Dosen Pengampu:
Ali Sander, S. Hum., M.A.
OLEH:
IZHA PRIMA
NIM: 301.2020.006
Semester: IV
Kelompok: 5
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
A Latar Belakang Masalah ..............................................................................1
B Rumusan Masalah .........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................3
A Masa Kemunduran Pra Islam .......................................................................3
B Kebudayaan dan Pemikiran di Masa Rasulullah SAW ............................7
C Kebudayaan dan Pemikiran di Masa Khulafa al-Rasyidin ......................12
D Kebudayaan dan Pemikiran di Masa Bani Umayyah ...............................23
E Kebudayaan dan Pemikiran di Masa Kekhalifahan Abbasiyah ..............31
F Kebudayaan dan Pemikiran di MASA Akhir Periode Abbasiyah I.........37
BAB III PENUTUP ..............................................................................................46
A Kesimpulan ...................................................................................................46
B Saran ...............................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................48
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Munculnya pemikiran Islam sebagai cikal bakal kelahiran
peradaban Islam pada dasarnya sudah ada pada awal pertumbuhan
Islam, yakni sejak pertengahan abad ke-7 M, ketika masyarakat Islam
dipimpin oleh Khulafa’ al-Rasyidin. Kemudian mulai berkembang pada
masa Dinasti Umayyah, dan mencapai puncak kejayaannya pada masa
Dinasti Abbasiyah. Ketinggian peradaban Islam pada masa Dinasti
Abbasiyah merupakan dampak positif dari aktifitas “kebebasan
berpikir” umat Islam kala itu yang tumbuh subur ibarat cendawan di
musim hujan. Setelah jatuhnya Dinasti Abbasiyah pada tahun 1258 M,
peradaban Islam mulai mundur. Hal ini terjadi akibat dari merosotnya
aktifitas pemikiran umat Islam yang cenderung kepada ke-jumud-an
(stagnan). Setelah berabadabad umat Islam terlena dalam “tidur
panjangnya”, maka pada abad ke-18 M mereka mulai tersadar dan
bangkit dari stagnasi pemikiran untuk mengejar ketertinggalannya dari
dunia luar (Barat/Eropa).
Perkembangan pemikiran dan peradaban Islam ini karena
didukung oleh para khalifah yang cinta ilmu pengetahuan dengan
fasilitas dan dana secara maksimal, stabilitas politik dan ekonomi yang
mapan. Hal ini seiring dengan tingginya semangat para ulama dan
intelektual muslim dalam melaksanakan pengembangan ilmu
pengetahuan agama, humaniora dan eksakta melalui gerakan penelitian,
penerjemahan dan penulisan karya ilmiah di berbagai bidang keilmuan.
Kemudian gerakan karya nyata mereka di bidang peradaban artefak.
Melalui gerakan pemikiran Islam, berkembang disiplin ilmu-
ilmu agama atau ilmu-ilmu keislaman, seperti ilmu al-Qur’an, ilmu
qira’at, ilmu Hadits, ilmu kalam/teologi, ilmu fiqh, ilmu tarikh, ilmu
bahasa dan sastra. Di samping itu berkembang juga ilmu-ilmu sosial
dan eksakta, seperti filsafat, logika, metafisika, bahasa, sejarah,
1
2
1
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan konseling Islam, (Jakarta : Bumi aksara,
2010), hlm. 144.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Kemunduran Pra Islam
Pada zaman ini Jenghiz Khan dan keturunannya datang
menghancurkan dunia Islam. Jenghiz Khan berasal dari Mongolia.
Setelah menduduki Peking di tahun 1212 M, ia mengalihkan
serangannya ke arah Barat. Satu demi satu kerajaan-kerajaan Islam
jatuh ke tangannya. Transoxania dan Khawarizm dikalahkan di tahun
1219/1220 M. Kerajaan Ghazna pada tahun 1221 M, Azebaijan pada
tahun 1223 M dan Saljuk di Asia Kecil pada tahun 1243 M, dari sini ia
meneruskan serangan-serangannya ke Eropa dan Rusia.
Serangan ke Baghdad dilakukan oleh cucunya, Hulagu Khan.
Terlebih dahulu ia mengalahkan Khurasan di Persia dan kemudian
menghancurkan Hasysyasyin di Alamut. Khalifah dan keluarga serta
sebagian besar penduduk dibunuh. Beberapa dari anggota keluarga
Bani Abbasiyah dapat melarikan diri dan di antaranya ada yang
menetap di Mesir.
Dari sini Hulagu meneruskan serangannya ke Syiria dan dari
Syiria ia ingin memasuki Mesir. Akan tetapi, di Ain Jalut (Goliath) ia
dapat dikalahkan oleh Baybars, Jenderal Mamluk dari Mesir di tahun
1260 M.
Baghdad dan daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya
diperintah oleh Dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan
kepada Hulagu. Daerah yang dikuasai dinasti ini ialah daerah yang
terletak antara Asia Kecil di Barat dan India di Timur. Dinasti Ilkhan
berumur hingga 100 tahun. Hulagu bukanlah beragama Islam dan
anaknya Abaga (1265-1281 M) masuk Kristen. Di antara keturunannya
yang pertama masuk Islam yaitu cucunya Tagudar dengan nama
Ahmad, tetapi mendapat tantangan dari para jenderalnya.
Ghasan Mahmud (1295-1305 M) juga masuk Islam dan demikian
juga Uljaytu Khuda Banda (1305-1316 M). Uljaytu pada mulanya
3
4
2
Kartika Sari, M. Hum, Sejarah Peradaban Islam, Cet ke-1, (Shiddiq Press,
2015), hlm. 26.
9
disinilah awal sebuah peradaban yang dibangun oleh umat Islam mulai
tercipta. 3
Munculnya awal dari kenegaraan Islam di Madinah saat itu
adalah dengan mendirikannya Rasulullah beberapa asas yang penting
untuk daulah islamiyah pada saat itu diantaranya ada 3 asas yang
dilaksanakan Rasulullah di periode Madinah:
1. Asas pertama adalah pembangunan masjid;
2. Asas kedua adalah persaudaraan antara muslimin secara
umum dan dari Muhajirin dan Anshar secara khusus;
3. Asas ketiga adalah penulisan dustur atau undang-undang
yang disebut dengan Piagam Madinah yaitu sebagai
peraturan kehidupan umat muslim di antara mereka dan
memperjelas keterikatan mereka terhadap yang lainnya
secara umum dan kaitannya orang muslim terhadap orang
Yahudi secara khusus. 4
Dalam asas pertama, Langkah pertama yang dilakukan
Rasulullah SAW adalah membangun mesjid. Beliau terjun langsung
dalam pembangunan mesjid itu, memindahkan bata dan bebatuan.
Mesjid itu bukan hanya merupakan tempat sholat semata, tapi juga
merupakan sekolah bagi orang-orang Muslim untuk menerima
pengajaran Islam dan bimbingan-bimbingannya, sebagai balai
pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur
kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah. Di
samping semua itu, mesjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat
tinggal orang-orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah
tanpa memiliki harta, tidak punya kerabat dan masih bujangan atau
belum berkeluarga. 5
3
Ibid, hlm. 27.
4
Al buthi, Fiqh al Siirah Muhammad SAW, (Dar Al Fikr, 1993), hlm. 151.
5
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Perdana Publishing, 2016), hlm. 22.
10
6
Al buthi, Fiqh al Siirah Muhammad SAW, (Dar Al Fikr, 1993), hlm. 157.
7
Ibid, hlm. 162.
11
8
Kartika Sari, M Hum, Sejarah Peradaban Islam, (Bangka: Shiddiq Press,
2015), hlm. 27.
9
Hamim Hafiddin, Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah, (Bandung: UIN
Sunan Gunung Djati), hlm. 24.
12
10
Muh.Alif Kurniawan, dkk., Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam: Dari
Masa Klasik, Tengah, Hingga Modern, (Qoulun Pustaka, 2014), hlm. 241.
11
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018),
hlm. 123.
12
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 160.
13
13
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018),
hlm. 126-127.
14
Abd. Wahab, Alokasi Belanja Negara (Studi Komperasi Era Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin dengan Era Pemerintahan Jokowi Per. 2014-2019 ), Vol. 5,
(Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, 2019), hlm. 77.
14
15
Ronaldo, R. Zulfikar, A. Saihu, Ismail, & Wekke, I. S. International relations
of the asia pacific in the age of trump, (Journal of Environmental Treatment
Techniques, 8(1) 2020), hlm. 244–246.
16
16
A. Aziz & Saihu, S. Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya
Kontekstualisasi Kaidah Bahasa Arab, (Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab, 3(2), 2020),
hlm. 299-214.
17
17
Muhammad Husein Haikal, Umar bin Khatthab sebuah teladan mendalam
tentang pertumbuhan Islam dan kedaulatannya dimasa itu , (Bogor: Pustaka Lintera
AntarNusa, 2002), hlm. 45.
19
18
Muhammad Adnan, Wajah Islam Periode Makkah-Madinah, Vol. 5,
(Cendikia: Jurnal Study Keislaman, 2019), hlm. 97-98.
19
Athiyah Musthafa Musyfifah, Al-Qadha fi Al-Islam, (cet 1: Asy-Syarqul
Austh), hlm. 104.
21
20
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018),
hlm. 138-139.
22
21
Ali Audah., hlm. 193-198.
23
22
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, cet. II, (Yogyakarta: Lesfi,
2009), hlm. 78.
23
Lukman Ali, (1995), hlm. 230.
24
Lukman Ali, (1995), hlm. 231.
24
25
Lukman Ali, (1995), hlm. 233.
25
26
Philip K. Hitti, (2001), hlm. 97.
26
27
Lukman Ali, (1995), hlm. 238.
28
28
Philip K. Hitti, (2001), hlm. 102.
29
29
Lukman Ali, (1995), hlm. 241.
30
Philip K. Hitti, (2001), hlm. 103.
Perkembangan pesat terjadi terutama pada arsitektur religi. 31
Para arsitek muslim Arab atau orang-orang yang mereka
pakai, mengembangkan suatu bagan bangunan, sederhana
dan luhur, berdasarkan contoh-contoh yang sudah ada
terlebih dahulu, tetapi mendapat inspirasi kuat dari
pengalaman keberagamaan mereka.
Perkembangan arsitektur tidak bisa dilepaskan dari
peranan khalifah. Para khalifah Dinasti Umayyah amat
menyokong perkembangan seni ini. Menara, misalnya,
diperkenal-kan oleh Muawiyah. Kubah Karang (Kubah As-
Sakra) di Yerussalem yang didirikan oleh oleh Abdul Malik
pada tahun 691 M, merupakan salah satu contoh paling
cantik dari hasil karya arsitektur Muslim zaman permulaan.
Bangunan ini merupakan masjid pertama yang ditutup
dengan sebuah kubah. 32
Abdul Malik mendirikan masjid lain yang bernama
Masjid Al-Aqsha yang dibangun kembali oleh Dinasti
Abbasiyah, Al-Manshur. Pada sekitar awal abad VII, Walid
Ibn Abdul Malik mendirikan masjid agung di Syria dan
diberi nama menurut nama Dinasti Umayyah. Perkembangan
arsitektur religi, dengan demikian, mencapai puncaknya pada
bentuk dan arsitektur masjid-masjid.
E. Kebudayaan dan Pemikiran di Masa Kekhalifahan Abbasiyah
Masa dinasti abasiyyah merupakan masa kejayaan Islam dalam
berbagai bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada
masa ini umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu
pengetahuan, sehingga mengalami kemajuan pesat. Pengalihan ilmu
pengetahuan dilakukan dengan cara menerjemahkan berbagai buku karangan
bangsa-bangsa terdahulu, seperti buku-buku karya bangsa Yunani, Romawi
31
Philip K. Hitti, (2001), hlm. 102.
32
Lukman Ali, (1995), hlm. 242.
30
dan Persia. Berbagai naskah yang ada di kawasan Timur Tengah dan Afrika
seperti Mesopotamia dan Mesir juga menjadi perhatian.
Banyak para ahli yang berperan dalam proses perkembangan ilmu
pengetahuan adalah kelompok mawali atau orang-orang non arab, seperti
Persia. Pada masa permulaan Dinasti Abasiyah, belum terdapat pusatpusat
pendidikan formal, seperti sekolah-sekolah. Akan tetapi sejak masa
pemerintahan Harun Ar Rasyid mulailah dibangun pusat-pusat pendidikan
formal seperti Darul Hikmah dan pada masa Al Ma’mun dibangun Baitul
Himah yang kelak dari lembaga ini melahirkan para sarjana dan para ahli ilmu
pengetahuan yang membawa kejayaan bagi umat Islam.33
Pada masa Al Ma’mun ilmu pengetahuan dan kegiatan intelektual
mengalami masa kejayaanya. Ia mendirikan Baitul Hikmah yang menjadi
pusat kegiatan ilmu, terutama ilmu pengetahuan nenek moyang Eropa
(Yunani). Pada masa itu banyak karya-karya Yunani yang diterjemahkan
kedalam bahasa Arab. Selanjutnya model ini dikembangkan di Darul Hikmah
Cairo kemudian diterima kembali oleh barat melalui Cordova dan kota-kota
lain di Andalusia.34
Pada masa ini berkembang berbagai macam ilmu pengetahuan, baik itu
pengetahuan umum ataupun agama, seperti Al Qur’an, qiraat, Hadits, Fiqih,
kalam, bahasa dan sastra. Disamping itu juga berkembang empat mazhab fi
qih yang terkenal, diantaranya Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi , Imam
Maliki ibn Anas pendiri madzhab Maliki, Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’i
pendiri madzhab syafi’i dan Muhammad ibn Hanbal, pendiri madzhab
Hanbali. Disamping itu berkembang pula ilmuilmu umum seperti ilmu fi
lsafat, logika, metafisika, matematika, alam, geometri, aritmatika, mekanika,
astronomi, musik, kedokteran dan kimia. Ilmu-ilmu umum masuk kedalam
Islam melalui terjemahandi Baitul Hikmah dari bahasa Yunani dan persia ke
dalam bahasa Arab, disamping dari bahasa India. Pada masa pemerintahan al
33
N. Abbas Wahid dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam, ( Solo: Tiga
serangkai pustaka mandiri, 2009), hlm. 131.
34
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta:
Pustaka book publisher, 2007), hlm. 392.
31
Ma’mun pengaruh Yunani sangat kuat. Diantara para penerjemah yang
masyhur saat itu ialah Hunain ibn Ishak, seorang Kristen Nestorian yang
banyak menerjemahkan bukubuku Yunani ke dalam bahasa Arab. Ia
terjemahkan kitab Republik dari Plato dan kitab Kategori, Metafi sika, Magna
Moralia dari dari Aristoteles.35
1. Bidang Kebudayaan
Pada masa Bani Abbassiyah berkembang corak
kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Apa yang terjadi
dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam
masa sekarang ini berkembang empat unsur kebudayaan yang
mempengaruhi kehidupan akal/rasio yaitu Kebudayaan Persia,
Kebudayaan Yunani, Kebudayaan Hindia dan Kebudayaan Arab
dan berkembangnya ilmu pengetahuan.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan Umum
Banyak lahir ilmuwan-ilmuwan besar dan sangat
berpengaruh terhadap peradaban islam.
a. Ilmu kedokteran
1) Hunain ibn Ishaq (804-874 M), terkenal sebagai dokter
penyakit mata.
2) Ar Razi (809-873 M), terkenal sebagai dokter ahli penyakit
cacar dan campak. Buku karanganya dibidang kedokteran
berjudul Al Hawi.
3) Ibn sina (980-1036 M), karyanya yang terkenal adalah al
Qonun fi at-Tibb dan dijadikan buku pedoman kedokteran
bagi universitas di negara Eropa dan negara Islam.
4) Abu Marwan Abdul Malik ibn Abil’ala ibn Zuhr (1091-
1162 M), terkenal sebagai dokter ahli penyakit dalam.
Karyanya yang terkenal adalah At Taisir dan Al Iqtida.
35
Ali Mufrodi, Islam dikawasan Kebudayaan Arab, cet ke-1, (Jakarta : Logos Wacana
Ilmu, 1997), hlm. 165-167.
32
5) Ibn Rusyd (520-595 M), terkenal sebagai perintis penelitian
pembuluh darah dan penyakit cacar.
b. Ilmu Perbintangan
1) Abu Masy’ur al Falaki, karyanya adalah Isbatul’Ulum dan
Haiatul Falaq.
2) Jabir Al Batani, pencipta teropong bintang yang pertama,
karya yang terkenal adalah Kitabu Ma’rifati Matlil-Buruj
Baina Arba’il Falaq.
3) Raihan Al Biruni, karya yang terkenal adalah at-Tafhim li
Awa’ili Sina’atit-Tanjim.36
c. Ilmu Pasti/ Matematika (Riyadiyat)
1) Sabit bin Qurrah al Hirany, karyanya yang terkenal adalah
Hisabul Ahliyyah.
2) Abdul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin
Abbas, karyanya yang terkenal ialah Ma Yahtaju Ilaihi
Ummat Wal Kuttab min Sinatil-hisab.
3) Al Khawarijmi, tokoh matematika yang mengarang buku al
Jabar.
4) Umar Khayam, karyanya tentang al Jabar yang bejudul
Treatise on al-Gebra telah diterjemahkan oleh F Woepcke
ke dalam bahasa Perancis (1857 M). Karya Umar Khayam
lebih maju daripada al-Jabar karya Euklides dan Al
Khawarizmi.
d. Ilmu farmasi dan Kimia
Salah satu ahli farmasi adalah ibn Baitar, karyanya yang
terkenal adalah Al Mugni, Jami’ Mufratil Adwiyyah, wa
Agziyah dan Mizani tabib. Adapun dibidang Kimia adalah Abu
Bakar Ar Razi dan Abu Musa Ya’far al Kufi .
e. Ilmu Filsafat
36
N Abbas Wahid dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam, (Solo: Tiga
serangkai pustaka mandiri, 2009), hlm. 50.
33
Tokoh-tokoh filsafat Islam antara lain, Al Kindi (805-
873), Al Farabi (872-950 M) dengan karyanya Ar-Ra’yu Ahlul
Madinah al Fadilah, Ibnu sina (980-1036 M), Al Ghazali (450-
505 M) dengan karya Tah Afut al-Falasifat, Ibnu Rusyid dan
lain-lain.
f. Ilmu Sejarah
Ahli Sejarah yang lahir pada masa itu adalah Abu
Ismail al Azdi, dengan karyanya yang berjudul Futuhusyi
Syam, al Waqidy dengan karyanya al Magazi, Ibn Sa’ad
dengan karyanya at-Tabaqul Kubra dan Ibnu Hisyam dengan
karyanya Sirah ibn Hisyam.
g. Ilmu Geografi
Tokohnya ialah Ibnu Khazdarbah dengan karyanya
Kitabul masalik wal Mamalik, Ibnu Haik dengan karyanya
Kitabus Sifati Jaziratil- ‘arab dan Kitabul Iklim, Ibn Fadlan
dengan karyanya Rihlah Ibnu fadlan.37
h. Ilmu Sastra
Pada masa itu juga berkembang ilmu sastra yang
melahirkan beberapa penyair terkenal seperti, Abu Nawas, Abu
Atiyah, Abu Tamam, Al Mutannabbi dan Ibnu Hany. Di
samping itu mereka juga menghasilkan karya sastra yang
fenomenal seperti Seribu Satu Malam “Alf Lailah Walailah”,
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The
Arabian Night.38
3. Bidang Ekonomi
Ekonomi berpusat pada perdagangan dunia (Basrah, Iraq)
dan (Siraf, Pesisir Laut Persia). Kemudian bergeser ke Kairo. Dan
37
N Abbas Wahid dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam, (Solo : Tiga
serangkai pustaka mandiri, 2009), hlm. 50.
38
Ali Mufrodi, Islam dikawasan Kebudayaan Arab, cet ke-1, (Jakarta : Logos Wacana
Ilmu, 1997), hlm. 165-167.
34
Baghdad sebagai jantung pemerintahan juga menjadi penopang
kegiatan perdagangan.
a. Pertanian, sistem irigasi modern dgn memanfaatkan
Sungai Eufrat dan Tigris, Khalifah membela dan
menghormati kaum tani, bahkan meringankan pajak
hasil bumi mereka, dan ada beberapa yang dihapuskan
sama sekali.
b. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk beramai-
ramai membangun berbagai industri, sehingga
terkenallah beberapa kota dan industri-industrinya yang
salah satunya industri kertas.
c. Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk memajukan
perdagangan seperti:
1) Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat
di jalan-jalan yang dilewati kafi lah dagang.
2) Membangun armada-armada dagang.
3) Membangun armada untuk melindungi partai-
partai negara dari serangan bajak laut.
4) Menggiatkan ekspor impor.
5) Ilmu Agama
Di samping ilmu pengetahuan umum, pada masa itu
berkembang pula ilmu agama dengan tokoh-tokohnya
sebagai berikut:
1. Ilmu Tafsir
Pada masa itu berkembang 2 macam tafsir
dengan tokoh-tokohnya:
1) Tafsir Bil Ma’tsur (penafsiran ayat Al
Qur’an oleh Al Qur’an atau Hadits Nabi),
diantara tokohnya adalah Ibnu Jarir At
Tabari, Ibnu Atiyah al Andalusy,
Muhammad Ibn Ishak dan lain-lain.
35
2) Tafsir Bir-Ra’yi (Tafsir dengan akal
pikiran), diantara tokohnya adalah Abu
Bakar Asam, Abu Muslim Muhammad bin
Bahr Isfahany, Ibnu Juru As Asadi dan lain-
lain (A. Hasjmy).
2. Ilmu Hadits
Pada masa itu sudah ada pengkodifi kasian
Hadits sesuai kesahihannya. Maka lahirlah ulama-ulama
Hadits terkenal seperti Imam Bukhori, Muslim, At
Tirmadzi, Abu Dawud, Ibn Majah dan An Nasa’i. Dan
dari merekalah diperoleh Kutubus Sittah.
3. Ilmu Kalam
Ilmu Kalam lahir karena dua faktor, yaitu musuh
Islam ingin melumpuhkan Islam dengan fi lsafat dan
semua masalah termasuk agama berkisar pada akal dan
ilmu. Diantar tokohnya ialah Wasil ibn Atho’, Abu
Hasan Al Asy’ari, Imam Ghozali dan lain-lain.
4. Ilmu Tasawuf
Diantara tokohnya adalah al Qusairy dengan
karyanya Risalatul Qusairiyah dan Al Ghozali dengan
karyanya Ihya’ Ulumuddin.
5. Ilmu bahasa
Pada masa itu kota Basrah dan kuffah menjadi
pusat kegiatan bahasa. Diantara tokohnya ialah
Sibawaih, AL Kisai dan Abu Zakariya al Farra.
6. Ilmu Fikih
Berawal dari itu, zaman pemerintahan
Abbasiyah awal melahirkan 4 Imam Madzhab yang
ulung, mereka adalah Syafi’i, Hanafi, Hambali dan
Maliki. Disamping itu, zaman pemerintahan Abbasiyah
awal itu juga melahirkan Ilmu Tafsir al-Quran dan
pemisahnya dari Ilmu Hadits. Sebelumnya, belum
36
terdapat penafsiran seluruh al-Quran, yang ada hanyalah
Tafsir bagi sebagian ayat dari berbagai surah, yang
dibuat untuk tujuan tertentu.39
Pada masa ini ilmu fi kih juga berkembang
pesat, terbukti pada masa ini muncul 4 madzhab fi qih,
yaitu Hanafi , Maliki, Syafi ’i dan Hanbali.40
F. Kebudayaan dan Pemikiran di Masa Akhir Periode Abbasiyah I
Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah tentu tidak terlepas dari
sejarah kemunduran Dinasti Umayyah. Sejarah kemunduran Dinasti
Umayyah berawal dari bobroknya akhlak para pemimpin Dinasti Bani
Umayyah. Empat pengganti khalifah setelah Muawiyah dan Abd. Malik
kecuali Marwan yang menjadi khalifah terakhir terbukti tidak cakap
atau bisa dikatakan tidak bermoral. Bahkan para khalifah sebelum
Hisyam pun, yang dimulai oleh Yazid I lebih suka berburu, pesta
minum, tenggelam dalam alunan musik dan puisi ketimbang membaca
Alquran atau mengurus persoalan Negara. Berpoya-poya dalam
kemewahan,oleh karena meningkatnya kekayaan dan melimpahnya
budak menjadi fenomena umum. Bahkan keluarga khalifah tidak lagi
berdarah Arab murni, Yazid III (744 M.) adalah khalifah pertama yang
lahir dari seorang budak. Perilaku buruk kelas penguasa hanyalah
gambaran kecil dari keburukan moral yang bersifat umum. 41
Selain itu, pada saat Hisyam Bin Abdul Malik memerintah pada
tahun 105-125 H./723-742 M. 42 Daulah Islam telah mengalami
kemerosotan dan melemah. Hal ini terjadi karena fanatisme antara
39
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, cet ke-9, (Jakarta : Al-Husna Zikra,
1997), hlm. 342.
40
N Abbas Wahid dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam, Solo: Tiga
serangkai pustaka mandiri, 2009), hlm. 50
41
Philip K. Hitti, History of the Arabs; From the Earliest Times to the Present ,
terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, History of the Arabs (Jakarta:
PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010), hlm. 348.
42
Ahmad al-Usairy, Al-Tarikh al-Islami, terj. Samson Rahman, Sejarah Islam,
(Jakarta: Akbar Media, 2012), hlm. 207.
37
orang-orang Arab Selatan dan Arab Utara, secara khusus Khurasan. 43
Apalagi setelah Hisyam wafat pada tahun 125 H./742 M., penguasa
setelah itu yakni Walid Bin Yazid Bin Abdul Malik dikenal sebagai
sosok yang menuruti hawa nafsunya dan tindakan-tindakan yang tidak
pantas, sehingga banyak manusia yang jengkel terhadapnya. Dalam
buku Imam al-Suyuthi bahkan dijelaskan bahwa ia merupakan khalifah
yang fasik, peminum khamar, dan banyak merusak aturan-aturan
Allah. 44 Oleh karena itu secara diam-diam masyarakat membaiat
sepupunya Yazid Bin Walid yang dikenal sebagai sosok yang shaleh. 45
Dan Walid pun terbunuh pada bulan Jumadil akhir tahun 126 H. 46 Pada
saat Yazid berkuasa, ternyata masalah tidak juga terselesaikan. Gejolak
dan pemberontakan terjadi di mana-mana. Tidak ada kata tunggal di
kalangan Bani Marwan. Orang-orang Hismh memberontak, disusul
kemudian oleh penduduk Palestina. Meskipun pemberontakan ini
berhasil diredam ternyata muncul lagi konflik baru antara Qaisiyyah
dan Yamaniyah terutama di Khurasan.
Gerakan untuk mendirikan pemerintahan Bani Abbasiyah pun
semakin kuat. Pada tahun 129 H./ 446 M., mereka memproklamirkan
berdirinya pemerintahan Abbasiyah. Namun Marwan menangkap
pemimpinnya yang bernama Ibrahim lalu dibunuh. Setelah dibunuh,
pucuk gerakan diambil alih oleh saudaranya yang bernama Abul Abbas
al-Saffah yang berangkat bersama-sama dengan keluarganya menuju
Kufah. Kemudian dia dibaiat sebagai khalifah di Kufah pada tahun 132
H./ 749 M. Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Khurasan dan Irak.
43
Ahmad al-Usairy, Al-Tarikh al-Islami, terj. Samson Rahman, Sejarah Islam,
(Jakarta: Akbar Media, 2012), hlm. 209.
44
Al-Suyuthi, Tarikh Khulafa`, terj. Samson Rahman, Tarikh Khulafa : Sejarah
Para Penguasa Islam, (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2011), hlm. 297.
45
Ahmad al-Usairy, Al-Tarikh al-Islami, terj. Samson Rahman, Sejarah Islam,
hlm. 207.
46
Al-Suyuthi, Tarikh Khulafa`, terj. Samson Rahman, Tarikh Khulafa : Sejarah
Para Penguasa Islam, (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2011), hlm. 297.
38
Maka terjadilah pertempuran antara pasukan Abbasiyah dan pasukan
Marwan Bin Muhammad di Sungai Zab (antara Mosul dan Arbil).
Marwan dan pasukannya kalah dalam peperangan yang terjadi pada 131
H./ 748 M. Pasukannya lari ke berbagai penjuru hingga akhirnya dia
dibunuh oleh pasukan Bani Abbasiyah pada tahun 132 H./ 749 M.
Dengan kematiannya, maka pemerintahan Umayyah hancur dan awal
pembentukan Dinasti Abbasiyah. 47
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa
keemasannya. Secara politis, para khalifah adalah tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir,
pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik,
meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Sebenarnya
zaman keemasan Bani Abbas telah dimulai sejak pemerintahan khalifah
Abu Ja`far Al-Mansur serta pada masa Khalifah al-Mahdi (775-785
M.), akan tetapi popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya
pada masa khalifah Harun al-Rashid (786-809 M.) dan putranya al-
Ma`mun (813-833 M.). Kekayaan banyak dimanfaatkan Harun al-
Rashid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan
dokter dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak
sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandianpemandian umum
juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman
keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya
sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Khalifah-khalifah Bani
Abbas secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan
dengan mendatangkan naskahnaskah kuno dari berbagai pusat
47
Ahmad al-Usairy, Al-Tarikh al-Islami, terj. Samson Rahman, Sejarah Islam,
hlm. 211-212.
39
peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan
diterapkan di dunia Islam. Para ulama` muslim yang ahli dalam
berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga
muncul pada masa ini. Perkembangan pesat peradaban juga didukung
oleh kemajuan ekonomi imperium yang menjadi penghubung Dunia
Timur dan Barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada
masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban
Islam.
Sejarah menyebutkan bahwa puncak zaman keemasan Baghdad
terjadi selama masa kekhalifahan Harun al-Rasyid (786-809 M.)
Meskipun usianya kurang dari setengah abad, Baghdad pada saat itu
muncul menjadi pusat dunia dengan tingkat kemakmuran dan peran
internasional yang luar biasa. Baghdad menjadi saingan tunggal bagi
Bizantium. Kejayaannya berjalan seiring dengan kemakmuran kerajaan,
terutama ibu kotanya. Saat itulah Baghdad menjadi kota yang tidak ada
bandingannya di sekitar Jazirah Arab. 48 Istana kerajaan dengan
bangunan-bangunan tambahan untuk para harem, pembantu laki-laki
dan pejabatpejabat khusus menempati sepertiga Kota Lingkaran itu.
Bagian yang paling mengesankan adalah ruang pertemuan yang
dilengkapi dengan karpet, gorden dan bantal terbaik dari Timur. 49
Selain itu, zaman Harun al-Rasyid merupakan zaman
kebangkitan intelektual. Gerakan intelektual itu ditandai oleh proyek
penerjemahan karya-karya berbahasa Persia, Sansekerta, Suriah, dan
Yunani ke bahasa Arab. Dimulai dengan karya mereka sendiri tentang
ilmu pengetahuan, filsafat, atau sastra yang tidak terlalu banyak. Orang
Arab Islam yang memiliki keingintahuan yang tinggi dan minat belajar
yang besar segera menjadi penerima dan pewaris peradaban bangsa-
48
Philip K. Hitti, History of the Arabs; From the Earliest Times to the Present ,
terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, History of the Arabs, hlm. 375.
49
Philip K. Hitti, History of the Arabs; From the Earliest Times to the Present ,
terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, History of the Arabs, hlm. 375.
40
bangsa yang lebih tua dan berbudaya yang mereka taklukkan atau yang
mereka temui. 50 Selain mempelajari dan menyerap ilmu pengetahuan
dari bangsa lain, Khalifah Abu Ja`far al-Manshur membangun
perpustakaan Baitul Hikmah, salah satu perpustakaan yang amat
terkenal dan berkelas dunia. Perpustakaan tersebut mencerminkan
peranan ilmu di dunia tanpa dapat diketahui batasannya, dan salah satu
perbendaharaan ilmiah yang paling bernilai dalam pemikiran Islam. 51
Al-Ma'mun, pengganti Harun al-Rasyid, dikenal sebagai
khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa
pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk
menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-
penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli,
Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang
terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan
yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang
besar. Pada masa al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat
kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Permulaan lahirnya ilmu
pengetahuan sebenarnya telah lahir pada masa-masa sebelum Dinasti
Abbasiyah yang lebih tepat pada masa Yunani kuno, akan tetapi
keilmuan-keilmuan ini berkembang pesat pada masa Daulah
Abbasiyah. Jika diteliti sebenarnya ilmu telah ada pada permulaan
manusia atau lebih tepat pada zaman manusia purba. Pada masa ini
manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai
peralatan. Baru setelah itu muncul keilmuan di Yunani. 52 Dengan
pendirian perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih
50
Philip K. Hitti, History of the Arabs; From the Earliest Times to the Present ,
terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, History of the Arabs, hlm. 381.
Hadharah al-Insaniyah, terj. IKAPI, Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, hlm.
239.
52
Surajio, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia , (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010), hlm. 80.
41
merupakan sebuah universitas, karena selain terdapat kitab-kitab, di
sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat
ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa
administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun
sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Pada pemerintahan al-Makmun, untuk memfokuskan
penerjemahan naskah-naskah asing, maka dibentuk badan penerjemah
dan pensyarah serta para penjual kertas untuk menjaga agar naskah
kuno itu tidak sampai punah dan dipindahkan ke bahasa Arab. 53 Ketua
para penerjemah adalah Hunayn Bin Ishaq, seorang sarjana terbesar
dan figur terhormat pada masanya. 54 Salah satu penerjemah pertama
dari bahasa Yunani adalah Abu Yahya Bin al-Bathriq (wafat antara
tahun 796 M-806 M.) yang dikenal karena menerjemahkan karya-karya
Galen dan Hippocrates (w.436 S.M.) untuk al-Manshur dan karya
Ptolemius, Quadripartitum untuk khalifah lainnya. 55 Dalam
menerjemahkan naskah-naskah, Khalifah al-Makmun menentukan
penanggung jawab pada setiap bahasa sebagai pengawasan terhadap
siapa yang menerjemahkan buku-buku kunonya, memberikan gaji
kepada mereka di setiap bulannya sebesar 500 Dinar (setara dua kilo
gram emas). 56 Dengan mempelajari kitab-kitab Yunani Daulah
Abbasiyah dapat membangun peradaban Islam yang agung dan
Hadharah al-Insaniyah, terj. IKAPI, Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, hlm.
242.
54
Philip K. Hitti, History of the Arabs; From the Earliest Times to the Present ,
terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, History of the Arabs, hlm. 388.
55
Philip K. Hitti, History of the Arabs; From the Earliest Times to the Present ,
terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, History of the Arabs, hlm. 387.
Hadharah al-Insaniyah, terj. IKAPI, Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, hlm.
242.
42
membawa Islam mencapai masa keemasan khususnya bidang keilmuan,
akan tetapi imperium ini runtuh pada awal abad ke-13 setelah terjadi
perang antar saudara yang berlarut-larut, dan banyak pemberontakan
yang terjadi. Pada permulaan Daulah Abbasiyah, pendidikan dan
pengajaran berkembang pesat di seluruh negara islam sehingga lahir
sekolah-sekolah yang tersebar di kota-kota sampai desa. Peradaban
Islam megalami puncak kejayaan pada masa Daulah Abbasiyah.
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju. Selama pemerintahan al-
Mutawakkil, di kota mereka berdiri sekolah filsafat dan kedokteran
yang pada awalnya berada di Iskandariyah, kemudian dipindahkan ke
Antiokia. 57 Bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Pada masa ini Ilmu dan
metode tafsir mulai berkembang terutama dua metode penafsiran, yaitu
tafsir bi al-ma`tsur dan tafsir bi al-ra`yi. Dalam bidang hadits mulai
diklasifikasikan secara sistematis dan kronologis, sehingga kita kenal
dengan klasifikasi hadits Shahih, Dhaif, dan Maudhu. Selain itu
berkembang juga ilmu pengetahuan agama lain seperti ilmu Al-quran,
qira`at, fiqh, kalam, bahasa dan sastra. Empat mazhab fiqh tumbuh
dan berkembang pada masa Abbasiyah ini Imam Abu Hanifah yang
meninggal di Baghdad tahun 767 M. adalah pendiri Madzab Hanafi.
Imam Malik Bin Anas yang banyak menulis hadits dan pendiri Maliki
itu wafat di Madinah pada tahun 796 M. Muhammad Bin Idris al-
Shafi`i yang meninggal di Mesir tahun 819 M adalah pendiri Madzhab
Syafi`i dan Ahmad Bin Hanbal pendiri Madzhab Hanbali meninggal
dunia tahun 855 M. 58 Baghdad sebagai ibu kota kekhalifahan
Abbasiyah yang didirikan oleh khalifah al-Mansur mencapai puncak
kejayaan di masa al-Rasyid walau kota itu belum lima puluh tahun
57
Philip K. Hitti, History of the Arabs; From the Earliest Times to the Present ,
terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, History of the Arabs hlm. 391.
58
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997), hlm. 102.
43
dibangun. Kemegahan dan kemakmuran tercermin dari istana khalifah,
kemewahan istana muncul terutama dalam upacara-upacara penobatan
khalifah, perkawinan, keberangkatan berhaji, dan jamuan untuk para
duta negara asing. 59
59
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997), hlm. 104.
44
45
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muawiyah sebagai peletak pertama sistem pemerintahan
monarki Islam, dengan Dinasti Umayyah sebagai rezimnya, dipandang
telah mengenalkan sistem baru dalam pengelolaan negara dan
kehidupan beragama. Sistem baru yang dikenalkan oleh Muawiyah
mempunyai pengaruh penting dalam penciptaan tradisi baru dalam
masyarakat dan budaya Arab. Budaya Arab pada masa Dinasti
Umayyah berkembang terutama dipengaruhi oleh dua faktor penting.
Pertama, persentuhan antara budaya Arab muslim dengan budaya
Eropa, terutama masyarakat yang hidup di kota-kota besar di Spanyol.
Dengan masuknya Islam ke Eropa, budaya Arab muslim dapat
bersentuhan langsung dengan budaya Eropa, terutama dalam gaya
hidup, tradisi, filsafat, kedokteran, astronomi, dan arsitektur. Kedua,
meskipun terdapat persentuhan langsung antara budaya Arab muslim
dengan budaya Eropa, bangsa Arab tetap mampu mempertahankan
tradisi dan budaya khas mereka, dan hal ini berlangsung hingga masa-
masa akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Arsitektur religi, puisi,
sastra, dan seni musik khas Arab tetap dipertahankan dan mengalami
perkembangan yang pesat.
Dengan demikian, betapa pun sistem pemerintahan monarki
yang dijalankan oleh para khalifah Dinasti Umayyah bersifat absolut-
otoriter yang ternyata berbeda jauh dengan sistem pemerintahan
sebelumnya (Khulafâur-Râsyidîn) yang demokratisegaliter,
pertumbuhan dan perkembangan budaya Arab pada masa dinasti ini
cukup menonjol dan dapat mengantarkan kemasyhuran dinasti
sesudahnya, Dinasti Abbasiyyah.
Masa kejayaan Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya pada
pemerintahan Harun al-Rasyid (786-809 M.). Ilmu pengetahuan begitu
berkembang, apalagi dengan gerakan penerjemahan naskah-naskah
46
47
48
49
Mufrodi, Ali, Islam dikawasan Kebudayaan Arab, cet ke-1, (Jakarta : Logos
Wacana Ilmu, 1997).
Musyfifah, Athiyah Musthafa, Al-Qadha fi Al-Islam, (cet 1: Asy-Syarqul
Austh).
Pulungan Suyuti, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018).
Ronaldo, R. Zulfikar, A. Saihu, Ismail, & Wekke, I. S. International
relations of the asia pacific in the age of trump, (Journal of
Environmental Treatment Techniques, 8(1) 2020).
Saihu, A. Aziz &, S. Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya
Kontekstualisasi Kaidah Bahasa Arab, (Arabiyatuna: Jurnal Bahasa
Arab, 3(2), 2020).
Surajio, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2010).
Surajio, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2010).
Suratno, N. Abbas Wahid dan, Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam, (Solo: Tiga
serangkai pustaka mandiri, 2009).
Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam, cet ke-9, (Jakarta : Al-Husna
Zikra, 1997).
Wahab, Abd., Alokasi Belanja Negara (Studi Komperasi Era Rasulullah
dan Khulafaur Rasyidin dengan Era Pemerintahan Jokowi Per. 2014-
2019), Vol. 5, (Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, 2019).
Zubaidah, Siti, Sejarah Peradaban Islam, (Perdana Publishing, 2016).