MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Sejarah Pendidikan Islam”
Disusun oleh :
Muhardi, S.Pd.I
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad saw
sebagai pembawa kebenaran.
Dengan bekal kemampuan yang terbatas akhirnya makalah tentang
Kemunduran Pendidikan Islam pasca Jatuhnya Baghdad dan Andalusia telah kami
selesaikan. Namun kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari
kekeliruan, baik dari sisi redaksional maupun dari cara penulisan. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhirnya kami mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulisan makalah kita ini, semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis.
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Pada masa jayanya kota Baghdad dikenal secara luas sebagai pusat
kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu
pengetahuan dan telah berhasil mengungguli kota-kota lain yang dikenal
sebagai pusat peradaban manusia.
Namun hal itu berubah drastis sejak penyerangan yang dilakukan
tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan.Peristiwa ini terjadi pada
tahun 1250 M. Dengan hadirnya Hulagu Khan, maka pusat-pusat ilmu
pengetahuan, baik yang berupa perpustakaan maupun lembaga-lembaga
pendidikan semuanya mereka porak-porandakan dan mereka bakar sampai
punah tak berbekas.
Dengan dibumihanguskannya kota Baghdad berikut kekayaan
intelektual yang ada didalamnya, maka berakhirlah kebesaran pemerintahan
Islam masa lalu, baik dalam wilayah kekuasaan maupun intelektual.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kejatuhan Bagdad dan Cordova
1. Kejatuhan Bagdad.
Sejak tahun 132 H/750 M daulah Abbasiyah dinyatakan berdiri
dengan khalifah pertamanya Abu Abbas as-Shafah. Daulah ini
berlangsung sampai tahun 656 H/1258 M. Masa yang panjang itu
dilaluinya dengan pola pemerimtahan yang berubah-ubah sesuai dengan
perubahan politik, budaya, social, dan penguasa. Walaupun abu abbas
adalah pendiri daulah ini, namun pembinan sebanarnya adalah abu ja`far
al-mansur. Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari bani
umayyah, khawarij, dan juga syi`ah yang merasa dikucilkan dari
kekuasaan.1
Penghancuran pusat kebudayaan Islam itu juga berakibat hilangnya
dan putusnya akar sejarah intelektual yang telah dengan susah payah
dibangun pada masa awal-awal Islam . Adanya kekalahan politik itu
berpengaruh besar pada cara pandang dan berpikirnya umat Islam yang
telah mulai mengalihkan pandangan dan pemikiran umat Islam yang
semula berpaham dinamis berubah menjadi berpaham fatalis . 2
Dari peristiwa itu kita dapat menarik kesimpulan bahwa. Jatuhnya
kota Baghdad di tangan Hulagu Khan pada tahun 1250 M. bukan saja
pertanda yang awal dari berakhirnya supremasi Khilafah Abbasyiyah
dalam dominasi politiknya, tetapi berdampak sangat luas bagi perjalanan
sejarah umat Islam. Karena ini merupakan titik awal kemunduran umat
1
Hasan Muarif Ambari, Dkk, Ensiklopedi Islam I, (Jakarta: Ikhtiar Baru Fan Hoven,
2001), hal.5
2
Nizar, Samsul..Sejarah Pendidikan Islam,Menelusuri Jejek Sejarah Pendidikan Era Rasulullah
Sampai Indonesia. (Jakarta : Kencana, 2007), hal. 176.
Islam di bidang politik dan peradaban Islam yang selama berabad-abad
lamanya menjadi kebanggaan umat .3
Namun selain penyerangan itu, ada faktor-faktor lain juga yang
menyebabkan jatuhnya Baghdad, di antaranya:
4. Kemerosotan ekonomi.
3 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam..Ensiklopedi Islam. (Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve1999),
hal.5
berkuda, mereka mmenaiki empat buah kapal yang disediakan oleh julian.
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia
menang dan kembali ke afrika utara membawa harta rampasan perang
yang tidak sedikit jumlahnya.4
Dengan dikuasainya daerah pegunungan jabal Thariq, maka
terbukalah pintu secara luas untuk memasuki spanyol. Dalam pertempuran
di suatu tempat yang bernama bakkah. Raja Roderick dapat dikalahkan
dengan hasil pertempuran tersebut, maka Islam masuk ke spanyol pada
tahun 711 dengan merebut kekuasan dari Goth Barat, yakni kekaisaran
Visigoth (419-711). Ketika itu Thariq bin ziyad melakuan ekspensi ke
spanyol atas perintah Musa bin Nusair, Gubernur Afrika Utara ketika itu.
Di bawah pemerintahan walid bin Abdul Malik atau Al-Walid I (705-715)
dari dinasti Umayyah yang berkedudukan di damaskus.
B. Kemunduran Pendidikan Islam Pasca Kejatuhan Bagdad Dan Cordova.
Kehancuran total yang dialami oleh Bagdad dan cordova sebagai
pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan islam, menandai runtuhnya sendi-
sendi pendidikan dan kebudayaan islam. Musnahnya lembaga-lembaga
pendidikan dan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua pusat
pendidikan di timur dan barat dunia island tersebut, menyebabkan pula
kemunduran pendidikan diseluruh dunia islam, terutama dalam bidang
intelektual dan material, tetapi tidak demikian halnya dalam bidang kehidupan
batin dan spiritual.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol
bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan
awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad
sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan
khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh
pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut. 5
4
Ibid, hal. 7
5
Zuhairi, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal. 111
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang
membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan
Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama
Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua
putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol
mempunyai anak bernama Ilkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin
bangsa Mongol di kemudian hari.
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol
tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat lain, menggembala kamhing dan hidup dari hasil
buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu
mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik di antara
sesama mereka maupun dengan hangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga
mereka. Sebagaimana umumnya hangsa nomad, orang-orang Mongol
mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut
dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat patuh kepada
pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism),
menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit.
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa
kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. la herhasil menyatukan 13 kelompok
suku yang ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, puteranya, Timujin yang
masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia
berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan hangsa
Mongol dengan suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang teratur
dan tangguh. Pada tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang
Perkasa. la menetapkan suatu undang-undang yang disebutnya Alyasak atau
Alyasah, untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai
kewajiban/yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran. Pasukan perang
dibagi dalam beberapa kelompok besar dan kecil, seribu, dua ratus, dan
sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan
demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat di bidang militer.
C. Pendidikan Islam Pada Masa Kemunduran
• Suasana gelap dan mencekam yang dialami oleh dunia Islam benar-benar
memprihatinkan.Dan pada saat yang bersamaan, bangsa Eropa justru
sedang mencapai kejayaan sebagai pengaruh dari berkembangnya paham
Renaissance, dan sibuk melakukan misi penjajahan ke negara-negara
Islam.Oleh karena itu, banyak umat Islam yang frustasi dan akhirnya
berusaha menjauhi kehidupan duniawi, termasuk meninggalkan
kehidupan intelektual.Mereka lebih memilih menutup diri dan menjalani
Abdul Kodir, Dr., MA, Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2015)
Hasan Muarif Ambari, Dkk, Ensiklopedi Islam I, (Jakarta: Ikhtiar Baru Fan
Hoven, 2001),
Zuhairi, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal.111