DISUSUN OLEH :
ATHALLAH ARYA ATMAJA
MOHAMMAD ZACHRAN ZACHARY
Daftar Isi
Kata Pengantar..............................................................................................
Daftar Isi........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian....................................................................................................
BAB III
KESIMPULAN..................................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu lembaga Islam, wakaf telah menjadi salah satu penunjang perkembangan
masyarakat Islam. Sebagian besar rumah ibadah, lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga
keagamaan Islam lainya di bangun di atas tanah wakaf. Apabila jumlah tanah wakaf di indonesia
ini dihubungkan dengan negara yang saat ini menghadapi berbagai krisis termasuk krisis
ekonomi,, sebenarnya jumlah tanah wakaf merupakan suatu potensi sumber daya ekonomi untuk
lebih dikembangkan guna membantu menyelesaikan krisis ekonomi.
Dilihat dari segi sosial dan ekonomi, wakaf yang ada memang belum dapat berperan dalam
menanggulangi permasalahan umat khususnya masalah sosial dan ekonomi. Hal ini dapat
dipahami karena kebanyakan wakaf yang ada kurang maksimal dalam pengelolaannya. Kondisi
ini disebabkan oleh keadaan tanah wakaf yang sempit dan hanya cukup dipergunakan untuk
tujuan wakaf yang hanya diikrarkan wakif seperti untuk musholla dan masjid tanpa diiringi tanah
atau benda yang dapat dikelola secara produktif. Memang ada tanah wakaf yang cukup luas,
tetapi karena Nazhirnya kurang kreatif, tanah yang kemungkinan dikelola secara produktif
tersebut akhirnya tidak dimanfaatkan secara produktif bahkan pada akhirnya tidak dimanfaatkan
sama sekali, bahkan perawatannya pun harus dicarikan sumbangan dari masyarakat.
Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam bentuk usaha yang
hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang memerlukan termasuk fakir miskin. Apabila
wakaf dapat dikelola dengan produktif, niscaya akan mempercepat pengetasan kemiskinan di
negeri kita. Untuk itu masih banyak yang harus dibenahi agar dapat menuju era wakaf produktif.
Manajemen fundraising memang sangat di butuhkan agar suatu organisasi itu mampu bertahan.
Maka dari itu tugas BWI sebagai Badan Wakaf yang dibentuk pemerintah harus mampu
mengembangkan wakaf di indonesia melalui program-program pemberdayaannya maupun dari
segi penghimpunan dana atau tanah wakaf. Memang untuk sekarang Badan Wakaf Indonesia
belum bisa memgembangkan wakaf karena beberapa hambatan-hambatan terutama masalah
sosialisasi terhadap masyarakat yang belum paham mengenai definisi maupun tata cara berwakaf
sehingga kadang para wakif yang ingin berwakaf menjadi enggan berwakaf karena tidak tahu
tata cara berwakaf.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang digariskan dalam
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 47, adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia.
Dalam Undang-Undang Wakaf ditetapkan bahwa Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga yang
berkedudukan sebagai media untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan Nasional.
Disamping itu, dalam Undang-Undang wakaf juga ditetapkan bahwa Badan Wakaf Indonesia
bersifat Independen dalam melaksanakan tugasnya. Badan Wakaf Indonesia berkedudukan di Ibu
Kota Negara Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di provinsi atau bahkan kabupaten atau
kota sesuai dengan kebutuhan. Dalam penjelasan Undang-Undang ditetapkan bahwa
pembentukan perwakilan Badan wakaf Indonesia didaerah dilakukan setelah Badan Wakaf
Indonesia berkonsultasi dengan pemerintah daerah setempat.
Dalam kepengurusan, BWI terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan, masing-
masing dipimpin oleh oleh satu orang Ketua dan dua orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan
oleh para anggota. Badan pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan
Pertimbangan adalah unsur pengawas pelaksanaan tugas Badan Wakaf Indonesia.
Tugas Badan Wakaf Indonesia ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun2004 tentang
Wakaf yang dapat dibedakan menjadi tiga yakni yang pertama bahwasannya tugas Badan Wakaf
Indonesia yang berkaitan dengan Nazhir yaitu pangangkatan, pemberhentian, dan pembinaan
Nazhir,. Kedua, tugas Badan Wakaf Indonesia yang berkaitan dengan Objek Wakaf yang
berskala Nasional atau Internasional, serta pemberian persetujuan atas penukaran harta benda
wakaf. Ketiga, tugas Badan Wakaf Indonesia yang berkaitan dengan pemerintah, yaitu memberi
saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan dibidang perwakafan.
1. Melakukan pembinaan terhdap Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda
wakaf.
2. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf berskala nasional dan internasional.
3. Memberikan persetujuan dan atau ijin atas perubahan peruntukan dan status harta benda
wakaf.
Badan Wakaf Indonesia merupakan lembaga wakaf yang bersifat nasional, selain bertugas
mengkoordinasikan para nazhir Badan Wakaf Indonesia pun memprakarsai kerja sama antar
nazhir, dengan demikian mereka dapat saling tolong menolong dalam pengelolaan wakaf.
Badan Wakaf Indonesia terdiri atas dua unsur yakni Badan pelaksana dan dewan
pertimbangan. Badan pelaksana merupakan unsur pelaksanaan tugas Badan Wakaf Indonesia,
sedangkan dewan pertimbangan merupakan unsur pengawas pelaksanaan tugas Badan Wakaf
Indonesia. Ketentuan yang mengatur memberikan peluang kepada anggota Badan Wakaf
Indonesia untuk berijtihad dalam mengatur diri mereka sendiri dikarenakan badan pelaksanaan
dan dewan pertimbangan Badan Wakaf Indonesia masing-masing dipimpin oleh satu orang ketua
dan dua orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota sedangkan susunan
keanggotaannya ditetapkan oleh para anggota.
Sesuai dengan aturan Undang-Undang tentang batasan minimum dan batasan maksimum
keanggotaan Badan Wakaf Indonesia menyatakan bahwasannya jumlah minimum anggota untuk
Badan Wakaf Indonesia yakni 20 (dua puluh) orang, sedangkan batasan maksimumnya adalah 30
(tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat.
b. Beragama Islam
c. Dewasa
d. Amanah
Dalah hal masa bakti Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia hal ini melibatkan Presiden.
Dikatakan demikian dikarenakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang bahwasannya
pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan Badan Wakaf Indonesia dilakukan oleh presiden.
Namun ketika kita berbicara perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah, semua itu tidak
bicara lagi presiden dikarenakan Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah
diangkat dan diberhentikan oleh Badan Wakaf Indonesia.
Adapun Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian
anggota sebagaimana yang telah di maksud, semuanya telah diatur oleh peraturan Badan Wakaf
Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga)
tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk pertama kali,
pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan kepada Presiden oleh Menteri
Agama. Namun setelah itu Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia
kepada Presiden untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia. Ketentuan
mengenai tata cara pemilihan calon keanggotaan Badan Wakaf Indonesia sebagaimana yang
dimaksud, seluruhnya diatur oleh Badan Wakaf Indonesia yang penting pelaksanaannya terbuka
untuk umum.
E. Pembiayaan, Ketentuan Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban
Adapun ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, tugas, fungsi, persyaratan,
dan tata cara pemilihan anggota serta susunan keanggotaan dan tata kerja Badan Wakaf
Indonesia diatur seluruhnya oleh Badan Wakaf Indonesia.
1. Pengawasan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik aktif maupun pasif.
2. Pengawasan aktif dilakukan dengan memeriksa langsung terhadap Nazhir atas pengelolaan
wakaf, sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
3. Pengamatan pasif dilakukan dengan mengamati berbagai laporan yang disampaikan nazhir
berkaitan dengan pengelolaan wakaf.
Kesimpulan
Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga yang berkedudukan sebagai media untuk
memajukan dan mengembangkan perwakafan Nasional. Badan Wakaf Indonesia merupakan
lembaga wakaf yang bersifat nasional selain bertugas mengkoordinasikan para nazhir, Badan
Wakaf Indonesia pun memprakarsai kerja sama antar nazhir, dengan demikian mereka dapat
saling tolong menolong dalam pengelolaan wakaf. Badan Wakaf Indonesia terdiri atas dua unsur
yakni Badan pelaksana dan dewan pertimbangan.
Sesuai dengan aturan Undang-Undang tentang batasan minimum dan batasan maksimum
keanggotaan Badan Wakaf Indonesia menyatakan bahwasannya jumlah minimum anggota untuk
Badan Wakaf Indonesia yakni 20 (dua puluh) orang, sedangkan batasan maksimumnya adalah 30
(tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat.
Tugas-tugas Badan wakaf Indonesia adalah, Melakukan pembinaan terhdap Nazhir dalam
mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf. Mengelola dan mengembangkan harta benda
wakaf berskala nasional dan internasional, Memberikan persetujuan dan atau ijin atas perubahan
peruntukan dan status harta benda wakaf, Meberhentikan dan mengganti Nazhir, Memberikan
persetujuan atas penukaran harta benda wakaf, Memberikan saran dan pertimbangan kepada
pemerintah dalam penyusunan kebijakan dibibang perwakafan.
syarat-syarat mnjadi anggota Badan Wakaf Indonesia adalah Warga Negara Indonesia,
Beragama Islam, Dewasa, Amanah, Mampu secara jasmani dan rohani, Tidak terhalang
melakukan perbuatan hukum, Memiliki pengetahuan, kemampuan, dan/atau pengalaman di
bidang perwakafan dan/atau ekonomi, khususnya di bidang ekonomi syariah, Mempunyai
komitmen yang tinggi untuk mengembangkan perwakafan nasional