Dosen Pengampu :
Dr. Zarul Arifin, M.S.I
OLEH:
FERIYADI
NIM. 301.2020.007
Semester : V
Kelompok : 4
Feriyadi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Perkembangan Regulasi........................................................................ 3
B. Aspek-aspek Penting dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah
..............................................................................................................
4
BAB III PENUTUP......................................................................................... 8
A. Kesimpulan........................................................................................... 8
B. Saran..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan memiliki peran penting dalam pembangunan khususnya
dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan
adalah hukum positif yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank. Bank adalah salah satu lembaga pembiayaan yang
menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali pada
masyarakat.1 Sesuai dengan Pasal 1 UU No. 7 Tahun 1992 jo UU No.10
Tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan)
menyatakan bahwa: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau dalam bentukbentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak.2
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”. Pada dasarnya, aktivitas
bank syariah tidak jauh berbeda dengan aktivitas bank-bank konvensional
yang telah ada, yang menjadi kritik system perbankan syariah terhadap
perbankan konvensional bukan dalam hal fungsinya sebagai lembaga
intermediasi keuangan (Financial Intermediary Institution), akan tetapi
karena didalam operasionalnya terdapat unsur-unsur yang dilarang berupa
unsur perjudian (maisir), unsur ketidakpastian/keraguan (Gharar), unsur
bunga (Interest/riba) dan unsur kebathilan.3
Di Indonesia eksistensi Perbankan Syariah secara yuridis
sebenarnya telah dimulai dengan dikeluarkanya Paket Kebijakan
Desember 1983 (Pakdes 83) tentang penghapusan pagu kredit dan
menyebutkan bahwa bank bebas menentukan suku bunga kredit, tabungan
1
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2001. hlm. 2.
2
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1
3
Abdul Ghofur Anshory, Hukum Perbankan Syariah, PT Rafika Aditama: Bandung,
2009, hlm. 2.
1
2
4
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani: Jakarta,
2007. hlm. 25.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Regulasi
Pada saat Bank Muamalat Indonesia (BMI) didirikan, landasan legal
dari pendirian perbankan Islam adalah Undang-undang Perbankan No. 7
Tahun 1992. Undang-undang ini merupakan amandemen dari Undang-
undang Pokok Perbankan No. 14 Tahun 1967. 5 Satu-satunya pengaturan yang
memungkinkan untuk pengoperasian perbankan Islam adalah pasal 1(12)
yang menyebutkan bahwa “bagi hasil” dapat diterapkan dalam bisnis
perbankan di Indonesia. Berdasarkan pada pengaturan ini, maka Bank Islam
pertma (BMI) kemudian mulai beroperasi. Regulasi berikutnya yang terkait
dengan operasional perbankan syariah, di antaranya adalah tentang
pengawasan syariah, produk perbankan syariah, dikeluarkan dalam bentuk
Keputusan Gubernur Bank Indonesia dan Peraturan Bank Indonesia.6
Krisis keuangan 1998 mengakibatkan hancurnya sejumlah bank dan
Undang-undang Perbankan akhirnya diamandemen. Undangundang
Perbankan No. 7 Tahun 1992 diamandemen menjadi Undangundang
Perbankan No.10 Tahun 1998. Undang-undang yang baru ini memberikan
kesempatan bagi perbankan konvensional untuk membuka layanan jasa
Syariah. Sehingga dapat dikatakan bahwa hal yang bagus lainnya dari
Undang-undang ini adalah bahwa Undang-undang ini lebih holistik
cakupannya. Jadi dalam kenyataannya, aturan utama yang berkaian dengan
operasional Perbankan Islam di Indonesia pada masa itu adalah Undang-
undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang kemudian diamandemen menjadi
Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998. Penerapan praktis dari
Undang-undang ini diberikan dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia yang
mencakup beberapa aspek yang terkait dengan produk dan operasional.7
5
Undang-undang no. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pasal 60 (c).
6
Agus Triyanta, Hukum Perbankan Syariah: Regulasi, Implementasi dan Formulasi
Kepatuhannya terhadap Prinsip-Prinsip Islam, Malang: Setara Press, 2016. hlm. 27-28.
7
Ibid., hlm. 28.
3
4
9
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia (Jakarta: Grafiti, Adikarya IKAPI & Ford Foundation, 2005), hlm. 141-158
6
11
Agus Triyanta, Hukum Perbankan Syariah: Regulasi, Implementasi dan Formulasi
Kepatuhannya terhadap Prinsip-Prinsip Islam, Malang: Setara Press, 2016. hlm. 35.
12
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruang Lingkup Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah mengatur lebih tegas tentang bisnis perbankan syariah
sebagai bagian dari industri perbankan di Indonesia yang sudah
memeprkenalkan dual bankingsystem dalam industri tersebut. Hal yang
menonjol dalam pengaturan UUPS diantaranya adalah pertama, perubahan
Istilah Bank Perkreditan Rakyat menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Perubahan ini untuk lebih menegaskan adanya perbedaan antara kredit dan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Kedua definisi Prinsip
Syariahmempertegas dengan prinsip hukum Islam dan penetapan
pihak/lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa yang menjadi dasar
prinsip syariah. Ketiga, penetapan Dewan Pengawas Syariah sebagai pihak
terafiliasi seperti halnya akuntan publik, konsultan dan penilai. Keempat,
perubahan definisi pembiayaan secara signifikan, yaitu pembiayaan dapat
berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa menyewa, transaksi jual beli,
transaksi pinjam meminjam dan transaksi sewa menyewa jasa (multijasa);
B. Saran
Demikian pembahasan makalah yang kami susun, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dalam pembuatan makalah selanjutnya
agar menjadi lebih baik.
8
DAFTAR PUSTAKA