PATI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
umat Islam Indonesia yang mampu dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana
keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan
zakat perlu ditingkatkan agar pelaksanaan zakat lebih berhasil guna dan berdaya guna serta
manfaatnya juga harus dirasakan oleh umat dan oleh karena itu pada tataran idealnya maka
harta wakaf adalah tanggung jawab kolektif guna menjaga keeksisannya. Dengan demikian
maka keberadaan lembaga yang mengurusi harta wakaf mutlak diperlukan sebagaimana yang
telah dilakukan oleh sebagian negaranegara Islam. Indonesia masih terkesan lamban dalam
mengurusi wakaf sekalipun mayoritas penduduknya beragama Islam dan menempati ranking
pertama dari populasi umat Islam dunia. Implikasi dari kelambanan ini menyebabkan
banyaknya harta-harta wakaf yang kurang terurus dan bahkan masih ada yang belum
Undang-Undang Nomor Junaidi Abdullah dan Nur Qodin 40 Jurnal Zakat dan Wakaf 41
Tahun 2004 tentang Wakaf. Lahirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
2004 tersebut fungsi pembinaan ini tidak dijalankan sendiri oleh pemerintah, melainkan
Negara Indonesia memiliki masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Kondisi yang
demikian ini tentunya menjadikan masalah pengelolaan wakaf, menjadi suatu masalah yang
sangat urgen dan sangat rentan. Selain itu, kadang-kadang muncul permasalahan perebutan
hak kepemilikan tanah wakaf antara nadzir dengan ahli waris wakif bahkan ada oknum yang
penegakan hukum baik secara litigasi maupun non-litigasi agar berkepastian hukum, keadilan
dan kemanfaatan hukum. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dalam Pasal 1
ayat (3) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia (UUDNRI) 1945, sehingga semua
B. Rumusan Masalah
Kalau kita bicara dunia Islam, maka kita dapat menemukan tiga kelompok negara
yaitu:
1) Kelompok Negara yang memberlakukan satusatunya sumber hukum adalah
Syari’ah, ini terdapat di Negara-negara yang terletak di timur Tengah misalnya Saudi
Arabia. Dengan demikian zakat di kelompok Negara-negara tersebut secara politik
Hukum diberlakukan .
2). Kelompok Negara yang membatalkan Syari’ah. Jadi di Negara tersebut hanya
memberlakukan hukum sebagai satu-satunya sumber misalnya di Negara Turki. Jadi
dengan demikian zakat tidak mendapat tempat dalam politik hukum ketatanegaraan di
Negara Turki.
3). Kelompok ketiga Negara yang menganut jalan kompromi. Jadi dengan
demikian di Negara-negara yang menganut jalan kompromi zakat mendapat tempat
dalam politik hukumnya, dan disampimng itu Negara tersebut memberlakukan Pajak.
Misalnya Indonesia, Malaysia, Mesir, Maroko, Al Jazair, dan lain-lain.
Kalau kita perhatikan obyek Hukum Tata Negara adalah Negara. Maka zakat di
Indonesia mendapat tempat dalam Hukum Tata Negara Indonesia, dengan demikian
Negara turut campur dalam pengelolaan zakat. Hal ini terbukti dengan dibuatnya
beberapa peraturan perundang-undangan misalnya Undang-undang nomor 23 Tahun
2011 tentang pengelolaan zakat.
Apabila seseorang yang tidak mau membayar zakat dapat dikategorikan tindak
pidana sama halnya dengan seseorang yang tidak mau membayar pajak. Kalau kita lihat
dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Bab IX tentang sanksi pasal 39 sampai
dengan pasal 42 maka pelanggaran terhadap pengelolaan zakat merupakan tindak pidana
. Akan tetapi kalau kita analisis ternyata yang terkena tindak pidana hanya diberlakukan
kepada pengelola zakat, sedangkan wajib zakat yang terkena Nomor Pokok Wajib Zakat
( NPWZ ) apabila tidak membayar zakat tidak dikenakan sanksi.
Tipe Negara hukum ini sering juga disebut pula Negara Hukum dalam arti luas
atau disebur pula Negara Hukum Modern. .Negara dalam pengertian ini bukan saja
menjaga keamanan semata-mata tetapi secara aktif turut serta dalam urusan
kemasyarakatan demi kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu pengertian Negara hukum
dalam arti materiil atau luas sangat erat hubungannya dengan pengertian Negara
kesejahteraan ( Welfare State ). Jadi dengan demikian zakat dalam konsep Negara
hukum arti materiil harus diatur oleh Negara guna mencapai dan mewujudkan Negara
Kesejahteraan karena dengan pengelolaan zakat yang berdaya guna dan berhasil guna
Negara kesejahteraan dapat kita wujudkan sehingga tercapai Negara yang adil makmur
Kalau kita bicara Hukum Internasional, kita tidak akan terlepas membicarakan
mengenai subyek Hukum internasional ,salah satunya adalah lembaga Internasional.
Menurut Prof Dr. Mochtar Kusumaartmadja ,S.H.,LL.M dikenal dengan istilah
Organisasi Intenasional. Organisasi Internasional merupakan subyek hukum
internasional. Dengan demikian perlu adanya Lembaga Zakat Internasional yang
mengelola seluruh negara-negara mayoritas Islam. Oleh karena zakat juga bersifat
Universal yang artinya bahwa zakat berlaku tidak hanya di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia tetapi berlaku juga di negara negara yang mayoritas beragama Islam
Zakat dan Peraturan Perundang-undangan Zakat sebagai kewajiban umat Islam
memiliki dasar hukum yang kuat . Di samping itu dana yang terkumpul melalui zakat
sangat potensial sebagai sarana jaminan sosial berupa bantuan sosial kepada masyarakat
yang membutuhkan.
Di pihak lain sudah jelas pula bahwa Negara Indonesia merupakan Negara
Kesejahteraan atau Negara Pengurus yang mempunyai tanggungjawab dan kewajiban
untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat atau mengurus agar masyarakat sejahtera.
Dalam rangka menciptakan kesejahteraan tersebut maka pemerintah mempunyai
wewenang diantaranya membuat pengaturan tentang zakat dalam membuat undang-
undang zakat dengan peraturan pelaksanaannya. Berkaitan dengan hal ini maka
pemerintah telah mengeluarkan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat. Pertanyaannya mengapa undang-undang tentang pengelolaan zakat
tidak undang-undang zakat yang tentu akan mengatur lebih lengkap segala hal yang
berkaitan dengan zakat termasuk pengelolaannya. Tentu saja Undang-undang tersebut
hanya berlaku bagi umat Islam. Diharapkan undang-undang dimaksud berisi asas dan
kaidah yang mendorong masyarakat untuk berubah menjadi masyrakat yang sadar atas
kewajiban mengeluarkan zakatnya lebih tinggi. Sebagaimana diuraikan hukum berperan
sebagai sarana pembaharuan dan pembangunan masyarakat .
Selanjutnya Pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581
tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat. Keputusan Menteri dimaksud sebagai peraturan pelaksana dari
undang-undang pengelolaan zakat. Hemat saya (pendapat Prof Dr. Man Suparman, S.H.,
S.U.) peraturan pelaksana dari suatu undang-undang adalah berupa peraturan
pemerintah dan tidak berupa keputusan menteri. Di samping itu kekuatan mengikat
suatu keputusan menteri sangat berbeda dengan kekuatan mengikat suatu peraturan
pemerintah. Mengenai pengelolaan zakat dapat dilakukan oleh pemerintah atau lembaga
swasta di bawah pengawasan pemerintah .dalam Undang-undang pengelolaan zakat
disebutkan bahwa pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat ( BAZ ) yang
dibentuk oleh pemerintah. Dalam hal ini perlu mendapat kejelasan apakah badan amil
zakat tersebut merupakan lembaga pemerintah atau lembaga swasta ? Hal ini penting
karena diantara lembaga swasta dan lembaga pemerintah terdapat akibat hukum yang
berbeda . Ditetapkannya lembaga pengelola zakat ini adalah suatu hal yang tepat untuk
adanya kejelasan dan kepastian hukum apabila lembaga pengelolaan zakat ini kelak
menerima sumbangan dari misalnya pemerintah/ daerah ,tidak ada masalah sepanjang
sumbangan tersebut memenuhi aturan hukum positif yang berkaitan . Dengan demikian
kita perlu mendorong dikeluarkannya peraturan pemerintah tentang zakat sehingga
dalam pengelolaan zakat ini pemerintah lebih banyak berperan dalam mewujudkan
keadilan dan kemakmuran yang pada gilirannya tercapai Negara Hukum Modern yaitu
Negara Kesejahteraaan.
1). Dalam Universal Declaration Of Human Right yang ditanda tangani oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 10 Desember 1948. Dalam Artikel
disebutkan tentang Freedom from Religion. Yang selengkapnya article 18 yaitu : “
Everyone has right to freedom of thought, conscience his religion this right includes
freedom to change his religion or belief,and freedom either alone or in community with
others,and in public orprivate. I to manifest his religion on or belief in teaching practice,
worship and observance. “
2). Dalam Universal Islamic Declaration Human Right. Kalau kita analisis
masalah zakat dalam Universal Islamic declaration human right sudah barang tentu
dalam deklarasi ini yang dikeluarkan pada tanggal 21 Zulqaidah 1981 sebagai dasar
berlakunya zakat dan yang melarangnya merupakan pelangggaran Hak Asasi Manusia.
Untuk khususnya dapat kita lihat dalam pembukaan deklarasi ini yang berdasarkan Al
Qur’an dan Al Hadits dimana jelas mengatur masalah zakat yaitu dalam Surat Al
Baqarah dan At Taubah. Selain itu diatur dalam right to justice yang menyatakan dalam
point (a) yaitu : “ Every person has the right to be treated in accordance with the law and
only in accordance with the law ”
3). Hak Asasi Manusia di Indonesia. Payung berlakunya ( Umbrella Provision )
Hak Asasi Manusia di Indonesia berdasarkan UndangUndang Dasar 1945, sedangkan
masalah zakat sesuai dengan penerapan Hak Asasi Manusia dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alinea kesatu sampai alinea keempat dan pasal 29 Undang-Undang
Dasar 1945.
1. Pengertian wakaf
Pengertian wakaf menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
adalah sebagai berikut :
Dalam rumusan yang termuat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dimana
disebutkan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan
hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk
selama-lamanya guna kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam. (Pasal 215
ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI)). Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1977
Wakaf adalah perbuatan hukum seorang atau badan hukum yang memisahkan
sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan kelembagaannya untuk
selama-lamanya untuk kepentingan atau keperluan umat lainnya sesuai ajaran Islam.
b. Undang-undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2006
Di dalam Pasal 1 ayat 1 Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf, bahwa yang dimaksud dengan wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian dari harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syariah.
2. Dasar Hukum Wakaf
Dasar hukum wakaf menurut peraturan yang berlaku di Indonesia diatur dalam
Tanah Wakaf.
Islam.
b. Syarat-syarat Wakaf
Dari tiap rukun wakaf diatas, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Merdeka
b. Berakal sehat
c. Dewasa (baliqh)
sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum, dan pemilik sah harta benda
wakaf. Sedangkan bagi waqif yang berasal dari organisasi dapat melakukan wakaf
Kemudian bagi waqif yang berasal dari badan hukum dapat melakukan
wakaf apabila memenuhi ketentuan badan hukum untuk memenuhi harta benda
wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran badan hukum yang
bersangkutan.
maupun selamanya
e) Hak menetapkan syarat mendapat manfaat wakaf bagi dirinya, istri dan
keseluruhan
“Badan-badan hukum Indonesia dan orang atau orang-orang yang telah dewasa
dan sehat akalnya serta yang oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan
meliputi:
a. Perseorangan
b. Organisasi
c. Badan Hukum
benda wakaf
Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf Pasal 1 ayat 2 disebutkan Waqif
Syarat yang harus dipenuhi harta benda wakaf adalah sebagai berikut :
sekali pakai
segala pembebanan, ikatan, sitaan dan sengketa Benda itu tidak dapat
Pada awal permulaan wakaf disyari’atkan yakni pada zaman Rasul, sifat dari harta
benda wakaf ialah harta yang tahan lama dan bermanfaat seperti tanah dan kebun. Tetapi
kemudian para ulama berpendapat bahwa harta selain tanah dan kebun pun dapat
dimanfaatkan asal bermanfaat dan tahan lama.
Benda wakaf sebagaimana dalam 215 ayat 4 harus merupakan benda milik yang
d) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan syari’ah
2) Benda bergerak adalah harta yang tidak bisa habis karena dikonsumsi,
meliputi :
a) Uang
b) Logam mulia
c) Surat berharga
d) Kendaraan
f) Hak sewa
Dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Pelaksanaan Undang- Undang No.
41 Tahun 2004 tentang wakaf Pasal 15, jenis harta benda wakaf meliputi :
baik yang mengantarkan seorang muslim kepada inti tujuan dan pilihannya,
a. Tujuan Umum :
Adapun tujuan umum wakaf adalah bahwa wakaf memiliki fungsi sosial. Allah
memberikan manusia kemampuan dan karakter yang beraneka ragam. Dari sinilah,
kemudian timbul kondisi dan lingkungan yang berbeda diantara masing- masing
individu. Ada yang miskin, kaya, cerdas, bodoh, kuat dan lemah. Dibalik semua itu,
menyantuni yang miskin, yang cerdas membimbing yang bodoh dan yang kuat
menolong yang lemah. Yang demikian merupakan wahana bagi manusia untuk
c. Tujuan Khusus :
menunaikan wakaf untuk tujuan berbuat baik, semuanya tidak keluar dari koridor
maksud-maksud syari’at Islam, diantaranya :
1) Semangat keagamaan, yaitu beramal karena untuk keselamatan hamba pada hari
mereka membutuhkannya.
perantau yang jauh meninggalkan keluarga. Dengan sarana wakaf, si waqif bisa
berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Jadi fungsi wakaf
menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 216 dan Pasal 5 Undang-Undang No. 41 Tahun
2004 dimaksudkan dengan adanya wakaf terciptanya sarana dan prasarana bagi
kepentingan umum sehingga terwujudnya kesejahteraan bersama baik dalam hal ibadah
ataupun dalam hal mu’amalah. Dengan demikian orang yang kehidupannya dibawah
umat Islam yang lainnya dapat menggunakan benda wakaf sebagai fasilitas umum
Ikrar wakaf ialah pernyataan kehendak waqif yang diucapankan secara lisan dan
a. Shighat harus mengandung pernyataan bahwa wakaf itu bersifat kekal (ta’bid).
Untuk itu wakaf yang dibatasi waktunya tidak sah. Lain halnya mazhab Maliki
Uraian tentang ikrar wakaf dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 223
menyatakan bahwa:
wakaf.
saksi.
b) Jika benda yang diwakafkan berupa benda tidak bergerak, maka harus disertai
surat keterangan dari Kepala Desa, yang diperkuat oleh Camat setempat yang
c) Surat atau dokumen tertulis yang merupakan kelengkapan dari benda tidak
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dengan disaksikan oleh 2 orang saksi.
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) berdasarkan Peraturan Menteri Agama
Nomor 1 Tahun 1979 maka Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) ditunjuk sebagai
PPAIW.
a. Dewasa
b. Beragama Islam
c. Berakal sehat
Dalam hal waqif tidak dapat menyatakan ikrar wakaf secara lisan atau tidak dapat
hadir dalam pelaksanaan ikrar wakaf, karena alasan yang dibenarkan oleh hukum, waqif
dapat menunjuk kuasanya dengan surat kuasa yang diperkuat oleh 2 (dua) orang saksi.
5. Syarat Nadzir
Pada Pasal 6 ayat (1) dalam UU Nomor 41/ 2004 dicantumkan Nadzir
sebagai salah satu unsur atau rukun wakaf. Nadzir dapat berupa perorangan,
organisasi atau badan hukum. Adapun, syarat yang harus dipenuhi bagi Nazhir
perorangan, yakni :
a. WNI
b. Beragama Islam
c. Dewasa
d. Amanah
Apabila Nadzir berbentuk organisasi maka syarat yang harus dipenuhi selain
bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan atau keagamaan Islam. Jika
berbentuk badan hukum, maka badan hukum tersebut merupakan badan hukum
Serta badan hukum tersebut bergerak dibidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan
atau keagamaan Islam. Tentunya pengurus badan hukum yang bersangkutan tetap
memenuhi persyaratan Nadzir perorangan. Sedangkan pada KHI pasal 215 (4) syarat
kecamatan tempat letak benda diwakafkan. Kewajiban nadzir atas benda wakaf diatur
dalam pasal 220 KHI jo pasal 7 PP No.28 Tahun 1977 sebagai berikut :
2. Nadzir diwajibkan membuat laporan secara berkala atas semua hal yang menjadi
Hukum Islam dan pasal 8 PP No. 28 Tahun 1977 dinyatakan “nadzir berhak
berdasarkan kelayakan atas saran Majelis Ulama Kecamatan dan Kantor Urusan
diserahkan kepada orang lain baik perorangan maupun organisasi. Namun agar
Tabel 1
Peraturan
Kompilasi Hukum Undang-Undang No.
Pemerintah No.28
Islam 41 Tahun 2004
Tahun 1977
Wakaf adalah
Wakaf adalah perbuatan
Wakaf adalah perbuatan perbuatan hukum
hukum wakif untuk
hukum seorang atau badan seorang atau badan
memisahkan dan/atau
hukum yang memisahkan hukum yang
menyerahkan sebagian dari
sebagian dari harta memisahkan sebagian
harta benda miliknya untuk
kekayaannya yang berupa dari harta kekayaannya
Pengertian dimanfaatkan selamanya
tanah milik dan yang berupa tanah
atau jangka waktu tertentu
kelembagaannya untuk milik dan
sesuai dengan
selama-lamanya untuk kelembagaannya untuk
kepentingannya guna
kepentingan atau selama-lamanya untuk
keperluan ibadah dan/atau
keperluan umat lainnya kepentingan atau
kesejahteraan umum
sesuai ajaran Islam keperluan umat
menurut syari’ah
lainnya
sesuai ajaran Islam
Waqif, penerima wakaf,
Rukun dan Syarat Waqif, penerima wakaf,
Waqif, penerima
benda wakaf, ikrar wakaf,
wakaf, benda wakaf,
benda wakaf, ikrar wakaf pengelola wakaf dan
ikrar wakaf
jangka waktu wakaf
Wakaf bertujuan
Wakaf bertujuan Wakaf bertujuan
memanfaatkan harta
memanfaatkan harta benda memanfaatkan harta benda
benda wakaf sesuai
wakaf sesuai dengan wakaf sesuai dengan
dengan fungsinya
Tujuan dan fungsinya fungsinya
wakaf berfungsi
wakaf berfungsi wakaf berfungsi
mewujudkan potensi
mewujudkan potensi dan mewujudkan potensi dan
Fungsi manfaat ekonomi harta
dan manfaat ekonomi
manfaat ekonomi harta
harta benda wakaf
benda wakaf untuk benda wakaf untuk
untuk kepentingan
kepentingan ibadah dan kepentingan ibadah dan
ibadah dan untuk
untuk mewujudkan untuk mewujudkan
mewujudkan
kesejahteraan umum kesejahteraan umum
kesejahteraan umum
Sumber :
Hukum Islam dan Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 memiliki kesamaan
definisi. Namun, pada Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Wakaf bisa dilakukan
dengan jangka waktu. Dari rukun dan syarat wakaf dalam Kompilasi Hukum Islam dan
Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 memiliki kesamaan unsur, sedangkan pada
Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 unsur di tambah dengan nadzir dan jangka waktu
pada ikrarnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA