Anda di halaman 1dari 54

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................. 1
a.       Latar Belakang............................................................................................................... 1
b.      Tujuan............................................................................................................................. 2
c.       Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
a.       Sejarah kemunduran Islam............................................................................................. 3
b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Islam.................................................. 5
c.       Kerajaan-kerajaan yang mengalami kehancuran........................................................... 12

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 19


a. Kesimpulan.......................................................................................................... 19
b. Saran.................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA 20

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Islam sebagai agama yang sempurna, agama yang diridhai oleh Allah Swt yang
memiliki suatu landasan Al-Qur’an dan hadist sebagai pedoman hidup manusia. Maka
sesungguhnya kehidupan manusia telah digarisi oleh Allah Swt, dalam Al-Quran tentang
aturan kehidupan-Nya. Oleh karenanya islam memiliki sejarah tentang masa kemajuan dan
masa kemundurannya. Dikatakan sebagai era kemajuan islam tersebut, yaitu disaat umat
islam telah berhasil menegakkan hak-hak Allah diatas muka bumi dalam menerapkan hukum-
hukum syariat Allah Swt sebagai hukum yang berlaku dalam kehidupan manusia, baik dalam
aturan kepemerintahan, undang-undang, maupun dalam kemasyarakatan. Pada masa ini Islam
mampu mempertahankan kekuasaannya dan berjaya. Sementara di era kemunduran Islam
ditandai dengan diambil alih oleh pihak luar islam dengan serangan, serbuan dan
penghancuran kepada kerajaan islam yang telah berkuasa. Dan mengambil alih kekuasaan
dari kerajaan islam sebelumnya.
Sejarah Islam dapat dibagi ke dalam periode klasik, pertengahan, dan Modern.
Pada periode klasik (650-1250 M) dibagi menjadi masa kemajuan islam dan masa
didintegrasi. Menurut Harun Nasution pada abad pertengahan adalah era kemunduran Islam.
Sejarah mengenai kemunduran Islam ini banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya.
Kemunduran islam pada saat itu, yang mambuat umat islam semakin terpuruk. Dengan
runtuhnya sistem Khilafah, salah satu yang sangat mengharukan bagi umat islam seakan
mereka adalah ayam kehilangan induknya. Umat Islam telah kocar kacir tidak ada yang
mengurus, lain dengan sebelum mundurnya dunia Islam. Ketika Islam berjaya umat Islam
telah diatur sedemikian rupa.
Masyarakat harus mengetahui tentang sejarah kemunduran islam tersebut, sebagai
pelajaran bahwa yang membuat Islam runtuh dan mundur disebabkan oleh beberapa faktor
yang dijelaskan dalam sejarah islam. Seperti krisisnya politik, krisis intelektual, dan krisis
bidang keagamaan menjadi faktor kemunduran dunia Islam pada saat abad pertengahan.
Dengan melihat kondisi islam hari ini semakin terpuruk maka menjadi suatu rujukan untuk
mempelajari hal-hal yang mempengaruhi kemunduran islam. Maka, umat islam harus
menengoknya pada sejarah agar bisa memajukan dan menjaga islam ini.

B.  Tujuan
a.    Untuk mempelajari sejarah tentang penyebab kemunduran Islam;
b.    Agar umat Islam mengambil suatu pelajaran terjadinya kemunduran dalam dunia islam;
c.    Menambah pengetahuan tentang sejarah Islam; dan
d.   Agar mengetahui tokoh-tokoh yang menghancurkan Islam pada abad pertengahan yang
menyebabakan Islam mundur

C.  Rumusan Masalah


a.    Sejak kapan Islam mengalami kemunduran ?
b.    Apa yang menyebabkan Islam mengalami kemunduran pada abad pertengahan ?
c.    Bagaimana sejarah kemunduran Islam ?
d.   Kerajaan yang berada dimana sajakah yang mengalami keruntuhan pada abad pertengahan ?

BAB II
PEMBAHASAN

     Sejarah kemunduran islam


Masa kemunduran Islam terjadi dari tahun 1250 hingga 1500 M. Pada zaman ini
seorang bernama Jengiskhan dan keturunannya datang membawa penghancuran bagi dunia
islam. Jengiskan yang berasal dari Mongolia dan ia penganut agama Syamaniah, menyembah
bintang-bintang dan sujud kepada Matahari yang sedang terbit. Setelah menduduki peking
pada 1212 M, ia mengalihkan serangannya ke arah barat. Satu demi satu Kerajaan islam jatuh
ke tangannya. Transoxania dan khawarizm dapat dikalahkan pada 1219 M. Demikian pula
Kerajaan Ghazna dapat dikalahkan (1243 M), Azarbaijan (1223 M), dan Kerajaan Saljuk di
Asia Kecil (1243 M). Dari sini ia meneruskan serangannya ke Eropa dan Rusia.
Serangan ke Baghdad dilakukan oleh cucunya Hulagu Khan Khurasan di Persia
terlebih dahulu ia kalahkan dan Hasyasyasyin di Alamut ia hancurkan. Pada permulaan 1258
M, ia sampai ke tepi Kota Baghdad. Perintah untuk menyerah ditolak oleh Khalifah al-
Mu’tasim dan Kota Baghdad dikepung. Akhirnya pada 10 Februari 1257 benteng kota
ini dapat ditembus dan Baghdad dihancurkan. Khalifah dan keluarga serta sebagian besar dari
penduduknya dibunuh. Beberapa dari anggota keluarga bani Abbas dapat melarikan diri, dan
di antaranya ada yang menetap di Mesir.
Dari sini Hulagu meneruskan serangannya ke Suriah, dan dari Suriah ia ingin
memasuki Mesir. Tetapi di Ain jalut ( Goliath ) ia dikalahkan oleh Baybars, Jenderal Mamluk
dari Mesir (1260 M). Selanjutnya Timur Lenk, seorang yang berasal dari keturunan Jengis
Khan dapat menguasai Samarkand di tahun 1369 M. dari Samarkand ia mengadakan
serangan ke sebelah barat dan dapat menguasai daerah-daerah yang terletak antara Delhi dan
Laut Marmara. Dinasti Timur Lenk terlihat pada pembuhnuhan massal yang dilakukannya di
kota-kota yang tidak menyerah kepadanya. Di kota-kota yang telah ditundukkania dirika
piramid dari tengkorak rakyat yang dibunuh. Di Delhi misalnya, ia membunuh 80 orang dari
penduduknya. Di Allepo lebih dari 20.000 orang. Masjid-masjid dan madrasah ia hancurkan.
Dimana saja ia datang, selalu membawa kehancuran.1[2]
Selain ditandai oleh adanya serangan, serbuan, penghancuran dari berbagai musuh yang
datang dari luar islam, pada periode ini juga ditandai oleh adanya perebutan kekuasaan
diantara sesama dinasti kecil dalam islam. Di Mesir, al-Ayyubi (1174 M). Dengan datangnya
Salah al-Din, Mesir masuk kembali ke dalam aliran sunni. Selain itu, Salah al-Din juga
dikenal dalam sejarah sejarah sebagai sultan yang banyak membela Islam dalam perang salib.
Selanjutnya, pada 1250 M dinasti Ayyub jatuh ke tangan kekuasaan kaum Malmuk yang
berasal dari budak-budak yang kemudian mendapat kedudukan tinggi dalam pemerintahan
Mesir. Sultan Malmuk inilah yang dapat mengalahkan Hulagu di A’in jalut, dan ia dapat
berkuasa di Mesir hingga 1517 M. Merekalah yang dapat membebaskan Mesir dan Suriah
dari peperangan Salib dan juga membendung serangan-serangan kaum Mongol di bawah
pimpinanan Hulagu dan Timur Lenk, sehingga Mesir terlepas dari penghancuran seperti yang
terjadi di dunia islam lain.
Selanjutnya, di India juga terjadi persaingan dan peperangan untuk memperebutkan
kekuasaan, sehingga India senantiasa menghadapi perubahan kekuasaan. Dinasti yang timbul
kemudian dijatuhkan oleh dinasti lainnya. Kekuasaan dinasti Ghaznawi misalnya dipatahkan
oleh pengikut Ghaur Khan, yang juga berasal dari salah satu suku bangsa Turki. Mereka
masuk ke India di tahun 1175 M, dan bertahan hingga 1206 M. India kemudian jatuh ke
tangan Qutbuddin Aybak, yang selanjutnya menjadi pendiri dinasti Malmuk India (1206-
1290 M), kemudian ke tangan Dinasti Khalji (1296-1316 M), selanjutnya Dinasti Tughluq
(1320-1413 M), dan dinasti-dinasti lain, sehingga Babur datang di permulaan abad XVI dan
membentuk Kerajaan Mughal di India. Sementara itu di Spanyoljuga terjadi peperangan
antara dinasti-dinast islam yang ada di sana dengan raja-raja Kristen. Didalam peperangan
ini, raja-raja Kristen dapat memakai politik adu domba antara dinasti Islam tersebut.
Sebaliknya, raja-raja Kristen mengadakan persatuan sehingga satu demi satu dinasti –dinasti
Islam dapat dikalahkan. Cordova misalnya, jatuh pada 1238 M, Serville jatuh pada 1248 M,
dan akhirnya Granada jatuh pada 1941 M. Orang-orang Islam dihadapkan pada dua pilihan,
masuk Kristen atau keluar dari Spanyol. Pada 1609 M dapat dikatakan tidak ada lagi orang
Islam di Spanyol.
Pada Masa Kemunduran I ini, juga terjadi kehancuran khalifah secara formil. Islam
tidak lagi mempunyai khalifah yang diakui oleh semua umat sebagai lambang persatuan dan
ini berlaku hingga Kerajaan Utsmani mengangkat khalifah yang baru di Istanbul di abad
keenam belas. Sementara itu perbedaan antara kaum Sunni dan kaum Syiah menjadi tambah
nyata kelihatan. Demikian pula antara Arab dan Persia. Dunia Islam terbagi dalam dua
bagian; bagian Arab yang terdiri atas Semenanjung Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir,
1[2] Ibid, hal. 350
Afrika Utara, dan Sudan dengan Mesir sebagai pusatnya; dan bagian Persia yang terdiri atas
Balkan,Turki, Persia, Turkistan, dan India Persia sebagai Pusatnya.
Pada Periode Kemunduran I ini juga pengaruh tarekat-tarekat bertambah mendalam
dan bertambah luas di dunia Islam. Pendapat yang ditimbulkan di zaman disintegrasi yang
mengatakan, bahwa pintu ijtihad telah tertutup diterima secara umum di zaman ini.
Sementara itu antara mazhab yang empat terdapat suasana damai dan di madrasah-madrasah
diajarkan mazhab yang empat. Perhatian pada ilmu pengetahuan non-keagamaan sedikit
sekali. Tetapi sebaliknya Islam mendapat pemeluk-pemeluk baru di daerah-daerah yang
selama ini belum pernah dimasuki Islam.
Dengan demikian, pada Masa Kemunduran I ini, umat Islam bukan saja mengalami
kehancuran dalam bidang politik dan daulat Islamiyah, melainkan juga kehancuran dalam
bidang kebudayaan, peradaban, dan ilmu pengetahuan. Islam yang pada zaman kemunduran I
ini adalah Islam yang dikotomis antara urusan dunia dan akhirat, ilmu agama dan umum,
ulama dan ilmuan, dan Islam yang telah kehilangan spritualitas dan energisitasnya. Islam
pada masa itu tinggal abunya, sedangkan apinya sudah padam. Jika di berbagai wilayah Islam
dapat meluaskan pengaruhnya, maka islam yang meluas ini adalah Islam yang bersifat
dogmatis, ritual, dan formalitas.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemunduran Islam


a. Krisis politik
        Pemimpin tidak mengamalkan ajaran agama
Para ahli sejarah mengajukan hipotesis bahwa kemunduran Islam disebabkan karena
gaya hidup para penguasa yang gemar hidup bermewah-mewah dan berorientasi duniawi
saja. Pola hidup serakah, iri hati, ambisi kekuasaan dan tidak mementingkan kehidupan
rohani dan ukhrawi menjadi gaya hidup para penguasa. Penguasa Islam telah menggunakan
tangan besi dalam pemimpin. Ajaran Islam hanya dalam kehidupan nyata. Yang paling ironis
saat itu adalah agar pemimpin ditaati secara mutlak, tidak boleh dibantah dan harus
dihormati, mereka mengklaim dirinya sebagai wakil Tuhan di bumi meskipun tidak adil.2[3]

       Serangan tentara Mongol dan runtuhnya Abbasiyah


Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba
disalah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu’tashim yang berkuasa saat itu tidak berdaya dan
tidak mampu membendung kekuatan tentara Hulagho Khan. Kota baghdad dihancurkan rata
dengan tanah, dan Hulagho Khan menancapkan kekuasaan-Nya di Baghdad selama dua
tahun, sebelum melanjutkan serangannya ke Syiria dan Mesir.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja
mengakhiri Khlifah Abbasiyah disana, tetapi juga merupakan awal dari massa kemunduran
politik dan peradaban islam. Khalifah sebagai simbol pemersatu umat Islam di dunia mulai
hilang. Kejadian yang sangat tragis yaitu ketika hancurnya perpustakaan terbesar di dunia
saat itu, Baitul Hikmah, yang menyimpan banyak dokumen sejarah dan buku berharga dalam
berbagai disiplin ilmu.
Saat tentara Mongol masuk ke Baghdad, para penduduk berusaha kabur, namun berhasil
decegat dan dibantai tanpa ampun. Martin Sicker menyebutkan bahwa hampir 90.000 orang
mungkin dibantai. Beberapa perkiraan lainnya jauh lebih tinggi. Wassaf mengklaim bahwa
korban jiwa mencapai 100-an ribu orang. IanFrazier dari The New Yorker mengatakan bahwa
perkiraan korban jiwa bervariasi dari 200.000 hingga 1000.000 orang. Akibat kekejamannya
ini Hulagu harus memindahkan perkemahannya ke luar dari kota karena bau busuk yang
sangat menyengat didalam kota. Jumlah penduduk Baghdad jauh berkurang dan kota itu
menjadi reruntuhan selama beberapa abad berikutnya dan hanya secara perlahan pulih dan
2[3] Falahudin, dkk, Kuliah Kemuhammadiyahan,(Mataram: LP2I UM. Mataram, 2015), hal. 25
memperoleh sedikit dari kejayaan lamanya. Pasukan Mongol menjarah dan kemudian
menghancurkan masjid, istana, perpustakaan, dan rumah sakit. Bangunan-bangunan besar
yang merupakan karya beberapa generasi dibakar sampai habis. Khalifah dipaksa menonton
ketika penduduknya dibantai dan harta bendanya dirampas. Menurut sebagian besar sumber,
Khalifah dibunuh dengan cara di injak-injak oleh kuda. Pasukan Mongol menggulung
Khalifah dalam sebuah karpet, lalu mereka menunggang kuda diatas badannya, karena
mereka percaya bahwa bumi akan marah jika ada darah penguasa yang ditumpahkan.3[4]

       Terjadi disintegarasi umat Islam


Benih perpeacahan dan disintegrasi sesunguhnya telah muncul di tubuh umat islam
sejak periode akhir pemerintahan Abbasiyah. Hal ini ditandai dengan konflik antara Sunni
dan Syi’ah semakin menajam. Setelah Abbasiyah hancur, esklasi konflik semakin memuncak
secara akibat perbedaan perbedaan paham agama dalam aspek ideologis, teologis dan
berujung pada konflik geografis. Umat Islam mengalami perpecahan menjadi nation-state
kecil akibat kuatnya disentegrasi.
Secara umum, di zaman akhir Abbasiyah, wilayah teritorial Islam terbagi dua yaitu:
pertama, bagian Arab yang terdiri dari Arabia, Suriah, Iraq, Palestina, Mesir dan Afrika
Utara dengan Mesir sebagai pusatnya. Kedua, bagian Persia yang terdiri atas Balkan, Asia
kecil, Persia dan Asia Tengah dengan Iran sebagai pusatnya. Secara rill, daerah-daerah itu
berada dibawah kekuasaan gubernur –gubernur bersangkutan. Hubungan denga Khalifah
hanya ditandai dengan pembayaran upeti. Akibatnya Khalifah tidak cukup kuat untuk
membuat mereka tunduk, tidak saling percaya dikalangan penguasa dan pelaksana
pemerintahan sangat rendah dan juga para penguasa Abbasiyah lebih menitik beratkan
pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan eksepansi. Selain itu, penyebab
utama banyak daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya kekacauan atau perebutan
kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh bangsa Persia dan Turki. Akibatnya
beberapa propinsi di Persia, Turki, Kurdi, dan lainnya mulai lepas dari genggaman penguasa
Banni Abbas.4[5]

       Perang Salib
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di
Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk
merebut Tanah Suci dari kekekuasaan kaum Muslim dan mendirikan Gereja, juga kerajaan
Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur
dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.
Perang salib berlangsung dalam kurun waktu hamper dua abad (200 tahun), yaitu antara
tahun 1095-1291, dengan 8 periode peperangan. Namun Stoddard mengatakan perang Salib
tidak berlangsung dua abad atau lebih, melainkan berlangsung selama enam abad (600
tahun), dan baru berakhir secara pasti di perbentengan Wina tahun 1683.5[6]
Perang salib berpengaruh luas terhadap politik, ekonomi dan social, bahkan terasa masih
berpengaruh sampai masa kini. Walaupun umat Islam berhasil memperthankan daerah-
daerahnya dari tentara salib, namun kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Wilayah-
wilayah umat Islam terpecah belah dan ingin memerdekakan diri dari kekuasaan Islam di
Abbasiyah.

3[4] Ibid, hal. 27

4[5] Ibid, hal. 28

5[6] Ibid, hal.28


Dalam konteks hubungan antaragama, perang salib meninggalkan trauma yang
mendalam antara Islam dan Kristen sampai sekarang. Akibatnya Negara-negar barat masih
membenci Islam.

       Persaingan antar bangsa


Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia.
Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani
Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri,
dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Stryzewska, ada dua
sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama,
sulit bagi orang-orang Persia daripada orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah.
Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-orang Arab sendiri
terpecah belah dengan adanya ‘ashabiyyah kesukuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah
tidak ditegakkan di atas ashabiyyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia, tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah
dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu, bangsa Arab beranggapan
bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka
menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi
bebrbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syiria, Irak, Persia, Turki, dan India.
Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran
yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, di
samping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan
gerakkan syu’ubiyah.
Fanatisme kebangsaan ini tampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara
itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakkan baru. Budak-budak bangsa Persia atau
Turki dijadikan pegawai tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Banni
Abbas, mereka dianggap sebagai hamba. Sistem perbudakkan ini telah mempertinggi
pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena jumlahnya dan kekuatan mereka yang besar,
mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas
rakyat berdasarkan kekuatan khalifah.
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan
sejak awal khilafah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi,karena para khilafah adalah oang –orang
kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah
Al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tak
terbendung lagi. Sejak itu kekuatan Banni Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan
berada ditangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa
Persia, pada periode ketiga, dan selanjutya beralih kepada dinasti Seljuk pada periode
keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.6[7]

       Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan
kemunduran dibidang politik. Pada periode pertama, pemerintah Banni Abbas merupakan
pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-
Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-kharaja,
semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun,
sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu
disebabkan oleh makin menyempintnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan
6[7] Badri Yatim , Sejarah Kebudayaan Islam,(Jakarta,PT Rajawali Pes,2014) hal.81-82
yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak, dan banyaknya dinasti-dinasti
kecil yang memerdekakan diri dan dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan, pengeluaran
membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin
mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit.
Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah,
kedua faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.

     Konflik keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita
orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme. Munculnya gerakan
yang dkenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Manshur
berusaha keras memberantasnya. Al-Mahdi bahkan merasa perlu mendirikan jewatan khusus
untuk mengawasi kegiatan orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan tujuan
memberantas bid’ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik
antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat
sederhana seperti, polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang
menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh
konflik bersenjata itu.
Pada saat ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung dibalik ajaran Syi’ah,
sehingga banyak aliran Syi;ah yang dipandang Ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang
oleh penganut Syi’ah sendiri. Aliran Syi’ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam
Islam yang berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara keduanya, sering terjadi konflik
yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil misalnya, memerintahkan
agar makam Hussein di Karbela dihancurkan. Namun, anaknya Al-Muntashir (861-862 M),
kembali memperkenankan orang Syi’ah menziarahi makamnya Husein tersebut. Syi’ah
perah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih dari seratus tahun.
Dinasti Idrisiyah di Maroko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi’ah yang
memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.
Kehadiran golongan Mu’tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat
bid’ah oleh golongan salaf. Perselisihan antara dua golongan ini dipertajam oleh Al-ma’mun,
khalifa ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadiakan Mu’tazilah sebagai
mazhab resmi negara dan melakukan mihnah. Pada masa Al-Mutawakkil (847-861), aliran
Mu’tazilah di batalkan sebagai aliran negara dan golongan salaf kembali naik daun. Tidak
tolerannya pengikut hanbali itu (salaf) terhadap Mu’tazilah yang rasional telah menyempitkan
horizon intelektual.
Aliran Mu’tazilah bangkit kembali pada masa dinasti Buwaih. Namun, pada masa dinasti
Seljuk yang menganut aliran Asy’ariyah, pengikiran golongan Mu’tazilah mulai dilakukan
secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy’ariyah tumbuh subur dan berjaya.
Pikiran-pikiran Al-Ghazali yang mendukung aliran ini menjadi ciri utama paham
Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan
bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam, konon sampai sekarang.
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan :“ Agama
Muhammad Saw. Seperti juga agama Isa as., terkeping-keping oleh perpecahan dan
perselisihan dari dalam perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak mungkin
ada kepastiannya dalam suatu yang kehidupan yang mempunyai akhir, selalu menimbulkan
kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan
mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia. Soal kehendak bebas
manusia telah menyebabkan kekacauan yang rumit dalam Islam. Pendapat bahwa rakyat dan
kepala agama mustahil berbuat salah. Menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga.

     Ancaman dari luar


Apa yang disebut diatas adalah faktor-faktor internal. Disamping itu, ada pula faktor-
faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama,
perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak
korban. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Namun, diantara
komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik
dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib itu.
Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa
Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak
dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi
dengan orang-orang Mongol yang anti-Islam itu diperkeras di kantong-kantong ahl al-kitab.
Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki
Yerussalem.

C. KERAJAAN-KERAJAAN YANG MENGALAMI KEHANCURAN


a. Kerajaan Mamalik di Mesir
Kata Mamalik adalah adalah bentuk jamak dari kota ”Mamluk” yang berarti budak.
Kerajaan atau Dinasti Mamalik didirikan oleh para budak yang berasal dari tawanan
penguasa Dinasti Ayyubiah. Mereka dididik dan dijadikan tentara untuk dijadikan pengawal
kerajaan. Pada masa Al Malik Al Salih, penguasa Ayyubiah terakhir, kaum Mamalik ini
mendapat hak-hak yang istimewa sebagai mana yang lainnya. Karena khawatir hak-haknya
ini dirampas oleh Turansyah (putra Al Malik Al Salih), setelah ia naik tahta, maka pada tahun
1250 M pimpinan Mamalik, Aybak dan Baybars, membunuh Turansyah. Pemerintahan
kemudian dikendalikan oleh istri Al Malik Al Salih, Syajarah Al-Durr yang semula juga
berasal dari kaum Mamalik. Namun Syajarah Al Durr kemudian dibunuh oleh Aybak. Aybak
semula mengangkat Musa sebagai penguasa Ayyubiah secara formal, meskipun
pengendalinya tetap Aybak, Musa akhirnya dibunuh juga oleh Aybak dan dia menjadi
penguasa resmi Dinasti Mamalik di Mesir.
Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Kemudian ia digantikan anaknya
yang masih muda, Ali (tahun 1259 M), Ali mengundurkan diri dan digantikan oleh wakilnya,
Qutuz. Pada waktu Qutuz berkuasa, Baybars pulang ke Mesir setelah mengasingkan diri ke
Syiria, karena tidak senang dengan Aybak. Qutuz dan Baybars pernah bersama-sama
memimpin pasukan dalam melawan tentara Mongol di Ain Jalut tahun 1260 M dan berhasil
mengusirnya. Berkat kemenangan ini, Dinasti Mamalik dapat menguasai dinasti-dinasti kecil
di sekitarnya. Setelah Qutuz meninggal dunia,  Baybars diangkat menjadi Sultan Mamalik
(1260-1277 M). Dari 47 Sultan yang ada, Baybarslah yang merupakan Sultan Mamalik yang
termasyhur.

b. Kerajaan Usmani di Turki


Kerajaan Usmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dibawah pimpinan Ertogrul, bangsa ini mengabdikan
diri kepada Sultan Alaudin II, seorang Sultan dari Turki Seljuk yang sedang berperang
melawan Bizantium. Atas bantuan mereka Sultan Alaudin mendapat kemenangan atas
Bizantium. Atas jasa baik mereka, sultan kemudian menghadiahkan sebidang tanah di Asia
Kecil yang berbatasan dengan Bizantium yang selanjutnya dijadikan daerah kekuasaan
mereka.
Tahun 1289 M Ertogrul meninggal dunia dan digantikan oleh putranya, usman. Usman
ini yang kemudian dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah hingga
tahun 1326 M. Ia banyak membantu sultan Alaudin II dalam melaawan Bizantium. Setelah
Sultan meninggal, Usman menyatakan diri merdeka dan berkuasa penuh di daerah-daerah
yang didukinya. Sejak inilah kerajaan Usmani dinyatakan berdiri dan Usman diangkat
sebagai pemimpin pertamanya.
Setelah Utsman I mengumumkan berdirinya Kerajaan Turki Usmani pada tahun 1300 M,
setapak demi setapak,wilayah kerajaan diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan
Bizantium dan menaklukkan Kota Broissa pada tahun 1317 M. Pada tahun 1326 M, Kota
Broissa dijadikan sebagai ibukota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (1326 M-1359
M),Kerajaan Turki Usmani menaklukkan Izmir ( Smirna ) tahun 1327 M, Tawasyanli (1330
M), Iskanderun (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M).
Usman yang biasa dikenal sebagai Usman I berusaha memperluas daerah kekuasaan
Kerajaan Usmani. Usaha ini dilanjutkan oleh Orkhan (1326-1359). Murad I (1359-1389) dan
Bayazid I (1389-1403). Ekspansi ini sempat terhenti beberapa lama karena serangan Timur
Lenk ke Ankara.
Setelah Timur Lenk meninggal dunia pada tahun 1405 M, Mongol terpecah dan dikuasai
oleh anak-anaknya yang saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Kerajaan Turki
Usmani untuk melepaskan diri dari kerajaan Mongol. Setelah sepuluh tahun perebutan
kekuasan terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha
Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-
dasar keamanan dalam negeri. Usaha ini diteruskan oleh Murrad II ( 1421-1451 M ) sehingga
Kerajaan Turki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada masa Muhammad II yang
bergelar Muhammad Al-Fatih ( 1451-1481 M ).
Prestasi utama Sultan Muhammad Al-Fatih adalah keberhasilannya menaklukkan
Konstantinopel pada tahun 1453 M. Terbukanya Konstantinopel sebagai benteng pertahanan
terkuat Kerajaan Bizantium memudahkan arus ekspansi Kerajaan Turki Usmani ke Benua
Eropa. Akan tetapi, ketika Sultan Salim I ( 1512-1520 M ) naik tahta ia mengalihkan
perhatian ke arah timur dengan menaklukkan Persia, Suriah dan Mesir. Usaha Sultan Salim I
ini dilanjutkan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni ( 1520-1566 M ). Ia tidak mengarahkan
ekpansinya ke salah satu arah timur dan barat, tetapi seluruh wilayah yang berada disekitar
Turki Usmani menjadi objeknya. Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrade,Pulau
Rodes, Tunis, Budapest, dan Yaman di Asia,Mesir, Libia,Tunisia, Aljazair di
Afrika,Bulgaria, Yunani, Yugoslavia,Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi Kerajaan Turki Usmani diikuti kemajuan-
kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan. Bidang-bidang ini adalah militer,pemerintahan,
ilmu pengetahuan, budaya dan agama.
1.    Bidang Militer
Untuk pertama kali , kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan
teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa.Pembaruan yang dilakukan Orkhan adalah
disamping memindahkan pimpinan-pimpinan militer juga merombak prajurit-prajurit dalam
keanggotaan.Bangsa-bangsa non Turki dimasukkan sebagai anggota. Bahkan anak-anak
Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan
prajurit. Progam ini berhasil membentuk pasukan baru yang disebut pasukan Jenissari atau
Inkisyariah. Pasukan inilah yang membuat Kerajaan Turki Usmani memiliki mesin perang
yang sangat kuat dan memberikan dorongan yang sangat besar dalam penaklukkan negeri-
negeri nonmuslim.

2. Bidang Pemerintahan
Dalam struktur pemerintahan, sultan merupakan penguasa tertinggi. Ia dibantu oleh Sadr
Al-Azam ( perdana menteri )yang membawahi Pasya ( gubernur ). Gubernur mengepalai
daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang Az-Zanaziq atau Al-’Alawiyah
( bupati )
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara. Sultan Sulaiman I menyusun sebuah kitab
undang-undang ( Qanun ).Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur yang menjadi dasar
hukum di Kerajaan Turki Usmani hingga datangnya reformasi pada abad ke-19. Berkat
jasanya tersebut, Sultan Sulaiman I mendapat gelar al-Qanuni.

3. Bidang Budaya
Kebudayaan di wilayah Turki Usmani merupakan perpaduan berbagai macam
kebudayaan, di antaranya kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia
mereka banyak mengambilajran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja.
Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Ajaran-ajaran
prinsip-prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan,keilmuan dan huruf mereka terima dari
bangsa Arab.

4. Bidang Ilmu Pengetahuan


Sebagai bangsa yang berdarah militer, Kerajaan Turki Usmani lebih banyak
mengfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran.Dalam bidang ilmu pengetahuan
mereka tidak begitu menonjol. Oleh karena itu, dalam khasanah intelektual Islam, kita tidak
menemukan ilmuwan terkemuka dari Kerajaan Turki Usmani. Meskipun demikian, mereka
banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan
masjid yang indah, seperti Masjid al-Muhammadi atau Masid Jami’ Sultan Muhammad al-
Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abu Ayyub al-Ansari. Masjid-masjid tersebut
dihiasi kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya
adalah masjid yang berasal dari sebuah gereja bernama Aya Sofia.
Sulaiman al-Qannuni juga membangun masjid, sekolah,rumah sakit, gedung,makam,
jembatan,saluran air, vila, dan pemandian umum di berbagai kota. Menurut sebuah sumber
235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinasi Sinan, seorang arsitek dari
Anatolia.

5. Bidang Agama
Agama mempunyai peranan besar di bidang sosial dan polotik   dalam tradisi masyarakat
Turki. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama. Kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu, ulama
memiliki tempat tersendiri serta berperan besar dalam pemerintahan dan kehidupan
masyarakat. Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi berwenang memberi fatwa resmi
atas segala permasalahan yang dihadapi msyarakat. Tanpa legitimasi mufti, keputusan hukum
kerajaan tidak dapat berjalan.
Pemerintah Kerajaan Turki Usmani berlangsung selama tujuh abad. Kerajaan ini mulai
lemah setelah berakhirnya kekuasaan Sultan Sulaiman al-Qanuni. Penyebab mundurnya
Kerajaan Turki Usmani adalah :
a)      Pada umumnya sultan yang menggantikan tidak mempunyai wibawa dan lemah dalam
memimpin negara.
b)      Banyaknya keluarga  sultan hidup dalam kemewahan sehingga memboroskan keuangan
negara. Kondisi ini menyebabkan beberapa wilayah Kerajaan Turki Usmani satu per satu
lepas. Aljazair dan Tunisia direbut Prancis tahun 1830 M, Afrika Utara direbut Italia tahun
1911 M, dan Mesir direbut Inggris tahun 1917 M.
c)      Makin majunya negara-negara Eropa akibat adanya revolusi industri di Inggris, selain itu
peran Turki Usmani sebagai penghubung perdagangan antara Barat dan Timur melemah,
dengan ditemukannya Tanjung Harapan.

c. Kerajaan Mugal di India


Peranan umat Islam India dalam penyebarluasan agama Islam dapat dilihat dalam empat
periode yaitu sebelum kerajaan Mugal (705-1526 M), periode Mugal (1526-1858 M), periode
masa penjajahan Inggris (1858-1947 M), dan periode negara India sekuler (1974-sekarang).
Kerajaan Mugal didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, keturunan Jengiz Khan
bangsa Mongol pada tahun 1526 M. kerajaan Mugal berpusat di Delhi (India).
Kerajaan Mugal diperintah secara silih berganti oleh 15 raja (sultan). Sultan pertama
kerajaan Mugal adalah Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M) dan Sultan terakhirnya
adalah Sultan Bahadur Syah II (1837-1858 M). Kerajaan Mugal mencapai puncak
kejayaannya tatkala diperintah oleh Akbar Syah II (1556-1605 M), Jahangir atau Nuruddin
Muhammad Jahangir (1605-1627 M), Sultan Jihan (1627-1658 M) dan Aurangzeb atau
Alamgir I (1658-1707M).
Pada masa pemerintahan Akbar, kerajaan Mugal mencapai keemasannya. Akbar
menerapkan polotik sulakhul ( toleransi universal ), yaitu politik yang menekankan kesamaan
derajat rakyat India. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Mantapnya stabilitas politik pada masa pemerintahan Akbar membawa kemajuan dalam
berbagai bidang, seperti ekonomi,pertanian, seni dan budaya. Dalam bidang ekonomi
kerajaan Mugal mengembangkan pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Meskipun
demikian , sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian.
Hasil pertanian Kerajaan Mugal yang terpenting adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu,
sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila dan bahan-bahan celupan.
Di samping untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian juga di ekspor ke
Eropa, Arab, Afrika, dan Asia Tenggara. Sementara itu, hasil kerajinan seperti pakaian tenun
dan kain diproduksi di Gujarat dan Bengal. Untuk meningkatkan produksi, Jahangir
mengijinkan Ingris ( 1611 M ) dan Belanda ( 1617 M ) mendirikan pabrik pengolahan hasil
pertanian di Surat.
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang.
Karya seni terbesar yang dicapai Kerajaan Mugal adalah karya-karya arsitektur yang indah
dan mengagumkan. Sebagai contoh adalah Istana Fathpur Sikri yang dibangun Akbar di Kota
Sikri serta Taj Mahal yang dibangun Syeh Jehan.
Setelah Aurangzeb meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh raja-raja yang lemah. Di
pihak lain, pada pertengahan abad ke-18 M, Inggris sudah melakukan penjajahan di India.
Pada tahun 1761 M, Inggris mulai menguasai sebagian wilayah kerajaan Mugal. Pada tahun
1858 M, Bahadur Syah II diusir Inggris dari istananya dan berakhirnya kekuasaan Bahadur
Syah II menandai berakhirnya Kerajaan Mugal.

d. Kerajaan Safawi di Persia ( sekarang Iran )


Kerajaan Safawi semula berasal dari sebuah gerakan tarekat yang diberi nama tarekat
Safawiyah. Tarekat ini berdiri di sebuah kota di Azerbaijan yang bernama Ardabil. Nama
Safawiyah diambil dari nama pendiri tarekat yaitu Safi Al Din ( 1252-1334 M ).
Kerajaan Safawi didirikan oleh Syah Ismail Syafawi ( Ismail I ) pada tahun 1501 M di
Tabriz. Beliau berkuasa pada tahun 1501 – 1524 M yang wilayah kekuasaannya di sebelah
barat berbatasan dengan kerajaan Usmani ( Ottoman ) di Turki dan di sebelah timur
berbatasan dengan kerajaan Islam Mogul di India.
Setelah pemerintahan Syah Ismail Safawi berakhir. Silih berganti sultan-sultan Kerajaan
Safawi melanjutkan pemerintahannya hingga sebanyak 17 sultan.
Kerajaan Safawi mencapai puncak kejayaannya tatkala diperintah oleh Syah Abbas
(1858 – 1628 M). Beliau berjasa mempersatukan seluruh Persia, mengusir Portugis dan
kepulauan Hormuz, dan nama pelabuhan Gumran diubah menjadi Bandar Abbas ( sampai
sekarang ).
Setelah Syah Abbas berakhir dan digantikan oleh sultan-sultan berikutnya, kedudukan
kerajaan Safawi menjadi lemah. Kelemahan kerajaan Safawi antara lain disebabkan adanya
perebutan kekuasaan.
Selanjutnya Persia diperintah oleh Dinasti Zand (1759 – 1794), Dinasti Qajar (1794 –
125), Dinasti Pahlevi (1925 – 1979). Kemudian sejak tanggal 11 Februari 179, melalui
revolusi Islam yang dipimpin oleh ulama terkenal Ayatullah Komeini ( 1900 1989 M ).
Sistem kerajaan yang ribuan tahun berkuasa, dihapus dan diganti dengan sistem republik
(demokrasi) dengan nama “Jumhuri ye Eslami-ye Iran” ( Republik Islam Iran ) dan dengan
presiden pertamanya Abdul Hassan Bani Sadr.
Pada waktu kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam di berbagai wilayah dari benua Asia
dan Afrika dalam keadaan lemah, sebaliknya di wilayah Eropa justru dalam keadaan kuat dan
maju khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi baru.
Salah satu penyebab bangsa Eropa kuat dan maju adalah pengaruh baru dunia Islam.
Pada awalnya bangsa Eropa mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dari umat Islam
pada periode klasik ( periode kejayaan dan keemasan umat Islam ) seperti ilmu kedokteran,
ilmu sejarah, ilmu pertambangan dan ilmu kimia. Ilmu-ilmu tersebut kemudia mereka dalami
dan kembangkan sendiri sehingga berhasil memperoleh kemajuan dan kekuatan serta berhasil
melaksanakan revolusi di bidang industri.7[8]

BAB III
PENUTUP

a.      Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa masuknya serangan dari luar merupakan salah satu yang
menyebabkan kemunduran Islam pada saat itu. Serangan yang dilakukan oleh Hulagu Khan
diberbagai daerah yang bisa melemahkan daripada kerajaan Islam hingga mengalami
keruntuhan. Kemunduran Islam itupun terjadi karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhinya, seperti dibidang Ekonomi yaitu dengan melemahnya ekonomi hingga
melemahkan daripada khilafah pada saat itu, terjadinya desintegritas umat Islam yang
membuat perpecahan diinternal umat Islam, krisis politik ditandai dengan pemimpin yang
tidak mengamalkan ajaran agama, krisis pengetahuan seperti yang terjadi pada kerajaan Turki
Utsmani dengan minimnya pengetahuan yang menyebabkan kemunduran kerajaan Turki
Utsmani pada saat itu, dan krisis keagamaan. Maka, secara keseluruhan yang membuat Islam
runtuh dikarenakan runtuhnya khilafah yang telah diambil alih oleh pihak lain.

b.      Saran
Saran saya kiranya untuk menambah wawasan mahasiswa, dosen memberikan judul
buku atau nama pengarangnya siapa sebagi referensi mahasiswa. Dengan demikian
mahasiswa sangat kemungkinan kecil membuat makalah dengan mengcopy paste di Internet.

7[8] http://pendidikan-agama-islam-sma.blogspot.com/2015/11/perkembangan-islam-pada-abad.html
DAFTAR PUSTAKA

Falahuddin,dkk, Kuliah Kemuhammadiyahan, LP2I, Mataram.2015

Yatim Badri , Sejarah Kebudayaan Islam, PT Rajawali Pes, Jakarta. 2014

Natta Abbudin, studi islam komperehensif, Kencana, Jakarta. 2011

http://pendidikan-agama-islam-sma.blogspot.com/2015/11/perkembangan-islam-pada-

abad.html

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Pada tahun 1250-1500 M, merupakan babak di mana umat Islam yang berada di sekitar
Timur Tengah mendapat berbagai cobaan baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar
misalnya serangan dari Timur Lenk dan juga Hulagu Khan yang kesemuanya merupakan satu
keturunan yaitu bangsa Mongol. Dari dalam atau intern yaitu merupakan masa disintegrasi,
konflik antara sunni dan syi’ah yang semakin menajam serta munculnya gerakan-gerakan
fanatik terhadap bangsa Arab.
Akan tetapi berlainan dengan apa yang terjadi di kawasan Afrika Utara atau Mesir,
Dinasti Mamalik yang berkuasa di sana berhasil berhasil selamat dari serangan-serangan dari
bangsa Mongol. Sehingga peradaban Islam yang mungkin terputus karena saat itu Baghdad
yang merupakan pusat peradaban Islam telah dihancurkan oleh bangsa Mongol, dapat terus
berkembang walaupun di tempat yang berbeda. Penyebabnya adalah banyak ilmuwan yang
melarikan diri ke Mesir dan di sana pemerintah yang berkuasa juga memperhatikan
perkembangan ilmu pengtahuan dan sebagainya. Dengan demikian perkembangan peradaban
dari masa periode klasik tidak terputus dan terus berlanjut oleh dinasti Mamluk di Mesir

B.     Rumusan masalah


Dari paparan diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah
1.      Fase-fase kemunduran Islam
2.      Penyebab kemunduran dan kehancuran Islam
C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui Fase-fase kemunduran Islam
2.      Untuk Mengetahui Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Fase-Fase Kemunduran Islam


Disebut masa kemunduran karena masa-masa ini dunia Islam dalam proses penghancuran
oleh bangsa Mongol dibawah pimpinan Jengiskan dan keturunannya serta Timur Lenk yang
juga masih keturunan bangsa Mongol.
masa kemunduran ini dapat dibagi ke beberapa fase lagi, yaitu:
1.      Serangan Mongol oleh Dinasti Jengiskhan
Bangsa Mongol ini berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari
Asia tengah sampai ke Siberia utara, Tibet selatan dan Manchuria barat serta Turkistan timur.
Mereka mempunyai watak yang kasar, suka berperang, pengembara dan berani menghadapi
maut untuk mencapai keinginannya, dan kebringasannya dalam menentang musuh-
musuhnya. Jengiskhan menganut agama Syamaniah, menyembah bintang-bintang dan sujud
kepada Matahari yang sedang terbit. Raja-raja keturunannya yang masih menganut agama
Syamaniyah ialah Hulagukhan sampai raja yang ke VI.Sedangkan mulai dari raja yang VII
(Mahmud Ghazan) sampai raja-raja selanjutnya adalah pemeluk Islam. Dinasti Jengiskhan ini
dikenal dengan dinasti Ilkhan, yaitu gelar yang diberikan kepada Hulagukhan.
Daerah-daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia kecil di
barat dan India di timur.Kedatangannya ke dunia Islam diawali dengan ditaklukkannya
wilayah-wilayah kerajaan Transoxania dan Khawarizm 1219 M; kerajaan Ghazna pada tahun
1221 M, Azarbaizan pada tahun 1223 M. dan Saljuk di Asia kecil pada tahun 1243 M. Kota
Bagdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui
tentara Mongolia tersebut.
Pada tahun 1258 M inilah  kota Baghdad jatuh ke tangan bangsa Mongol dan mengakhiri
khilafah Abbasiyah di sana, juga merupakan awal kemuduran politik dan peradaban Islam.
Karena pada masa itu Baghdad merupakan pusat kebudayaan dan merupakan kawasan yang
kaya akan khsanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan
Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.
Kejatuhan Baghdad ini tidak semata-mata karena faktor ekstern, tetapi juga karena faktor
intern yang telah meruntuhkan khilafah Abbasiyah di sana. Faktor intern itu antara lain
adanya perpecahan yang ditandai dengan lepasnya daerah kekuasaan yang kemudian
membentuk kerajaan kecil-kecil, hal tersebut berdampak pada lemahnya kekuatan ekonomi
yang juga timbul karena adanya korupsi dan keinginan untuk hidup mewah dikalangan
penguasa, dan faktor-faktor lainnya.
Dari Bagdad pasukan Mongolia menyebrangi sungai Eufrat menuju Syria, kemudian
melintasi Sinai. Pada tahun 1260 M. mereka berhasil menduduki Nablus dan Gaza. Begitu
pula daerah-daerah lain yang dilaluinya dapat ditaklukkan kecuali Mesir. Tentara Kerajaan
Mamluk yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dapat memukul mundur pasukan Mongolia
dalam sebuah pertempuran di ‘Ain Jalut tanggal 13 September 1260 M.
Demikianlah kondisi dunia arab, terutama Baghdad dan sebagian besar derah-daerah
kerajan Islam lainnya dikuasai oleh bangsa Mongolia selama kurang lebih 85 tahun dibawah
perintah dinasti Ilkhan, yang tentunya kehadiran mereka lebih banyak membawa kehancuran
dan kemunduran dunia Islam.
Dari sekian banyak penguasa dinasti Ilkhan ada yang peduli terhadap pembangunan
kembali peradaban yang telah diahncurkannya itu. Diantaranya adalah Mahmud Ghazan
(683-703 /1295-1304), raja Ilkhan pertama yang beragama Islam. Dia seorang pelindung ilmu
pengetahuan dan sastra. Ia amat menggemari kesenian terutama arsitektur dan ilmu
pengetahuan alam, seperti astronomi, kimia, mineralogy, Metalurogi dan botani.[3] Ia
membangun semacam biara, perguruan tinggi untuk mazhab Syafi’i dan Hanafi, sebuah
perpustakaan , observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya.
Mahmud Ghazan diganti oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu (1304-1317 M) seorang
penganut syi’ah yang ekstrim. Ia mendirikan kota raja Sulthaniyah dekat Zanjan. Pada masa
pemerintahan Abu Sa’id (1317-1335 M) pengganti Muhamad Khudabanda, terjadi bencana
kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan disertai hujan es yang mendatangkan
malapetaka. Kerajaan Ilkhan sepeninggal Abu Sa’id menjadi terpecah belah. Masing-masing
pecahan saling memerangi . Akhirnya mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.
2.      Serangan Dinasti Timur Lenk
Belum sempat bangkit dari kejatuhan, seabad kemudian malapetaka yang tidak kalah
dahsyatnya kembali terjadi. Penyerangan kali ini yang  dipimpin oleh Timur Lenk atau Timur
si Pincang ke dunia Islam tidak kurang membawa kehancuran , bahkan ia lebih kejam
daripada Jengiskan atrau Hulagukhan. Berbeda dengan Jengiskan atau Hulagukhan yang
masih menganut kepercayaan Syamaniah, Timur Lenk ini sudah menganut agama “Islam.”
Pada tanggal 10 April 1370 M. Timur Lenk memproklamirkan diri sebagai penguasa
tunggal di Tranxosiana. Ia berencana untuk menaklukkan daerah-daerah yang pernah
dikuasai oleh Jengiskhan. Ia berkata : “Sebagaiamana hanya ada satu Tuhan di alam ini ,
maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja.”Pada tahun 1381 M, ia menaklukkan
Khurasan, terus ke Afganistan, Persia, Fars dan Kurdistan.
            Di setiap negeri yang ditaklukkannya ia mengadakan pembantaian besar-besaran
terhadap siapa saja yang menghalangi rencananya, misalnya di Afganistan ia membangun
menara yang disusun dari 2000 mayat yang dibalut dengan batu dan tanah liat; Di Iran ia
membangun menara dari 70000 kepala manusia yang sudah dipisahkan dari badannya; Di
India ia membantai lebih dari 80000 tawanan; Di Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara
Armenia dikubur hidup-hidup.Pada tahun 1401 M. ia memasuki daerah Syria bagian utara.
Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan. Kepala dari 20000 penduduk dibuat Pyramid
setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap ke luar.
Banyak bangunan, seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanky
dari Ayyubi dihancurkan. Demikian pula Damaskus dikuasainya, sehingga masjid Umayah
yang bersejarah mengalami kerusakan berat. Setelah itu serangan diteruskan ke Baghdad, dan
membantai 20000 penduduknya. Dari mayat-mayat tersebut ia membuat 120 menara sebagai
tanda kemenangan. Timur lenk berambisi juga untuk menguasai kerajaan Usmani di Turki,
karena kerajaan ini banyak menguasai daerah-daerah bekas imperium Jengiskan dan
Hulagukhan.
 Pada tahun 1402 M. terjadi pertempuran yang sangat hebat di Ankara. Tentara Usmani
mengalami kekalahan. Sultan Usmani (Bayazid I) sendiri tertawan dan mati dalam tawanan.
Setelah itu Timur Lenk kembali ke Samarkhand. Ia berencana mengadakan invasi ke Cina,
Namun di tengah perjalanan ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya pada
usia 71 tahun. Tepatnya tahun 1404 M. dan mayatnya di bawa ke samarkhand.
 Sekalipun Timur Lenk ini terkenal sangat ganas dan kejam, tetapi Timur Lenk adalah
sosok yang bisa dibilang saleh  ia sempat memperhatikan pengembangan Islam. Konon ia
penganut Syi’ah yang ta’at dan menyukai tarekat Naqsyabandiyah. Dalam setiap
perjalanannya ia selalu mengikutsertakan para ulama, sastrawan dan seniman. Ia sangat
menghormati para ulama. Walaupun terkadang ia memaksakan suatu fatwa kepada ulama
agar memperbolehkan apa yang dilakukannya.

3. Dinasti Mamluk di Mesir


Satu-satunya penguasa Islam yang dapat memukul mundur tentara Mongolia
(Hulagukhan) ialah tentara Mamluk yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dibawah
pimpinan Sulthan Baybars (1260-1277) sebagai Sulthan yang terbesar dan termasyhur serta
dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamluk di Mesir.
            Dinasti Mamluk berkuasa sejak tahun 1250 M. menggantikan dinasti Al Ayyubi
dan berakhir tahun 1517 M. Karena dapat menghalau tentara Hulagukhan, Mesir terhindar
dari penghancuran, sebagaimana dialami di dunia Islam lain yang ditaklukkan oleh
Hulagu.Dinasti Mamluk ini mengalami kemajuan diberbagai bidang. Kemenangannya
terhadap tentara Mongolia menjadi modal dasar untuk mengusai daerah-daerah sekitarnya.
Banyak penguasa-penguasa kecil menyatakan setia kepada dinasti ini. Dinasti ini juga dapat
melumpuhkan tentara Salib di sepanjang laut tengah.
            Di bidang politik atau pemerintahan, pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki
militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M) menerapkan
pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa hanya empat tahun, karena
kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297 M). Sistem pemerintahan oligarki ini
banyak mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan amir menjadi sangat penting. Para
amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka merupakan kandidat sultan.
 Dalam bidang ekonomi, ia membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Italia,
terutama setelah kejatuhan Baghdad oleh tentara Timur Lenk, membuat Kairo menjadi kota
yang sangat penting yang menghubungkan jalur perdagangan antara Laut merah dan laut
tengah dengan Eropah. Hasil pertanian juga meningkat.
Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal
Baghdad dari serangan tentara Mongolia. Karena itu ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir,
seperti sejarah, kedokteran,astronomi,matematika, dan ilmu agama.
1.      Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibnu Khalikan, Ibnu Taghribardi, dan
Ibnu Khaldun.
2.      Di bidang astronomi dikenal nama Nasir al-Din al –Tusi. Di bidang matematika Abu al Faraj
al –‘Ibry.
3.      Dalam bidang kedokteran: Abu Hasan ‘Ali al-Nafis penemu susunan dan peredaran darah
dalam paru-paru manusia, Abdul Mun’im al-Dimyathi seorang dokter hewan, dan al- Razi,
perintis psykoterapi.
4.      Dalam bidang Opthalmologi dikenal nama Salah al-Din Ibnu Yusuf.
5.      Dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Ibnu Taimiyah, seorang pemikir reformis
dalam Islam, al Sayuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Ibnu Hajar al-Asqalani
dalam Ilmu Hadits dan lain-lain.
6.      Dalam bidan arsitektur. Mereka membangun bangunan-bangunan yang megah seperti
sekolah-sekolah, masjid-masjid, rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan
menara masjid.
Kerajaan Mamluk ini berakhir tahun 1517 disebabkan banyaknya panguasa yang
bermoral rendah, suka berfoya-foya dan ditambah dengan datangnya musim kemarau panjang
dan berjangkitnya wabah penyakit. Dilain pihak munculnya kekuatan baru, yaitu kerajaan
Turki Usmani yang kemudian dapat memenangkan perang melawan tentara Mamluk .
Kemudian Mesir ini dijadikan salahsatu propinsi kerajaan Usmani di Turki.
4. Spanyol
Pada abad pertengahan ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti Bani
Ahmar (1232-1492 M) yang merupakan kekuatan Islam terakhir di Spanyol seteleh kurang
lebih 7 abad setengah lamanya menguasai wilayah ini. Kota-kota lain seperti Cordova telah
jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1238 M, Sevilla lepas pada tahun 1248 dan akhirnya
Granada juga jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1492 M.
Hal ini disebabkan karena terjadinya perpecahan diantara umat Islam terutama orang-
orang Istana dalam memperebutkan kekuasaan. Dilain pihak umat Kristen berhasil
mempersatukan diri. Abu Abdullah sebagai khalifah terakhir tidak mampu lagi membendung
serangan-serangan kristen yang dipimpin oleh Ferdinand dan Isabella, dan akhirnya dia
menyerahkan diri, dan dia sendiri hijrah ke Afrika utara.
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol. Umat Islam setelah itu,
dihadapkan kepada dua pilihan, masuk keristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun
1609 M. boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini. Dunia Islam mengalami
kehancuran setelah Khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh, dan baru mengalami kemajuan
kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani di Turki,
Mughal di India dan Safawi di Persia yang akan dibahas pada makalah selanjutnya.
B.     Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Islam
Beberapa penyebab kemunduran dan kehancuran Umat Islam di Spanyol di antaranya
konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak
jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.
1.      Konflik Islam dengan Kristen
      Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah
merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan
membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki
tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam
telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan
kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan
Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam
sedang mengalami kemunduran.
2.      Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
      Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang
sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus,
orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai
abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu,
suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab
yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar
terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi
yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi
personifikasi ideologi itu.
3.      Kesulitan Ekonomi
    Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina
perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan
menpengaruhi kondisi politik dan militer
4.      Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
    Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan
pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella,
diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5.      Keterpencilan
    Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian,
tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ada banyak perilaku yang patut diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap
sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan khususnya pada masa kemunduran,yakni:
1.      Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan
kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tidqak
terulang lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain untuk
memundurkan peran kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun politik. Oleh
karena itu, umat Islam hendaknya mampu mengubah tata kehidupannya yang seimbang
antara kepentingan duniawi dan ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan
keislamannya melalui rujukan Al Qur’an dan Hadis.
2.      Umat Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh tertinggal
dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam, tetapi
kemudian mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat islam
3.      Keberadaan cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad pertengahan seperti Ibnu
Sina, Al Farabi, dan Ibnu Rusyd haurs menjadi inspirasi dan inovasi bagi uamt Islam untuk
terus mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan cita-cita perjuangan tokoh-tokoh
muslim pada abad pertengahan tersebut sehingga Islam mampu membawa rahmat bagi
seluruh dunia.
B.     Saran
Demikian makalah ini kami susun dengan segala kemampuan dan keterbatasan kami.
Maka dari itu, kritik dan saran selalu kami tunggu demi perbaikan. Dan semoga makalah ini
mudah difahami dan bermanfaat di masa yang akan datang.

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Dari sejarah kehidupan kaum muslimin pada tiga belas abad yang silam dapat kita
ketahui bahwa umat Islam adalah satu-satunya pemilik dan penguasa kemuliaan, keagungan,
keberanian, dan kehebatan serta kekuatan. Namun, bila kita beralih dari lembaran sejarah
sekarang ini, maka kaum muslimin sudah banyak mengalami kemunduran. Kurangnya
kerjasama, persaudaraan, dan kasih sayang, dan tidak lagi memiliki adab yang baik maupun
akhlak mulia, juga tidak ada lagi amal perbuatan yang baik.
Musuh-musuh kita sangat bergembira dengan kemunduran umat Islam saat ini.
Kelemahan-kelemahan kita diperlihatkan dengan terang-terangan dan kita dijadikan bahan
tertawaan. Tidak cukup sampai disitu, bahkan para pemuda kita yang telah mendapat
pendidikan gaya baru telah berani mempermainkan asas-asas agama yang suci ini dan
menentangnya, bahkan syariat yang suci ini dianggap tidak layak untuk diamalkan, sia-sia
dan tidak ada gunanya. Sungguh mengherankan, kaum yang telah membuat kenyang dunia.
Mengapa justru kehausan ? Kaum yang telah mengajarkan adab dan kebudayaan, mengapa
sekarang justru tidak beradab dan berbudaya ?
Para pendahulu kita telah mencapai kemuliaan yang sempurna, tetapi kita berada
dalam ambang kehancuran. Maka dapat diketahui derajat yang sempurna, sedangkan kita
jauh dari nikmat yang sangat besar itu, sebagaimana sabda Nabi SAW :
“Akan datang suatu zaman bahwa tidak akan tersisa Islam kecuali namanya saja dan tidak
pula Al-Qur’an kecuali tulisannya saja”.

1.2  Tujuan Penulisan


-          Agar dapat memberi pelajaran dan pengetahuan tentang bagaimana cara mengatasi
kemunduran umat Islam saat ini.
-          Sebagai bahan pembelajaran bagi kami untuk dapat menghadapi tugas-tugas pembentukan
karya ilmiah selanjutnya.
-          Untuk dapat menjadi bahan pembelajaran yang baik bagi pembaca khususnya bagi saya
sendiri.
-          Sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.

1.3  Alasan Memilih Judul


Adapun alasan penulis memilih judul “Kemunduran Umat Islam Saat Ini dan Cara
Mengatasinya” adalah karena banyaknya kenyataan-kenyataan buruk yang berakibat bagi
perkembangan-perkembangan umat islam saat ini, dan banyaknya moralitas manusia yang
sudah tidak mencerminkan sikap islami. Karena itulah penulis mengambil judul ini supaya
dapat memberikan beberapa alternatif jalan keluar kepada pembaca untuk sedikit demi sedikit
menanggulangi kemunduran saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Macam-macam Kemunduran yang Dialami Umat Islam


Dalam hal ini, Fahzur Rahman dalam bukunya Islam menjelaskan tentang macam-
macam kemunduran intelektual Islam ini sebagai berikut :
1.      Penutupan pintu ijtihad (yakni pemikiran yang orisinil dan bebas) selama abad ke 4 H/10 M
dan 5 H/11 M telah membawa kepada kemunduran umum dalam ilmu hukum dan ilmu
intelektual, khususnya yang pertama. Ilmu-ilmu intelektual yakni teologi dan pemikiran
keagamaan, sangat mengalami kemunduran dan menjadi miskin karena pengucilan mereka
yang disengaja dari intelektualisme yang sekuler dan karena kemunduran yang disebut
terakhir ini. Khususnya filsafat dan juga pengucilannya dari bentuk-bentuk keagamaan
seperti yang dibawa oleh Sufisme. Kehancuran yang dialami oleh Kota Baghdad dan Granada
sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan Islam menandai runtuhnya sendi-sendi
pendidikan dan kebudayaan Islam. Musnahnya lembaga-lembaga pendidikan dan semua buku
ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan Islam di timur dan barat dunia Islam tersebut,
menyebabkan pula kemunduran pendidikan di seluruh dunia Islam, terutama dalam bidang
intelektual dan material, tetapi tidak halnya dalam kehidupan batin spiritual.
2.      Kemunduran-kemunduran yang dialami oleh umat Islam terutama dalam bidang kehidupan
intelektual dan material ini, dan beralihnya secara drastis pusat-pusat kebudayaan dari dunia
Islam ke Eropa, menimbulkan rasa lemah dan putus asa dari kalangan kaum muslimin. Ini
telah menyebabkan mereka lalu mencari pegangan dan sandaran kehidupan yang biasa
mengarahkan mereka. Aliran pemikiran tradisionalisme dalam Islam telah mendapatkan
tempat di hati masyarakat secara meluas. Mereka kembalikan segala sesuatunya kepada
Tuhan.
3.      Dalam bidang Fiqh yang terjadi adalah perkembangan taqlid buta dikalangan umat, dengan
sikap yang hidup patalitis tersebut kehidupan mereka sangat statis, tidak ada problem-
problem baru dalam bidang Fiqh. Apa yang sudah ada dalam kitab Fiqh lama dianggapnya
sebagai sesuatu yang sudah baku, mantap dan benar, dan serta harus diikuti serta
dilaksanakan sebagaimana apa adanya.
4.      Kehidupan Sufi berkembang dengan sangat pesat. Keadaan yang frustasi dikalangan umat,
menyebabkan orang kembali kepada Tuhan (bukan hanya sekedar sikap hidup yang patalitis)
dalam arti yang sebenarnya, bersatu dengan Tuhan, sebagaimana yang diajarkan oleh para
ahli Sufi. Madrasah-madrasah yang ada dan berkembang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan
Sufi. Berkembang sebagai sistem riyadha dan jalan atau cara-cara tertentu yang
dikembangkan untuk menuntun para murid yang dikenal selanjutnya dengan istilah tariqat
keadaan yang demikian sebagaimana yang dilukiskan oleh Fazru Rahman :
Di Madrasah-madrasah yang bergabung pada khalaqah-khalaqah dan Zawiyah-zawiyah Sufi,
karya-karya Sufi dimasukkan ke dalam kurikulum yang formal khususnya di India dimana
sejak abad ke 8 H/14 M karya-karya Al-Suhrawardi (Pendiri Ordo Surahwardiyah) Ibdu Al-
Arabidan kemudian karya-karya Jami’ diajarkan tetapi sebagian besar pusat-pusat Sufi
terutama di Turki kurikulum akademik hampir semua buku-bukunya tentang Sufi. Ciri khas
dari fenomena ini adalah melimpahnya pernyataan-pernyataan Sufi yang taubat setelah
menemukan jalan yang benar.
5.      Kemunduran dan kemerosotan pendidikan dan pengembangan pada masa ini nampak jelas
dan sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran pada umumnya Madrasah-madrasah
yang ada. Dengan telah menyempitnya bidang-bidang llmu pengetahuan umum dengan
tiadanya perhatian kepada ilmu-ilmu pengetahuan keagamaan maka kurikulum pada
umumnya Madrasah-madrasah terbatas pada ilmu-ilmu keagamaan, ditambah dengan sedikit
ilmu gramatika dan bahasa sebagai alat yang diperlukan. Ilmu-ilmu yang murni tinggal dari
tafsir Al-Qur’an, Hadits, Fiqh (termasuk ushul Fiqh dan prinsip-prinsip hukum) dan ilmu
kalam atau teologi Islam.
6.      Kebekuan intelektual dalam kehidupan kaum muslimin yang diwarnai dengan
berkembangnya berbagai macam aliran Sufi yang karena terlalu toleran terhadap ajaran
mistik dari ajaran agama lain (Hindu, Budha, maupun Neo platolisme) telah memunculkan
berbagai  macam tarikat yang menyimpang jauh dari ajaran Islam. Tarikat-tarikat tersebut
dalam perkembangannya dan dalam penerimaan masyarakat menjadi agama yang popular.
Keadaan yang demikian berlangsung selama masa kemunduran kebudayan pendidikan Islam,
sampai dengan abad ke 12 H/ 18 M.

2.2  Beberapa Penyebab Kemunduran Umat Islam


Kesadaran terhadap adanya musuh membuat kita semakin peka terhadap apa yang
sebenarnya terjadi dan saat itulah kita akan terbebas dari tipu daya atau paling tidak kita
mampu mengantisipasi tipu daya yang mungkin terjadi pada diri kita yang akan
mencelakakan kita. Salah satu diantara permasalahan yang paling penting untuk disadari oleh
umat Islam khususnya pada saat sekarang ini adalah tentang Ghoswul Fikri (perang
pemikiran) yakni suatu inovasi pemikiran atau sesuatu gerakan yang sangat hebat dalam
persoalan pemikiran.
Penting kita melihat bagaimana sebenarnya kondisi umat Islam sekarang ini. Banyak
sekali kemunduran-kemunduran, khususnya pada abad-abad terakhir ini. Setelah umat Islam
dimasa-masa kejayaannya pertama dimasa Rasulullah SAW, kemudian masa para
sahabatnya. Dilanjutkan para tabiit dan tabiin sampai 7 abad berikutnya. Sampai kemudian
dilanjutkan lagi dengan peradaban di Andalus.
Jika kita melihat pada kehebatan umat Islam saat itu, lalu mengapa saat ini umat Islam
justru mengalami anti klimaks yang sangat merugikan umat Islam itu sendiri. Ini bukan
sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba, apalagi mempermasalahkan Allah dengan mengatakan
bahwa ini adalah takdir. Oleh karena itu penting sekali kita mencoba mengevaluasi,
merenungkan, mencari sebab-sebab apa sajakah yang mengakibatkan kemunduran kaum
muslimin ini. Diantara faktor-faktor tersebut adalah :
a.      Akibat Jauhnya Umat Islam dari Kitabullah dan As-Sunnah
Jauhnya umat Islam dari Kitabullah dan Sunnah Rasulnya menyebabkan salah satu yang
mengakibatkan umat Islam kini mempunyai konsep dari yang buruk sekali. Lihatlah hari ini !
berapa banyak anak-anak kita pada umur 9 tahun sudah hafal Al-Qur’an. Jangankan
menghafal, membacanya pun masih sangat jarang.  Berapa banyak anak-anak kita yang
paham bahasa Al-Qur’an ? hanya untuk belajar matematika, bahasa inggris dan ilmu lainnya
kita rela untuk mengkursuskan anak-anak kita, sedangkan untuk bahasa arab hampir tidak
terpikirkan.
Maka benar apa yang disampaikan Nabi kita Muhammad SAW dalam haditsnya :
“Akan datang pada umatku suatu zaman, bahwa yang tidak tersisa dari Islam kecuali
namanya, dan tidak tersisa dari Al-Qur’an kecuali tulisannya. Masjid mereka ramai akan
tetapi sepi dari petunjuk, ulama mereka sejelek-jelek manusia di kolong langit, darinya keluar
fitnah dan kepada mereka fitnah tersebut kembali”. (HR. Baihaqi).

b.      Taklid (Ikut-ikutan)


Karena umat tidak punya nilai, tidak memiliki prinsip-prinsip yang sangat berharga
sebagaimana yang ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, akhirnya yang mereka lakukan
adalah mencari nilai dari orang lain. Kalau sudah demikian yang terjadi, maka mereka akan
mengikuti apa saja sesuai dengan kebiasaan orang lain. Akibatnya adalah ikut-ikutan. Ini
yang pernah diantisipasi oleh Rasulullah SAW yang haditsnya :
“Sungguh kalian akan mengikuti cara-cara sunan, gaya-gaya orang-orang sebelum kalian satu
jengkal, satu hasta, satu depa, secara bertahap sehingga sampai mereka memasuki lubang
biawak sekalipun kalian akan mengikutinya”. Para sahabat bertanya, “Yahudi dan Nasrani ?”.
Jawab Rasul, “Siapa lagi kalau bukan mereka”. (HR. Bukhari).
Antisipasi ini nampaknya sudah terasa dimasa sekarang. Penyebabnya adalah umat ini
adalah kehilangan nilai. Prinsip dan tidak punya paradigma dalam hidup serta konsep hidup
tidak jelas. Padahal dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sangat kaya dengan seluruh prinsip
kehidupan manusia.

c.       Terjadinya Perpecahan di Kalangan Umat


Banyaknya organisasi-organisasi dan partai-partai umat Islam yang diakibatkan karena
umat sekarang ini tidak punya nilai konsep persatuan dan kesatuan Fikroh Pemikiran, dan
Akidah. Semua merasa dirinya benar dan tidak bersikap dewasa yaitu sikap bahwa antara
gerakan yang satu membutuhkan gerakan yang lain.

d.      Adanya Pertempuran antara Haq dan Bathil


Salah satu pelajaran berharga bagi umat Islam adalah “Perang Salib”, yang menggunakan
berbagai dimensi pertempuran, politik, ekonomi, dan perang ditataran keagamaan. Musuh-
musuh Islam menggunakan berbagai macam cara, mereka itu dari berbagai macam kelompok
yaitu orang-orang yang tidak beragama, atheis, yahudi, musyrikin, nasrani dan munafik.
Imam Syafi`i dalam tafsir Ibnu Katsir di akhir surah Al-Kafirun menyatakan : apapun
jenisnya kekufuran itu merupakan satu pokok ajaran. Mereka bersatu padu untuk membangun
satu kesepakatan dan konspirasi yang selanjutnya mereka menggunakan berbagai macam
sarana.
Beberapa ahli juga mengemukakan beberapa penyebab kemunduran dan kemerosotan
umat Islam saat ini. Diantaranya Amir Syakib Arsalan dalam kitabnya Limadzaa Ta’akkhara
Al-Muslimuuna Wa Limaadzaa Taqaddama Al-Ghayruuna. Dengan tegas beliau
mengemukakan beberapa faktor penyebab yang terbesar dan terpenting sebagai faktor
kemunduran umat Islam, yaitu :
1.      Kebodohan.
Kebodohan inilah yang menyebabkan umat Islam mudah sekali dibohongi dan diombang-
ambingkan, sebab tidak bisa membedakan mana yang merugikan dan mana yang
menguntungkan.
2.      Kerusakan budi pekerti.
Syauki Beik telah mengingatkan :
“Sesungguhnya umat-umat itu tidak lain melainkan budi pekerti. Selama budi pekerti itu
tetap ada pada sebuah umat maka umat itu tetap ada, dan jika budi pekerti itu lenyap maka
mereka pun ikut lenyap”.
3.      Kebejatan moral dan kerusakan budi pekerti para pemimpinnya.
4.      Sikap penakut dan pengecut.
Menurut Lotrop Stodart dalam bukunya “The New World of Islam” telah
mengemukakan beberapa faktor penyebab kemunduran umat Islam :
a.      Kambuhnya rasa permusuhan dikalangan umat Islam,
b.      Rusaknya ajaran Islam, akibat dari bermacam-macam penafsiran yang menyimpang dari
esensi ajaran Islam,
c.       Sikap jumud/beku yang dialami umat Islam, dengan menyelubungi ketauhidan yang telah
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan Khurafat dan Faham kesufian,
d.      Merosotnya akhlak dan kehormatan diri semua faktor di atas berlangsung tanpa rasa takut
dan malu.
Hal-hal di atas merupakan faktor-faktor penyebab bagi kemunduran umat Islam
menurut beberapa ahli yang akibatnya umat Islam diremehkan dan tidak lagi disegani oleh
umat lain. Umat Islam menduduki peringkat bawah dan hanya sebagai pengikut, bukan
sebagai pemimpin, sehingga mudah sekali dikendalikan dan diombang-ambingkan dan pada
gilirannya satu sama lain mudah di adu domba. Dan inilah yang mengakibatkan umat Islam
berantakan, tidak sempat mengejar ketertinggalan.

2.3  Cara Memperbaiki Kemunduran Umat Islam 


Jamaluddin Al-Afghani telah memberikan beberapa alternatif jalan keluar untuk
memperbaiki kemunduran kemunduran umat Islam, diantaranya adalah :
1.      Memberantas kemiskinan dan kebodohan yang sampai saat ini masih membelenggu umat
Islam,
2.      Melenyapkan pengertian-pengertian yang salah, yang dianut oleh umat Islam pada
umumnya,
3.      Kembali kepada ajaran-ajaran dasar Islam yang sebenarnya,
4.      Hati nurani harus disucikan,
5.      Budi pekerti luhur mesti dihidupkan kembali,
6.      Kesediaan berkorban untuk kepentingan umat,
7.      Berpedoman pada ajaran-ajaran dasar Islam,
8.      Mewujudkan kehidupan demokrasi,
9.      Mewujudkan persatuan umat Islam.
Persatuan umat Islam ini dapat diwujudkan melalui Ukhuwah Islamiyah yang
kemudian bisa menjadi kerangka landasan yang kokoh. Untuk itu, perlu dipupuk hal-hal
berikut ini :
a.      Harus dilandasi dengan iman dan taqwa,
b.      Didasari rasa ikhlas karena Allah,
c.       Terikat dalam nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah,
d.      Saling mengingatkan dan memberi nasihat yang baik,
e.      Setia dan menjalin kerjasama dalam segala hal, yang mengarah pada kebaikan.
Itulah beberapa agenda yang harus digarap oleh umat Islam untuk mengejar
ketertinggalan yang dialami umat Islam. Dengan demikian, umat Islam akan kembali pada
masa kejayaan seperti sedia kala, disegani oleh umat Islam.
Dengan mencermati dan menyikapi kondisi kritis yang melanda Islam dewasa ini,
maka yang harus diperhatikan adalah tidak perlu menyalahkan umat lain dan meminta
pertanggungjawaban terhadap stagnansi yang lama melanda umat Islam dan kemerosotan
yang nyata-nyata terjadi dalam dunia Islam. Kemunduran dan kemerosotan yang saat ini
melanda umat Islam harus ditimpakan dan dialamatkan kepada umat Islam sendiri, yang tidak
mau hidup menurut ajaran Islam dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Umat
Islam kurang selektif dalam mentransfer ajaran-ajaran budaya dari luar Islam, sehingga
ajaran-ajaran budaya tersebut ditelan mentah-mentah yang akibatnya umat Islam kehilangan
jati diri dan semangat berjuang serta tidak sanggup lagi berkompetisi dan berpacu
menghadapi kemajuan zaman.
Untuk itu, tidak ada alternatif lain kecuali secara total kita harus kembali pada
pedoman pokok, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena dengan dua pedoman itulah umat
Islam menjadi umat terbaik, terhormat, dan teratas. Amiiin. Wallahu A’lamu Bi Al-Shawwab.
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan sbb :
1.      Beberapa kemunduran yang dialami umat Islam adalah penutupan pintu Ijtihad (yakni
pemikiran yang orisinil dan bebas), beralihnya secara drastis pusat-pusat kebudayaan dari
dunia Islam ke Eropa, perkembangan taqlid buta dikalangan umat, berkembangnya berbagai
macam aliran sufi.
2.      Beberapa penyebabnya kemunduran umat Islam antara lain :
-          Akibat jauhnya umat Islam dari Kitabullah dan As-Sunnah
-          Taqlid (ikut-ikutan)
-          Terjadinya perpecahan dikalangan umat
-          Adanya pertempuran antara haq dan bathil
3.      Beberapa cara untuk memperbaiki kemunduran umat Islam adalah kembali kepada ajaran-
ajaran dasar Islam yang sebenarnya, hati nurani harus disucikan, budi pekerti luhur mesti
dihidupkan kembali, berpedoman pada ajaran-ajaran dasar Islam.

3.2  Saran-saran
1.      Menghadapi banyaknya penyebab-penyebab kemunduran dari umat Islam, setiap pribadi
muslim mempunyai kewajiban moral untuk berjuang dan memikirkan nasib serta kondisi
umat Islam pada saat ini.
2.      Sebagai muslim, dengan segala kemampuan yang ada pada diri kita sesuai dengan profesi
dan posisi masing-masing yang telah dikaruniakan Allah kepada kita, harus kita pergunakan
semaksimal mungkin untuk membela Islam dan umatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Nuarif Abul Hasan Al-Nadawi. 1988. Apa Kerugian Dunia Bila Umat Islam  Mundur,

Bandung.

Arsalan Al-Amir Syakib. 1985. Mengapa Kaum Muslimin Mundur. Bulan Bintang, Jakarta.

Ash-Shaff. Buku Islami. Yogyakarta. 

Gerakan pemurnian dan pembaharuan dunia Islam

1. Dhafaul Aqidah (lemahnya akidah)

Lemahnya aqidah adalah penyebab utama dari kemunduran umat Islam saat ini. Akidah
hanya dipahami sebatas sebuah keyakinan kepercayaan. Akidah hanya dipahami sebatas ingat
yang dalam bahasa jawanya eling. Padahal akidah yang dipahami generasi para sahabat tidak
demikian. Akidah generasi para sahabat memiliki sebuah konsekwensi, memilik sebuah
tuntutan yang kemudian mereka apliakasikan dalam kehidupan mereka. Kualitas keIslaman
kita sangat ditentukan oleh sejauh mana akidah itu terhujam dalam dada kita. Bukan
ditentukan oleh berapa lama usia kita dalam Islam.

Dalam sebuh riwayat, pada suatu hari di kota madinah menghadap seorang pemuda madinah
kepada Rasul yang mulia, meminta penjelasan tentang Islam. Setelah mendapat penjelasan
tentang Islam dari Rasul Saw, iapun menyatakan keislamannya. Setelah menyatakan
keislamannya, tanpa diperintah ia langsung mengikuti saudara-saudara muslim lainnya untuk
terjun ke medan pertempuran yang segera akan berkecamuk yaitu Perang Uhud. Dan dalam
pertempuran tersebut ia terbunuh. Maka ia mati dalam keadaan syahid fii sabilillah.

Pasca pertempuran, Rasulullah Saw mengatakan kepada para sahabat-sahabatnya: "Wahai


sahabat-sahabatku, maukah engkau aku tunjukkan kepada seseorang yang Allah berkenan
memasukkannya ke dalam surga, padahal ia belum mengamalkan sesuatu apapun di dalam
Islam." Para sahabat terkejut mendengar ucapan Rasulullah Saw ini. Merekapun bertanya:
"Bagaimana mungkin seseorang yang belum pernah mengamalkan seusatupun dalam Islam
dimasukkan ke dalam surga?" Ternyata orang tersebut adalah Amr bin Tsabit bin Waqsyi.

Allah maha berkehendak, Dialah yang memasukkannya ke dalam surga. Para perawi hadis
meriwayatkan bahwa usia, Amr bin Tsabit bin Waqsyi di dalam Islam tidak lebih dari 4 jam
saja. Tetapi dengan kualitas kekuatan akidah, Allah berkenan memasukkanya ke dalam surga.

Lantas bagaimana dengan kita yang sudah tahunan berada dalam Islam?. Di sinilah perlunya
kita terus mengkaji dan mempelajari Islam dimulai dengan masalah akidah. Kelemahan
akidah umat Islam merupakan penyebab utama merosotnya umat Islam. Umat Islam
memahami akidah hanya sebatas ucapan. Tidak merasuk ke dalam kalbunya, apalagi
teraplikasi dalam sebuah amal perbuatan yang nyata, sehingga segala tuntutan dan
konsekwensi yang ada dalam akidah, tidak mereka laksanakan secara utuh.

Rasul yang mulia bersabda: "Laisal imani bittamanni wa la bittakhalli. Walakinnal imana ma
waqara fi qalbi wa saddaqahul ama"l. (Iman itu bukanlah dengan angan-angan, tetapi ia
bersemayam di dalam qalbu. Dan kemudian dibenarkan dengan sebuah aktivitas amal).

Bagaimana dengan kita saat ini? Kita sering mendapati orang yang sudah menyatakan
syahadah, orang yang sudah menyatakan dirinya sebagai sorang muslim, tetapi kehidupannya
tidak islami. Inilah yang Allah khabarkan kpada kita di dalam firman-Nya dalam surat 4 ayat
60. Allah berfirman yaitu : "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku
dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah
mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan
yang sejauh-jauhnya.

Sehingga kita sering menemukan khusunya wanita, misalnya ketika keluar rumah, mereka
tidak menutupi auratnya. Berarti dia telah memutuskan satu urusan atau perkara yang tidak
sejalan dengan perintah Allah. Padahal dia menyatakan iman kepada apa yang telah
diturunkan kepada Rasul yang mulia. Menyatakan keimanan tetapi masih memutuskan satu
urusan atau perkara yang tidak sejalan dengan konsepsi Islam itu sendiri. Dan masih banyak
lagi cara kehidupan kita yang belum mencerminkan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya,
disebabkan karena kita memahaminya dengan keliru.

2. Bu'dun 'anil Qur'an dan Sunnah (jauhnya dari al-Qur'an dan Sunnah)

Maksud jauh di sini bukan berarti jauh secara fisik, tetapi jauh dalam aplikasi. Tidak bisa
dikatakan seseorang itu dekat dengan al-Quran karena ia selalu membawa al-Quran atau
karena ia selalu membacanya, atau bahkan memperlombakannya, sehingga yang
diperlombakan adalah bacaan bukan amalan. Namun yang dimaksud jauh dari al-Quran
adalah belum diamalkannya secara utuh dalam kehidupan umat saat ini.

 Al-Quran diturunkan kepada manusia agar dapat mengangkat harkat dan martabat serta
kemuliaan kita umat Islam. Rasul yang mulia bersabda: Innallah yarfa'u bihadzal kitab
aqwaman, wayadhou bihi akhorin. (Sesungguhya Allah mengangkat derajat suatu kaum
dengan kitab ini (al-Quran) dan merendahkannya juga dengan kitab ini). Jadi rendah tidaknya
atau mulia tidaknya kita, sangat tergantung sejauh mana interaksi kita dengan al-Quran.

Al-Quran merupakan sebuah cahaya yang terang benderang, sebuah obor yang dapat
menerangi kehidupan kita. Sehingga jelas bagi kita, mana yang harus kita tempuh, dan mana
yang harus kita hindari. Kalau hidup di bawah nungan al-Quran, maka keindahan dan
kebahaigaan dalam kehidupan ini akan kita raih, serta kemuliaan pun akan kita dapatkan.

3. At-tafriqah (perpecahan)

Sebuah perpecahan di kalangan umat Islam yang hanya disebabakan kepada sebuah
persoalan-persoalan sepele. Di sinilah kelemahannya ketika kita mulai mempelajari dari fikih
ibadah. Kita mengetahui bahwa fikih ibadah itu banyak mazhab, sehingga kalau kita belajar
Islam mulai dari fikih ibadah, maka yang terjadi adalah fanatik terhadap mazhab yang
mengakibatkan menyalahkan orang yang berbeda mazhab atau pendapat.

Ketika ada orang shalat tidak berkunut, dibilang salah. Padahal berkunut dan tidak berkunut,
dua-duanya benar. Yang tidak benar adalah orang yang tidak shalat. Selagi ibadah tersebut
memiliki landasan hukum, kita harus bertoleransi dalam perbedaan masalah fikhul ibadah.
Terkadang perbedaan dalam cara shalat membuat kita berpecah belah. Berbeda dalam ibdah
haji membuat pecah belah. Padahal di masa para sahabat, perbedaan tidak memecah belah
kesatuan dan persatuan di antara mereka.

Rasul yang mulia pernah memerintahkan sahabat untuk menuju ke Bani Quraizah. Rasul
bersabda: "Janganlah kalian shalat kecuali setelah sampai di Bani Quraizah." Di tengah jalan
masuk waktu shalat asar. Sebagian sahabat langsung berhenti dan menunaikan shalat asar.
Sebagian yang lain tidak, mereka langsung menuju Bani Quraizah, dan baru menunaikan
shalat asar menjelang shalat magrib. Ketika terjadi perbedaan seperti ini, mana yang benar.

Sahabat yang shalat ketika masuk shalat asar, mereka memahami bahwa qaul Rasul itu
sebuah isyarat bahwa mereka dalam perjalanan itu harus bersegera dan tidak santai. Tapi
kalau sudah masuk waktu shalat, ini adalah perintah Allah, maka ini harus segera
dilaksanakan. Sementara sahabat yang lain yang shalat asar di Bani Quraizah memahami
secara harfiah, apa yang dikatakan oleh Rasul yang mulia. Dan ketika masalah ini dihadapkan
kepada Rasulullah Saw, kedua belah pihak dibenarkan. Tidak ada satu pun yang disalahkan.
Sehingga persatuan dan kesatuan di kalangan para sahabat tetap terjaga.

Musuh-musuh Islam senantiasa berusaha untuk memecah belah persatuan umat Islam, ada
istilah politik belah bambu. Sebagian umat Islam ditekan habis-habisan dan sebagian
diangkat. Sehingga sebagian umat Islam dituduh sebagai teroris, dan sebagain umat Islam
yang lain diagung-agungkan. Sehingga kita sendiri tidak bisa memberikan pembelaan
terhadap saudara-saudara kita yang terzalimi. Padahal kita wajib membela dan mendukung
semua saudara-saudara kita yang terzalimi.

4. Harokatul Irtidad (gerakan pemurtadan)

Adanya usaha pemurtadan yang dilakukan oleh konspirasi internasinal terhadap umat Islam
adalah faktor eksternal yang menyebabkan umat Islam jauh dari ajaran Islam sehingga
mengalami kemunduran dalam seluruh aspek kehidupan. Sebuah gerakan pemurtadan yang
sistematis, terorganisisr dengan rapi, termenej dengan baik, dan mereka tidak pernah berhenti
untuk berusaha memurtadkan umat Islam sampai kita jauh dari nilai-nilai Islam, sampai
akhirnya kehidupan kita pun terpuruk di dunia ini.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Barat telah mengalami kemajuan yang begitu pesat terkhusus
masalah sains dan teknologi. Namun sebaliknya, kaum muslimin sendiri malah mengalami
kemerosotan yang cukup parah pada segala lini kehidupan.

Hal ini sebagaimana pertanyaan yang pernah diajukan oleh Muhammad Basuni Imran (1885-
1976), seorang ulama dari Sambas Pontianak kepada Muhammad Rasyid Ridha pengasuh
majalah al-Manar, agar pertanyaan tersebut ditunjukkan kepada Amir Syakib Arsalan, yang
inti pertanyaannya adalah:
Pertama, mengapa kaum muslimin mengalami kelemahan dan kemunduran yang merata di
seluruh dunia, baik dalam urusan agama maupun dunia;

Kedua, apakah yang menyebabkan kemajuan bangsa Eropa, Amerika serta Jepang? Dan
apakah dimungkinkan bagi kaum muslimin, untuk juga maju dengan mengikuti sebab-sebab
mereka dan pada saat yang sama tetap teguh memegang agama Islam?[1]

Amir Syakib Arsalan menulis jawabannya dan dimuat di majalah al-Manar tahun 1936.
Empat tahun kemudian (1940) jawaban tersebut lalu dilengkapi dan diedit untuk kemudian
diterbitkan dalam bentuk buku yang berjudul, “Limâdzâ Ta’akkhara al-Muslimûn wa
Taqaddama Ghayruhum (Mengapa Umat Islam Mundur, sedangkan Umat lainya Maju).

Pada intinya dari pertanyaan yang tergambar pada judul buku tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kaum muslimin mundur karena mereka meninggalkan Islam. Sedangkan bangsa Eropa
Barat menjadi maju karena mereka meninggalkan agama mereka; Nashrani dan Kristen.[2]

Jika demikian, maka pertanyaannya adalah mengapa kaum muslimin mengalami kelemahan
dan kemunduran ketika mereka meninggalkan agamanya? Apa kaitan antara Islam dengan
kemajuan peradaban? Sehingga pada makalah ini penulis akan membahas pertanyaan-
pertanyaan tersebut.

Islam; Agama dan Peradaban 

Islam merupakan agama yang memiliki peradaban gemilang, peradaban yang mampu untuk
dijadikan cermin oleh peradaban lainnya. Peradaban gemilang Islam tidak hanya pada aspek
sains dan teknologi, melainkan juga peradaban yang mampu memanusiakan manusia itu
sendiri dengan keadilan, akhlak mulia dan tolerasi yang luar biasa. Bahkan, peradaban Barat
sendiri sejatinya tidak akan maju kecuali atas kontribusi peradaban Islam. Barat tidak akan
mampu untuk membalas jasa umat Islam tersebut.[3]

Peradaban Islam sangat indah dan sarat akan keadilan, akhlak mulia dan toleransi. Misalnya,
dalam sejarah kita ketahui bahwa Rasulullah menaklukkan kota Makkah tanpa adanya
peperangan, penjarahan dan pembalasan akan kezaliman yang pernah dilakukan penduduk
Makkah pada saat itu kepada beliau dan para sahabatnya. Kemudian, bagaimana toleransi
Rasulullah terhadap orang-orang Yahudi di Madinah ketika Rasulullah berkuasa atas
Madinah.

Beliau juga menulis satu konstitusi tertulis pertama dalam peradaban dunia yang disebut
dengan “Mitsaq Madinah” atau Piagam Madinah yang diperuntukkan kepada seluruh warga
kota Madinah, baik muslim ataupun non-muslim, yang isinya menjamin keamanan,
kemerdekaan beragama, mekanisme penyelesaian konflik, dan lain sebagainya. Kisah indah
akan kita temukan pada lembaran-lembarah sirah beliau yang penuh pelajaran lagi hikmah.

Demikian pula pada masa-masa setelah beliau, misalnya, pada masa Umar bin Khaththab
bagaimana akhlak dan keadilan Umar kepada penduduk Palestina setelah berhasil
menaklukkan kota tersebut, Umar memberikan toleransi yang luar biasa kepada pemeluk
agama lain, baik Yahudi maupun Nashrani untuk tetap tinggal dan beribadah di Palestina
dengan tenang tanpa gangguan.
Sebaliknya, peradaban selain Islam tidak memperhatikan akhlak, keadilan dan toleransi baik
kepada sesama mereka sendiri dan terlebih selain mereka, misalnya, invasi Pasukan Salib
terhadap Palestina Pada tahun 492 H (1099 M) yang berujung kepada penguasaan dan
pembantainan yang mencapai 70 ribu orang. Sampai-sampai aliran darah kaum muslimin
berubah menjadi sungai di masjid al-Aqsha, lorong-lorong serta perempatan-perempatan.[4]

Tidak hanya itu, mereka juga membuat kerusakan dimana-mana, merampok di sekitar Kubah
Sakhrah empat puluh dua lampu yang terbuat dari perak. Setiap lampu, harganya mencapai
tiga ribu enam ratus dirham; merampas satu lampu yang bobotnya empat puluh ritl Syam;
dan dua puluh tiga lampu emas.[5]

Demikian pula kaum Yahudi yang sekarang menjajah Palestina, sebagaimana yang kita
ketahui tentang pengusiran, pembantaian, dan kekejaman yang mereka lakukan kepada kaum
muslimin dan selainnya di negeri tersebut (Palestina).

Semua ini menunjukkan bahwa peradaban selain Islam adalah peradaban yang banyak
kezaliman. Meskipun sekarang peradaban selain Islam terkhusus peradaban Barat bisa
dibilang berkembang pesat terkhusus masalah sains dan teknologi, akan tetapi hal itu tidak
menjadi kebahagiaan masyarakat pada peradaban tersebut, karena kosongnya keadilan,
akhlak mulia serta toleransi, dan bahkan jika dikaji lebih lanjut maka akan sangat terlihat
keburukan akan tatanan peradaban yang mereka bangun.

Berbeda dengan Islam, peradaban yang dibangun Islam bersifat universal dan komprehensif,
tidak hanya aspek materi seperti sains dan teknologi, tetapi juga termasuk non materi seperti
keadilan, akhlak dan toleransi. Sehingga, meskipun saat ini peradaban Islam mengalami
kemunduran dalam berbagai lini kehidupan, hal itu tidak menghalangi umat Islam untuk terus
berusaha mengikuti langkah-langkah para salaf terdahulu yang berhasil membangun
peradaban yang gemilang dan sempurna.

Berbeda jika mengekor kepada peradaban Barat, tentu umat Islam tidak akan mampu menjadi
cermin beradaban yang gemilang dan indah, karena peradaban Barat hanya memperhatikan
aspek materi, tidak memperdulikan aspek rohani. Sehingga, bagaikan manusia tanpa ruh dan
jiwa.

Oleh karenanya, yang terpenting saat ini adalah bukan mengekor ke Barat akan tetapi
kembali untuk menggali sebab-sebab kejayaan peradaban Islam terdahulu dan mengetahui
sebab-sebab ketertinggalan peradaban Islam saat ini.

Amir Sakib Arsalan menyebutkan bahwa sebab terpenting dari tertinggalnya kaum muslimin
adalah: kebodohan, ilmu yang setengah-tengah (kurang), sifat pengecut, keputus-asaan dan
lupa terhadap (sejarah) pendahulu mereka yang agung.[6]

Islam Sebagai Worldview

Worldview adalah gabungan dari dua kata: world yang berarti dunia, dan view yang berarti
pandangan. Dalam bahasa Indonesia, kata worldview diterjemahkan dalam beberapa
ungkapan yaitu, pandangan dunia, pandangan alam, maupun pandangan hidup.[7]

Jika worldview ini digabung dengan Islam maka maknanya adalah sebagaimana yang
diungkapan oleh al-Attas bahwa ia bukan sekedar pandangan akal manusia terhadap dunia
fisik atau keterlibatan manusia di dalamnya dari segi historis, sosial, politik dan kultural.
Tapi, mencakup aspek dunia dan akhirat, dimana aspek dunia harus terkait secara erat dan
mendalam dengan aspek akhirat, sedangkan aspek akhirat harus diletakkan sebagai aspek
final.[8]

Dari pengertian diatas maka worldview Islam mudahnya bisa diartikan dengan cara pandang
Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an, Sunnah serta pemahaman para salaf yang pada akhirnya
membuahkan akhlak dan tindakan yang sesuai dengan aturan syariat Islam.

Dengan worldview Islam inilah kaum muslimin akan mengalami kemajuan yang pesat dan
cepat, karena worldview Islam ini akan menggiring seseorang kepada keimanan dan
keihsanan yang merupakan tingkat tertinggi dari keisalaman seorang hamba.

Asep Sobari, pendiri Sirah Community Indonesia (SCI) dalam testimoninya terhadap buku
karya Hamid Fahmy Zarkasi yang berjudul Minhaj, pernah berkata, “Seandainya kita telah
mencapai derajat iman paling rendah (saja), dari 70 lebih derajat iman, yaitu menyingkirkan
ganguan dari jalanan, maka itu pun sudah berdampak sangat dahsyat. Tidak ada kekacauan
lalu lintas, saling serobot di lampu merah, parkir sembarangan, trotoar yang beralih fungsi,
jalanan berlubang yang merenggut banyak nyawa, dan seterusnya. Ternyata (sebaliknya)
dana ratusan milyar bahkan triliyunan untuk menciptakan kenyamanan perjalanan, masih
belum bisa memastikan bahwa kita semua, rakyat dan pemerintah, telah mencapai derajat
terendah dari iman itu.[9]

Dengan worldview Islam maka seseorang akan mampu untuk merealisasikan tujuan syariat
Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan syariat Islam tersebut adalah, merelisasikan
mashlahah bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat; juga mencegah madzarat kepada
mereka baik di dunia maupun di akhirat, yaitu dengan menjaga agama, Jiwa, akal, keturunan
dan harta mereka.[10]

Jika seorang muslim memiliki worldview Islam, maka ia akan mampu untuk merealisasikan
mashlahat dan menjaga kelima hal itu (agama, jiwa, akal, keturunan dan harta) maka
kemajuan peradaban Islam akan segera terwujud. Hal ini tentu manakala worldview Islam
telah mengakar kuat pada setiap masyarakat, para pejabat dan para pengambil keputusan.

Baca Juga: Serial Kajian Fikih Nikah 

Islam; Spirit Kehidupan 

Ajaran Islam mengandung spirit atau semangat untuk mengoptimalkan selalu potensi yang
telah Allah berikan, potensi tersebut meliputi, pendengaran, penglihatan, hati, akal dan waktu
dua puluh empat jam.

Hal ini sebagimana firman Allah, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78); juga firman-Nya berkenaan tentang akal,
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah
(QS. Al-A’raf: 179); dan tentang waktu yang Allah berikan, dimana Allah banyak sekali
bersumpah dengan menggunakan waktu. Baik pada waktu pagi (QS. At-Takwir: 18), dhuha
(QS. Adh-dhuha: 1), siang (QS. Asy-Syam: 3), sore (QS. Al-Ashr: 1), dan malam (QS. Asy-
Syam: 4).
Lima hal ini merupakan potensi luar biasa yang Allah karuniakan kepada manusia.
Pendengaran, penglihatan, hati, akal dan waktu merupakan variabel terpenting dalam ilmu
pengetahuan. Ia juga merupakan kunci kesuksesan dunia dan akhirat serta pondasi penting
dari peradaban tertentu.

Islam sebagai ajaran dan syariat yang Allah turunkan sangat perhatian perkara tersebut,
sehingga mengharuskan pangikut-pengikutnya untuk senantiasa semangat, memaksimalkan
potensi-potensi tersebut. Islam bukan ajaran yang bermalas-malasan, dan ia juga bukan ajaran
yang hanya pasrah tanpa ada usaha. Akan tetapi, Islam adalah agama yang memerintahkan
manusia untuk selalu bersemangat dalam kebaikan, baik untuk dunianya maupun akhiratnya.
Allah Ta’ala berfirman, “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. Ash-Sharh: 4)

Rasulullah juga pernah bersabda:

ِ ‫يف َوفِي ُكلٍّ خَ ْي ٌر احْ ِرصْ َعلَى َما يَ ْنفَعُكَ َوا ْست َِع ْن بِاهَّلل‬ ِ ‫ض ِع‬ َّ ‫ْال ُم ْؤ ِمنُ ْالقَ ِويُّ َخ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إِلَى هَّللا ِ ِم ْن ْال ُم ْؤ ِم ِن ال‬
‫ت َكانَ َك َذا َو َك َذا َولَ ِك ْن قُلْ قَ َد ُر هَّللا ِ َو َما َشا َء فَ َع َل فَإِ َّن لَوْ تَ ْفتَ ُح‬ ُ ‫ك َش ْي ٌء فَاَل تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَ َع ْل‬َ َ‫صاب‬ َ َ‫ْج ْز َوإِ ْن أ‬ َ ‫َواَل تَع‬
ِ َ‫َع َم َل ال َّش ْيط‬
‫ان‬

“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin
yang lemah. Pada masing-masingnya terdapat kebaikan. Bersungguh-sungguhlah terhadap
apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu
menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu
mengatakan; ‘Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi
begini dan begitu’. Tetapi katakanlah: ini sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya
pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata ‘law’ (seandainya) akan
membukakan jalan bagi godaan setan.”[11]

Dalam hadits diatas, Rasulullah mendorong seluruh manusia, baik yang lemah maupun kuat,
baik yang lahir dalam kekurangan ataupun sempurna, semuanya diperintahkan untuk terus
bersemangat dalam kebaikan, memaksimalkan potensi yang telah Allah berikan baik untuk
urusan dunia ataupun akhiratnya.

Beliau juga berpesan untuk senantiasa meminta pertolongan kepada Allah sebagai bentuk
ketundukan dan ketawakalan seorang hamba kepada Rabb-nya.

Abdurahman bin Hasan Alu Syekh menjelaskan maksud dari hadits diatas adalah,
“Bersemangat dalam menjalankan sebab yang bermanfaat bagi hamba dari urusan dunia dan
akhiratnya dari sebab-sebab yang wajib, sunah, dan mubah (boleh) yang Allah syariatkan.
Kemudian dalam mengerjakan sebab tersebut, hamba tadi hendaknya meminta tolong kepada
Allah semata, tidak kepada selain-Nya agar sebab itu menghasilkan dan memberi manfaat.
Bersandarnya hanya kepada Allah Ta’ala dalam mengerjakannya. Karena Allah yang
menciptakan sebab dan akibatnya. Suatu sebab tidak akan bermanfaat kecuali jika Allah
mengizinkannya. Sehingga hanya kepada Allah Ta’ala semata ia bertawakal dalam
mengerjakan sebab, karena mengejakan sebab adalah sunah, sementara tawakal adalah
tauhid. Jika ia menggabungkan keduanya, maka akan terwujud tujuannya dengan izin
Allah”[12]
Rasulullah juga menganjurkan untuk mengucapkan doa ketika berada di pagi dan sore hari
agar terhidar dari kemalasan, yaitu dengan doa:

َ ِ‫ك ِم ْن ْال َعجْ ِز َو ْال َك َس ِل َوأَعُو ُذ بِكَ ِم ْن ْال ُج ْب ِن َو ْالب ُْخ ِل َوأَعُو ُذ ب‬
‫ك‬ َ ِ‫ك ِم ْن ْالهَ ِّم َو ْال َح َز ِن َوأَعُو ُذ ب‬
َ ِ‫اللَّهُ َّم إِنِّي أَعُو ُذ ب‬
َ ‫ِم ْن َغلَبَ ِة ال َّد ْي ِن َوقَه ِْر الر‬
‫ِّجا ِل‬

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan, dan aku berlindung
kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut
dan bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan pemaksaan dari orang
lain”[13]

Islam senantiasa memotivasi kaum Muslimin untuk semangat berkarya, belajar, berfikir,
beribadah, bekerja dan lain sebagainya. Maka, dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa
kemunduran peradaban Islam hari ini adalah disebabkan jauhnya masyarakat muslim dari
ajaran Islam.

Masyarakat tidak lagi menjadikan Islam sebagai ajaran yang sempurna, komperhensif dan
tidak pula mampu memecahkan masalah-masalah kontemporer yang baru terjadi. Padahal
Islam memiliki ajaran yang shalih pada setiap tempat, zaman dan waktu. Islam adalah agama
yang terus akan mampu memberikan mashlahat dan mencegah madzarat pada setiap masalah
yang ada baik sekarang ataupun yang akan datang.

Hal ini bisa dibuktikan dengan kedudukan mashlahah dalam syariat Islam. Bahwa syariat
Islam tidaklah disyariatkan kecuali untuk merealisasikan mashlahat bagi manusia itu sendiri
baik di dunia maupun di akhirat; juga mencegah madzarat kepada mereka baik di dunia
maupun di akhirat. Sampai-sampai seorang fuqaha pernah berkata, “Sesungguhnya syariat itu
seluruhnya mengandung mashlahah-mashlahah, baik mencegah madzarat atau merealisasikan
mashlahat”.[14]

Berkenaan tentang ajaran Islam ini, yang mengandung mashalat dan mencegah madzarat,
Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidaklah kami mengutusmu (Muhammad) kecuali agar
menjadi rahmat bagi seluruh alam” (QS. Al-Anbiya: 107).

Rahmat di sini mencakup—secara pasti—penjagaan mashlahah-mashlahah hamba dan


mencegah mafsadah-mafsadah mereka, karena tidak mungkin ia disebut rahmat apabila
menyia-nyiakan mashlahah ini.[15] Maka syariat Islam yang dibawa Nabi Muhammad pasti
mampu merealisasikan mashlahat tersebut.

Kamampuan Islam dalam mendatangkan mashlahat juga dibuktikan dengan prinsip-prinsip


syariat dan tabiat hukumnya, dimana Islam secara umum mengandung prinsip musyawarah,
persamaan, keadilan dan menghilangkan madzarat ataupun larangan memberikan
kemadzaratan. Islam juga mengandung hukum-hukum secara khusus baik pada masalah yang
berkaitan dengan aqidah, akhlak, ibadah maupun muammalat. Yang kesemuannya itu
bertujuan mendatangkan mashlahah bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat.[16]
Semua itu menunjukkan bahwa Islam mampu menjadi solusi pada setiap masalah yang
sedang dan akan terjadi.

Bukti berikutnya yang menunjukkan bahwa Islam akan senantiasa mampu untuk menjawah
seluruh persoalan yang sedang dan akan terjadi adalah, bahwa Islam memiliki sumber-
sumber hukum tertentu, baik sumber primer seperti: Al-Qur’an dan Sunnah. Maupun
sekunder seperti: Ijma’ dan ijtihad dengan seluruh macam-macamnya seperti Qiyas, Istihsan,
Mashlahah Mursalah, Urf, Syar’un man Qablana, Madzhab ash-Shahabi, Saddu adz-Dzara’i
dan Ishtihhab.[17]

Yang kesemua sumber ini menjadikan syariat Islam shalih dan mampu untuk terus
diterapkan. Dimana tidak akan ada sesuatu perkara atau kejadian baru kecuali syariat Islam
memilik hukum atas hal itu.[18]

Kesimpulan 

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa meninggalkan agama Islam merupakan
sebab kemunduran peradaban, karena, Islam memiliki kejayaan peradaban yang kompleks
dan dapat menjadi cermin keshalihan bagi seluruh peradaban yang ada.

Islam juga merupakan pandangan hidup atau worldview yang menjadikan seseorang mampu
merealisasikan mashlahat dan mencegah madzarat, yaitu dengan menjaga agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta. Selain itu, Islam juga memiliki kaitan erat dengan kemajuan peradaban,
karena Islam menuntut kepada masyarakat untuk terus memaksimalkan potensi yang telah
Allah berikan kepada mereka, baik dalam urusan dunia ataupun terlebih urusan akhirat.

Bahkan lebih dari itu semua, Islam mengajarkan kepada kita untuk berfikir secara utuh,
memikirkan peradaban manusia yang sempurna, yaitu sebagai seorang yang memiliki
jasmani dan rohani. Islam adalah agama yang memanusiakan manusia dengan kemajuan-
kemajuan peradaban yang ada, termasuk akhlak yang mulia, keadilan yang merata dan
toleransi terhadap manusia. [Amir Syahidin]

Khutbah Jum’at: Ingat Allah di Waktu Lapang, Allah Ingat di Waktu


Sempit

[1] Amir Syakib Arsalan, Limadza Ta’akhara al-Muslimun wa Limadza Taqaddama


Ghairuhum (Bairut: Dar Maktabah al-Hayah, tt), hlm 38

[2] Ibid, dan lihat, Hamid Fahmy Zarkasyi, Minhaj; Berislam, dari Ritual hingga Intelektua
(Jakarta: INSISTS, 2020), hlm. xvii

[3] Lihat, Tim Willace Murphy, What Islam Did For Us: Understanding Islam’s
Contribution to Wertern Civilization. (London: Watkins Publishing, 2006)

[4] Lihat, Abdullah Nashih ‘Ulwan, Shalahuddin al-Ayyubi, Bathal Hiththin wa Muharrir Al-
Quds min ash-Shalibiyyin; 532-589 (Dar as-Salam, tt), hlm. 44

[5] Lihat, Ismail bin Umar bin Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah (Daru Ihya’ at-Turats
al-‘Arabi, 1988 M), vol. 12, hlm. 192

[6] Amir Syakib Arsalan, Limadza Ta’akhara al-Muslimun wa Limadza Taqaddama


Ghairuhum…, hlm 75

[7] M. Kholid Muslih, et. al. Worldview Islam (Jawa Timur: PII-UNIDA, 2018), hlm. 4
[8] Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the metaphysics of Islam (Kuala
Lumpur: ISTAC, 2001), hlm. ix

[9] Hamid Fahmy Zarkasyi, Minhaj; Berislam, dari Ritual hingga Intelektua…, hlm. vi

[10] Lihat, Ahmad ar-Raisuni, Muhadharat fi Maqashid asy-Syari’ah (Mesir: Dar al-
Kalimah, 2010), hlm. 126

[11] Muslim bin Hijaj an-Naisaburi, Shahih Muslim (Bairut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi,
tt), vol. 4, hlm. 2052

[12] Abdurahman bin Hasan, Fathul Majid Syarh Kitab at-Tauhid (Mesir: Matba’ah as-
Sunnah al-Muhammadiyah, 1957), hlm. 461

[13] Abu Dawud Sulaiman bin Asy‘ats, Sunan Abi Dawud (Bairut: al-Maktabah
al-‘Ashriyah, tt), vol. 2, hlm. 93

[14] Abdul Karim Zaidan, Ushul Dakwah (Bairut: Muassasah ar-Risalah, 2002), hlm. 58

[15] Ibid, hlm 58.

[16] Ibid, hlm. 61

[17] Untuk pembahasan lebih lengkap silahkan lihat, Wahbah az-Zuhaili, al-Wajiz fi Ushul
al-Fiqh (Bairut: Dar al-Fikr, 1999), hlm. 21

[18] Abdul Karim Zaidan, Ushul Dakwah…, hlm. 68

Sebab kemunduran yang pertama adalah karena menjauhi al-Quran. Allah SWT
berfirman,“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka Sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta”.(Q.S. Thaha:124)

Sebab kemunduran yang kedua adalah perpecahan. Perhatikanlah firman Allah SWT berikut
ini, “Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal: 46)

Sebab kemunduran yang berikutnya adalah cinta dunia dan takut mati. Hal ini terungkap dari salah
satu hadits Nabi Muhammad saw berikut ini, “Hampir saja umat-umat memperebutkan kalian,
sebagaimana orang-orang rakus memperebutkan makanan di piring besar.” Seseorang bertanya,
‘Apakah saat itu kami minoritas?’ Rasulullah saw. menjawab, “Tidak. Saat itu, kalian berjumlah
banyak, tetapi seperti buih yang terbawa air bah. Allah telah mencabut rasa takut musuh pada kalian
dan meletakkan penyakit wahn dalam hati kalian.’ Seseorang bertanya, ‘Apakah wahn itu, wahai
rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, ‘Cinta dunia dan benci pada kematian.” (H.R. Abu Dawud)

Terakhir, penyebab kemunduran adalah karena umat meninggalkan jihad. Tidak bersungguh-
sungguh dan tidak memiliki tekad yang kuat dalam mengorbankan tenaga, harta, dan jiwanya
untuk kejayaan Islam. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apakah
sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia
sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia Ini (dibandingkan
dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang,
niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum
yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. At Taubah: 38-39).

Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk bangkit
kembali meraih kejayaan. Amin…

Arslan memulai dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan Islam meraih


kebesaran dan kemajuan Islam di masa, sebelum kemudian menganalisis sebab-sebab
kemunduran dan keruntuhannya. Setelah itu dia menawarkan jalan keluarnya.

Pertama dan paling utama, Arslan percaya kalau sumber kemajuan Islam “ada di dalam Islam
itu sendiri”. Ini terbukti dari sejarah kemunculan Islam di semenanjung Arabia yg mampu
menyatukan berbagai etnik dan ras yang ada di Arab, dan membawa mereka keluar dari
barbarisme kepada peradaban, dari kekejaman kepada cinta dan simpati, dan menghapus
politeisme dan merestorasi peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pada saat itu tidak ada kekuatan yang dapat mencegah perkembangan Islam ke segenap
penjuru dunia, kecuali perpecahan dan perang saudara di antara mereka sendiri, seperti yang
terjadi di akhir periode Usman bin Affan dan periode Ali bin Abi Thalib. Dan Islam pun
mampu membangun peradaban dunia pada Abad Pertengahan dengan gemilang.

Menurutnya, sebagian besar bagian dari kekuatan penginspirasi yang mengantarkan


kemenangan dan capaian-capaian mereka itu pada masa dia telah hilang, walau jejaknya
mungkin masih bisa dilacak. Spirit itu justru ada pada orang lain, terutama, saat itu, Eropa,
Amerika dan Jepang.
Menurut Arslan, beberapa sebab kemunduran Islam itu adalah kebodohan, ilmu yang
tanggung, kemalasan, lemahnya semangat berkorban, dan hilangnya etos kerja, dinamisme,
kepercayaan diri dan keberanian.

Selain itu, dia juga menambahkan dua sebab lain, yakni ultra-modernisme dan 
konservativisme. Dalam hal ini dia mengatakan:

“Sebab utama lain dari kemunduran muslim adalah kekeraskepalaan buta mereka yang
membuat mereka mempertahankan konvensi-konvensi usang. Sangat bahaya bagi sebuah
bangsa adalah orang yang mengutuk semua yang lama sebagai absurd dan tidak bermanfaat,
tanpa memberikan pemikiran kepada nilai intrinsiknya, hanya karena ia ‘lama’. Namun, yang
bahayanya tidak kurang adalah orang yang muncul dari aliran konservatif yang ngeyel bahwa
perubahan terlarang dalam semua hal. Dengan demikian, ‘ultra-modern’ yang canggih dan
konvensionalis konservatif sama-sama menghancurkan Islam.”

Arslan mengkritik kaum muslim konservatif karena dia menganggap bahwa mereka
melanggengkan kemiskinan dengan mereduksi Islam hanya berurusan dengan masalah
akhirat.

Mereka juga dia tuduh memerangi ilmu-ilmu alam, matematika, dan semua seni kreatif,
mengutuknya sebagai praktik orang-orang kafir. Ini menghindarkan muslim dari manfaat
ilmu pengetahuan.

Lalu, bagaimana menggapai kemajuan?

Arslan menganjurkan kembali kepada nilai-nilai Islam karena umat Islam pernah berjaya
dengan itu. Namun, Arslan juga menganjurkan umat Islam belajar dari Eropa dan Amerika,
yang dia sebut musuh, dan Jepang dalam mencapai kemajuan.

Inti sari ajaran Islam adalah bahwa manusia harus menggunakan akalnya sebaik-baiknya
sebagai petunjuk yang membantunya berpikir dan setelah itu berserah diri kepada Allah
terkait hasilnya.

Menurutnya, Islam pada hakekatnya adalah pemberontakan terhadap tradisi negatif dan
buruk. Islam bukanlah agama pasif dan konservatisme yang statis, tapi agama yang aktif dan
dinamik.

Untuk kembali bangkit dan meraih kemajuan yang tinggi, Arslan menyarankan “jihad” dalam
pengertian “pengorbanan” jiwa dan harta dalam membangun peradaban. Peradaban Barat dan
peradaban maju mana pun, menurutnya, menerapkan jihad dalam pengertian ini juga. Untuk
meraih ilmu pengetahuan, misalnya, bangsa-bangsa itu harus mengeluarkan dana dan
sumberdaya yang besar.

Arslan meminta muslim melihat bagaimana Eropa pada masa itu mau berkorban untuk
mencapai peradaban. Orang Eropa juga menjaga identitas mereka masing-masing. Ini untuk
mengritik negeri-negeri Islam yang tidak mau berkorban untuk kemajuan, dan malah meniru
identitas orang lain dan meninggalkan identitasnya sendiri.
“Contoh paling bagus adalah orang-orang Eropa. Pelajari mereka sebaik mungkin; kita tidak
akan mendapati satu negara pun dari mereka yang ingin kehilangan identitas mereka menjadi
orang lain.  Inggris tetap menjadi Inggris, Perancis tetap menjadi Perancis, dst.”

Dia meminta umat Islam belajar kepada Jepang. Sampai 1868 Jepang masih sama dengan
bangsa-bangsa Timur tertinggal lainnya. Tetapi mereka bertekad untuk mengejar bangsa-
bangsa maju, dan mulailah mereka mempelajari ilmu-ilmu Eropa. Mereka membangun
industri seperti industri Eropa. Itulah mereka lakukan secara konsisten selama 50 tahun.

“Nah setiap umat Islam yang hendak bangkit dan menyusul bangsa-bangsa yang maju pun
bisa melakukan hal itu sambil tetap berpegang teguh kepada agama. Seperti halnya bangsa
Jepang, mereka mempelajari segala ilmu Eropa tanpa terkecuali namun tetap memegang
teguh agama yang mereka yakini.”

Dia lalu mengatakan bahwa hal itu harus menjadikan Alquran sebagai inspirasi, bukan
aspirasi, untuk menggapai kemajuan:

“Jika Muslim berusaha berdasarkan inspirasi dari al-Quran mereka akan dapat mencapai
derajat seperti orang-orang Eropa, Amerika, dan Jepang dalam belajar dan ilmu pengetahuan
dan perkembangan. Namun, mereka dapat menjaga iman mereka, sebagaimana orang lain
melakukan. Lebih lagi, jika kita menggali inspirasi dari al-Quran, maka kita akan
berkembang lebih baik daripada yang lain.”

Gagasan Arslan ini harus dibaca dalam konteks kolonialisme. Jihad yang dia serukan
menentang penjajah tak jauh beda dari fatwa jihad KH M. Hasyim Asy’ari dan Resolusi Jihad
NU di Indonesia.

Seruan menjadikan Alquran sebagai inspirasi sejalan dengan gerakan modernisme Islam yang
lain. Hanya saja bagaimana metodologi pengambilan inspirasi dari Alquran masih absurd.

Namun, bagaimanapun juga, kesediaannya untuk belajar kepada peradaban lain, seperti Barat
dan Jepang, menunjukkan sikap keterbukaannya. Tapi keterbukaan yang ditawarkan adalah
keterbukaan kritis dan berjarak, karena nilai utama yang dijadikan sumber inspirasi tetaplah
nilai Islam dan Alquran. Di sinilah dia berupaya mempertahankan “ashalah” (otentisitas) dan
sekaligus tidak anti pada “mu’asharah” (modernitas) dalam pemikiran dan gerakannya.

Perkembangan Islam Abad Pertengahan

(1250-1800)

PerkembanganIslam, mengalami dua fase yaitu fase kemajuan dan fase kemunduran. Fase
kemajuanterjadi pada tahun 650 -1250 Myang ditandai dengan sangat luasnya kekuasaan
Islam, ilmu dan sain mengalami kemajuan dan penyatuan antar wilayah Islamdan fase
kemunduran terjadi pada tahun 1250 – 1500 M. yang ditandai dengan kekuasaan Islam
terpecah-pecah dan menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah pisah.

Kemunduran Islam pada abad pertengahan, pada umumnya yang menjadi penyebab
diantaranya adalah sebagai berikut:

 Tidakmenjagadengan baikWilayah kekuasaan yangluas
 Penduduknya sangat hetereginsehingga mengalami kendala dalam penyatuan
 Para penguasanya lemah dalam kepemimpinannya
 Krisis ekonomi
 Dekadensi moral yang tidak terkendali
 Apatis dan stagnasi dalam dunia iptek
 Konflik antar kerajaan Islam

Terlebih lagi setelah, pasukan Mughal yang dipimpin oleh Hulagu Khan berhasil
membumihanguskanBaghdadyang merupakan pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang
kaya dengan ilmu pengetahuan, hal ini terjadi pada tahun 1258 M.Saat itu kekhalifahannya
dipimpin oleh khalifah Al Mu’tashim, penguasa terakhirBani Abbas di Baghdad.

Setelah Baghdad ditaklukkan Hulagu, umat islam dikuasai oleh Hulagu Khan yang beragama
Syamanism tersebut, kekuatan politikIslam mengalami kemunduran yang sangat luar biasa.
Wilayah kekuasaannya terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil yang tidak bisa
bersatu, satu dan lainnya saling memerangi. Peninggalan-peninggalan budaya dan peradaban
Islam hancur ditambah lagi kehancurannya setelahdiserang oleh pasukan yang dipimpin oleh
Timur Lenk.

Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800)

Keadaan perkembangan Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali


walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumnya ( klasik) setelah berkembangnya tiga
kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Mughal di India dan kerajaan Safawi
di Persia. Diantara ketiga kerajaan tersebut yang terbesar dan paling lama bertahan adalah
kerajaan Usmani.

Kerajaan Usmani

Kerajaan Utsmani didirikan olehbangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina yang bernama Usmani atau Usmani Idan
memproklamirkan diri sebagai Padisyah al Usman atau raja besar keluarga Usman tahun
1300 M (699 H). Kerajaan yang didirikan oleh Usmani ini selanjutnya memperluas
wilayahnya ke bagian Benua Eropa. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan
menaklukkan kota Broessa tahun 1317 Msehingga tahun 1326Mdijadikan sebagai Ibukota
Negara.

Pada masa pemerintahan Orkhan, kerajaan Usmani menaklukkan Azmir tahun 1327 M,
Thawasyannly tahun 1330 M, uskandar tahun 1338 M, Ankara 1354 M dan Gallipoli tahun
1356 M. Daerah-daerah tersebut adalah bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki
kerajaan Usmani.

Kerajaan Usmaniuntuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai Negara yang
kuatterutama dalam bidang militer. Kemajuan-kemajuankerajaan Usmani yaitu dalam bidang
pemerintahan dan kemiliteran, bidang ilmu pengetahuan dan budaya misalnya kebudayaan
Persia,
Bizantium dan arab, pembangunan Masjid-Masjid Agung, sekolah-sekolah, rumah sakit,
gedung, jembatan, saluran air villa dan pemandian umum dan di bidang keagamaan.misalnya
sepertifatwa ulama yang menjadi hukum yang berlaku.

Kerajaan Usmanisepeninggal Sultan Al Qanuni, mengalami kemunduran yang disebabkan


oleh berbagai problema sebagai berikut:

1.
2. Penduduknyasangat heterogen
3. Tidak dapat menguasai wilayah yang luas
4. Kepemimpinannya lemah
5. Terjadinya dekadensi moral
6. Krisis ekonomi dan
7. Ilmu dan tekhnologi stagnan.

Kerajaan SafawiDiPersia

Kerajaan Syafawi, mulanyaadalah sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil


(Azerbaijan). Tarekatnya bernama tarekat Safawiyah, nama ini diambildarinama pendirinya
yang bernamaSafi-Al Din dan nama Syafawidilestarikan setelah gerakannya berhasil
mendirikan kerajaan.

Jalan hidup yang ditempuh Al Dinadalah jalan sufi dan mengembangkan tasawuf Safawiyah
menjadi gerakan keagamaan yang sangat berpengaruh di Persia, Syiria dan Anatolia. Yang
semula bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan memerangi orang-orang yang ahli
bid’ah. Lama kelamaan pengikut tarekat Syafawiyahberubah menjadi tentara dan fanatik
dalamkepercayaan dan menentang keras terhadap orang selain Syiah

Dalam perkembangannya, kerajaan Syafawi selanjutnya dipimpin oleh Ismailyang baru


berusia tujuh tahun. Ismail beserta pasukannya yang bermarkas di Gilanselama limabelas
tahun

mempersiapkan kekuatannyadan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di


Azerbeijan, Syiria dan Anatolia dan pasukan tersebut dinamai Qizilbash atau baret merah.

Saat kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukannya dapat mengalahkan AK Koyunlu
di Sharur danTabriz sehingga Ismail memproklairkan dirinya menjadi raja pertama dinasti
Syafawi dan berkuasa selama 23 tahun.

Masa keemasan kerajaan Syafawiterjadi pada masa kepemimpinan Abbas Iyaitu di bidang
pilitik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan bidang pembangunan fisik dan seni. Kemajuan yang
dicapainya membuat kerajaan Syafawimenjadi salah satudari tiga kerajaan besar Islam yang
diperhitungkan oleh lawan-lawannya terutama dibidang politik dan militer.

Setelah mengalami kejayaan, kerajaanSafawi tidak lama kemudian mengalami kemunduran


penyebabnya adalahantara lain:

a. Kemerosotan moral para pemimpin kerajaan


b. Konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani dan

c. Pasukan yang dibentuk Raja Abbas I yaitu pasukan Ghulam tidak memilikijiwapratirotik

Kerajaan Mughal di India

Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang termuda diantara tiga kerajaanbesar Islam. Kerajaan
ini didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530). Babur dengan bantuan Raja Safawidapat
menaklukkanSamarkhad tahun 1494 M. Tahun 1504 M dapat menduduki Kabul ibukota
Afganistan. Setelah itu, Raja Baburmengadakan ekspansi terus-menerus.

Kerajaan Mughal mencapai jaman keemasan semasa Raja Akbar, persoalan-persoalan dalam
negeri dapat diatasidengan baik dan mengadakan ekspansisehingga dapat menguasai Chudar,
Ghond, Chitor, Ranthabar, kalinjar, Gujarat, surat, Bihar, Bengal Orissa, Kashmir,
Gawilgarth, Ahmadnagar, Narhala dan Ashirgah. Semua yang dikuasai kerajaan tersebut
diperintah dalam suatu pemerintah militeristik.

Kemajuan – kemajuan kerajaan mughal diantaranya:

1.
2. Di bidang Ekonomi, mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan
perdagangan. Masalah sumber keuangan Negara lebih banyak bertumpu pada sektor
pertanian
3. Di bidang seni dan budaya misalnya karya sastra gubahan penyair istana, penyair
yang terkenal yaitu Malik Muhammad Jayazi dengan karyanya padmavat (karya yang
mengandung pesan kebajikan jiwa manusia), karya-karya arsitektur seperti istana
fatpur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid

Pada tahun 1858 Mkerajaan Mughal juga mengalami kemerosotan, penyebabnya


antara lain:

1.
2.
1.
2. Kemerosotan moral dan para pejabatnya bermewah-mewahan
3. Pewaris kerajaan dalam kepemimpinannya sangat lemah dan
4. Kekuatan mililernya juga lemah

PerkembanganIlmu Pengetahuan Dan Kebudayaan Pada abad Pertengahan

Dibeberapa wilayah kekuasaan Islam pada abad pertengahan dalam ilmu pengetahuan dan
kebudayaan mengalami perkembanganmisalnya pada masa pemerintahan kerajaan
Mongoldibangun
sekolah-sekolah yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, filsafat, logika,
geometri sejarah, geografi, matematika dan politik.

Di Mesirmenjadi perkembangan ilmu pengetahuan seperti sejarah, astronomi, kedokteran,


matematik dan ilmu-ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar seperti Ibn
Khalikan, Ibn Khaldun dan Ibn Taghribardi. Di bidang astronomi dikenal nama nasir Al din
Al Tusi. Di bidang Matematika Abu Faraj Al ‘Ibry. Bidang kedokteran : Abu Al Hasan, Ali
Al Nafis yaitu penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia. Abd. Al
Mun’im Al dimyatthi dokter hewan dan Al Razi psikoterapi. Dalam bidang opthamologi
dikenal namaSalah Al Din ibn Yusuf dan yang terkenal sebagai pemikir dalam bidang
keagamaan yaitu Ibn Taimiyah.

Pada masa Pemerintahan Mamud Ghazan yaitu raja ke tujuh Dinasti Ilkhania
membangunperguruan tinggi untuk madzhab syafi;i dan hanafi,sebuah perpustakaan ,
observatorium dan gedung-gedung umum lainnya.

Pada masa kerajaan syafawi ilmu pengetahuan juga berkembang, ada beberapa ilmuan yang
muncul diantaranya:

1.
2. Baha Al din Al Syaerazi yaitu generalis ilmu pengetahuan
3. Sadar Al Din Al Syaerazi seorang filosof
4. Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad ahli filosof, sejarah, teolog dan observer
kehidupan lebah-lebah.

Pada abad pertengahan juga terdapat cendekiawan muslim seperti An Nuwairy, Ibnu
Fadlullah, dan Jallaudiin As-Suyuti yang berhasil membuat buku yang berjudul Mausu’at
yang berisi tentang kumpulan berbagai ilmu pengetahuan.

Selain itudalam hal keagamaan, di abad pertengahan terdapat karyayang dibuat oleh
sekelompok ulama India berupa buku atau kitab yang berjudul Al Fatawa Al Hindiyyah yang
memuat tentang kumpulan fatwa Madzhab Hanafi. Buku atau kitab ini dibuat atas permintaan
dari Sultan Abu Al MuzaffarMuhyiddin Aurangzeb sehingga kitabnya dikenal dengan
sebutan Al Fatawa Al Alamgariyah.

Beberapa ulama besar di Mesir pada masa pemerintahan Mamluk terdapat ulama yang
bernama Ibnu Hajar Al Asqalani dan Ibnu Khaldun.Ibnu Hajarmemiliki hasil karya berupa
buku yang berjudul Fath Al Bari fi Syarh Al bukhari yaitu ulasan tentang hadits-hadits
Riwayat Al bukhari dan buku yang berjudul Bulughul Maram Min AdillahAl Ahkam yaitu
kumpulan hadits hukum. SedangkanIbnu Khalduntersohor dengan sejarawan dan sosiolog
Islam, hasil karyanya yang terbesar adalah Al Ibar yaitu sejarah umum.

Ulama besar lainnya di abad pertengahan seperti Ibnu Katsir dengan tafsirnya Tafsir Al
Qur’anul Adzim, Imam Nawawi dengan kitab haditsnya “ Riyadus Shalihin dan Jalaluddin Al
Mahalli beserta Jalaluddin As-Suyuti dengan tafsir Jalalainnya.

Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Abad Pertengahan


Perkembangan kebudayaan Islam timbul setelah diawali sederetan kebudayaan manusia dan
seiring dengan sederetan kebudayaan setelahnya. Kebudayaan-kebudayaan Islam pada abad
pertengahan yang menonjol diantaranya:

Dalam perkembangan arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan Masjid yang indah seperti
Masjid Al Muhammadi, Masjid Agung Sulaiman dan Masjid Abi Ayyub Al Anshari dengan
hiasan-hiasan kaligrafi yang indah. Selain itu terdapat 235 bangunan dibangun dan
dikoordinasi oleh Sinan, arsitek yang berasal dari Anatolia. Perkembangan kebudayaan Islam
tersebut terjadi pada masa kerajaan Usmani.

Pada masa kerajaan Safawi telah berhasil membuat Isfahan menjadi ibukota dan kota yang
indah yang terdiri dari bangunan-bangunan seperti masjid, rumah-rumah sakit, sekolah-
sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan Istana Chihil Sutun, taman-taman wisata
yang ditata dengan indah. Di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan
273 pemandian umum. Dalam bidang seni, gaya arsitek bangunan-bangunannya sangat
kentara, misalnya masjid Shah (1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah (1603 M. Unsur seni
lainnya seperti kerajinan tangan, karpet, permadani, pakaian, keramik,tenunan, mode,
tembikar, dan seni lukis.

Selain yang tersebut, perkembangan budaya Islam juga berkembang di kerajaan Mongol
misalnya karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang
berbahasaPersia maupun India. Malik Muhammad Jayazi adalah penyair India yang
terkenaldan menghasilkan karya besar “Padmavat”, Abu Fadl dengan karyanya Akhbar nama
dan Aini Akhbari yang memaparkan sejarah kerajaan Mongol dengan figure
kepemimpinannya. Dalam hal seni terdapat karya-karya arsitektur yang indah seperti Istana
Fatpur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid yang megah nan indah seperti masjid yang
berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.

Pada abad pertengahan muncul nama-nama yang terkenal yaitu para sastrawan yang hidup
padaabad pertengahan yaitu diantaranya:

a.Fuzuli dengan karyanya yang berjudul Shikeyetname atau pengasuan. Ia tinggal di Irakdan

wafat tahun 1556

b.Jalaluddin Ar Rumiyang mendapat gelar Maulanaatau tuan kami dengan


karyanya DiwanSyams-I Tabriz yaitu kumpulan puisi yang terdiri dari 33.000 bait
dan Masnawi yangterdiri dari 26.660 dan dibuat dalam waktu 10 tahun. Ia lahir di
Afganistan tahun 1207 Mdan wafat di Turki tahun 1273 M

c.Sa’adi Syiraj yaitu sastrawan dari Persia dengan karyanya yang berjudul Bustan
atau kebun

buah dan Gulistanyang berisi tentang kata-kata mutiara, kisah-kisah, nasehat-nasehat,

renungan dan humor.

d.Fariduddin Al Attar dengan karyanya Mantiq At Tair atau musyawarah bunga,

Tadzkiratul Auliya dan Pend Namah atau kitab nasihat.


e.Hamzah Fansuri,Nuruddin Ar Raniri dan Syamsudin Pasai, sunan kalijaga,
sunan Bonang

dan Kiageng Selo. Karya-karya mereka berisi tentang nasehat-nasehat agama

A.
PENDAHULUAN
Terkait dengan kemunduran umat Islam, model dinamika sosio-
ekonomi Ibnu Khaldun memungkinkan kita menjawab sebagian
persoalan penting yang harus dijawab oleh ilmu ekonomi
Islam
. Persoalan-persoalan tentang mengapa
dunia
Islam
bangkit begitu cepat dan terus maju selama beberapa abad dan
sesudah itu bagaimana ia dapat merosot sedemikian rupa sehingga
kehilangan
elan vitalnya. Dan tidak saja sebagian besar menjadi daerah
kolonialisme,
melainkan juga tidak ma
mpu memberikan respons yang baik terhadap
tantangan yang dihadapinya.
Tidak mungkin menjawab pertanyaan
-
pertanyaan ini tanpa menelusuri ke
belakang pada sejarah untuk melihat kapan, di mana, dan bagaimana
kemerosotan bermula. Ini merupakan tugas berat. Nam
un jawabannya sangat
krusial dan karena jika pertanyaan
-
pertanyaan ini tidak dijawab, tidak mungkin
bagi ilmu ekonomi
Islam
melengkapi suatu strategi efektif untuk membalikan
arah yang sudah terjadi beberapa abad dan menimpa di hampir
seluruh bidang
kehidu
pan, termasuk ekonomi.

B.
BEBERAPA
FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN
UMAT
ISLAM
1.
Peran Sufisme
Konsekuensi lain dari korupsi dan tenggelamnya kalangan istana
(pemerintah
-
kekhalifahan) terhadap kehidupan duniawi adalah dicarinya
sejumlah ulama shalih di kalan
gan sufisme atau asketisme. Masalahnya, ajaran
sufi tidak banyak memberikan perhatian pada kebaikan sosial dalam
arti luas
dengan memperjuangkan keadilan dan hak asasi manusia. Mereka
berkonsentrasi pada keshalihan individu dalam bentuknya yang
ekstrim.
Be
rtentangan dengan tujuan syariah itu sendiri, yaitu menegakkan suatu
tatanan sosio
-
ekonomi yang adil lewat promosi kebijakan individu dan
masyarakat
serta penciptaan institusi
yang diperlukan untuk tujuan ini. Meski
usaha merevitalisasinya telah dilakukan
oleh semacam al
-
Ghazali
(w.505/1111) dan Syaikh Ahmad Syirhindi (w.1034/1624), namun
tetap belum
mencukupi.
Pemilihan dan pemihakan kekhalifahan pada ulama kalangan sufi ini
menjauhkan ulama yang berkompeten dan berkedudukan tinggi yang
mestinya
dapat meng
ubah perjalanan sejarah dari realitas praktis dan dari perjuangan
politik untuk menegakkan tatanan sosio
-
ekonomi yang adil. Maka di sini sufi
jelas menjadi satu faktor yang membantu langgengnya kekuasaan
yang tidak
adil dan despotik. Sekalipun demikian kau
m sufi masih dapat berperan penting
dalam regenerasi moral kaum muslim jika mereka kembali pada misi
asalnya,
yaitu kesucian spritual, berpartisipasi dalam gerakan non
-
kekerasan dan damai
untuk merestorasi keadilan dan hak
-
hak rakyat.
2.
Buruknya kedudukan w
anita
Dengan melemahnya pemerintahan pusat dan kemerosotan politik,
posisi
kedudukan wanita dalam berbagai sektor kehidupan pun alami
kemerosotan.
Padahal Al
-
Qur'an dan sabda Rasul telah menjamin kedudukan yang
komplementer antara laki
-
laki dan perempuan w
anita. Secara praktik kaum
wanita banyak berperan pada masa Rasul dalam kegiatan
-
kegiatan keagamaan,
sosial, pendidikan, ekonomi, dan politik. Berkebalikan dengan kondisi
sekarang di mana
wanita
-
di banyak negara yang mayoritasnya muslim
-
dianggap terbelak
ang,
buta huruf, dan dijauhkan hak
-
hak
Islam
yang
sebetulnya melekat pada mereka. Pun fikih mengalami distorsi
dengan
menjustifikasi
sadz al
-
dzarî'ah
(menutup bahaya)
untuk mencegah batasan
-
batasan yang sebenarnya diperbolehkan oleh syariah dalam kondisi n
ormal.
Kini sejumlah ulama mulai membela hak
-
hak kaum wanita ini dan mencoba
memperlihatkan
Islam
yang sebenarnya dalam kasus ini.
3.
Kemerosotan dalam hal pendidikan
Suatu pandangan dunia (
worldview
) yang menempatkan begitu
pentingnya reformasi dan peningkat
an sosio
-
ekonomi manusia tentu akan
sangat mementingkan pendidikan. Bukankah ayat Al
-
Qur'an pertama yang
turun mengajarkan manusia untuk
belajar dan berpendidikan. Dengan
pendidikanlah suatu landasan yang tepat dapat ditegakkan dan untuk
pembinaan rakyat.
Sejarah
Islam
mencatat bagaimana masjid selain sebagai aktualita
peribadatan juga digunakan untuk aktivitas pendidikan dan
bagaimana
pemerintah memback
-
up dan mendukung resmi seluruh aktivitas pendidikan
hingga munculah akademi seperti
bait al
-
hikmah
dan p
erpustakaan
-
perpustakaan umum di seluruh penjuru negeri
Islam
. Pun tidak ada dikotomi
antara ilmu agama dan umum. Pengetahuan mulai dari fikih, botani,
zoologi,
hingga astronomi mendapat tempat dan pengembangan. Di sinilah
pembangunan dan pendidikan mengal
ami saat
-
saat mesranya dalam sejarah
Islam
.
Masalah datang ketika subsidi dan dukungan penuh pemerintah itu
merosot. Pemerintah mulai berpindah konsentrasi pada pembiayaan
militer.
Pendidikan mulai dibebankan pada pundak swasta seperti banyaknya
wakaf
yang
dikelola untuk dijadikan lembaga ekonomi dan pendidikan. Masalah
datang ketika pengelolaan wakaf itu diperuncing hanya untuk
kegiatan
keagamaan, lemahnya kaum swasta, dan kemerosotan ekonomi
berdampak
pada pendidikan dan pengembangan pengetahuan. Padahal
banyak sektor
kehidupan yang membutuhkan sumbangsih alumni yang
berpendidikan.
Sementara dunia
Islam
meredup, proses demokratisasi yang menjamin
efektifitas penggunaan sumber daya untuk kepentingan publik
mengalami
kemajuan pesat di Barat. Dukungan
-
kerjasa
ma pemerintah dan swasta
menyebabkan kemajuan pengetahuan dan teknologi. Maka salah satu
hikmah
sejarah yang bisa kita ambil, bahwa demokrasi, pendidikan, dan
pembangunan
saling memperkuat satu sama lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Chapra, Muhammad Umer, 2001,
Masa Depan Ilmu Ekonomi; Sebuah Tinjaun
Islam
,
Cet. 1, Jakarta, Gema Insani Press bekerjasama dengan Tazkia
Cendikia
Mannan, M. Abdul, 1997
,
Teori dan Praktek Ekonomi
Islam
(
Islam
ic Economic
Theory and Practice)
, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa
An
-
N
abhani, Taqyuddin. (2002)
Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspekrif
Islam
, Surabaya: Risalah Gusti
Naqvi, Haider. (2003)
Menggagas Ilmu
Ekonomi
Islam
, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai