Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HUKUM EKONOMI SYARIAH

OLEH :
KURNIA
NIM :D10121426
PENDI/DIKAN AGAMA
KELAS C

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS HUKUM
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam
selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah
membawa manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti sekarang
ini.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
memajukan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................

Kata Pengantar................................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................

BAB I..............................................................................................................

A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................

BAB II.............................................................................................................

A. Perkembangan Peraturan Hukum Koperasi Syariah di Indonesia............


B. Konstruksi Norma Hukum Koperasi Syariah dalam Kerangka
Sistem Hukum Koperasi Nasional ...........................................................
C. Cara Menghimpun dan Menyalurkan Dana Koperasi Syariah.................

BAB III............................................................................................................

Kesimpulan......................................................................................................

Daftar pustaka .................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ekonomi Syariah, yang juga dikenal sebagai ekonomi Islam dibangun


untuk tujuan suci dan dicapai dengan cara yang berpedoman pada ajaran Islam
dan juga berpedoman pada ajaran Islam. Ekonomi Islam sebagai studi ilmu
pengetahuan modern tidak muncul sampai tahun 1970-an, tetapi ide-ide tentang
ekonomi Islam muncul sejak wahyu Islam oleh Nabi Muhammad. Rujukan utama
pemikiran ekonomi ini muncul bersamaan dengan turunnya Al-Qur'an dan
kehidupan Nabi Muhammad pada akhir abad ke-6 dan awal abad ke-7 Masehi.
Setelah itu, banyak cendekiawan Muslim pergi ke Pemikiran Ekonomi. Karyanya
sangat berat, yaitu memiliki perdebatan agama dan intelektual yang kuat, paling
sering didukung oleh fakta empiris saat itu.

Banyak dari mereka sangat futuristik sehingga para pemikir Barat tidak
mempelajarinya sampai ratusan abad kemudian. Pemikiran ekonomi para pemikir
Muslim mengisi pemikiran ekonomi dunia ketika Barat masih dalam kegelapan.
Saat itu, dunia Islam sebenarnya sedang mendulang ketenaran di berbagai bidang.
Seiring berjalannya waktu, prinsip-prinsip ekonomi Islam mulai merasuk ke
dalam koperasi-koperasi Indonesia. Itu untuk menerapkan prinsip-prinsip Syariah
untuk serikat simpan pinjam. Koperasi syariah telah lama menjadi bentuk hukum
di Indonesia. Pelopor perkembangan koperasi Indonesia adalah Bunhatta yang
hingga saat ini dikenal sebagai bapak koperasi Indonesia. Islam sebagai agama
dimunculkan sebagai satu kesatuan pilihan dan sekaligus dijadikan sebagai
pedoman hidup orang-orang yang membutuhkan. Dengan demikian,
keberadaannya telah memberikan arah bagi perkembangan peradaban manusia,
khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Islam adalah agama terbuka
yang selalu memberikan kebebasan kepada manusia untuk berpikir ke depan guna
mencapai tingkat peradaban dan kemajuan yang lebih baik.

Keberadaan Koperasi Syariah sebagai organisasi yang relatif baru


merupakan tantangan besar. Syariah Islam dan profesional akuntansi harus
menemukan standar akuntansi yang berbeda dari koperasi tradisional dan dasar
untuk penerapan dan pengembangan koperasi Syariah. Koperasi Islam Indonesia
sudah ada sejak Persatuan Islam di Solo Jawa Tengah. Serikat pekerja Islam
kemudian menjadi serikat pekerja Islam dan lebih bernuansa politik. Koperasi
syariah tidak lagi terdengar di Indonesia setelah serikat pekerja Islam memusatkan
perjuangan mereka di arena politik.
Pada tahun 1990, Koperasi Syariah didirikan kembali di Indonesia.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya di
bidang pembiayaan, investasi, dan tabungan berdasarkan pola bagi hasil (Syariah).
Unit Jasa Keuangan Syariah adalah unit usaha di Koperasi yang kegiatan
usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan tabungan sesuai dengan
pola bagi hasil (syariah), sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang
bersangkutan. Koperasi syariah adalah badan usaha yang beranggotakan orang-
orang atau badan hukum koperasi yang kegiatannya berdasarkan prinsip syariah
serta gerakan ekonomi kerakyatan berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, yang meliputi antara
lain: a. Perorangan, yaitu orang-orang yang secara sukarela menjadi anggota
koperasi dan; b. Badan hukum koperasi, yaitu koperasi syariah yang anggotanya
memiliki cakupan yang lebih luas. Pada umumnya koperasi, termasuk koperasi
syariah, dikelola bersama oleh semua anggota, dan setiap anggota mempunyai hak
suara yang sama dalam pengambilan keputusan oleh koperasi. Bagi hasil koperasi
(biasa disebut sisa laba atau SHU) dihitung berdasarkan pembagian anggota
koperasi.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana perkembangan hukum syari'ah legislasi koperasi di Indonesia?


2) Bagaimana norma-norma Hukum Koperasi Syariah dibangun dalam
kerangka Hukum Koperasi Nasional?
3) Bagaimana cara menghimpun dan menyalurkan dana Koperasi Syariah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perkembangan Hukum Koperasi Syariah di Indonesia.


2. Menemukan cara untuk membangun Hukum Koperasi Syariah di bawah
Sistem Hukum Koperasi Nasional.
3. Temukan cara untuk mengumpulkan dan mendistribusikan dana Koperasi
Syariah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Peraturan Hukum Koperasi Syariah di Indonesia


Jika berbicara tentang sejarah Koperasi Syariah Indonesia, tentunya tidak
dapat dipisahkan dari sejarah koperasi tradisional. Indonesia termotivasi untuk
secara fundamental melawan masalah yang sama: individualisme dan
kapitalisme. Peran koperasi sangat jelas ketika perintah reformasi ditandatangani,
terutama pada saat krisis ekonomi. Bahkan Koperasi Syariah, tempat wacana
ekonomi kerakyatan mengemuka seiring dengan industry keuangan yang berbasis
syariah

Secara historis, model koperasi berbasis nilai Islam Indonesia diprakarsai


oleh kelompok industri Haji Samanhudi di Solo, Jawa Tengah, yang dikenal
sebagai SDI (Sarikat Dagang Islam), saya lakukan. , Gathering anggota dari para
pedagang batik islami. Setelah reformasi, ekonomi syariah dan semangat koperasi
syariah muncul kembali di tanah air. Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah, saat ini terdapat 3.020 Koperasi Syariah yang beroperasi di
berbagai institusi di Indonesia. Lahirnya Koperasi Syariah di Indonesia adalah
berdasarkan Kepmen Koperasi dan UKM Republik Indonesia pada tanggal 10
September 2004. Berdasarkan 91/Kep/M.KUKM/IX/2004. Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Namun, dasar hukum Koperasi Syariah
Indonesia sebenarnya tidak hanya mengacu pada keputusan menteri. Koperasi
Syariah secara legal menggunakan berbagai peraturan perundang-undangan
sebagai landasan kelembagaan dan dalam operasionalnya.

Untuk membahas lebih jauh perkembangan sistem hukum syariat bagi


koperasi dari masa ke masa, maka dibagi menjadi beberapa periode, antara lain:
Masa berlaku Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Jangka waktu menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian.

1. Kata Pengantar Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.


Saat ini, terdapat berbagai acuan dasar hukum Koperasi Syariah, antara lain:
1) Verordening op de Cooperatieve Verenigingen (UU Perpajakan No.
431, 1915) Ini adalah peraturan pertama yang berlaku untuk semua
kelompok penduduk (Pasal 131 IS). ) Di Indonesia. Peraturan ini
muncul dari adanya kekosongan hukum dalam kasus koperasi, tetapi
berbagai bentuk perusahaan koperasi telah didirikan, seperti Koperasi E
Sieburg, Gerakan Budi Utomo dan Dawahashi Islam. Yang dimaksud
dengan koperasi dalam peraturan ini adalah “perkumpulan orang-orang
yang diperbolehkan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan
mengadakan suatu sistem penghidupan atau kerja yang terorganisir
secara bersama-sama atau bersama-sama. Tujuannya untuk
meningkatkan kekayaan para anggota. Peraturan Belanda dapat
menggunakan prinsip persatuan untuk mematuhi peraturan Verordening
op de Cooperatieve Verenigingen yang diterapkan di Belanda, yang
lebih sulit adalah populasi, yaitu kelas III untuk penduduk asli. Untuk
mendirikan divisi koperasi harus memenuhi persyaratan dari notaris,
akta pendirian Belanda, materai hingga pemberitahuan di surat kabar
Javasche Courtant. Saat itu, biaya ekonomi orang-orang yang ingin
mendirikan koperasi begitu tinggi sehingga Verordening op de
Cooperatieve Verenigingen dianggap tidak berguna
2) Regelation of Inlandsche Cooperatieve Verenigingen (Stbl No. 91,
1927) Ketika politik pembalasan Belanda baru saja diumumkan,
terbitnya "Regelation of Inlandsche Cooperatieve Verenigingen" dan
perjuangan kaum nasionalis berhasil. Terakhir, Verordening op de
Cooperatieve Verenigingen berlaku untuk penduduk Grup I (Eropa) dan
Grup II (Timur Luar Negeri), sedangkan Inlandsche Cooperatieve
Verenigingen hanya berlaku untuk Grup III (Pribumi). Aturan-aturan
koperasi ini diatur oleh common law, bukan BW (Civil Code of the
Netherlands). Tekanan liberal pasar domestik terhadap pendirian
Belanda pada waktu itu membuat tawaran Regeling Inlandsche
Cooperatieve Verenigingen menjadi tidak berarti dan justru
mempersulit koperasi Indonesia untuk berkembang. Dari 172 koperasi
yang terdaftar dan 1540 koperasi yang tidak terdaftar, jelas jumlahnya
semakin hari semakin menurun karena tidak puas dengan hasil
koperasi..
3) Algemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen (StbNr. 108
sejak 1933) Algemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen
adalah versi modifikasi dari Verordening op de Cooperatieve
Verenigingen yang berlaku untuk penduduk Golongan I, II dan III. ,
Regulasi gerbang Inlandsche Genossenschaft Verenigingen akan terus
berlaku. III (asli). Saat itu, atas usul Biro Koperasi, Kementerian
Perekonomian membentuk gabungan pusat-pusat koperasi yang disebut
Moeder Centrale di Hindia Belanda. Sementara itu, Ordonantie op
Inlandsche Maatshapjiop bekerja untuk menyediakan 25.000.000 f
pendanaan baru untuk koperasi.
a. Gagal karena penerbitan Aandeelen. Hal ini memudahkan
berkembangnya pelaku usaha yang menggunakan maskapai
penerbangan peserta daripada koperasi. Algemene Regeling op
de Cooperatieve Verenigingen waktu.
b. Regelasi Genossenschaft Verenigingen (kanan 179, 1949).
Rezim yang diperkenalkan sejak Indonesia merdeka merupakan
akibat dari krisis yang terus berlangsung, mulai dari agresi
militer Belanda hingga pemberontakan PKI. Peraturan ini
mengubah pengertian koperasi dengan menambahkan syarat-
syarat pembentukan koperasi. Ketika peraturan ini mulai
berlaku, banyak yang terjadi, dimulai dengan Konferensi
Koperasi ke-1 dan Menteri Kehakiman Algermen Legering op
de Cooperative Verenigingen ke-12 di seluruh Indonesia.
c. Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1958 tentang Perkoperasian.
Undang-undang itu disahkan begitu cepat sehingga tidak banyak
berubah dengan adanya lembaga-lembaga koperasi. Undang-
undang tersebut menghapuskan Undang-Undang Koperasi
sebelumnya yang diberlakukan oleh Pemerintah Belanda dan
memodifikasi prinsip-prinsip tersebut dengan mengadopsi
Prinsip-Prinsip Koperasi Rochdale. Yang dimaksud dengan
koperasi dalam undang-undang ini adalah perkumpulan orang
perseorangan atau badan hukum yang bukan merupakan suatu
pemusatan modal yang bersifat kekeluargaan dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan
mendidik mereka secara sukarela. .. “Tabungan pokok”
memiliki fungsi sosial yang mengajarkan penyelamatan jiwa
dan kemauan anggota untuk berpartisipasi.
d. Undang-undang Tahun 1959 Republik Indonesia Nomor 60
tentang Perkembangan Gerakan Koperasi. Peraturan pemerintah
ini masih mengacu pada norma hukum di atas, yaitu Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 1958 tentang
Perkoperasian. Peraturan pemerintah ini mengusulkan konsep
pengaturan lebih lanjut tentang tujuan koperasi dengan
mempromosikan, memimpin, melindungi dan mengawasi
gerakan koperasi. Pada saat yang sama, lebih efektif, lebih
terencana, dan lebih terarah. Peralihan dari sistem demokrasi ke
demokrasi terkendali harus disesuaikan dengan koperasi juga
menjelaskan perannya dalam mengatur kegiatan ekonomi dan
meningkatkan taraf hidup dan kemandirian dan kreativitas
rakyat, artinya tidak akan. Memajukan dan mengembangkan
masyarakat.
e. Disutradarai oleh Presiden Republik Indonesia Nomor 2 dan 3
Tahun 1960. Sebagai bekal ketertiban pemerintah, dibentuk
Badan Gerakan Koperasi sebagai wadah tunggal kerjasama
antara lembaga koperasi dengan masyarakat. Intervensi nasional
yang sangat mengganggu perkembangan kelembagaan koperasi.
Praktik jual beli barang yang berbuah hasil dan untung telah
mematahkan ide ideal koperasi karena mampu menurunkan
harga kebutuhan pokok ketika dijual. Pendidikan koperasi saat
ini berkembang pesat dan koperasi termasuk sebagai mata
pelajaran di semua jenjang pendidikan. Peraturan Ipres
memberhentikan pegawai yang melanggar Pasal 27 (1) dan (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi. Akibat
lainnya, Muhammad Hatta diberhentikan sebagai Wakil
Presiden. -Presiden telah mengundurkan diri dari koperasi
dengan Republik Indonesia. Dia menghilang di pemerintahan.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok
Perkoperasian. Undang-undang ini merupakan perwujudan dari
prinsip Nasakom yang mengkritisi prinsip kerjasama Indonesia.
Koperasi didefinisikan sebagai organisasi ekonomi dan alat
revolusioner yang berfungsi sebagai pembibitan rakyat dan
sebagai sarana sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila.
Pengesahan undang-undang ini pada Konferensi Koperasi
Nasional telah menunjukkan sensasinya kepada dunia dengan
pembebasan Indonesia sebagai anggota International Co-
operative Alliance (ICA).
f. Undang-Undang Nomor 12 Republik Indonesia Tahun 1967
tentang Pokok-pokok Perkoperasian. Peraturan perundang-
undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Orde Baru telah
diterima dengan baik oleh semua koperasi karena telah kembali
ke esensi dari koperasi itu sendiri. Undang-undang yang
mensucikan asas koperasi sejati dan menghilangkan depolitisasi
perkoperasian, secara khusus menghapuskan Undang-Undang
Nomor 14 tentang Perkoperasian di Negara Kesatuan Republik
Indonesia tahun 1965. Hubungan baik dengan ICA telah
dipulihkan. Koperasi didefinisikan sebagai organisasi rakyat
yang berwatak sosial kemasyarakatan, atau badan hukum
koperasi yang membentuk lembaga ekonomi sebagai
pengabdian kepada masyarakat berdasarkan asas kekeluargaan.
Undang-undang ini merupakan peraturan pertama yang
menjadikan koperasi sebagai badan hukum.
2) Masa berlaku Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian.
Undang-undang ini lahir dari ketidakjelasan aturan mengenai jati
diri, tujuan, kedudukan, peran, kepengurusan, usaha, permodalan, dan
pembinaan koperasi untuk lebih menjamin terwujudnya kehidupan
koperasi sesuai dengan UUD 1945. Saya melakukannya. Dalam pengertian
hukum koperasi, pengaturan koperasi sebagai badan hukum semakin jelas.
Hukum ini berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi untuk
kegiatannya dan merupakan asas kekeluargaan.

Pemberlakuan undang-undang koperasi tidak memberikan nafas baru bagi


keberadaan koperasi syariah. Undang-undang ini tidak secara eksplisit atau
implisit menyebutkan keberadaan Koperasi Syariah. Oleh karena itu, landasan
hukum yang digunakan oleh koperasi Islam saat ini mengacu pada sejumlah
peraturan perundang-undangan yang berbeda. Menurut Kelik Wardoyo, berbagai
regulasi tentang koperasi syariah disebabkan karena belum adanya regulasi yang
lengkap, jelas dan rinci sejalan dengan undang-undang khusus tentang koperasi
syariah untuk mengatasi kesenjangan hukum di bidang koperasi syariah. ..
Diantaranya adalah hasil konversi dari BMT. Banyak peraturan dibuat di tingkat
pemerintahan dan peraturan menteri. Beberapa peraturan pemerintah dan
peraturan menteri terkait yang mengatur dasar hukum Koperasi Syariah saat ini
antara lain: 1995 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Republik Indonesia tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Simpan Pinjam oleh Koperasi.
323/BH/KWK12/V/1999, 24 Mei 1999; Menteri Koperasi UKM Republik
Indonesia; 10 September 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM di
Republik Indonesia No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004;Peraturan Nomor Koperasi
dan UKM di Republik Indonesia: 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 Pedoman Standar
Operasional Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah
Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia :
35,3/Per/M.Kukm/X/2007 Pedoman Evaluasi Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Peraturan Menteri Koperasi dan
UKM Republik Indonesia Nomor : 06/Per/M.KUKMI/I/2007 Dengan Petunjuk
Teknis Pola Program Koperasi dan Keuangan Produktif (P3KUM) Bagi Usaha
Mikro dengan Amal;Tabungan dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI No.
19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Transaksi Kredit.

B. Membangun Norma Hukum Koperasi Syariah di bawah Sistem Hukum


Koperasi Nasional

Sebagai alternatif dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang


Perkoperasian, berbagai undang-undang dan peraturan yang mengatur tentang
Organisasi Koperasi Syariah dan Undang-Undang Nomor 17 Republik Indonesia
Tidak memberikan kepastian hukum kepada Koperasi Syariah sebagai lembaga
ekonomi tingkat kerakyatan yang berbasis realitas. Di satu sisi, karena berdampak
pada lemahnya lembaga koperasi Islam. Memang, jumlah koperasi Syariah
meningkat dari hari ke hari dengan laju industri keuangan berbasis Syariah,
sehingga diperlukan undang-undang baru untuk memperkuat sistem koperasi
Syariah. Hal ini sejalan dengan pandangan Sri Legeki Hartno bahwa setiap sistem
ekonomi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat menciptakan berbagai
kegiatan baru dan oleh karena itu memerlukan suatu tatanan hukum baru dalam
kerangka hukum domestik () Hartono, 2007). Artinya, sebagai bagian dari sistem
hukum perkoperasian nasional, diperlukan suatu tatanan hukum baru bagi tumbuh
dan berkembangnya sistem perekonomian, dalam hal ini koperasi syariah.

Koperasi Syariah memiliki prospek dan potensi yang besar dalam


mengembangkan sistem perkoperasian nasional. Oleh karena itu, seperti halnya
Bank Syariah, membangun norma hukum Koperasi Syariah adalah penting dan
ada beberapa pertimbangan yang dijelaskan di bawah ini.

1) Filosofis Secara filosofis, sebagai dasar idealis negara Indonesia, Pancasila


mendefinisikan nilai ketuhanan berdasarkan semangat masing-masing
agama, dan semua resep Pancasila adalah akar dari lahirnya demokrasi
ekonomi yang berhubungan dengan darah. . Koperasi syariah sama dengan
koperasi tradisional yang mengamalkan demokrasi ekonomi atas asas
kekeluargaan dengan tujuan membangun perekonomian untuk
kesejahteraan dan keadilan sosial.
2) Secara hukum, kedudukan agama dalam konteks hukum dijamin oleh
Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 29 UUD 1945, yang menyatakan: Satu
kehidupan nasional yang merdeka, bangsa Indonesia, dengan demikian
memproklamasikan kemerdekaan.” Bangsa ini didasarkan pada Tuhan
Yang Maha Esa. Bangsa "dan" menjamin bahwa semua penduduknya
menerima agamanya dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. "
3) Pertimbangan politik, politik, transformasi Koperasi Syariah menjadi
warga Koperasi telah mengadopsi sistem hukum, adalah pada tujuan
pembangunan ekonomi yang ingin dicapai, meningkatkan kesejahteraan
rakyat dengan cara hukum, dan negara Sangat penting untuk menghasilkan
kepastian hukum dari semua lembaga ekonomi yang dapat mendukung
pembangunan ekonomi pembangunan.Untuk mencapai hal tersebut.
4) Secara sosiologis, jumlah penduduk Indonesia, sekitar 90%, adalah Muslim
dan akan mengambil pertimbangan penting untuk melayani kepentingan
mereka. Di sisi lain, perkembangan koperasi syariah yang pesat
memerlukan landasan normatif untuk lebih menjamin kepastian hukum
dalam konteks hukum nasional. Kedudukan hukum Islam (hukum fikih) di
Indonesia mencakup persepsi keagamaan mayoritas penduduk, yang sedikit
banyak terkait dengan persoalan persepsi hukum. Hal ini senada dengan
Tahir Azari yang menyatakan bahwa hukum Islam mewajibkan seluruh
umat Islam untuk melaksanakannya, dan pelaksanaannya dapat dibagi
dalam dua perspektif. Dengan keterlibatan kekuasaan negara, baik warga
negara maupun masyarakat.
5) Secara ekonomi dan ekonomi, memasukkan norma-norma Hukum
Koperasi Syariah ke dalam sistem hukum perkoperasian nasional, tentu
saja, menjamin keamanan hukum entitas ekonomi koperasi berbasis
Syariah, dan Koperasi Syariah. hal yang akan semakin memperkuat
kelembagaan dan menjadikan Koperasi Syariah lebih berdaya saing.
Berkembang untuk mewujudkan kesejahteraan anggota sekaligus
meningkatkan pendapatan nasional.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, penetapan Kitab Undang-


Undang Hukum Koperasi Syariah sebagai satu kesatuan dalam Sistem
Perkoperasian Nasional menjadi isu mendesak yang perlu segera mendapat
perhatian. Norma hukum Koperasi Syariah sebagai suatu kesatuan norma tentunya
tidak hanya didasarkan pada prinsip-prinsip syariah, tetapi juga tidak terlepas dari
nilai Pancasila sebagai dasar UUD dan Pasal 33 UUD 1945.

Ada beberapa pendekatan untuk mengembangkan norma hukum Koperasi


Syariah dalam kerangka Sistem Hukum Koperasi Nasional untuk memperkuat
sistem Syariah atas dasar keseimbangan antara kesejahteraan dan keadilan sosial.
Singkatnya, hukum Islam digunakan secara material dan formal sebagai peraturan
hukum nasional. Kedua, pendekatan isi hukum. Hukum Islam dalam proses
Taqnin diimplementasikan sebagai sumber materi muatan hukum, serta asas dan
asas yang meramaikan regulasi dan produk hukum. Ketiga, pendekatan sumber
yang menarik dan berwibawa. Hukum Islam yang telah dimodifikasi secara
formal dan substansial oleh sumber-sumber yang persuasif dan otoritatif. Ketiga
pendekatan tersebut digunakan secara holistik dan terpadu serta perlu membentuk
satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Pendekatan ini adalah Q.S. Digunakan sebagai bangunan norma hukum


Syariah kolaboratif yang merupakan sistem ekonomi Islam yang terintegrasi,
seperti yang dijelaskan dalam. Sapi: 208 dan Q.S. Al Maidah: 3 artinya, “Orang-
orang yang beriman seluruhnya masuk Islam dan janganlah kamu mengikuti jejak
syaitan. Sesungguhnya setan adalah musuhmu yang sesungguhnya.” (Q.S. sapi:
208). “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, nikmat-Ku
untukmu, dan akui Islam sebagai agama untukmu, sehingga tanpa sengaja diusir
dari kelaparan. Barang siapa yang berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Penyayang dan Maha Pengasih.” (QS Al Maidah: 3) Kedua ayat ini merupakan
bagian dari nilai dan ajaran Islam, kuda. , Hal ini tidak terlepas dari aspek lain dari
keseluruhan ajaran Islam yang komprehensif dan terpadu.

Kerangka ideologis yang berkembang di bawah hukum dan peraturan


domestik didasarkan pada realitas hukum Islam yang ada di masyarakat.
Eksistensi Hukum Islam Sistem hukum nasional dapat ditemukan dalam berbagai
peraturan dan undang-undang yang berlaku saat ini. Hukum Islam masih ada,
tetapi belum menjadi hukum tertulis. Hukum tertulis juga bernuansa hukum Islam
sebagaimana dijelaskan dalam hukum nasional. Hukum Islam dimasukkan ke
dalam hukum domestik sebagai sumber hukum. Keberadaan hukum Islam dalam
hukum domestik dibuktikan dengan dimasukkannya hukum Islam secara tertulis
ke dalam berbagai bentuk tata cara dan undang-undang. Saat ini ada hukum Islam
yang tidak tertulis karena masih dipraktikkan melalui upacara nasional dan
keagamaan. Dalam hukum umum dikenal dengan istilah hukum positif dan
hukum aspiratif. Hukum positif adalah hukum yang saat ini berlaku di suatu
negara. Hukum yang diinginkan, di sisi lain, adalah hukum yang hidup dalam
masyarakat tetapi belum resmi menjadi hukum positif. Keberadaan hukum Islam
di Indonesia yang menjadi hukum positif hanya relevan dengan hukum privat,
yaitu Ubuja dan Muamara. Di sisi lain, mereka yang menyebut hukum publik
Islam banyak dicari hingga saat ini.

Pertanyaan apakah hukum Islam ditegakkan dalam hukum domestik


seringkali menjadi wacana yang sudah berjalan lama. Pertimbangan ke arah ini
telah diadvokasi oleh berbagai kalangan, dan pendapat para ahli tersebut tentunya
sangat dipengaruhi oleh faktor politik, sosiologis, budaya, idealis dan agama.
Misalnya, Ajumaldi Azura, dalam jawaban atas pertanyaan tentang kemungkinan
diabadikannya hukum Islam dalam hukum domestik, bukanlah realitas yang
monolitik, melainkan realitas yang beragam, banyak golongan, Anda paham
Islam. keterikatan dan pengetahuan mereka yang beragam. berbeda. Ada
kekhawatiran bahwa realitas sosiologis ini menimbulkan masalah kelayakan.
Artinya, hukum Islam tidak dapat bertahan dan bahkan dapat menjadi
kontraproduktif jika umat Islam yang berbeda pemahaman tentang Islam tidak
sesuai dengan harapan (Azra, www.islamlib.com).

Selama ini sebagian orang memahami hukum Islam sebagai sanksi hukum
atau hukum normatif yang tidak mengikat bagi masyarakat. Hukum normatif
hanya berlaku sebagai ukuran perilaku manusia yang secara moral dilisensikan
oleh masyarakat. Oleh karena itu, penerapan hukum Islam sebagai hukum Islam
diserahkan pada tingkat aqidahnya sendiri. Jika negara ini mencoba menegakkan
hukum Islam dengan cara Kafa, itu akan menjadi kontraproduktif.
Kesalahpahaman ini hanya menjadikan hukum Islam sebagai kekuatan moral dan
tidak mengikat secara hukum yang harus ditegakkan atau ditegakkan sebagai
syarat keyakinan. Padahal hukum Islam diturunkan kepada umat manusia oleh
Allah untuk digunakan dalam kehidupan. Kekuatan syariat Islam dalam
pengelolaan ketertiban dan kesusilaan masyarakat harus didukung tidak hanya di
wilayah Ubuja dan Muamara, tetapi juga di wilayah Ginaya. Kemudian semua
hak orang yang dicuri dikembalikan.

. Dari pertimbangan-pertimbangan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa


hukum Islam tidak hanya sebagai simbol ajaran moral ritual, tetapi juga prinsip
ajaran pragmatis yang harus diterapkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena
itu, jika hukum Islam tidak dapat diformalkan atau ditegakkan secara kolektif
melalui otoritas negara, maka harus ditegakkan secara individual sebagai syarat
keyakinan. Penegakan hukum Islam secara individu hanya dapat dilakukan pada
tataran normatif yang terkait dengan Ubuja dan Muamara, namun penegakan
hukum Islam yang berkaitan dengan hukum publik tetap diperlukan. Kami dapat
mendukung proses implementasi tersebut.

C. Cara Penghimpunan dan Penyaluran Dana Koperasi Syariah

a) Cara Menghimpun Pembiayaan Koperasi Syariah

Untuk mengembangkan usaha Koperasi Syariah, pengelola perlu


menerapkan strategi pembiayaan dalam bentuk hibah atau donasi. .. Semua jenis
sumber pendanaan dapat dikategorikan sebagai deposito saja, komersial, hibah,
atau sumbangan. Secara umum, sumber dana koperasi dikategorikan sebagai
berikut:

1) Penyertaan Modal

Modal awal anggota yang disetor dengan setoran modal yang sama. Akad
utama tabungan syariah termasuk dalam kategori akad musyarakah. Dengan kata
lain, ini adalah salah satu pendiri yang memberikan jumlah sumbangan yang sama
dan berpartisipasi dalam jumlah pekerjaan yang sama.

2) Tabungan Wajib

Termasuk dalam kategori modal serikat, besarnya utang ditentukan


berdasarkan hasil musyawarah anggota, dan penyetoran dilakukan secara terus
menerus setiap bulan sampai ada yang kehilangan keanggotaan. Di Koperasi
Syariah.

3) Tabungan Sukarela

Bentuk investasi oleh anggota atau calon anggota yang memiliki kelebihan
dana dan telah disimpan di Koperasi Syariah. Bentuk tabungan sukarela ini
memiliki dua karakteristik:

- Dana titipan disebut (wadi `ah) dan dapat diterima setiap saat. Ada dua
jenis simpanan: simpanan amanah dan simpanan Yad Domama. Lahir

Ini adalah investasi bisnis dengan mekanisme bagi hasil (Mudharabah)


baik bagi hasil, bagi hasil, dan bagi hasil.

4) Peminjaman

Koperasi Syariah, sebagaimana koperasi tradisional pada umumnya, selalu


membutuhkan dana baru untuk menjalankan kegiatan guna mengembangkan
usahanya secara optimal. Oleh karena itu, diharapkan dapat bekerja sama dengan
pemangku kepentingan lainnya seperti bank syariah dan program pemerintah.
Investasi counterparty ini dapat didasarkan pada prinsip-prinsip Mudharabah dan
Musyarakah.

- Jenis Penyaluran Koperasi Syariah

Tergantung pada jenis koperasi dan fungsinya, sumber dana yang diterima
harus diteruskan kepada anggota dan calon anggota. Melalui pemberian jasa
dalam bentuk bagi hasil (Mudharabah atau Musyarakah) dan jual beli (permintaan
Mudarabah, permintaan Salam, permintaan Istishna u) atau pendidikan.

1) Investasi/Kerjasama Mudarabah dan Musyarakah berupa 4.444 kaleng.


Dalam penyaluran dana, Koperasi Syariah bertindak sebagai pemilik dana
(sahibul mal) dan pengguna dana adalah pengusaha (mudharib). Contoh: Untuk
mendirikan klinik atau kafetaria.

2) Jual beli pinjaman Koperasi Syariah (Al Bai`) di UJKS dapat dilakukan
dengan beberapa cara: Menentukan harga beli, pembeli mengetahui keuntungan
penjual. Transaksi ini disebut Bai Al Mudarabah.

• Kedua: Pembelian dan penjualan paralel oleh tiga pihak. Jika koperasi
membayar di muka, itu disebut Bisaram.

3) Pelayanan Selain itu, kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan jual beli
produk Koperasi dan Koperasi Syariah. Ini termasuk menyewa, misalnya,
tenda, sound system, dll dengan membayar sewa tanpa mengalihkan
kepemilikan barang itu sendiri. .

Layanan Wadia (Gadai) juga dapat ditawarkan dalam bentuk produk-produk


berikut:

a. Hawala (anak utang) Dana ini merupakan hasil pengalihan


kewajiban dari satu orang ke orang lain dan kepada Koperasi
Syariah.
b. Rah memegang salah satu aset peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterima. Dalam Koperasi Syariah ini, gadai tidak
menggunakan bunga dan memungut biaya sewa untuk
penyimpanan barang gadai seperti gadai emas.
c. Wakara (perwakilan) Mewakili hal-hal yang dibutuhkan oleh
anggota koperasi, seperti pengurusan SIM dan STNK. Wakara juga
berarti menyerahkan atau mendelegasikan suatu delegasi.
d. Kafara (penjamin) Kafara adalah jaminan yang diberikan oleh
koperasi (perusahaan asuransi) kepada pihak ketiga dalam rangka
memenuhi kewajiban anggotanya. Kafala ada berkat perjanjian
keanggotaan dengan pihak lain, yang memerlukan jaminan dari
koperasi tempat anggota terlibat.
e. Qardh (Diskon Pinjaman)
f. Layanan ini termasuk dalam kategori pinjaman diskon yang
membutuhkan pembayaran kembali pinjaman dan jumlah yang
diterima tidak ada pembayaran tambahan. Kecuali anggota kembali
tanpa syarat di muka, kelebihan dana dapat diterima oleh koperasi
dan dikelompokkan ke dalam Qardh (atau Baitulmal). Biasanya,
dana ini berasal dari tabungan utama

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pengembangan norma hukum Koperasi Syariah dengan penciptaan hukum


khusus yang jelas, mengikat dan aman bagi Koperasi Syariah adalah
pengembangan norma hukum Koperasi Syariah oleh entitas ekonomi yang
profesional, mandiri dan kredibel melayani anggotanya Hal ini mutlak diperlukan
untuk tumbuh sesuai dengan prinsip dan prinsip syariah. Pondasi dasar dari sistem
ekonomi kerakyatan berbasis syariah harus mencapai keseimbangan antara
kesejahteraan dan keadilan sosial. Dengan kata lain, karena kegiatan ekonomi
hanya dapat dilakukan dengan baik apabila dilakukan berdasarkan sistem hukum,
maka diharapkan efek positif dari ketentuan hukum akan mempercepat
terwujudnya kesejahteraan ekonomi di daerah. Dalam konteks ini, hukum dapat
bertindak sebagai kontrol sosial dan rekayasa sosial. Sebagai kontrol sosial,
hukum seharusnya menjamin keamanan, tetapi sebagai rekayasa sosial, hukum
dapat digunakan sebagai tujuan hukum, sarana perubahan dalam arti kesejahteraan
bagi semua.

Untuk mengembangkan usaha koperasi syariah, maka para pengurus harus


memiliki strategi pencarian dana, sumber dana dapat diperoleh dari anggota,
pinjaman atau dana-dana yang bersifat hibah atau sumbangan. Sesuai dengan sifat
koperasi dan fungsinya, makan sumber dana yang diperoleh harus disalurkan
kepada anggota maupun calon anggota. Dengan menggunakan bagi hasil
(mudarabah atau musyarakah) dan juga dengan jual beli (piutang mudarabah,
piutang salam, piutang istishna’ dan sejenisnya), bahkan ada juga yang bersifat
jasa umum, misalnya pengalihan piutang (Hiwalah), sewa menyewa barang
(ijarah) atau pemberian manfaat berupa pendidikan dan sebagainya.

Untuk mendirikan Perusahaan Koperasi Syariah, pengelola perlu


menerapkan strategi pembiayaan. Dana dapat ditarik dari anggota, pinjaman, atau
uang dalam bentuk hibah atau sumbangan. Tergantung pada sifat koperasi dan
fungsinya, sumber dana yang diterima harus ditujukan kepada anggota dan calon
anggota. Melalui pembagian keuntungan (Mudharabah atau Musyarakah) dan
melalui pemberian jasa dalam bentuk jual beli (permintaan Mudarabah,
permintaan Salam, permintaan Istischna, dll) atau pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Cik Hasan Bisri, Hukum Islam di Indonesia, Pengembangan dan


Pembentukan, Bandung: Rosda Karya, 1991

Edilius, Sudarsono., Koperasi Dalam Teori dan Praktik, Jakarta : PT.


Rineka Cipta, 1993

Nur S Buchori, Koperasi Syariah, Jawa Timur : Mas Media Buana


Pustaka, 2009

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta


: PT Raja Grafindo Persada, 2000

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang


Perkoperasian

https://media.neliti.com/media/publications/204856-konstruksi-norma-
hukum-koperasisyariah

Anda mungkin juga menyukai