,7) + 1,6.13,5 = 66,4 kNm/m’


Mu- = (1/8).Qu.L2 = (1/8).66,4.92 = 685,61 kNm
Vu = 0,5.Qu.L = 0,5.66,4.9 = 301,69 kN
Beban puntir, Qtu = 1,2.28,7+1,6.13,5 = 55,97 kN/m’
Momen puntir per meter panjang = (Qtu.a) kN/m’
Momen puntir pada ujung-ujung balok :
Tu = (Qtu .a).(L/2) = 55,97.0,279.(9/2) = 70,27 kNm
Momen puntir dan gaya geser kritik berada pada titik
sejauh d dari permukaan tumpuan misal = 750 mm atau
terhadap pusat sumbu kolom = 750 + 406/2 = 953 mm

Gb.4.16. Diagram momen puntir


Pada titik kritik Vu = 301,69. (4,5-0,953)/4,5 = 237,8 kN
dan Tu = 70,27. (4,5-0,953)/4,5 = 55,39 kNm
Karena di ujung-ujung balok terdapat kolom maka balok
berkaki ini dirancang untuk menerima/ menahan
keserasian dan oleh karenanya dapat melakukan
redistribusi
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

b. Kontrol pemenuhan ukuran


Acp = 406.812 + 152.203 = 360528 mm2
pcp = 2.406 + 2.812 + 2.152 = 2740 mm
Kontrol terhadap Tcr/4 :

φ ⎡ Acp 2 ⎤ 0,75 ⎡ 3605282 ⎤


(Tcr / 4) = fc' ⎢ ⎥= 35 ⎢ ⎥ = 17,54 kNm
12 ⎢⎣ Pcp ⎥⎦ 12 ⎣ 2740 ⎦

φ ⎡ Acp 2 ⎤ 0,75 ⎡ 360528 2 ⎤


Tcr = fc' ⎢ ⎥ = 35 ⎢ ⎥ = 70,16 kNm
3 ⎢⎣ Pcp ⎥⎦ 3 ⎣ 2740 ⎦

Tu = 55,39 kNm > (Tcr /4) = 17,54 kNm Æ perlu tulangan


geser puntir, tetapi Tu = 55,39 kNm masih < Tcr = 70,16
kNm Æ ukuran memenuhi dan tidak perlu dilakukan
redistribusi.
c. Menghitung luas tulangan untuk geser puntir
Ø.Tn > Tu
Tebal penutup beton 50 mm Æ h’ = 812 – 2.50 = 712
mm, b’= 406 - 2.50 = 306 mm, b”= 406 + 152 - 2.50 =
458 mm, h” = 203 – 2.50 = 103 mm Æ Aoh = luasan di
dalam sengkang = 712.306 + (458-306).103 = 233528
mm2
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

b’

h’

h”

b”

Gb.4.17. Diagram momen puntir


Ao = 0,85.Aoh = 0,85.233528 = 198498 mm2
Memasukkan sudut = 45o dan fyv = 420 MPa serta Tn =
Tu/Ø ke dalam persamaan berikut maka akan di dapat
At/s

2. Ao . At . f yv . cot θ 55,39.10 6 2.198498. At .420. cot 45


Tn = Æ =
s 0,75 s

73853333 = 166738992.(At/s) Æ At/s = 0,44 mm2/ mm/


kaki
Memasukkan jarak antara tulangan sengkang s akan
didapat luas tulangan yang diperlukan, atau sebaliknya.
d. Menghitung luas tulangan untuk geser lentur
Vc = (1/6) √fc’ bw.d = (1/6).√35. 406.(812-50) = 305044 N
= 305,044 kN
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Vs = Vu/Ø – Vc = 237,8/0,75 – 305,04 = 317,06 – 305,04


= 12,02 kN
Av/s = Vs/(fyv.d) = 12020/ {420.(812-50)} = 0,037 mm2/
mm/ 2kaki
e. Kombinasi luas tulangan geser lentur dan geser
puntir
At/s + Av/2s = 0,44 + 0,037/2 = 0,462 mm2/mm/kaki
Digunakan diameter P10 mm = 78,5 mm2
s = 78,5/0.462 = 169,9 mm Æ s = 150 mm
f. Kontrol jarak antara tulangan sengkang
h’ = 812 - 2.50 = 712 mm, b’= 406 - 2.50 = 306 mm, b”=
406 + 152 - 2.50 = 458 mm, h” = 203 – 2.50 = 103 mm
Syarat geser torsi (puntir) :
s < Ph/8 = [2.306 + 2.712 + 2.(152-50)]/8 = 280 mm atau
< 300 mm
Syarat geser lentur :
s < d/2 = (812-50)/2 = 381 mm atau < 300mm
Digunakan s = 250 mm
g. Kontrol jumlah luasan sengkang minimum
At/s ≥ bw/(6.fyv) Æ 0,44 > 406/(6.420) = 0,16 Æ OK !!
Av + 2At > (1/3).bw.s/fyv = (1/3).406.250/420 = 80,5 mm2
2P10 = 78,5.2 = 157,0 mm2 > 80,5 mm2 Æ OK !!
h. Menghitung jarak awal dipasangnya tulangan puntir
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Jarak dari tengah bentang = (4,5-0,953). s/smax =


3,547.250/300 = 2,95 m Æ 2,5 m dari tengah bentangan
i. Kontrol kekuatan tekan beton berarah diagonal oleh
gaya puntir
2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu ⎞
2
⎛ V 2 f c' ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟
2 ⎟
≤ φ .⎜ c + ⎟
.
⎝ w ⎠ ⎝
b d 1,7. Aoh ⎠
⎜ bw .d 3 ⎟
⎝ ⎠
2
2
⎛ 237800 ⎞ ⎛ 55390000 ⎞ ⎛ 305040 2 35 ⎞
⎜ ⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ 0,75.⎜⎜ + ⎟
⎝ 406.762 ⎠ ⎝ 1,7.233528
2
⎠ ⎝ 406.762 3 ⎟⎠

Æ 0,768 < 3,697 Æ OK !!


j. Menghitung jumlah tulangan memanjang (Al)
ph = [2.306 + 2.712 + 2.(152-50)] = 2240 mm
fyv = fyl = 420 Æ fyv/ fyl = 1,0
Cot θ = Cot 45 = 1,0

At ⎛⎜ f yv ⎞⎟ 2
Al ≥ ph cot θ Æ Al ≥ 0,44.2240.1,0.1,0 Æ Al =
s ⎜ f ⎟
⎝ yl ⎠
985,6 mm2

At ⎛⎜ f yv ⎞⎟
5. Acp . f c '
Al ,min ≥ ph −
12. f yl s ⎜ f ⎟
⎝ yl ⎠
5.360528. 35 ⎛ 420 ⎞
Al ,min ≥ − 0,44.2240.⎜ ⎟
12.420 ⎝ 420 ⎠
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Al ,min ≥ 1130,4 mm2 Æ Karena Al < Al,min maka

digunakan Al = Al,min = 1130,4 mm2 Digunakan tulangan


8D14 = 1230,8 mm2 > 1130,4 mm2 Æ OK !!

Gb 4.18.
Detail sengkang
tulangan puntir
dan tulangan
memanjang

b. Analisis
Analisis geser puntir menjadi sulit karena dalam
perencanaan diperbolehkan menggabungkan tulangan
geser puntir longitudinal (memanjang) dengan tulangan
lentur (tarik dan atau tekan). Sementara di dalam analis
harus dipisahkan lebih dahulu tulangan-tulangan yang ada
ke dalam tulangan lentur dan puntir yang hampir tidak
mungkin lagi. Di sisi lain tulangan geser lentur dan puntir
juga boleh digabungkan dalam perencanaan, sehingga
pemisahan kembali dalam analisis juga hampir tidak dapat
dilakukan.

4.4. Geser Friksi pada Balok


Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Yang dimaksud dengan geser frisksi adalah geser


yang arah retaknya disalurkan melalui bidang-bidang
tertentu misalnya diantara bahan beton lama dan baru.
Contoh dari struktur ini terdapat pada balok konsol pendek
(corbel) yaitu balok yang menonjol dari sebuah kolom atau
balok lain dengan bentangan sangat pendek sehingga
kerusakan geser lebih dominan dibandingkan kerusakan
lentur. Jarak antara permukaan jepit dan beban titik di
ujung balok konsol disebut bentang geser. Tinggi balok
dihitung pada permukaan jepit sedemikian sehingga nilai
banding antara bentang geser dan tinggi balok bersih (a/d)
≤ 1.

Vu Plat baja
selebar
Nuc konsol

> d/2
Tulangan 2d / 3
Utama, As
h d
Sengkang
tertutup, Ah

Gb.4.19. Tampang konsol pendek

Balok pendek boleh dibebani/ harus diperhitungkan


terhadap gaya tarik (Nuc) oleh adanya gaya rangkak, susut
atau perubahan suhu secara bersamaan dengan gaya
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

geser terfaktor Vu namun Nuc ≤ Vu tetapi Nuc ≥ 0,2.Vu.


Tinggi konsol pendek pada ujung balok (permukaan
jepitan) harus ≥ 0,5.d. Pada permukaan jepit harus
dirancang untuk memikul momen sebesar = Vu.a + Nuc.(h-
d) dan gaya tarik harisontal Nuc. Faktor reduksi kekuatan
(Ø) harus diambil sebesar 0,75 untuk menghitung Vn =
Vu/Ø, dengan Vn < 0,2.fc’.bw.d atau < 5,5. bw.d. Tulangan
geser friksi Avf (arahnya melintang bidang geser) dapat
dihitung dengan rumus :
Vn = Avf . fy . µ . (sin α + cos α)
dengan :
α = sudut antara tulangan geser friksi dan bidang
geser, α antara 0o sampai 90o
Koefisien friksi µ dapat diambil = 1,4.λ untuk beton monolit
atau µ = 1,0.λ untuk beton yang dicor pada permukaan
beton lama yang dikasarkan dengan kedalaman kekasaran
5mm atau µ = 0,6.λ untuk permukaan beton lama yang
tidak dikasarkan. Sedang koefisien λ = 1,0 untuk beton
normal atau λ = 0,85 untuk beton ringan.
Tulangan Af (terletak pada sisi atas balok) untuk
mendukung momen lentur Mu = Vu.a + Nuc.(h-d) dihitung
menurut persamaan balok dibebani lentur dengan tulangan
tunggal sesuai pasal 12.2 dan 12.3 SNI-03-2847-2002.
Tulangan An pada posisi sama dengan Af untuk menahan
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

gaya tarik Nuc sehingga An ≥ Nuc/(Ø.fy) dengan Nuc≥ 0,2.Vu.


Tulangan tarik total pada sisi atas balok As ≥ Af + An atau
As ≥ 2/3 Avf + An dan As ≥ 0,04.bw.d.( fc’ / fy).
Sengkang tertutup Ah ≥ 0,5.(As-An) dipasang pada 2/3
d (tinggi efektif konsol) bersebelahan dan sejajar dengan
As. Pada permukaan ujung kolom pendek tulangan As
harus diangkurkan dengan :
a. tulangan tegak lurus padanya (tegak lurus bidang
gambar), berdiameter sama atau lebih besar, dengan
bahan las struktural dengan kekuatan las sama
dengan kekuatan tulangan sebanyak As, atau
b. menekuk tulangan tarik As sebesar 180o , atau
c. cara lain yang memberikan pengangkuran yang baik
Daerah tumpuan tidak boleh melampaui bagian lurus
tulangan As dan tidak melampaui ujung konsol pendek.
Rasio tulangan As/(b.d) ≥ 0,04. fc’ / fy
Contoh 4.8 :
Balok konsol pendek direncanakan mempunyai lebar 350
mm dan menahan balok dengan beban mati = VD = 108 kN
dan beban hidup VL = 170 kN serta beban tarik horisontal
karena rangkak dan susut T = 90,6 kN beban terpusat. Bila
kualitas beton 35 MPa, baja 420 MPa, rancanglah ukuran
konsol pendek itu dan penulangannya.
Jawab :
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

a. Menghitung ukuran lebar plat baja penumpu beban (s)


Gaya geser terfaktor Vu = 1,2.108 + 1,6.170 = 401,6 kN
Vu = Ø.Pnb = 0,75.(0,85.35.Ag) Æ 401,6 = 22,31.Ag Æ Ag
= 17998,8 mm2 Æ lebar plat baja, s = Ag/b =
17998,8/350 = 51,4 mm Æ s = digunakan 60 mm
b. Menetapkan jarak titik tumpuan ke permukaan kolom (a)
Diharapkan letak tumpuan berada pada 2/3 lebar plat
baja dan ada jarak bebas antara balok dengan kolom 25
mm Æ Jadi jarak antara titik tumpuan dengan
permukaan kolom t = (2/3).60 + 25 mm = 65 mm Æ
gunakan a = 80 mm
c. Menetapkan tinggi total dari balok pendek (h)
Tegangan beton pada tumpuan yang diijinkan 0,2. fc’
MPa (=7 MPa) atau 5,5 MPa dipilih yang kecil Æ 5,5
MPa
Vu = Ø.Vc= 0,75.5,5.bw.d Æ 401,6.103 = 0,75.5,5.350.d
Æ d = 278,2 mm Æ bila digunakan D25 sebagai
tulangan tarik utama (As), dan plat tumpu 10 mm Æ
maka d = 278,2 + (25/2) + 10 = 300,7 mm Æ h = 350
mm
Jadi ukuran balok konsol pendek = 350 x 350 mm Æ a/d
= 100/300 = 1/3 < 1, sesuai persyaratan sebagai konsol
pendek !!
d. Menghitung tulangan geser friksi (Avf)
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Vn = Avf . fy . µ . (sin α + cos α) Æ Vu = Ø. Avf . fy. µ . (sin


α + cos α)
Koefisien friksi µ dapat diambil = 1,4.λ untuk beton
monolit atau µ = 1,0.λ untuk beton yang dicor pada
permukaan beton lama yang dikasarkan dengan
kedalaman kekasaran 5mm atau µ = 0,6.λ untuk
permukaan beton lama yang tidak dikasarkan. Sedang
koefisien λ = 1,0 untuk beton normal atau λ = 0,85 untuk
beton ringan.
Anggap beton normal λ = 1,0 dan konsol dicor secara
monolit bersamaan dengan kolomnya Æ µ = 1,0.λ = 1,0.
Bila tulangan geser friksi dipasang horisontal dan bidang
retak konsol pendek vertikal maka sudut antara tulangan
geser friksi dan bidang retak geser α = 90o
Avf = Vu/ {Ø.fy.µ.(sin α + cos α)} = 401,6.103/
{0,75.420.1.1} = 1274,9 mm2
e. Menghitung tulangan tarik (An) untuk menahan gaya tarik
Nc = 90,6 kN
Nuc = 1,6.90,6 = 144,9 kN (dianggap sebagai beban
hidup) Æ An = Nuc/{ Ø. fy } = 144,9. 103/ {0,75.420} =
460,2 mm2
f. Menghitung tulangan lentur (Af) untuk menahan momen
Mn = Vu.a + Nuc.(h-d)
Mu = 401,6.{80} + 144,9.(350-50) = 83648 kNmm =
83,648 kNm
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Merancang sebagai tulangan under reinforced Æ cb =


600.d/{600+fy} = 600.300 / {600+420} = 205,88 mm Æ ab
= β1.c, untuk fc’ = 35 Mpa Æ β1 = 0,85 – 0,05(fc’ – 30)/ 7
= 0,85 – 0,05.(35-30)/7 = 0,81 Æ ab = 0,81.cb =
0,81.205,88 = 166,76 mm
Mu/Ø = 0,85. fc’.a.b.{d-(a/2)} Æ 83,648.106/0,8 =
0,85.35.a.350.(300-a/2)
104.560.000 = 10412,5.a.{300-(a/2)} Æ 10041,78 =
a.{300-(a/2)} Æ 20083,55 = 600.a – a2 Æ a2 - 600.a +
20083,55 = 0 Æ a = 35,58 mm < 0,75.ab = 0,75.166,76
mm = 125,07 mm, UNDER REINFORCED !!!
Af = Cc/fy = 0,85. fc’.a.b/ fy = 0,85.35.35,58.350/420 =
882,08 mm2
g. Menghitung tulangan tarik total (As)
As ≥ Af + An = 882,08 + 460,2 = 1342,3 mm2 atau
As ≥ 2/3 Avf + An = (2/3). 1274,9 + 460,2 = 1310,24 mm2
atau
As ≥ 0,04.bw.d.(fc’/ fy). = 0,04.350.300.(35/420) = 350
mm2
Dipilih yang terbesar dari ketiga syarat tersebut Æ
digunakan As = 1342,3 mm2
Luas tulangan minimum Amin = 0,04.b.d.( fc’/ fy) =
0,04.350.300.(35/420) = 350 mm2 Æ As = 1342,3 mm2 >
Amin Æ OK !!
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Digunakan tulangan D25 = 490,6 mm2 Æ N =


1342,3/490,6 = 2,73 Æ 3 bh
h. Menghitung luas tulangan sengkang tertutup (Ah) yg
didistribusikan pada 2/3 d.
Ah = 0,5.(As-An) = 0,5.(1342,3 - 460,2) = 441,05 mm2
Digunakan tulangan Ø10 = 78,5 mm2 Æ satu sengkang
ada 2 luasan = 157 mm2 Æ n = 441,05/157 = 2,81 bh Æ
3 bh sengkang
Jarak bebas 40 mm
(> 25 mm)
s = 60
Plat baja
a = 80

Vu
Plat baja tebal 10 mm,
Nuc lebar (1/3).s + a > 100 mm

150 Tulangan
Utama
200
As = 3D25
350 300
Tulangan bagi D25
Sengkang
dilaskan pada
Ah = 3Ø10
tulangan As

Gb.4.20. Hasil hitungan konsol pendek


Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

4.5. Balok Berkaki (Beam Ledge)


Tampang lintang balok berkaki (beam ledge)
sepintas mirip dengan balok konsol pendek (corbel). Balok
konsol pendek memiliki rasio bentangan dan tinggi balok
sangat pendek (a/d < 1), menumpu pada kolom, memikul
beban terpusat yang hanya menyebabkan momen lentur
dan geser lentur. Balok berkaki merupakan balok yang
memiliki kaki/ tonjolan ke arah samping sepanjang balok.
Kaki/ tonjolan itu memikul beban terbagi rata atau dapat
pula beberapa beban terpusat atau beban garis dan beban
itu dilimpahkan pada balok utama secara eksentrik
terhadap sumbu longitudinalnya. Akibatnya beban di atas
kaki/ tonjolan itu menimbulkan kombinasi momen lentur
dan momen puntir, geser lentur dan geser puntir pada
balok utama. Pada kaki/ tonjolan balok beban itu
menimbulkan geser lentur dan momen lentur. Perancangan
lentur balok berkaki tidak berbeda dari balok biasa dengan
momen puntir. Gaya-gaya yang perlu diperhitungkan pada
bagian kaki/ tonjolan (ledge) dari balok berkaki adalah
sebagai berikut :
a. Gaya geser terfaktor Vu
b. Momen lentur Mu = Vu.af + Nuc .(h-d) dengan
Nuc > 0,2. Vu tetapi < Vu
c. Gaya tarik vertikal Av.fy
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Gb.4.21. Tampang lintang balok berkaki


a. Gaya geser terfaktor Vu
Vu < 0,2. Ø . fc’ . (W+4.a) .d atau
Vu < Ø . μ . Av . fy Æ Vn = Vu/ Ø
Vn = Av . fy . µ . (sin α + cos α)
dengan :
α = sudut antara tulangan geser friksi dan bidang
geser ( α antara 0o sampai 90o)
Bila (W+4.a) > S maka :
Vu < 0,2. Ø . fc’ . S . d.
Pada ujung topi balok disyaratkan :
Vu < 0,2. Ø . fc’ .(2c) . d,
dengan :
c = jarak pusat tumpuan ke ujung topi balok, tetapi
2c < W+4a dan 2c < S
S = jarak antara tumpuan beban di atas kaki/
tonjolan balok yang sama

b. Momen lentur
Perhitungan lentur dilakukan dengan syarat :
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Mu = Vu.af + Nuc.(h-d) ≤ Ø.Avf. fy.(ζ.d),


dengan :
ζ = 0,8 dan Nuc ≤ Ø . An. fy

Gb.4.22. Tampak samping dan depan

As ≥ 2/3 Avf + An atau As ≥ Af + An.


As = luas tulangan tarik total
Avf = luas tulangan geser friksi
An = luas tulangan untuk menahan gaya tarik Nuc
Af = luas tulangan untuk menahan momen lentur Mu
Bila (W+5.af) > S maka tulangan lentur harus disebar di
sepanjang S. Pada ujung topi tulangan harus dipasang
pada jarak 2c dengan c = jarak antara pusat tumpuan
beban ke ujung topi, tetapi c < 0,5 (W+5.af).
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Gb.4.23. Tulangan lentur dan penggantung

c. Gaya geser pons (punching shear)

Vu < Ø. (1/3) .√fc’.(W + 2L + 2.df). df, untuk bagian


tengah dari balok berkaki

Vu < Ø. (1/3) .√ fc’.(W + L + df). df. untuk bagian tepi/


ujung dari balok berkaki

dengan :

df = kedalaman efektif topi, L = lebar tumpuan, W =


panjang tumpuan

Gb.4.24. Tulangan geser pons


Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Garis patahan berbentuk piramida terpancung tidak boleh


saling berpotongan dengan garis patahan piramida
terpancung dari tumpuan di sebelahnya (kalau ada).

d. Penulangan penggantung / sengkang pd balok


utama

Tulangan penggantung sejajar dan berhimpitan dengan


tulangan sengkang (arah vertikal) harus kuat, terlebih bila
dibebani secara berulang/ repetitif seperti pada jembatan
atau garasi kendaraan. Kekuatan dapat dipenuhi oleh
persamaan berikut
Avt . f y
Vu ≤ φ . .S
s
dengan :
Avt = luasan satu kaki tulangan penggantung / bisa
dijadikan satu dg sengkang
S = jarak diantara dua titik pembebanan pada
topi-topi
s = jarak diantara tulangan penggantung
Kelayakan dapat dipenuhi oleh persamaan berikut :
Avt .0,5. f y
V ≤ .(W + 3.a)
s
dengan :
V = reaksi disebabkan oleh beban layanan yaitu
beban mati dan beban hidup (beban tidak
terfaktor)
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Bila balok dibebani pada dua sisinya pada arah horisontal


maka gaya geser harus memenuhi persamaan berikut :
⎡ 1 ⎤ A .f
2.Vu ≤ 2.⎢φ . . f c . (b f .d f ' )⎥ + φ . vt y (W + 2.d f ' )
'

⎣ 6 ⎦ s
dengan :
df’ = kedalaman kaki efektif dari permukaan sisi atas
kaki ke tulangan sisi bawah.

Gb.4.25. Balok berkaki simetrik

Contoh 4.9.
Balok berkaki mendukung 2 buah balok-T dengan bentang
19,2 m dan jarak diantara balok S = 1,2 m. Beban reaksi
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

pada sebuah tumpuan balok sebagai berikut : DL = 50 kN


dan LL = 29 kN. Bearing pad memiliki kekuatan 7 MPa,
dengan ukuran 114 x 114 mm2 dan tebal 6,4 mm. Lakukan
cek kesesuaian ketebalan, tonjolan dari balok berkak itu
dan hitunglah penulangan yang diperlukan. Beton fc’ = 35
MPa, fy = 420 MPa
178
mm

25
25

914
mm
Gb.4.26. Tampang
305
mm
balok berkaki

330
mm

a. Kontrol kemampuan bearing pad :


P = 114 x 114 x 7 = 90972 N = 90,972 kN > (50+29) kN
b. Letak reaksi balok-T thd permukaan balok berkaki :
a = (2/3).(lebar bearing pad,L) + dilatasi

a = (2/3).114 + 25 = 101,2 mm ∼ 102 mm

c. Lebar efektif arah memanjang balok, bw


bw = (W + 4.a) = 114 + 4.101,2 = 518,8 mm
d. Letak reaksi terhadap tulangan tarik, af
af = a + concrete cover + 0,5.d = 101,2 + 25 + 6
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

= 132,2 mm
e. Lebar efektif arah melintang balok, hw
hw = W + 5.af = 114 + 5.132,2 = 775 mm
f. Kemampuan beton di bawah bearing pad

∅.Pn = 0,75.0,85.35.(114.114) = 289973.3 N


= 289,97 kN
Vu = 1,2.50 + 1,6.29 = 106,4 kN
∅.Pn > Vu Æ Safe !!

g. Kontrol dimensi ketebalan df dari balok berkaki :


bw = (W + 4.a) = 518,8 mm < S = 1200 mm, gunakan
Vu ≤ 0,2. Ø. fc’.(W + 4.a). df
df ≥ Vu / [ 0,2. Ø. fc’.(W + 4.a)]
106400 / (0,2.0,75 35. 518,8) = 39,06 mm
df = 305 – 50 = 255 mm > 39,06 mm, memenuhi !!
Vu < 0,2. Ø . fc’ .(2c) . d Æ c > Vu / (0,1. Ø . fc’ . d)
c > 106,4.103 / (0,1. 0,75 . 35 . 255) = 158,95 mm
Digunakan c = 160 mm
h. Mencari luasan tulangan geser friksi Avf untuk setiap
lebar efektif bw = 518,8 mm
Vn = Avf . fy . µ . (sin α + cos α) Æ α = 90o
Avf = Vn / ( fy. µ ) = Vu / ( Ø. fy. µ )
= 106,4.103/ (0,75.420.1,4) = 241,26 mm2
Tiap meter lebar = 241,26.(1000/518,8) = 465,03 mm2
Digunakan P10-150 Æ A = 523,3 mm2 > = 465,03 mm2
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

i. Kekuatan geser pons

Vpons = Ø.(1/3).√fc’.(W + 2L + 2.df). df

= 0,75.(1/3).√35.(114+ 2.114+ 2.255).255

= 321331,87 N = 321,33 kN > Vu= 106,4 kN, safe !

j. Menghitung tulangan tarik An untuk lebar efektif hw

Nuc ≥ 0,2.Vu tetapi ≤ Vu Æ Nuc = 0,2.106,4 = 21,28 kN

Nuc = Ø . An. fy Æ An = Nuc / (Ø.fy) = 21280/(0,75.420)

= 67,5 mm2
Tiap meter lebar diperlukan :
An = 67,5.(1000/775) = 87,09 mm2
k. Menghitung tulangan lentur, Af untuk lebar efektif hw
Mu = Vu.af + Nuc.(h-d) ≤ Ø . Af. fy.(ζ.d), dengan : ζ = 0,8
Mu = Vu.af + Nuc.(h-d) = 106,4. 132,2 + 21,28. 50
= 15130,0 kNmm = 15,13 kNm
Af = Mu / {Ø.fy.(ζ. df)} = 15130000/(0,75.420.0,8.255)
= 235,45 mm2 untuk selebar 775 mm
Tiap meter lebar diperlukan :
Af = 235,45.(1000/775) = 303,8 mm2
l. Menghitung tulangan utama As untuk lebar efektif bw =
518,8 mm
As ≥ 2/3 Avf + An atau As ≥ Af + An.
1. As ≥ (2/3).465,03 + 87,09 = 397,11 mm2
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

2. As ≥ 303,8 + 87,09 = 390,89 mm2


3. Luas tulangan minimum per meter = 0,04.(fc’/fy).df.
1000 = 850 mm2
Dipilih As yang paling besar = 850 mm2 per meter lebar
Digunakan D12-125 mm Æ As = 904,32mm2 > 850 mm2
m. Tulangan geser friksi Ah untuk lebar efektif hw
Ah ≥ 0,5.(As - An) = 0,5. (850-87,09) = 381,45 mm2
Untuk tiap meter lebar, Ah = 318,45.(1000/775) =
= 410,9 mm2
Untuk keperluan praktis Ah dijadikan satu dengan As
Diperlukan D16-125 = 1607 mm2
> ( Ah + As ) = (850 + 410,9) = 1260,9 mm2
n. Tulangan penggantung Avt
1. Tinjauan kekuatan :
Avt . f y
Vu ≤ φ . .S untuk jarak antar tulangan s = 200 mm
s
dan jarak antara tumpuan balok-T, S = 1200 mm
Vu .s 106,4.103.200
Avt ≥ = = 56,23 mm2
φ . f y .S 0,75.420.1200

2. Tinjauan kelayakan :
Avt .0,5. f y
V ≤ .(W + 3.a)
s
dengan V = DL + LL = 50 + 29 = 79 kN
Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

V .2.s 79.103.2.200 31600000


Avt = = =
(W + 3.a ). f y (114 + 3.101,2).420 175392

= 180,16 mm2
Digunakan nilai terbesar Avt = 180,16 mm2
Digunakan P10 - 250 = 314 mm2 > 180,16 mm2

(At + Av) geser


lentur-puntir
Avt (penggantung)
P10-250

140

a=
As & Ah =
102 D16-125

305

200

Avf (geser friksi)


P10 -150

Gb.4.27. Detail penulangan balok berkaki


Struktur Beton Bertulang I (Ir. Henricus Priyosulistyo, M.Sc.,Ph.D.)

Anda mungkin juga menyukai