Anda di halaman 1dari 6

DASAR HUKUM PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM

DI BIDANG BISNIS DALAM TATA HUKUM INDONESIA

Syahrani
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari, Jl. Jenderal Ahmad Yani Km 4,5 Banjarmasin
e-mail: syahrani.mhi@gmail.com

Abstract: The implementation of Islamic Sharia law in the business has had a legal basis in the
Indonesian legal system. The legal basis is the Constitution of the Republic of Indonesia of 1945,
especially article 29, some Laws and some Government Regulations, or other regulations which
related to the developing sharia business, such as Law of the Republik Indonesia Number 7 Year
1992 in conjunction with Law Number 10 Year 1998 on the amendment of Law Number 7 Year
1992 on banking, Law Number 21 Year 2008 on Islamic Banking. The developing Financial
Institution or Sharia Business, among other things, Islamic Banking, Islamic Insurance, Sharia
investment fund shares, Sharia mortgage and others.

Abstrak: Pelaksanaan Syariat Islam dalam bidang bisnis telah memiliki dasar hukum yang kuat dalam
tata hukum Indonesia. Dasar hukum tersebut adalah : Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal
29, beberapa buah Undang-undang dan beberapa buah Peraturan Pemerintah, atau peraturan lainnya
yang berkaitan dengan bisnis syariah yang berkembang saat ini, seperti UU. N0. 7 Tahun 1992 jo UU.
No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, UU. No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah. Lembaga Keuangan/Bisnis Syariah yang berkembang saat ini antara
lain, Bank Syariah, Asuransi Syariah, Reksadana Syariah, Pengadaian Syariah dan lain-lain.

Kata kunci: Hukum bisnis, perbankan, Negara.

Pendahuluan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan


Di dalam negara Republik Indonesia, sampai bernegara.1
saat ini berlaku tiga sistem hukum yang Apabila kita menilik pada sejarah
mempunyai sosok dan sistem sendiri, yaitu pembentukan Undang-Undang Dasar 1945,
sistem hukum adat, hukum islam dan hukum maka rumusan bunyi pasal 29 tersebut di atas,
barat. adalah merupakan hasil kompromi yang
Hukum Islam atau yang biasa disebut Syariat diperoleh oleh umat Islam, karena sebelumnya
Islam adalah salah satu aspek ajaran Islam yang umut Islam melalui tokoh-tokoh Islam
menempati posisi penting dalam pandangan mengusulkan rumusan yang berbunyi dengan
umat Islam, karena ia merupakan manifestasi kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
paling konkrit dari Islam sebaagai sebuah agama. pemeluknya.
Secara umum pelaksanaan Syariat Islam di Oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila
Indonesia telah memdapatkan landasan hukum umat Islam menuntut kepada pemerintah untuk
yang kuat. Hal ini dapat dipahami maksud dari memberikan peluang atau kemudahan bagi umat
bunyi pasal 29 ayat (1) UUD 1945. “Negara Islam dalam menjelankan ajaran agama Islam
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.” secara komprehensif, tidak saja aspek ibadah
Menurut H. Ichtijanto, dengan penegasan dalam arti sempit, akan tetapi juga pada aspek
Undang-Undang Dasar 45 pasal 29 (1) tersebut, ibadah dalam arti luas, termasuk muamalah,
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Hukum meliputi aspek sosial, politik dan ekonomi.
Dasar dari Hukum Positif Indonesia; seluruh Sejak Indonesia merdeka sampai saat ini,
rakyat Indonesia mentaatinya. Dengannya kehidupan umat Islam dibidang ekonomi masih
dimaksudkan agar rakyat Indonesia selalu belum menggembirakan, banyak faktor yang
memandang dan menjadikan Ketuhanan Yang menjadi penyebabnya, mulai dari sikap umat
Maha Esa sebagai Hukum yang mengikat setiap
saat bagi karyanya dalam kehidupan pribadi, 1 Ichtijanto, Hukum Terapan Peradilan Agama” dalam
Mimbar Hukum No. 58 thn xiii 2002, hlm. 5.
Islam sendiri yang kurang begitu hirau dengan 27 Oktober 1988 Pemerintah mengeluarkan
problematika ekonomi umat, sampai dengan suatu kebijakan yang berisi tentang liberalisasi
kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada perbankan, yang memungkinkan pendirian bank-
ekonomi yang bersumber dari Hukum Barat bank baru, selain bank-bank yang telah ada.
(ekonomi konpensional). Sementara ekonomi Kebijakan pemerintah ini terkenal dengan
yang bersumber dari Hukum Islam (ekonomi sebutan “PAKTO” (Paket Oktober).
Syari’ah) baru beberapa tahun terakhir ini Dengan keluarnya Pakto tersebut, maka pada
mendapatkan perhatian. tahun 1991 lahirlah bank-bank Perkreditan
Perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia Rakyat Syariah di beberapa daerah di Indonesia,
tidak dapat dilepaskan dari konstelasi politik, seperti Bank Perkreditan Syariah (BPRS), Berkah
semula dalam Piagam Jakarta disebutkan bahwa Amal sejahtera, BPRS Dana Mardhatillah dan
negara berdasar kepada syariat Islam. Karena BPRS Amanah Rabaniah.
keberatan beberapa elemen bangsa, khususnya di Seiring dengan semakin menguatnya
kawasan timur, kemudian dicapai kata sepakat perhatian pemerintah terhadap ekonomi yang
negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. berdasar hukum Islam (ekonomi syariah), maka
Negara Indonesia adalah jelas negara yang lahirlah Undang-Undang N0. 21 Tahun 20008
relegius, sebagai konpensasi dari kompromi itu tentang Perbankan Syari’ah, dan sebelumnya
kemudian didirikan Departemen Agama setahun Pemerintah telah merubah Undang-Undang N0.
setelah Proklamasi. Dual sistem terjadi baik 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dengan
dalam pendidikan, yaitu sistem madrasah dan Undang-Undang N0. 3 Tahun 2006 yang secara
sistem sekolah, sistem peradilan negeri dan signifikan berisi tentang penambahan wewenang
agama. Perkembangan dual sistem selanjutnya Peradilan Agama, yakni memeriksa memutus,
mengarah kepada sistem ekonomi, Undang- dan menyelesaikan perkara Ekonomi Syariah.
Undang nomor 7 Tahun 1992 mengenai Yang dimaksud dengan ekonomi syari’ah
perbankan berhasil disahkan menandai dual dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan pada
sistem dalam bidang pengaturan ekonomi.2 penjelasan pasal 49 huruf I, disebutkan;
Sebenarnya jauh sebelum disahkannya “ekonomi syariah” adalah perbuatan atau
undang-undang N0. 7 Tahun 1992, pemikiran kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut
tentang ekonomi berdasarkan prinsip syariah prinsip syari’ah, antara lain meliputi :
atau Bank tanpa bunga telah dilakukan oleh para a. Bank syari’ah;
pakar ekonomi Islam, yakni sekitar tahun 1970 b. Lembaga keuangan syari’ah;
an. c. Asuransi syari’ah;
Menurut Wirdyaningsih dan kawan-kawan, d. Reasuransi syari’ah;
wacana pendirian sistem perbankan tanpa bunga e. Reksadana syari’ah;
dibicarakan di Indonesia pada pertengahan tahun f. Obligasi syari’ah dan surat berharga
1970 an, ada beberapa alasan yang menghambat berjangka menengah syari’ah;
terealisasinya ide ini, yaitu operasi bank Islam g. Sekuritas syari’ah;
yang menerapkan prinsip bagi hasil belum diatur, h. Pembiayaan syari’ah;
oleh karena hal itu tidak sejalan dengan Undang- i. Pegadaian syari’ah;
undang Pokok Perbankan yang berlaku, yaitu j. Dana pensiun lembaga keuangan syari’ah
Undang-undang N0. 14 Tahun 1967. Konsep dan
bank Islam dari segi politis juga dianggap k. Bisnis syari’ah;
berkonotasi ideologis, merupakan bagian atau Bisnis Syari’ah adalah salah satu bagian dari
berkaitan dengan konsep negara Islam, sehingga ekonomi syari’ah. Namun demikian bisnis
hal itu tidak dikehendaki pemerintah.3 Akan syari’ah meliputi lingkup yang sangat luas bahkan
tetapi dipenghujung tahun 1988, tepatnya pada kalau kita memperhatikan kepustakaan tentang
hukum bisnis ia juga mencakup bidang-bidang
yang termasuk dalam ekonomi syari’ah seperti
2 Bambang Setiaji, “Selayang Pandang Ekonomi Syari’ah tentang asuransi dan reasuransi, perbankan,
dan Problematikannya di Indonesia”, dalam Suara pegadaian dan sebagainya. Sehingga tidak
Uldilag vol. 3 No. IX September 2006, diterbitkan berkelebihan bilamana ada yang mengatakaan
Pokja Perdata Agama MA-RI, hlm. 42.
3 Widyaningsih et.al, Bank dan Asuransi Islam di
“bisnis syari’ah” adalah “keranjang sampah” yang
Indonesia, cet. ke 2 PT. Kencana Prenada Media, akan menampung hal-hal yang tidak termasuk
2006, hlm. 49.
dalam kewenangan lain yang disebut pada huruf Maal Wat-Tamwil (BMT).5 Dalam versi lain,
a s/d i.4 Muhammad mengatakan Lembaga Keuangan
Makalah ini akan menguraikan Dasar Hukum Yang beroperasi dengan sistem bagi hasil adalah
Pelaksanaan Syari’ah Islam di bidang bisnis Bank Syari’ah, Asuransi Syari’ah, Pasar Uang
dalamTata Hukum Indonesia, yang Syari’ah, Pasar Modal Syari’ah, Baitul Mal wa
pembahasannya diawali dengan pendahuluan, Tamwil, dan Pegadaian Syari’ah.6
kemudian dilanjutkan dengan uraian tentang Berbagai bentuk bisnis syari’ah tersebut dasar
Dasar Hukum pelaksanaan Syari’at Islam dalai hukum pelaksanaannya terdapat diberbagai
bidang bisnis dalam Tata Hukum Indonesia dan peraturan perundang-undangan, baik secara
diakhiri dengan penutup. umum, maupun secara khusus dan dalam bentuk
undang-undang, Peraturan Pemerintah dan yang
Dasar Hukum Pelaksanaan Syari’ah Islam lainnya.
dalam Bidang Bisnis dalam Tata Hukum di Secara ringkas dasar hukum berbagai bisnis
Indonesia syari’ah yang berkembang saat ini akan diuraikan
Sebagaimana diuraikan pada bagian secara ringkas sebagai berikut:
pendahuluan, bahwa pelaksanaan syari’at Islam
telah mendapat landasan hukum yang kuat, yakni 1. Bank Syari’ah
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29. Bunyi Dasar hukum (bisnis) Bank Syari’ah diatur
pasal 29 (l) “Negara berdasarkan atas Ketuhanan dalam berbagai peraturan perundang-undangan
Yang Maha Esa”. Sedangkan ayat (2)nya antara lain:
berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap- a. Undang-undang N0. 7 Tahun 1992 tentang
tiap penduduk untuk memeluk agamanya Perbankan
masing-masing dan beribadat menurut agamanya Dalam Undang-undang N0. 7 Tahun 1992
dan kepercayaannya itu”. belum disebutkan secara tegas-tegas tentang
Bunyi Pasal 29 UUD 1945 meski hanya berisi keberadaan bank yang melakukan
ketentuan yang bersifat umum, akan tetapi secara kegiatannya berdasarkan Prinsip Syari’ah.
ekplisit dapat dijadikan dasar bagi umat Islam Undang-undang tersebut hanya secara
dalam pelaksanaan kehidupan diberbagai aspek samar-samar memberikan indikasi mengenai
kehidupan, termasuk bidang bisnis syari’ah. kemungkinan suatu bank memberikan
Apalagi bila dikaitkan dengan sejarah ketika pasal fasilitas kredit dengan imbalan atau
29 tersebut dibahas dan dirumuskan, telah pembagian hasil keuntungan ketika pasal 1
diwarnai dengan pergulatan pemikiran yang ayat (12) menjelaskan mengenai pengertian
menonjolkan aspek syariat Islam, meskipun kredit.7
secara formal tidak menyebutkan syari'at Islam b. Undang-undang N0. 10 Tahun 1998 tentang
itu sendiri dalam rumusan pasal 29 UUD 1945, perubahan atas Undang- undang N0. 7
tetapi essensi dari Piagam Jakarta telah Tahun 1992 tentang Perbankan
diakomodir pada pasal tersebut. Berbeda dengan Undang-undang N0. 7
Karena itu pelaksanaan syari'at Islam dalam Tahun 1992, Undang-undang N0. 10 Tahun
bidang bisnis sudah barang tentu telah memiliki 1989 menjelaskan secara tegas tentang
dasar hukum secara umum, yakni Undang- pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari’ah
Undang Dasar 1945 pasal 29. yang dapat dilakukan oleh suatu bank, baik
Bentuk-bentuk “Bisnis syari’ah” atau yang Bank Umum maupun bank Perkreditan
menurut Imamudin Yuliadi disebut Lembaga rakyat. Hal itu dapat diketahui dari bunyi
Keuangan Syari’ah adalah: 1. Bank Islam, 2. pasal 1 ayat (12), pasal 6 huruf n, pasal 7
Asuransi Takaful, 3. Leasing Ijarah, 4. Pegadaian huruf c, pasal 8 ayat (1) dan ayat (2), pasal
Syari'ah (Rahn), 5. Reksadana Syari’ah, 6. Baitl

5 Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar,


cet. I PT. LPPI Yogyakarta, 2001, hlm. 126.
6 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dari Profit
4 Abdurrahman, Masalah-Masalah Hukum dalam Margin pada Bank Syari’ah, UII Press Yogyakarta,
Pelaksanaan Ekonomi Syariah, makalah disampaikan 2004, Cet. III, 2006, hlm. 4.
pada rapat kerja kelompok kerja perdata Agama 7 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan
Mahkamah Agung RI Cisarua Bogor, Maret 2007, Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia,
hlm. 3. cet. II PT. Pustaka Utama Grafiti, 2005, hlm. 122.
11 ayat (1) dan (4a), pasal 13, pasal 29 ayat tentang Sertifikat Wadiah Bank
(3) dan pasal 37 ayat (1) huruf c. Indonesia (TLN N0. 3937 DPM).
c. Undang-undang N0. 3 Tahun 2006 tentang 2. PBI N0. 6/6/PBI/2004 (LN Tahun
perubahan atas undang-undang N0.7 Tahun 2004 N0. 20) tanggal 16 Februari 2004
1989 tentang Peradilan Agama. tentang Sertifikat Wadiah Bank
Undang-undang ini menyebutkan tentang Indonesia (TLN N0. 4368).
kewenangan Pengadilan Agama dalam hal 3. PBI N0. 7/23/PBI/2005 (LN Tahun
memeriksa, memutus dan menyelesaikan 2005 N0. 70) tanggal 3 Agustus 2005
perkara Ekonomi Syari’ah, termasuk tentang Perubahan atas Perubahan Bank
didalamnya tentang perbankan syari’ah. Hal Indonesia N0. 5/3/PBI/2003 tanggal 4
ini terdapat pada pasal 49 Undang-undang Februari 2003 tentang fasilitas
N0. 3 Tahun 2006 dan penjelasannya. Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank
d. Undang-undang N0. 21 Tatrun 2008 Syariah (TLN N0. 4520).
tentang Perbankan Syari’ah 4. PBI N0. 7/46/PBI/2005 (LN Tahun
Undang-undang ini disyahkan oleh Dewan 2005 N0. 124) tanggal 14 Nopember
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2005 tentang Akad Penghimpunan dan
(DPR RI). Berbeda dengan Undang-undang Penyaluran Dana Bagi Bank yang
yang disebutkan di atas, Undang-undang melaksanakan Kegiatan Usaha
N0. 21 Tahun 2008 ini adalah merupakan berdasarkan Prinsip Syariah (TLN N0.
Undang-undang yang mengatur secara 4563)
khusus tentang Perbankan Syariah.
Dengan terbitnya undang-undang N0. 21 2. Asuransi Syari’ah
Tahun 2008, maka UU inilah yang menjadi Dasar hukum (bisnis) Asuransi Syari’ah
rujukan utama dalam pengelolaan sampai saat ini belum begitu kuat, karena belum
perbankan syari’ah. Disamping itu UU ini ada peraturan perundang-undangan yang secara
juga menyebutkan bahwa penyelesaian khusus mengaturnya. Saat ini Dasar hukum
sengketa Perbankan Syari’ah dilakukan oleh pelaksanaan Asuransi Syari’ah menggunakan
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Undang-undang N0. 2 Tahun 1992 tentang
Agama, selama para pihak tidak menentukan Usaha Perasuransian. Undang-undang ini tentu
atau memperjanjikan lain. Penegasan tidak mengatur secara khusus Asuransi
kewenangan tersebut terdapat pada pasal 55 berdasarkan prinsip syari’ah.
Undang-undang N0. 21 Tahun 2008. Karena itu menurut AM. Hasan Ali,
e. Peraturan Pemerintah Keberadaaan asuransi syariah di Indonesia secara
Dasar hukum Perbankan Syari’ah yang konstitusi sangatlah lemah dan masih perlu
berbentuk Peraturan Pemerintah (PP) antara adanya political will (kebijakan politik) yang
lain: mendukung dari pemerintah Indonesia saat ini.
1. Peraturan Pemerintah N0. 70 Tahun 1992 Ini terlihat dengan belum adanya peraturan
tanggal 30 Oktober 1992 tentang Bank setingkat undang-undang yang secara khusus
Umum (TLN N0. 3503) mengatur tentang asuransi syariah di Indonesia.
2. Peraturan Pemerintah N0. 71 Tahun 1992 Sampai saaat ini persiapan untuk memberikan
tentang Bank Perkeriditan Rakyat (TLN payung yang kuat terhadap keberadaan asuransi
N0. 3504) syariah di Indonesia sedang diperjuangkan oleh
3. Peraturan Pemerintatr N0. 72 Tatrun 1992 beberapa perwakilan umat Islam yang ada di
tanggal 30 Oktober 1992 tentang Bank DPR, yaitu masih pada tataran rancangan
Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (TLN N0. undang-undang (RUU) asuransi syariah.8
3505) Dalam menjalankan usahanya, perusatran
f. Peraturan Bank Indonesia. asuransi dan reasuransi syariah masih
Untuk Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh
mengatur tentang pelaksanaan Perbankan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Syaraiah, antara lain dapat dikemukakan Indonesia, yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional
sebagai berikut:
1. PBI N0. 2/8/PBI/2000 (LN Tahun 8 AM Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam
2000 N0. 24) tanggal 23 Februari 2000 Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis & Praktis,
Kencana, cet. Ke 2 2004, hlm. 154.
Majelis Ulama Indonesia N0.21/DSN- pengelolaan atau produknya bertentangan
MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum dengan syariat Islam, misalnya pabrik minuman
Asuransi Syariah. beralkohol, industri peternakan babi, jasa
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI tidak keuangan yang melibatkan sistem riba dalam
mempunyai kekuatan hukum dalam hukum operasionalnya serta bisnis hiburan yang berbau
nasional karena tidak termasuk dalam jenis maksiat.11
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Reksadana Syariah telah beroperasi di industri
Agar ketentuan dalam Fatwa DSN MUI tersebut reksadana Indonesia. Reksadana Syariah
memiliki kekuatan hukum, maka perlu dibentuk merupakan reksadana yang berbasiskan prinsip
peraturan perundang-undangan yang berkaitan syariah. Reksadana menginvestasikan dana yang
dengan pedoman asuransi syariah.9 berhasil dihimpunnya kedalam saham (ekuitas)
Meski tidak ada aturan khusus dalam bentuk yang tentunya tidak bertentangan dengan prinsip
UU, landasan operasional dari Asuransi Syariah syariah. Selain tidak boleh melakukan transaksi
selain merujuk pada Undang-undang N0. 2 yang bersifat spekulatif, harus bersih dari unsur
Tahun 1992 dan Fatwa DSN-MUI, ada beberapa non halal, dan menerapkan prinsip kehati-hatian,
peraturan perundang-undangan dalam bentuk Reksadana syariah tidak boleh melakukan
Surat Keputusan Menteri (KEPMEN) yang telah investasi dengan tingkat nisbah utangnya lebih
dikeluarkan, yakni: besar dari modalnya.12
a. Keputusan Menteri Keuangan RI N0. Seperti halnya Asuransi syariah, Reksadana
426/KMK.06/2003 tentang Perizinan syariah juga tidak memiliki dasar hukum atau
Usaha dan Kelembagaan Perusahaan peraturan perundang-undangan yang secara
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. khusus, Landasan operasionalnya masih merujuk
b. Keputusan Menteri Keuangan RI N0. pada peraturan reksadana yang bersifat umum,
424/KMK/.06/2003 tentang Kesehatan yakni Undang-undang N0. 8 Tahun 1995 tentang
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Pasar Modal Indonesia.
Perusahaan Reasuransi. Meskipun secara umum reksadana syariah
c. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga merujuk pada peraturan reksadana konvensional,
Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 akan tetapi ada pedoman khusus yang harus
tentang jenis, Penilaian dan Pembatasan diikuti, yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional-
Investasi Perusahaan Asuransi dan Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor :
Perusahaan Reasuransi dengan sistem 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Syariah. Investasi untuk Reksadana Syariah. Fatwa ini
memberikan pedoman tentang jenis saham yang
3. Reksadana Syariah boleh menjadi wahana investasi bagi reksadana
Reksadana adalah wadah yang dipergunakan syariah.13
untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam 4. Pegadaian Syariah
portopolio efek oleh Manajer investasi. Pegadaian syariah dalam bahasa Arab disebut
Reksadana merupakan alternatif lain bagi dengan Ar Rahn. Ar-rahn adalah menahan salah
investor yang tidak ingin melakukan investasi satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
secara langsung atau mandiri. Sehingga investor pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan
dapat meminta pihak lain yang dipercaya dan tersebut memiliki nilai ekonomis.14
dipandang lebih memiliki kemampuan untuk Gadai menurut hukum perdata dilaksanakan
mengelola investasi.10 melalui suatu lembaga yang di Indonesia disebut
Sedangkan reksadana syariah adalah
reksadana yang pengelolaannya dan kebijakan
investasinya mengacu pada syari’at Islam. 11 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif
Reksadana syariah tidak akan menginvestasikan Ekonomi Islam, cet ke 1, Kencana, 2006, hlm. 309.
12
dananya pada obligasi dari perusahaan yang M. Irsan Nasarudin-Indra Surya, Aspek Hukum Pasar
Modal Indonesia, Jakarta Prenada, 2006, cet ke 3, hlm.
212.
9 Gemala Dewi, Op. Cit, hlm. 142. 13 Ibid, hlm. 2005.
10 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam & 14 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori
Lembaga-lembaga Terkait, PT. Raja Grafindo Persada, ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta 2000, hlm.
Jakarta, cet IV 2004, hlm. 224. 128.
Perum Pegadaian, Rahn menurut hukum Islam
dapat dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga.
Selain Lembaga keuangan atau bisnis syariah Daftar Pustaka
di atas, masih banyak lagi yang lainnya namun
karena keterbatasan yang ada lembaga keuangan Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari
yang lainnya tidak dapat diuraikan dalai makalah Teori ke Praktek, Gema Insani Press,
ini. Jakarta 2000
Dengan memperhatikan uraian, demi uraian
di atas, maka jelas sekali bahwa pelaksanaan Ali, Hasan, AM, Asuransi dalam Perspektif Hukum
syariat Islam dalam bidang bisnis telah ada Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis
landasan hukum dalam tata hukum Indonesia & Praktis, Kencana, 2004
yakni Undang-undang Dasar 1945 dan peraturan
perundang-undangan, meski ada yang belum Dewi, Gemala, Aspek-Aspek Hukum dalam
diatur secara tersendiri. Hal ini dapat dimaklumi Perbankan dan Perasuransian Syariah di
karena perhatian pemerintah terhadap Indonesia, Kencana, Jakarta, 2004
perkembangan bisnis syariah atau ekonomi yang
berdasarkan prinsip syariah tidak begitu kuat, Muhammad, Etika Bisnis Islami, UPP AMP
kecuali dalam tahun-tahun terakhir ini sudah ada YKPN, Yogyakarta, 2004
kemajuan yang signifikan, dan yang cukup
monumental adalah lahirnya Undang-undang Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dari
N0. 2l Tahun 2008 tentang perbankan Syariah. Profit Margin pada Bank Syari’ah, UII Press
Undang-undang yang berkenaan dengan bisnis Yogyakarta, 2004.
syariah yang lainnya, tentu masih diharapkan
akan menyusul diterbitkan. Nasution, Mustafa Edwin, et.al, Pengenalan
Regulasi atau peraturan perundang-undangan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana, 2006
adalah sangat membantu perkembangan
pelaksanaan syariat Islam dalam bidang bisnis. Nasarudin M. Irsan - Indra Surya, Aspek Hukum
Pasar Modal Indonesia, Jakarta Prenada,
Penutup 2006
Kesimpulan
Meskipun makalah ini sudah cukup ringkas, Sjahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam dan
namun ada baiknya dari uraian tersebut di atas Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan
dikemukakan poin-poin penting sebagai Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, 2005
kesimpulan dari makalah ini, yakni:
1. Pelaksanaan Syariat Islam dalam bidang Sumitro, Warkum, Asas-asas Perbankan Islam &
bisnis telah memiliki dasar hukum yang kuat Lembaga-lembaga terkait, PT. Raja Grafindo
dalam tata hukum Indonesia. Dasar hukum Persada, Jakarta, 2004
tersebut adalah : Undang-undang Dasar
1945, khususnya pasal 29, beberapa buah Widyaningsih et al, Bank dan Asuransi Islam di
Undang-undang dan beberapa buah Indonesia. Kencana Prenada Media, 2006
Peraturan Pemerintah, atau peraturan
lainnya yang berkaitan dengan bisnis syariah Yuliadi, Imamudin, Ekonomi Islam Sebuah
yang berkembang saat ini, seperti UU. N0. 7 Pengantar, LPPI Yogyakarta, 2001
Tahun 1992 jo UU. No. 10 Tahun 1998
tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan, UU. No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.
2. Lembaga Keuangan/Bisnis Syariah yang
berkembang saat ini antara lain, Bank
Syariah, Asuransi Syariah, Reksadana
Syariah, Pengadaian Syariah dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai