HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................. 1
a. Latar Belakang............................................................................................................... 1
b. Tujuan............................................................................................................................. 2
c. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
a. Sejarah kemunduran Islam............................................................................................. 3
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Islam.................................................. 5
c. Kerajaan-kerajaan yang mengalami kehancuran........................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam sebagai agama yang sempurna, agama yang diridhai oleh Allah Swt yang
memiliki suatu landasan Al-Qur’an dan hadist sebagai pedoman hidup manusia. Maka
sesungguhnya kehidupan manusia telah digarisi oleh Allah Swt, dalam Al-Quran tentang
aturan kehidupan-Nya. Oleh karenanya islam memiliki sejarah tentang masa kemajuan dan
masa kemundurannya. Dikatakan sebagai era kemajuan islam tersebut, yaitu disaat umat
islam telah berhasil menegakkan hak-hak Allah diatas muka bumi dalam menerapkan hukum-
hukum syariat Allah Swt sebagai hukum yang berlaku dalam kehidupan manusia, baik dalam
aturan kepemerintahan, undang-undang, maupun dalam kemasyarakatan. Pada masa ini Islam
mampu mempertahankan kekuasaannya dan berjaya. Sementara di era kemunduran Islam
ditandai dengan diambil alih oleh pihak luar islam dengan serangan, serbuan dan
penghancuran kepada kerajaan islam yang telah berkuasa. Dan mengambil alih kekuasaan
dari kerajaan islam sebelumnya.
Sejarah Islam dapat dibagi ke dalam periode klasik, pertengahan, dan Modern.
Pada periode klasik (650-1250 M) dibagi menjadi masa kemajuan islam dan masa
didintegrasi. Menurut Harun Nasution pada abad pertengahan adalah era kemunduran Islam.
Sejarah mengenai kemunduran Islam ini banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya.
Kemunduran islam pada saat itu, yang mambuat umat islam semakin terpuruk. Dengan
runtuhnya sistem Khilafah, salah satu yang sangat mengharukan bagi umat islam seakan
mereka adalah ayam kehilangan induknya. Umat Islam telah kocar kacir tidak ada yang
mengurus, lain dengan sebelum mundurnya dunia Islam. Ketika Islam berjaya umat Islam
telah diatur sedemikian rupa.
Masyarakat harus mengetahui tentang sejarah kemunduran islam tersebut, sebagai
pelajaran bahwa yang membuat Islam runtuh dan mundur disebabkan oleh beberapa faktor
yang dijelaskan dalam sejarah islam. Seperti krisisnya politik, krisis intelektual, dan krisis
bidang keagamaan menjadi faktor kemunduran dunia Islam pada saat abad pertengahan.
Dengan melihat kondisi islam hari ini semakin terpuruk maka menjadi suatu rujukan untuk
mempelajari hal-hal yang mempengaruhi kemunduran islam. Maka, umat islam harus
menengoknya pada sejarah agar bisa memajukan dan menjaga islam ini.
B. Tujuan
a. Untuk mempelajari sejarah tentang penyebab kemunduran Islam;
b. Agar umat Islam mengambil suatu pelajaran terjadinya kemunduran dalam dunia islam;
c. Menambah pengetahuan tentang sejarah Islam; dan
d. Agar mengetahui tokoh-tokoh yang menghancurkan Islam pada abad pertengahan yang
menyebabakan Islam mundur
BAB II
PEMBAHASAN
Perang Salib
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di
Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk
merebut Tanah Suci dari kekekuasaan kaum Muslim dan mendirikan Gereja, juga kerajaan
Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur
dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.
Perang salib berlangsung dalam kurun waktu hamper dua abad (200 tahun), yaitu antara
tahun 1095-1291, dengan 8 periode peperangan. Namun Stoddard mengatakan perang Salib
tidak berlangsung dua abad atau lebih, melainkan berlangsung selama enam abad (600
tahun), dan baru berakhir secara pasti di perbentengan Wina tahun 1683.5[6]
Perang salib berpengaruh luas terhadap politik, ekonomi dan social, bahkan terasa masih
berpengaruh sampai masa kini. Walaupun umat Islam berhasil memperthankan daerah-
daerahnya dari tentara salib, namun kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Wilayah-
wilayah umat Islam terpecah belah dan ingin memerdekakan diri dari kekuasaan Islam di
Abbasiyah.
Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan
kemunduran dibidang politik. Pada periode pertama, pemerintah Banni Abbas merupakan
pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-
Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-kharaja,
semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun,
sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu
disebabkan oleh makin menyempintnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan
6[7] Badri Yatim , Sejarah Kebudayaan Islam,(Jakarta,PT Rajawali Pes,2014) hal.81-82
yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak, dan banyaknya dinasti-dinasti
kecil yang memerdekakan diri dan dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan, pengeluaran
membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin
mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit.
Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah,
kedua faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.
Konflik keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita
orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme. Munculnya gerakan
yang dkenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Manshur
berusaha keras memberantasnya. Al-Mahdi bahkan merasa perlu mendirikan jewatan khusus
untuk mengawasi kegiatan orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan tujuan
memberantas bid’ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik
antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat
sederhana seperti, polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang
menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh
konflik bersenjata itu.
Pada saat ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung dibalik ajaran Syi’ah,
sehingga banyak aliran Syi;ah yang dipandang Ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang
oleh penganut Syi’ah sendiri. Aliran Syi’ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam
Islam yang berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara keduanya, sering terjadi konflik
yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil misalnya, memerintahkan
agar makam Hussein di Karbela dihancurkan. Namun, anaknya Al-Muntashir (861-862 M),
kembali memperkenankan orang Syi’ah menziarahi makamnya Husein tersebut. Syi’ah
perah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih dari seratus tahun.
Dinasti Idrisiyah di Maroko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi’ah yang
memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.
Kehadiran golongan Mu’tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat
bid’ah oleh golongan salaf. Perselisihan antara dua golongan ini dipertajam oleh Al-ma’mun,
khalifa ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadiakan Mu’tazilah sebagai
mazhab resmi negara dan melakukan mihnah. Pada masa Al-Mutawakkil (847-861), aliran
Mu’tazilah di batalkan sebagai aliran negara dan golongan salaf kembali naik daun. Tidak
tolerannya pengikut hanbali itu (salaf) terhadap Mu’tazilah yang rasional telah menyempitkan
horizon intelektual.
Aliran Mu’tazilah bangkit kembali pada masa dinasti Buwaih. Namun, pada masa dinasti
Seljuk yang menganut aliran Asy’ariyah, pengikiran golongan Mu’tazilah mulai dilakukan
secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy’ariyah tumbuh subur dan berjaya.
Pikiran-pikiran Al-Ghazali yang mendukung aliran ini menjadi ciri utama paham
Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan
bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam, konon sampai sekarang.
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan :“ Agama
Muhammad Saw. Seperti juga agama Isa as., terkeping-keping oleh perpecahan dan
perselisihan dari dalam perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak mungkin
ada kepastiannya dalam suatu yang kehidupan yang mempunyai akhir, selalu menimbulkan
kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan
mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia. Soal kehendak bebas
manusia telah menyebabkan kekacauan yang rumit dalam Islam. Pendapat bahwa rakyat dan
kepala agama mustahil berbuat salah. Menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga.
2. Bidang Pemerintahan
Dalam struktur pemerintahan, sultan merupakan penguasa tertinggi. Ia dibantu oleh Sadr
Al-Azam ( perdana menteri )yang membawahi Pasya ( gubernur ). Gubernur mengepalai
daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang Az-Zanaziq atau Al-’Alawiyah
( bupati )
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara. Sultan Sulaiman I menyusun sebuah kitab
undang-undang ( Qanun ).Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur yang menjadi dasar
hukum di Kerajaan Turki Usmani hingga datangnya reformasi pada abad ke-19. Berkat
jasanya tersebut, Sultan Sulaiman I mendapat gelar al-Qanuni.
3. Bidang Budaya
Kebudayaan di wilayah Turki Usmani merupakan perpaduan berbagai macam
kebudayaan, di antaranya kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia
mereka banyak mengambilajran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja.
Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Ajaran-ajaran
prinsip-prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan,keilmuan dan huruf mereka terima dari
bangsa Arab.
5. Bidang Agama
Agama mempunyai peranan besar di bidang sosial dan polotik dalam tradisi masyarakat
Turki. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama. Kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu, ulama
memiliki tempat tersendiri serta berperan besar dalam pemerintahan dan kehidupan
masyarakat. Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi berwenang memberi fatwa resmi
atas segala permasalahan yang dihadapi msyarakat. Tanpa legitimasi mufti, keputusan hukum
kerajaan tidak dapat berjalan.
Pemerintah Kerajaan Turki Usmani berlangsung selama tujuh abad. Kerajaan ini mulai
lemah setelah berakhirnya kekuasaan Sultan Sulaiman al-Qanuni. Penyebab mundurnya
Kerajaan Turki Usmani adalah :
a) Pada umumnya sultan yang menggantikan tidak mempunyai wibawa dan lemah dalam
memimpin negara.
b) Banyaknya keluarga sultan hidup dalam kemewahan sehingga memboroskan keuangan
negara. Kondisi ini menyebabkan beberapa wilayah Kerajaan Turki Usmani satu per satu
lepas. Aljazair dan Tunisia direbut Prancis tahun 1830 M, Afrika Utara direbut Italia tahun
1911 M, dan Mesir direbut Inggris tahun 1917 M.
c) Makin majunya negara-negara Eropa akibat adanya revolusi industri di Inggris, selain itu
peran Turki Usmani sebagai penghubung perdagangan antara Barat dan Timur melemah,
dengan ditemukannya Tanjung Harapan.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa masuknya serangan dari luar merupakan salah satu yang
menyebabkan kemunduran Islam pada saat itu. Serangan yang dilakukan oleh Hulagu Khan
diberbagai daerah yang bisa melemahkan daripada kerajaan Islam hingga mengalami
keruntuhan. Kemunduran Islam itupun terjadi karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhinya, seperti dibidang Ekonomi yaitu dengan melemahnya ekonomi hingga
melemahkan daripada khilafah pada saat itu, terjadinya desintegritas umat Islam yang
membuat perpecahan diinternal umat Islam, krisis politik ditandai dengan pemimpin yang
tidak mengamalkan ajaran agama, krisis pengetahuan seperti yang terjadi pada kerajaan Turki
Utsmani dengan minimnya pengetahuan yang menyebabkan kemunduran kerajaan Turki
Utsmani pada saat itu, dan krisis keagamaan. Maka, secara keseluruhan yang membuat Islam
runtuh dikarenakan runtuhnya khilafah yang telah diambil alih oleh pihak lain.
b. Saran
Saran saya kiranya untuk menambah wawasan mahasiswa, dosen memberikan judul
buku atau nama pengarangnya siapa sebagi referensi mahasiswa. Dengan demikian
mahasiswa sangat kemungkinan kecil membuat makalah dengan mengcopy paste di Internet.
7[8] http://pendidikan-agama-islam-sma.blogspot.com/2015/11/perkembangan-islam-pada-abad.html
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikan-agama-islam-sma.blogspot.com/2015/11/perkembangan-islam-pada-
abad.html
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Ada banyak perilaku yang patut diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap
sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan khususnya pada masa kemunduran,yakni:
1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan
kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tidqak
terulang lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain untuk
memundurkan peran kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun politik. Oleh
karena itu, umat Islam hendaknya mampu mengubah tata kehidupannya yang seimbang
antara kepentingan duniawi dan ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan
keislamannya melalui rujukan Al Qur’an dan Hadis.
2. Umat Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh tertinggal
dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam, tetapi
kemudian mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat islam
3. Keberadaan cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad pertengahan seperti Ibnu
Sina, Al Farabi, dan Ibnu Rusyd haurs menjadi inspirasi dan inovasi bagi uamt Islam untuk
terus mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan cita-cita perjuangan tokoh-tokoh
muslim pada abad pertengahan tersebut sehingga Islam mampu membawa rahmat bagi
seluruh dunia.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun dengan segala kemampuan dan keterbatasan kami.
Maka dari itu, kritik dan saran selalu kami tunggu demi perbaikan. Dan semoga makalah ini
mudah difahami dan bermanfaat di masa yang akan datang.
PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan sbb :
1. Beberapa kemunduran yang dialami umat Islam adalah penutupan pintu Ijtihad (yakni
pemikiran yang orisinil dan bebas), beralihnya secara drastis pusat-pusat kebudayaan dari
dunia Islam ke Eropa, perkembangan taqlid buta dikalangan umat, berkembangnya berbagai
macam aliran sufi.
2. Beberapa penyebabnya kemunduran umat Islam antara lain :
- Akibat jauhnya umat Islam dari Kitabullah dan As-Sunnah
- Taqlid (ikut-ikutan)
- Terjadinya perpecahan dikalangan umat
- Adanya pertempuran antara haq dan bathil
3. Beberapa cara untuk memperbaiki kemunduran umat Islam adalah kembali kepada ajaran-
ajaran dasar Islam yang sebenarnya, hati nurani harus disucikan, budi pekerti luhur mesti
dihidupkan kembali, berpedoman pada ajaran-ajaran dasar Islam.
3.2 Saran-saran
1. Menghadapi banyaknya penyebab-penyebab kemunduran dari umat Islam, setiap pribadi
muslim mempunyai kewajiban moral untuk berjuang dan memikirkan nasib serta kondisi
umat Islam pada saat ini.
2. Sebagai muslim, dengan segala kemampuan yang ada pada diri kita sesuai dengan profesi
dan posisi masing-masing yang telah dikaruniakan Allah kepada kita, harus kita pergunakan
semaksimal mungkin untuk membela Islam dan umatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Nuarif Abul Hasan Al-Nadawi. 1988. Apa Kerugian Dunia Bila Umat Islam Mundur,
Bandung.
Arsalan Al-Amir Syakib. 1985. Mengapa Kaum Muslimin Mundur. Bulan Bintang, Jakarta.
Lemahnya aqidah adalah penyebab utama dari kemunduran umat Islam saat ini. Akidah
hanya dipahami sebatas sebuah keyakinan kepercayaan. Akidah hanya dipahami sebatas ingat
yang dalam bahasa jawanya eling. Padahal akidah yang dipahami generasi para sahabat tidak
demikian. Akidah generasi para sahabat memiliki sebuah konsekwensi, memilik sebuah
tuntutan yang kemudian mereka apliakasikan dalam kehidupan mereka. Kualitas keIslaman
kita sangat ditentukan oleh sejauh mana akidah itu terhujam dalam dada kita. Bukan
ditentukan oleh berapa lama usia kita dalam Islam.
Dalam sebuh riwayat, pada suatu hari di kota madinah menghadap seorang pemuda madinah
kepada Rasul yang mulia, meminta penjelasan tentang Islam. Setelah mendapat penjelasan
tentang Islam dari Rasul Saw, iapun menyatakan keislamannya. Setelah menyatakan
keislamannya, tanpa diperintah ia langsung mengikuti saudara-saudara muslim lainnya untuk
terjun ke medan pertempuran yang segera akan berkecamuk yaitu Perang Uhud. Dan dalam
pertempuran tersebut ia terbunuh. Maka ia mati dalam keadaan syahid fii sabilillah.
Allah maha berkehendak, Dialah yang memasukkannya ke dalam surga. Para perawi hadis
meriwayatkan bahwa usia, Amr bin Tsabit bin Waqsyi di dalam Islam tidak lebih dari 4 jam
saja. Tetapi dengan kualitas kekuatan akidah, Allah berkenan memasukkanya ke dalam surga.
Lantas bagaimana dengan kita yang sudah tahunan berada dalam Islam?. Di sinilah perlunya
kita terus mengkaji dan mempelajari Islam dimulai dengan masalah akidah. Kelemahan
akidah umat Islam merupakan penyebab utama merosotnya umat Islam. Umat Islam
memahami akidah hanya sebatas ucapan. Tidak merasuk ke dalam kalbunya, apalagi
teraplikasi dalam sebuah amal perbuatan yang nyata, sehingga segala tuntutan dan
konsekwensi yang ada dalam akidah, tidak mereka laksanakan secara utuh.
Rasul yang mulia bersabda: "Laisal imani bittamanni wa la bittakhalli. Walakinnal imana ma
waqara fi qalbi wa saddaqahul ama"l. (Iman itu bukanlah dengan angan-angan, tetapi ia
bersemayam di dalam qalbu. Dan kemudian dibenarkan dengan sebuah aktivitas amal).
Bagaimana dengan kita saat ini? Kita sering mendapati orang yang sudah menyatakan
syahadah, orang yang sudah menyatakan dirinya sebagai sorang muslim, tetapi kehidupannya
tidak islami. Inilah yang Allah khabarkan kpada kita di dalam firman-Nya dalam surat 4 ayat
60. Allah berfirman yaitu : "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku
dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah
mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan
yang sejauh-jauhnya.
Sehingga kita sering menemukan khusunya wanita, misalnya ketika keluar rumah, mereka
tidak menutupi auratnya. Berarti dia telah memutuskan satu urusan atau perkara yang tidak
sejalan dengan perintah Allah. Padahal dia menyatakan iman kepada apa yang telah
diturunkan kepada Rasul yang mulia. Menyatakan keimanan tetapi masih memutuskan satu
urusan atau perkara yang tidak sejalan dengan konsepsi Islam itu sendiri. Dan masih banyak
lagi cara kehidupan kita yang belum mencerminkan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya,
disebabkan karena kita memahaminya dengan keliru.
2. Bu'dun 'anil Qur'an dan Sunnah (jauhnya dari al-Qur'an dan Sunnah)
Maksud jauh di sini bukan berarti jauh secara fisik, tetapi jauh dalam aplikasi. Tidak bisa
dikatakan seseorang itu dekat dengan al-Quran karena ia selalu membawa al-Quran atau
karena ia selalu membacanya, atau bahkan memperlombakannya, sehingga yang
diperlombakan adalah bacaan bukan amalan. Namun yang dimaksud jauh dari al-Quran
adalah belum diamalkannya secara utuh dalam kehidupan umat saat ini.
Al-Quran diturunkan kepada manusia agar dapat mengangkat harkat dan martabat serta
kemuliaan kita umat Islam. Rasul yang mulia bersabda: Innallah yarfa'u bihadzal kitab
aqwaman, wayadhou bihi akhorin. (Sesungguhya Allah mengangkat derajat suatu kaum
dengan kitab ini (al-Quran) dan merendahkannya juga dengan kitab ini). Jadi rendah tidaknya
atau mulia tidaknya kita, sangat tergantung sejauh mana interaksi kita dengan al-Quran.
Al-Quran merupakan sebuah cahaya yang terang benderang, sebuah obor yang dapat
menerangi kehidupan kita. Sehingga jelas bagi kita, mana yang harus kita tempuh, dan mana
yang harus kita hindari. Kalau hidup di bawah nungan al-Quran, maka keindahan dan
kebahaigaan dalam kehidupan ini akan kita raih, serta kemuliaan pun akan kita dapatkan.
3. At-tafriqah (perpecahan)
Sebuah perpecahan di kalangan umat Islam yang hanya disebabakan kepada sebuah
persoalan-persoalan sepele. Di sinilah kelemahannya ketika kita mulai mempelajari dari fikih
ibadah. Kita mengetahui bahwa fikih ibadah itu banyak mazhab, sehingga kalau kita belajar
Islam mulai dari fikih ibadah, maka yang terjadi adalah fanatik terhadap mazhab yang
mengakibatkan menyalahkan orang yang berbeda mazhab atau pendapat.
Ketika ada orang shalat tidak berkunut, dibilang salah. Padahal berkunut dan tidak berkunut,
dua-duanya benar. Yang tidak benar adalah orang yang tidak shalat. Selagi ibadah tersebut
memiliki landasan hukum, kita harus bertoleransi dalam perbedaan masalah fikhul ibadah.
Terkadang perbedaan dalam cara shalat membuat kita berpecah belah. Berbeda dalam ibdah
haji membuat pecah belah. Padahal di masa para sahabat, perbedaan tidak memecah belah
kesatuan dan persatuan di antara mereka.
Rasul yang mulia pernah memerintahkan sahabat untuk menuju ke Bani Quraizah. Rasul
bersabda: "Janganlah kalian shalat kecuali setelah sampai di Bani Quraizah." Di tengah jalan
masuk waktu shalat asar. Sebagian sahabat langsung berhenti dan menunaikan shalat asar.
Sebagian yang lain tidak, mereka langsung menuju Bani Quraizah, dan baru menunaikan
shalat asar menjelang shalat magrib. Ketika terjadi perbedaan seperti ini, mana yang benar.
Sahabat yang shalat ketika masuk shalat asar, mereka memahami bahwa qaul Rasul itu
sebuah isyarat bahwa mereka dalam perjalanan itu harus bersegera dan tidak santai. Tapi
kalau sudah masuk waktu shalat, ini adalah perintah Allah, maka ini harus segera
dilaksanakan. Sementara sahabat yang lain yang shalat asar di Bani Quraizah memahami
secara harfiah, apa yang dikatakan oleh Rasul yang mulia. Dan ketika masalah ini dihadapkan
kepada Rasulullah Saw, kedua belah pihak dibenarkan. Tidak ada satu pun yang disalahkan.
Sehingga persatuan dan kesatuan di kalangan para sahabat tetap terjaga.
Musuh-musuh Islam senantiasa berusaha untuk memecah belah persatuan umat Islam, ada
istilah politik belah bambu. Sebagian umat Islam ditekan habis-habisan dan sebagian
diangkat. Sehingga sebagian umat Islam dituduh sebagai teroris, dan sebagain umat Islam
yang lain diagung-agungkan. Sehingga kita sendiri tidak bisa memberikan pembelaan
terhadap saudara-saudara kita yang terzalimi. Padahal kita wajib membela dan mendukung
semua saudara-saudara kita yang terzalimi.
Adanya usaha pemurtadan yang dilakukan oleh konspirasi internasinal terhadap umat Islam
adalah faktor eksternal yang menyebabkan umat Islam jauh dari ajaran Islam sehingga
mengalami kemunduran dalam seluruh aspek kehidupan. Sebuah gerakan pemurtadan yang
sistematis, terorganisisr dengan rapi, termenej dengan baik, dan mereka tidak pernah berhenti
untuk berusaha memurtadkan umat Islam sampai kita jauh dari nilai-nilai Islam, sampai
akhirnya kehidupan kita pun terpuruk di dunia ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Barat telah mengalami kemajuan yang begitu pesat terkhusus
masalah sains dan teknologi. Namun sebaliknya, kaum muslimin sendiri malah mengalami
kemerosotan yang cukup parah pada segala lini kehidupan.
Hal ini sebagaimana pertanyaan yang pernah diajukan oleh Muhammad Basuni Imran (1885-
1976), seorang ulama dari Sambas Pontianak kepada Muhammad Rasyid Ridha pengasuh
majalah al-Manar, agar pertanyaan tersebut ditunjukkan kepada Amir Syakib Arsalan, yang
inti pertanyaannya adalah:
Pertama, mengapa kaum muslimin mengalami kelemahan dan kemunduran yang merata di
seluruh dunia, baik dalam urusan agama maupun dunia;
Kedua, apakah yang menyebabkan kemajuan bangsa Eropa, Amerika serta Jepang? Dan
apakah dimungkinkan bagi kaum muslimin, untuk juga maju dengan mengikuti sebab-sebab
mereka dan pada saat yang sama tetap teguh memegang agama Islam?[1]
Amir Syakib Arsalan menulis jawabannya dan dimuat di majalah al-Manar tahun 1936.
Empat tahun kemudian (1940) jawaban tersebut lalu dilengkapi dan diedit untuk kemudian
diterbitkan dalam bentuk buku yang berjudul, “Limâdzâ Ta’akkhara al-Muslimûn wa
Taqaddama Ghayruhum (Mengapa Umat Islam Mundur, sedangkan Umat lainya Maju).
Pada intinya dari pertanyaan yang tergambar pada judul buku tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kaum muslimin mundur karena mereka meninggalkan Islam. Sedangkan bangsa Eropa
Barat menjadi maju karena mereka meninggalkan agama mereka; Nashrani dan Kristen.[2]
Jika demikian, maka pertanyaannya adalah mengapa kaum muslimin mengalami kelemahan
dan kemunduran ketika mereka meninggalkan agamanya? Apa kaitan antara Islam dengan
kemajuan peradaban? Sehingga pada makalah ini penulis akan membahas pertanyaan-
pertanyaan tersebut.
Islam merupakan agama yang memiliki peradaban gemilang, peradaban yang mampu untuk
dijadikan cermin oleh peradaban lainnya. Peradaban gemilang Islam tidak hanya pada aspek
sains dan teknologi, melainkan juga peradaban yang mampu memanusiakan manusia itu
sendiri dengan keadilan, akhlak mulia dan tolerasi yang luar biasa. Bahkan, peradaban Barat
sendiri sejatinya tidak akan maju kecuali atas kontribusi peradaban Islam. Barat tidak akan
mampu untuk membalas jasa umat Islam tersebut.[3]
Peradaban Islam sangat indah dan sarat akan keadilan, akhlak mulia dan toleransi. Misalnya,
dalam sejarah kita ketahui bahwa Rasulullah menaklukkan kota Makkah tanpa adanya
peperangan, penjarahan dan pembalasan akan kezaliman yang pernah dilakukan penduduk
Makkah pada saat itu kepada beliau dan para sahabatnya. Kemudian, bagaimana toleransi
Rasulullah terhadap orang-orang Yahudi di Madinah ketika Rasulullah berkuasa atas
Madinah.
Beliau juga menulis satu konstitusi tertulis pertama dalam peradaban dunia yang disebut
dengan “Mitsaq Madinah” atau Piagam Madinah yang diperuntukkan kepada seluruh warga
kota Madinah, baik muslim ataupun non-muslim, yang isinya menjamin keamanan,
kemerdekaan beragama, mekanisme penyelesaian konflik, dan lain sebagainya. Kisah indah
akan kita temukan pada lembaran-lembarah sirah beliau yang penuh pelajaran lagi hikmah.
Demikian pula pada masa-masa setelah beliau, misalnya, pada masa Umar bin Khaththab
bagaimana akhlak dan keadilan Umar kepada penduduk Palestina setelah berhasil
menaklukkan kota tersebut, Umar memberikan toleransi yang luar biasa kepada pemeluk
agama lain, baik Yahudi maupun Nashrani untuk tetap tinggal dan beribadah di Palestina
dengan tenang tanpa gangguan.
Sebaliknya, peradaban selain Islam tidak memperhatikan akhlak, keadilan dan toleransi baik
kepada sesama mereka sendiri dan terlebih selain mereka, misalnya, invasi Pasukan Salib
terhadap Palestina Pada tahun 492 H (1099 M) yang berujung kepada penguasaan dan
pembantainan yang mencapai 70 ribu orang. Sampai-sampai aliran darah kaum muslimin
berubah menjadi sungai di masjid al-Aqsha, lorong-lorong serta perempatan-perempatan.[4]
Tidak hanya itu, mereka juga membuat kerusakan dimana-mana, merampok di sekitar Kubah
Sakhrah empat puluh dua lampu yang terbuat dari perak. Setiap lampu, harganya mencapai
tiga ribu enam ratus dirham; merampas satu lampu yang bobotnya empat puluh ritl Syam;
dan dua puluh tiga lampu emas.[5]
Demikian pula kaum Yahudi yang sekarang menjajah Palestina, sebagaimana yang kita
ketahui tentang pengusiran, pembantaian, dan kekejaman yang mereka lakukan kepada kaum
muslimin dan selainnya di negeri tersebut (Palestina).
Semua ini menunjukkan bahwa peradaban selain Islam adalah peradaban yang banyak
kezaliman. Meskipun sekarang peradaban selain Islam terkhusus peradaban Barat bisa
dibilang berkembang pesat terkhusus masalah sains dan teknologi, akan tetapi hal itu tidak
menjadi kebahagiaan masyarakat pada peradaban tersebut, karena kosongnya keadilan,
akhlak mulia serta toleransi, dan bahkan jika dikaji lebih lanjut maka akan sangat terlihat
keburukan akan tatanan peradaban yang mereka bangun.
Berbeda dengan Islam, peradaban yang dibangun Islam bersifat universal dan komprehensif,
tidak hanya aspek materi seperti sains dan teknologi, tetapi juga termasuk non materi seperti
keadilan, akhlak dan toleransi. Sehingga, meskipun saat ini peradaban Islam mengalami
kemunduran dalam berbagai lini kehidupan, hal itu tidak menghalangi umat Islam untuk terus
berusaha mengikuti langkah-langkah para salaf terdahulu yang berhasil membangun
peradaban yang gemilang dan sempurna.
Berbeda jika mengekor kepada peradaban Barat, tentu umat Islam tidak akan mampu menjadi
cermin beradaban yang gemilang dan indah, karena peradaban Barat hanya memperhatikan
aspek materi, tidak memperdulikan aspek rohani. Sehingga, bagaikan manusia tanpa ruh dan
jiwa.
Oleh karenanya, yang terpenting saat ini adalah bukan mengekor ke Barat akan tetapi
kembali untuk menggali sebab-sebab kejayaan peradaban Islam terdahulu dan mengetahui
sebab-sebab ketertinggalan peradaban Islam saat ini.
Amir Sakib Arsalan menyebutkan bahwa sebab terpenting dari tertinggalnya kaum muslimin
adalah: kebodohan, ilmu yang setengah-tengah (kurang), sifat pengecut, keputus-asaan dan
lupa terhadap (sejarah) pendahulu mereka yang agung.[6]
Worldview adalah gabungan dari dua kata: world yang berarti dunia, dan view yang berarti
pandangan. Dalam bahasa Indonesia, kata worldview diterjemahkan dalam beberapa
ungkapan yaitu, pandangan dunia, pandangan alam, maupun pandangan hidup.[7]
Jika worldview ini digabung dengan Islam maka maknanya adalah sebagaimana yang
diungkapan oleh al-Attas bahwa ia bukan sekedar pandangan akal manusia terhadap dunia
fisik atau keterlibatan manusia di dalamnya dari segi historis, sosial, politik dan kultural.
Tapi, mencakup aspek dunia dan akhirat, dimana aspek dunia harus terkait secara erat dan
mendalam dengan aspek akhirat, sedangkan aspek akhirat harus diletakkan sebagai aspek
final.[8]
Dari pengertian diatas maka worldview Islam mudahnya bisa diartikan dengan cara pandang
Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an, Sunnah serta pemahaman para salaf yang pada akhirnya
membuahkan akhlak dan tindakan yang sesuai dengan aturan syariat Islam.
Dengan worldview Islam inilah kaum muslimin akan mengalami kemajuan yang pesat dan
cepat, karena worldview Islam ini akan menggiring seseorang kepada keimanan dan
keihsanan yang merupakan tingkat tertinggi dari keisalaman seorang hamba.
Asep Sobari, pendiri Sirah Community Indonesia (SCI) dalam testimoninya terhadap buku
karya Hamid Fahmy Zarkasi yang berjudul Minhaj, pernah berkata, “Seandainya kita telah
mencapai derajat iman paling rendah (saja), dari 70 lebih derajat iman, yaitu menyingkirkan
ganguan dari jalanan, maka itu pun sudah berdampak sangat dahsyat. Tidak ada kekacauan
lalu lintas, saling serobot di lampu merah, parkir sembarangan, trotoar yang beralih fungsi,
jalanan berlubang yang merenggut banyak nyawa, dan seterusnya. Ternyata (sebaliknya)
dana ratusan milyar bahkan triliyunan untuk menciptakan kenyamanan perjalanan, masih
belum bisa memastikan bahwa kita semua, rakyat dan pemerintah, telah mencapai derajat
terendah dari iman itu.[9]
Dengan worldview Islam maka seseorang akan mampu untuk merealisasikan tujuan syariat
Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan syariat Islam tersebut adalah, merelisasikan
mashlahah bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat; juga mencegah madzarat kepada
mereka baik di dunia maupun di akhirat, yaitu dengan menjaga agama, Jiwa, akal, keturunan
dan harta mereka.[10]
Jika seorang muslim memiliki worldview Islam, maka ia akan mampu untuk merealisasikan
mashlahat dan menjaga kelima hal itu (agama, jiwa, akal, keturunan dan harta) maka
kemajuan peradaban Islam akan segera terwujud. Hal ini tentu manakala worldview Islam
telah mengakar kuat pada setiap masyarakat, para pejabat dan para pengambil keputusan.
Ajaran Islam mengandung spirit atau semangat untuk mengoptimalkan selalu potensi yang
telah Allah berikan, potensi tersebut meliputi, pendengaran, penglihatan, hati, akal dan waktu
dua puluh empat jam.
Hal ini sebagimana firman Allah, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78); juga firman-Nya berkenaan tentang akal,
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah
(QS. Al-A’raf: 179); dan tentang waktu yang Allah berikan, dimana Allah banyak sekali
bersumpah dengan menggunakan waktu. Baik pada waktu pagi (QS. At-Takwir: 18), dhuha
(QS. Adh-dhuha: 1), siang (QS. Asy-Syam: 3), sore (QS. Al-Ashr: 1), dan malam (QS. Asy-
Syam: 4).
Lima hal ini merupakan potensi luar biasa yang Allah karuniakan kepada manusia.
Pendengaran, penglihatan, hati, akal dan waktu merupakan variabel terpenting dalam ilmu
pengetahuan. Ia juga merupakan kunci kesuksesan dunia dan akhirat serta pondasi penting
dari peradaban tertentu.
Islam sebagai ajaran dan syariat yang Allah turunkan sangat perhatian perkara tersebut,
sehingga mengharuskan pangikut-pengikutnya untuk senantiasa semangat, memaksimalkan
potensi-potensi tersebut. Islam bukan ajaran yang bermalas-malasan, dan ia juga bukan ajaran
yang hanya pasrah tanpa ada usaha. Akan tetapi, Islam adalah agama yang memerintahkan
manusia untuk selalu bersemangat dalam kebaikan, baik untuk dunianya maupun akhiratnya.
Allah Ta’ala berfirman, “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. Ash-Sharh: 4)
ِ يف َوفِي ُكلٍّ خَ ْي ٌر احْ ِرصْ َعلَى َما يَ ْنفَعُكَ َوا ْست َِع ْن بِاهَّلل ِ ض ِع َّ ْال ُم ْؤ ِمنُ ْالقَ ِويُّ َخ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إِلَى هَّللا ِ ِم ْن ْال ُم ْؤ ِم ِن ال
ت َكانَ َك َذا َو َك َذا َولَ ِك ْن قُلْ قَ َد ُر هَّللا ِ َو َما َشا َء فَ َع َل فَإِ َّن لَوْ تَ ْفتَ ُح ُ ك َش ْي ٌء فَاَل تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَ َع ْلَ َصاب َ َْج ْز َوإِ ْن أ َ َواَل تَع
ِ ََع َم َل ال َّش ْيط
ان
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin
yang lemah. Pada masing-masingnya terdapat kebaikan. Bersungguh-sungguhlah terhadap
apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu
menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu
mengatakan; ‘Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi
begini dan begitu’. Tetapi katakanlah: ini sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya
pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata ‘law’ (seandainya) akan
membukakan jalan bagi godaan setan.”[11]
Dalam hadits diatas, Rasulullah mendorong seluruh manusia, baik yang lemah maupun kuat,
baik yang lahir dalam kekurangan ataupun sempurna, semuanya diperintahkan untuk terus
bersemangat dalam kebaikan, memaksimalkan potensi yang telah Allah berikan baik untuk
urusan dunia ataupun akhiratnya.
Beliau juga berpesan untuk senantiasa meminta pertolongan kepada Allah sebagai bentuk
ketundukan dan ketawakalan seorang hamba kepada Rabb-nya.
Abdurahman bin Hasan Alu Syekh menjelaskan maksud dari hadits diatas adalah,
“Bersemangat dalam menjalankan sebab yang bermanfaat bagi hamba dari urusan dunia dan
akhiratnya dari sebab-sebab yang wajib, sunah, dan mubah (boleh) yang Allah syariatkan.
Kemudian dalam mengerjakan sebab tersebut, hamba tadi hendaknya meminta tolong kepada
Allah semata, tidak kepada selain-Nya agar sebab itu menghasilkan dan memberi manfaat.
Bersandarnya hanya kepada Allah Ta’ala dalam mengerjakannya. Karena Allah yang
menciptakan sebab dan akibatnya. Suatu sebab tidak akan bermanfaat kecuali jika Allah
mengizinkannya. Sehingga hanya kepada Allah Ta’ala semata ia bertawakal dalam
mengerjakan sebab, karena mengejakan sebab adalah sunah, sementara tawakal adalah
tauhid. Jika ia menggabungkan keduanya, maka akan terwujud tujuannya dengan izin
Allah”[12]
Rasulullah juga menganjurkan untuk mengucapkan doa ketika berada di pagi dan sore hari
agar terhidar dari kemalasan, yaitu dengan doa:
َ ِك ِم ْن ْال َعجْ ِز َو ْال َك َس ِل َوأَعُو ُذ بِكَ ِم ْن ْال ُج ْب ِن َو ْالب ُْخ ِل َوأَعُو ُذ ب
ك َ ِك ِم ْن ْالهَ ِّم َو ْال َح َز ِن َوأَعُو ُذ ب
َ ِاللَّهُ َّم إِنِّي أَعُو ُذ ب
َ ِم ْن َغلَبَ ِة ال َّد ْي ِن َوقَه ِْر الر
ِّجا ِل
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan, dan aku berlindung
kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut
dan bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan pemaksaan dari orang
lain”[13]
Islam senantiasa memotivasi kaum Muslimin untuk semangat berkarya, belajar, berfikir,
beribadah, bekerja dan lain sebagainya. Maka, dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa
kemunduran peradaban Islam hari ini adalah disebabkan jauhnya masyarakat muslim dari
ajaran Islam.
Masyarakat tidak lagi menjadikan Islam sebagai ajaran yang sempurna, komperhensif dan
tidak pula mampu memecahkan masalah-masalah kontemporer yang baru terjadi. Padahal
Islam memiliki ajaran yang shalih pada setiap tempat, zaman dan waktu. Islam adalah agama
yang terus akan mampu memberikan mashlahat dan mencegah madzarat pada setiap masalah
yang ada baik sekarang ataupun yang akan datang.
Hal ini bisa dibuktikan dengan kedudukan mashlahah dalam syariat Islam. Bahwa syariat
Islam tidaklah disyariatkan kecuali untuk merealisasikan mashlahat bagi manusia itu sendiri
baik di dunia maupun di akhirat; juga mencegah madzarat kepada mereka baik di dunia
maupun di akhirat. Sampai-sampai seorang fuqaha pernah berkata, “Sesungguhnya syariat itu
seluruhnya mengandung mashlahah-mashlahah, baik mencegah madzarat atau merealisasikan
mashlahat”.[14]
Berkenaan tentang ajaran Islam ini, yang mengandung mashalat dan mencegah madzarat,
Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidaklah kami mengutusmu (Muhammad) kecuali agar
menjadi rahmat bagi seluruh alam” (QS. Al-Anbiya: 107).
Bukti berikutnya yang menunjukkan bahwa Islam akan senantiasa mampu untuk menjawah
seluruh persoalan yang sedang dan akan terjadi adalah, bahwa Islam memiliki sumber-
sumber hukum tertentu, baik sumber primer seperti: Al-Qur’an dan Sunnah. Maupun
sekunder seperti: Ijma’ dan ijtihad dengan seluruh macam-macamnya seperti Qiyas, Istihsan,
Mashlahah Mursalah, Urf, Syar’un man Qablana, Madzhab ash-Shahabi, Saddu adz-Dzara’i
dan Ishtihhab.[17]
Yang kesemua sumber ini menjadikan syariat Islam shalih dan mampu untuk terus
diterapkan. Dimana tidak akan ada sesuatu perkara atau kejadian baru kecuali syariat Islam
memilik hukum atas hal itu.[18]
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa meninggalkan agama Islam merupakan
sebab kemunduran peradaban, karena, Islam memiliki kejayaan peradaban yang kompleks
dan dapat menjadi cermin keshalihan bagi seluruh peradaban yang ada.
Islam juga merupakan pandangan hidup atau worldview yang menjadikan seseorang mampu
merealisasikan mashlahat dan mencegah madzarat, yaitu dengan menjaga agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta. Selain itu, Islam juga memiliki kaitan erat dengan kemajuan peradaban,
karena Islam menuntut kepada masyarakat untuk terus memaksimalkan potensi yang telah
Allah berikan kepada mereka, baik dalam urusan dunia ataupun terlebih urusan akhirat.
Bahkan lebih dari itu semua, Islam mengajarkan kepada kita untuk berfikir secara utuh,
memikirkan peradaban manusia yang sempurna, yaitu sebagai seorang yang memiliki
jasmani dan rohani. Islam adalah agama yang memanusiakan manusia dengan kemajuan-
kemajuan peradaban yang ada, termasuk akhlak yang mulia, keadilan yang merata dan
toleransi terhadap manusia. [Amir Syahidin]
[2] Ibid, dan lihat, Hamid Fahmy Zarkasyi, Minhaj; Berislam, dari Ritual hingga Intelektua
(Jakarta: INSISTS, 2020), hlm. xvii
[3] Lihat, Tim Willace Murphy, What Islam Did For Us: Understanding Islam’s
Contribution to Wertern Civilization. (London: Watkins Publishing, 2006)
[4] Lihat, Abdullah Nashih ‘Ulwan, Shalahuddin al-Ayyubi, Bathal Hiththin wa Muharrir Al-
Quds min ash-Shalibiyyin; 532-589 (Dar as-Salam, tt), hlm. 44
[5] Lihat, Ismail bin Umar bin Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah (Daru Ihya’ at-Turats
al-‘Arabi, 1988 M), vol. 12, hlm. 192
[7] M. Kholid Muslih, et. al. Worldview Islam (Jawa Timur: PII-UNIDA, 2018), hlm. 4
[8] Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the metaphysics of Islam (Kuala
Lumpur: ISTAC, 2001), hlm. ix
[9] Hamid Fahmy Zarkasyi, Minhaj; Berislam, dari Ritual hingga Intelektua…, hlm. vi
[10] Lihat, Ahmad ar-Raisuni, Muhadharat fi Maqashid asy-Syari’ah (Mesir: Dar al-
Kalimah, 2010), hlm. 126
[11] Muslim bin Hijaj an-Naisaburi, Shahih Muslim (Bairut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi,
tt), vol. 4, hlm. 2052
[12] Abdurahman bin Hasan, Fathul Majid Syarh Kitab at-Tauhid (Mesir: Matba’ah as-
Sunnah al-Muhammadiyah, 1957), hlm. 461
[13] Abu Dawud Sulaiman bin Asy‘ats, Sunan Abi Dawud (Bairut: al-Maktabah
al-‘Ashriyah, tt), vol. 2, hlm. 93
[14] Abdul Karim Zaidan, Ushul Dakwah (Bairut: Muassasah ar-Risalah, 2002), hlm. 58
[17] Untuk pembahasan lebih lengkap silahkan lihat, Wahbah az-Zuhaili, al-Wajiz fi Ushul
al-Fiqh (Bairut: Dar al-Fikr, 1999), hlm. 21
Sebab kemunduran yang pertama adalah karena menjauhi al-Quran. Allah SWT
berfirman,“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka Sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta”.(Q.S. Thaha:124)
Sebab kemunduran yang kedua adalah perpecahan. Perhatikanlah firman Allah SWT berikut
ini, “Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal: 46)
Sebab kemunduran yang berikutnya adalah cinta dunia dan takut mati. Hal ini terungkap dari salah
satu hadits Nabi Muhammad saw berikut ini, “Hampir saja umat-umat memperebutkan kalian,
sebagaimana orang-orang rakus memperebutkan makanan di piring besar.” Seseorang bertanya,
‘Apakah saat itu kami minoritas?’ Rasulullah saw. menjawab, “Tidak. Saat itu, kalian berjumlah
banyak, tetapi seperti buih yang terbawa air bah. Allah telah mencabut rasa takut musuh pada kalian
dan meletakkan penyakit wahn dalam hati kalian.’ Seseorang bertanya, ‘Apakah wahn itu, wahai
rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, ‘Cinta dunia dan benci pada kematian.” (H.R. Abu Dawud)
Terakhir, penyebab kemunduran adalah karena umat meninggalkan jihad. Tidak bersungguh-
sungguh dan tidak memiliki tekad yang kuat dalam mengorbankan tenaga, harta, dan jiwanya
untuk kejayaan Islam. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apakah
sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia
sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia Ini (dibandingkan
dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang,
niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum
yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. At Taubah: 38-39).
Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk bangkit
kembali meraih kejayaan. Amin…
Pertama dan paling utama, Arslan percaya kalau sumber kemajuan Islam “ada di dalam Islam
itu sendiri”. Ini terbukti dari sejarah kemunculan Islam di semenanjung Arabia yg mampu
menyatukan berbagai etnik dan ras yang ada di Arab, dan membawa mereka keluar dari
barbarisme kepada peradaban, dari kekejaman kepada cinta dan simpati, dan menghapus
politeisme dan merestorasi peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pada saat itu tidak ada kekuatan yang dapat mencegah perkembangan Islam ke segenap
penjuru dunia, kecuali perpecahan dan perang saudara di antara mereka sendiri, seperti yang
terjadi di akhir periode Usman bin Affan dan periode Ali bin Abi Thalib. Dan Islam pun
mampu membangun peradaban dunia pada Abad Pertengahan dengan gemilang.
Selain itu, dia juga menambahkan dua sebab lain, yakni ultra-modernisme dan
konservativisme. Dalam hal ini dia mengatakan:
“Sebab utama lain dari kemunduran muslim adalah kekeraskepalaan buta mereka yang
membuat mereka mempertahankan konvensi-konvensi usang. Sangat bahaya bagi sebuah
bangsa adalah orang yang mengutuk semua yang lama sebagai absurd dan tidak bermanfaat,
tanpa memberikan pemikiran kepada nilai intrinsiknya, hanya karena ia ‘lama’. Namun, yang
bahayanya tidak kurang adalah orang yang muncul dari aliran konservatif yang ngeyel bahwa
perubahan terlarang dalam semua hal. Dengan demikian, ‘ultra-modern’ yang canggih dan
konvensionalis konservatif sama-sama menghancurkan Islam.”
Arslan mengkritik kaum muslim konservatif karena dia menganggap bahwa mereka
melanggengkan kemiskinan dengan mereduksi Islam hanya berurusan dengan masalah
akhirat.
Mereka juga dia tuduh memerangi ilmu-ilmu alam, matematika, dan semua seni kreatif,
mengutuknya sebagai praktik orang-orang kafir. Ini menghindarkan muslim dari manfaat
ilmu pengetahuan.
Arslan menganjurkan kembali kepada nilai-nilai Islam karena umat Islam pernah berjaya
dengan itu. Namun, Arslan juga menganjurkan umat Islam belajar dari Eropa dan Amerika,
yang dia sebut musuh, dan Jepang dalam mencapai kemajuan.
Inti sari ajaran Islam adalah bahwa manusia harus menggunakan akalnya sebaik-baiknya
sebagai petunjuk yang membantunya berpikir dan setelah itu berserah diri kepada Allah
terkait hasilnya.
Menurutnya, Islam pada hakekatnya adalah pemberontakan terhadap tradisi negatif dan
buruk. Islam bukanlah agama pasif dan konservatisme yang statis, tapi agama yang aktif dan
dinamik.
Untuk kembali bangkit dan meraih kemajuan yang tinggi, Arslan menyarankan “jihad” dalam
pengertian “pengorbanan” jiwa dan harta dalam membangun peradaban. Peradaban Barat dan
peradaban maju mana pun, menurutnya, menerapkan jihad dalam pengertian ini juga. Untuk
meraih ilmu pengetahuan, misalnya, bangsa-bangsa itu harus mengeluarkan dana dan
sumberdaya yang besar.
Arslan meminta muslim melihat bagaimana Eropa pada masa itu mau berkorban untuk
mencapai peradaban. Orang Eropa juga menjaga identitas mereka masing-masing. Ini untuk
mengritik negeri-negeri Islam yang tidak mau berkorban untuk kemajuan, dan malah meniru
identitas orang lain dan meninggalkan identitasnya sendiri.
“Contoh paling bagus adalah orang-orang Eropa. Pelajari mereka sebaik mungkin; kita tidak
akan mendapati satu negara pun dari mereka yang ingin kehilangan identitas mereka menjadi
orang lain. Inggris tetap menjadi Inggris, Perancis tetap menjadi Perancis, dst.”
Dia meminta umat Islam belajar kepada Jepang. Sampai 1868 Jepang masih sama dengan
bangsa-bangsa Timur tertinggal lainnya. Tetapi mereka bertekad untuk mengejar bangsa-
bangsa maju, dan mulailah mereka mempelajari ilmu-ilmu Eropa. Mereka membangun
industri seperti industri Eropa. Itulah mereka lakukan secara konsisten selama 50 tahun.
“Nah setiap umat Islam yang hendak bangkit dan menyusul bangsa-bangsa yang maju pun
bisa melakukan hal itu sambil tetap berpegang teguh kepada agama. Seperti halnya bangsa
Jepang, mereka mempelajari segala ilmu Eropa tanpa terkecuali namun tetap memegang
teguh agama yang mereka yakini.”
Dia lalu mengatakan bahwa hal itu harus menjadikan Alquran sebagai inspirasi, bukan
aspirasi, untuk menggapai kemajuan:
“Jika Muslim berusaha berdasarkan inspirasi dari al-Quran mereka akan dapat mencapai
derajat seperti orang-orang Eropa, Amerika, dan Jepang dalam belajar dan ilmu pengetahuan
dan perkembangan. Namun, mereka dapat menjaga iman mereka, sebagaimana orang lain
melakukan. Lebih lagi, jika kita menggali inspirasi dari al-Quran, maka kita akan
berkembang lebih baik daripada yang lain.”
Gagasan Arslan ini harus dibaca dalam konteks kolonialisme. Jihad yang dia serukan
menentang penjajah tak jauh beda dari fatwa jihad KH M. Hasyim Asy’ari dan Resolusi Jihad
NU di Indonesia.
Seruan menjadikan Alquran sebagai inspirasi sejalan dengan gerakan modernisme Islam yang
lain. Hanya saja bagaimana metodologi pengambilan inspirasi dari Alquran masih absurd.
Namun, bagaimanapun juga, kesediaannya untuk belajar kepada peradaban lain, seperti Barat
dan Jepang, menunjukkan sikap keterbukaannya. Tapi keterbukaan yang ditawarkan adalah
keterbukaan kritis dan berjarak, karena nilai utama yang dijadikan sumber inspirasi tetaplah
nilai Islam dan Alquran. Di sinilah dia berupaya mempertahankan “ashalah” (otentisitas) dan
sekaligus tidak anti pada “mu’asharah” (modernitas) dalam pemikiran dan gerakannya.
(1250-1800)
PerkembanganIslam, mengalami dua fase yaitu fase kemajuan dan fase kemunduran. Fase
kemajuanterjadi pada tahun 650 -1250 Myang ditandai dengan sangat luasnya kekuasaan
Islam, ilmu dan sain mengalami kemajuan dan penyatuan antar wilayah Islamdan fase
kemunduran terjadi pada tahun 1250 – 1500 M. yang ditandai dengan kekuasaan Islam
terpecah-pecah dan menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah pisah.
Kemunduran Islam pada abad pertengahan, pada umumnya yang menjadi penyebab
diantaranya adalah sebagai berikut:
Tidakmenjagadengan baikWilayah kekuasaan yangluas
Penduduknya sangat hetereginsehingga mengalami kendala dalam penyatuan
Para penguasanya lemah dalam kepemimpinannya
Krisis ekonomi
Dekadensi moral yang tidak terkendali
Apatis dan stagnasi dalam dunia iptek
Konflik antar kerajaan Islam
Terlebih lagi setelah, pasukan Mughal yang dipimpin oleh Hulagu Khan berhasil
membumihanguskanBaghdadyang merupakan pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang
kaya dengan ilmu pengetahuan, hal ini terjadi pada tahun 1258 M.Saat itu kekhalifahannya
dipimpin oleh khalifah Al Mu’tashim, penguasa terakhirBani Abbas di Baghdad.
Setelah Baghdad ditaklukkan Hulagu, umat islam dikuasai oleh Hulagu Khan yang beragama
Syamanism tersebut, kekuatan politikIslam mengalami kemunduran yang sangat luar biasa.
Wilayah kekuasaannya terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil yang tidak bisa
bersatu, satu dan lainnya saling memerangi. Peninggalan-peninggalan budaya dan peradaban
Islam hancur ditambah lagi kehancurannya setelahdiserang oleh pasukan yang dipimpin oleh
Timur Lenk.
Kerajaan Usmani
Kerajaan Utsmani didirikan olehbangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina yang bernama Usmani atau Usmani Idan
memproklamirkan diri sebagai Padisyah al Usman atau raja besar keluarga Usman tahun
1300 M (699 H). Kerajaan yang didirikan oleh Usmani ini selanjutnya memperluas
wilayahnya ke bagian Benua Eropa. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan
menaklukkan kota Broessa tahun 1317 Msehingga tahun 1326Mdijadikan sebagai Ibukota
Negara.
Pada masa pemerintahan Orkhan, kerajaan Usmani menaklukkan Azmir tahun 1327 M,
Thawasyannly tahun 1330 M, uskandar tahun 1338 M, Ankara 1354 M dan Gallipoli tahun
1356 M. Daerah-daerah tersebut adalah bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki
kerajaan Usmani.
Kerajaan Usmaniuntuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai Negara yang
kuatterutama dalam bidang militer. Kemajuan-kemajuankerajaan Usmani yaitu dalam bidang
pemerintahan dan kemiliteran, bidang ilmu pengetahuan dan budaya misalnya kebudayaan
Persia,
Bizantium dan arab, pembangunan Masjid-Masjid Agung, sekolah-sekolah, rumah sakit,
gedung, jembatan, saluran air villa dan pemandian umum dan di bidang keagamaan.misalnya
sepertifatwa ulama yang menjadi hukum yang berlaku.
1.
2. Penduduknyasangat heterogen
3. Tidak dapat menguasai wilayah yang luas
4. Kepemimpinannya lemah
5. Terjadinya dekadensi moral
6. Krisis ekonomi dan
7. Ilmu dan tekhnologi stagnan.
Kerajaan SafawiDiPersia
Jalan hidup yang ditempuh Al Dinadalah jalan sufi dan mengembangkan tasawuf Safawiyah
menjadi gerakan keagamaan yang sangat berpengaruh di Persia, Syiria dan Anatolia. Yang
semula bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan memerangi orang-orang yang ahli
bid’ah. Lama kelamaan pengikut tarekat Syafawiyahberubah menjadi tentara dan fanatik
dalamkepercayaan dan menentang keras terhadap orang selain Syiah
Saat kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukannya dapat mengalahkan AK Koyunlu
di Sharur danTabriz sehingga Ismail memproklairkan dirinya menjadi raja pertama dinasti
Syafawi dan berkuasa selama 23 tahun.
Masa keemasan kerajaan Syafawiterjadi pada masa kepemimpinan Abbas Iyaitu di bidang
pilitik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan bidang pembangunan fisik dan seni. Kemajuan yang
dicapainya membuat kerajaan Syafawimenjadi salah satudari tiga kerajaan besar Islam yang
diperhitungkan oleh lawan-lawannya terutama dibidang politik dan militer.
c. Pasukan yang dibentuk Raja Abbas I yaitu pasukan Ghulam tidak memilikijiwapratirotik
Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang termuda diantara tiga kerajaanbesar Islam. Kerajaan
ini didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530). Babur dengan bantuan Raja Safawidapat
menaklukkanSamarkhad tahun 1494 M. Tahun 1504 M dapat menduduki Kabul ibukota
Afganistan. Setelah itu, Raja Baburmengadakan ekspansi terus-menerus.
Kerajaan Mughal mencapai jaman keemasan semasa Raja Akbar, persoalan-persoalan dalam
negeri dapat diatasidengan baik dan mengadakan ekspansisehingga dapat menguasai Chudar,
Ghond, Chitor, Ranthabar, kalinjar, Gujarat, surat, Bihar, Bengal Orissa, Kashmir,
Gawilgarth, Ahmadnagar, Narhala dan Ashirgah. Semua yang dikuasai kerajaan tersebut
diperintah dalam suatu pemerintah militeristik.
1.
2. Di bidang Ekonomi, mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan
perdagangan. Masalah sumber keuangan Negara lebih banyak bertumpu pada sektor
pertanian
3. Di bidang seni dan budaya misalnya karya sastra gubahan penyair istana, penyair
yang terkenal yaitu Malik Muhammad Jayazi dengan karyanya padmavat (karya yang
mengandung pesan kebajikan jiwa manusia), karya-karya arsitektur seperti istana
fatpur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid
1.
2.
1.
2. Kemerosotan moral dan para pejabatnya bermewah-mewahan
3. Pewaris kerajaan dalam kepemimpinannya sangat lemah dan
4. Kekuatan mililernya juga lemah
Dibeberapa wilayah kekuasaan Islam pada abad pertengahan dalam ilmu pengetahuan dan
kebudayaan mengalami perkembanganmisalnya pada masa pemerintahan kerajaan
Mongoldibangun
sekolah-sekolah yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, filsafat, logika,
geometri sejarah, geografi, matematika dan politik.
Pada masa Pemerintahan Mamud Ghazan yaitu raja ke tujuh Dinasti Ilkhania
membangunperguruan tinggi untuk madzhab syafi;i dan hanafi,sebuah perpustakaan ,
observatorium dan gedung-gedung umum lainnya.
Pada masa kerajaan syafawi ilmu pengetahuan juga berkembang, ada beberapa ilmuan yang
muncul diantaranya:
1.
2. Baha Al din Al Syaerazi yaitu generalis ilmu pengetahuan
3. Sadar Al Din Al Syaerazi seorang filosof
4. Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad ahli filosof, sejarah, teolog dan observer
kehidupan lebah-lebah.
Pada abad pertengahan juga terdapat cendekiawan muslim seperti An Nuwairy, Ibnu
Fadlullah, dan Jallaudiin As-Suyuti yang berhasil membuat buku yang berjudul Mausu’at
yang berisi tentang kumpulan berbagai ilmu pengetahuan.
Selain itudalam hal keagamaan, di abad pertengahan terdapat karyayang dibuat oleh
sekelompok ulama India berupa buku atau kitab yang berjudul Al Fatawa Al Hindiyyah yang
memuat tentang kumpulan fatwa Madzhab Hanafi. Buku atau kitab ini dibuat atas permintaan
dari Sultan Abu Al MuzaffarMuhyiddin Aurangzeb sehingga kitabnya dikenal dengan
sebutan Al Fatawa Al Alamgariyah.
Beberapa ulama besar di Mesir pada masa pemerintahan Mamluk terdapat ulama yang
bernama Ibnu Hajar Al Asqalani dan Ibnu Khaldun.Ibnu Hajarmemiliki hasil karya berupa
buku yang berjudul Fath Al Bari fi Syarh Al bukhari yaitu ulasan tentang hadits-hadits
Riwayat Al bukhari dan buku yang berjudul Bulughul Maram Min AdillahAl Ahkam yaitu
kumpulan hadits hukum. SedangkanIbnu Khalduntersohor dengan sejarawan dan sosiolog
Islam, hasil karyanya yang terbesar adalah Al Ibar yaitu sejarah umum.
Ulama besar lainnya di abad pertengahan seperti Ibnu Katsir dengan tafsirnya Tafsir Al
Qur’anul Adzim, Imam Nawawi dengan kitab haditsnya “ Riyadus Shalihin dan Jalaluddin Al
Mahalli beserta Jalaluddin As-Suyuti dengan tafsir Jalalainnya.
Dalam perkembangan arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan Masjid yang indah seperti
Masjid Al Muhammadi, Masjid Agung Sulaiman dan Masjid Abi Ayyub Al Anshari dengan
hiasan-hiasan kaligrafi yang indah. Selain itu terdapat 235 bangunan dibangun dan
dikoordinasi oleh Sinan, arsitek yang berasal dari Anatolia. Perkembangan kebudayaan Islam
tersebut terjadi pada masa kerajaan Usmani.
Pada masa kerajaan Safawi telah berhasil membuat Isfahan menjadi ibukota dan kota yang
indah yang terdiri dari bangunan-bangunan seperti masjid, rumah-rumah sakit, sekolah-
sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan Istana Chihil Sutun, taman-taman wisata
yang ditata dengan indah. Di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan
273 pemandian umum. Dalam bidang seni, gaya arsitek bangunan-bangunannya sangat
kentara, misalnya masjid Shah (1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah (1603 M. Unsur seni
lainnya seperti kerajinan tangan, karpet, permadani, pakaian, keramik,tenunan, mode,
tembikar, dan seni lukis.
Selain yang tersebut, perkembangan budaya Islam juga berkembang di kerajaan Mongol
misalnya karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang
berbahasaPersia maupun India. Malik Muhammad Jayazi adalah penyair India yang
terkenaldan menghasilkan karya besar “Padmavat”, Abu Fadl dengan karyanya Akhbar nama
dan Aini Akhbari yang memaparkan sejarah kerajaan Mongol dengan figure
kepemimpinannya. Dalam hal seni terdapat karya-karya arsitektur yang indah seperti Istana
Fatpur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid yang megah nan indah seperti masjid yang
berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.
Pada abad pertengahan muncul nama-nama yang terkenal yaitu para sastrawan yang hidup
padaabad pertengahan yaitu diantaranya:
a.Fuzuli dengan karyanya yang berjudul Shikeyetname atau pengasuan. Ia tinggal di Irakdan
c.Sa’adi Syiraj yaitu sastrawan dari Persia dengan karyanya yang berjudul Bustan
atau kebun
A.
PENDAHULUAN
Terkait dengan kemunduran umat Islam, model dinamika sosio-
ekonomi Ibnu Khaldun memungkinkan kita menjawab sebagian
persoalan penting yang harus dijawab oleh ilmu ekonomi
Islam
. Persoalan-persoalan tentang mengapa
dunia
Islam
bangkit begitu cepat dan terus maju selama beberapa abad dan
sesudah itu bagaimana ia dapat merosot sedemikian rupa sehingga
kehilangan
elan vitalnya. Dan tidak saja sebagian besar menjadi daerah
kolonialisme,
melainkan juga tidak ma
mpu memberikan respons yang baik terhadap
tantangan yang dihadapinya.
Tidak mungkin menjawab pertanyaan
-
pertanyaan ini tanpa menelusuri ke
belakang pada sejarah untuk melihat kapan, di mana, dan bagaimana
kemerosotan bermula. Ini merupakan tugas berat. Nam
un jawabannya sangat
krusial dan karena jika pertanyaan
-
pertanyaan ini tidak dijawab, tidak mungkin
bagi ilmu ekonomi
Islam
melengkapi suatu strategi efektif untuk membalikan
arah yang sudah terjadi beberapa abad dan menimpa di hampir
seluruh bidang
kehidu
pan, termasuk ekonomi.
B.
BEBERAPA
FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN
UMAT
ISLAM
1.
Peran Sufisme
Konsekuensi lain dari korupsi dan tenggelamnya kalangan istana
(pemerintah
-
kekhalifahan) terhadap kehidupan duniawi adalah dicarinya
sejumlah ulama shalih di kalan
gan sufisme atau asketisme. Masalahnya, ajaran
sufi tidak banyak memberikan perhatian pada kebaikan sosial dalam
arti luas
dengan memperjuangkan keadilan dan hak asasi manusia. Mereka
berkonsentrasi pada keshalihan individu dalam bentuknya yang
ekstrim.
Be
rtentangan dengan tujuan syariah itu sendiri, yaitu menegakkan suatu
tatanan sosio
-
ekonomi yang adil lewat promosi kebijakan individu dan
masyarakat
serta penciptaan institusi
yang diperlukan untuk tujuan ini. Meski
usaha merevitalisasinya telah dilakukan
oleh semacam al
-
Ghazali
(w.505/1111) dan Syaikh Ahmad Syirhindi (w.1034/1624), namun
tetap belum
mencukupi.
Pemilihan dan pemihakan kekhalifahan pada ulama kalangan sufi ini
menjauhkan ulama yang berkompeten dan berkedudukan tinggi yang
mestinya
dapat meng
ubah perjalanan sejarah dari realitas praktis dan dari perjuangan
politik untuk menegakkan tatanan sosio
-
ekonomi yang adil. Maka di sini sufi
jelas menjadi satu faktor yang membantu langgengnya kekuasaan
yang tidak
adil dan despotik. Sekalipun demikian kau
m sufi masih dapat berperan penting
dalam regenerasi moral kaum muslim jika mereka kembali pada misi
asalnya,
yaitu kesucian spritual, berpartisipasi dalam gerakan non
-
kekerasan dan damai
untuk merestorasi keadilan dan hak
-
hak rakyat.
2.
Buruknya kedudukan w
anita
Dengan melemahnya pemerintahan pusat dan kemerosotan politik,
posisi
kedudukan wanita dalam berbagai sektor kehidupan pun alami
kemerosotan.
Padahal Al
-
Qur'an dan sabda Rasul telah menjamin kedudukan yang
komplementer antara laki
-
laki dan perempuan w
anita. Secara praktik kaum
wanita banyak berperan pada masa Rasul dalam kegiatan
-
kegiatan keagamaan,
sosial, pendidikan, ekonomi, dan politik. Berkebalikan dengan kondisi
sekarang di mana
wanita
-
di banyak negara yang mayoritasnya muslim
-
dianggap terbelak
ang,
buta huruf, dan dijauhkan hak
-
hak
Islam
yang
sebetulnya melekat pada mereka. Pun fikih mengalami distorsi
dengan
menjustifikasi
sadz al
-
dzarî'ah
(menutup bahaya)
untuk mencegah batasan
-
batasan yang sebenarnya diperbolehkan oleh syariah dalam kondisi n
ormal.
Kini sejumlah ulama mulai membela hak
-
hak kaum wanita ini dan mencoba
memperlihatkan
Islam
yang sebenarnya dalam kasus ini.
3.
Kemerosotan dalam hal pendidikan
Suatu pandangan dunia (
worldview
) yang menempatkan begitu
pentingnya reformasi dan peningkat
an sosio
-
ekonomi manusia tentu akan
sangat mementingkan pendidikan. Bukankah ayat Al
-
Qur'an pertama yang
turun mengajarkan manusia untuk
belajar dan berpendidikan. Dengan
pendidikanlah suatu landasan yang tepat dapat ditegakkan dan untuk
pembinaan rakyat.
Sejarah
Islam
mencatat bagaimana masjid selain sebagai aktualita
peribadatan juga digunakan untuk aktivitas pendidikan dan
bagaimana
pemerintah memback
-
up dan mendukung resmi seluruh aktivitas pendidikan
hingga munculah akademi seperti
bait al
-
hikmah
dan p
erpustakaan
-
perpustakaan umum di seluruh penjuru negeri
Islam
. Pun tidak ada dikotomi
antara ilmu agama dan umum. Pengetahuan mulai dari fikih, botani,
zoologi,
hingga astronomi mendapat tempat dan pengembangan. Di sinilah
pembangunan dan pendidikan mengal
ami saat
-
saat mesranya dalam sejarah
Islam
.
Masalah datang ketika subsidi dan dukungan penuh pemerintah itu
merosot. Pemerintah mulai berpindah konsentrasi pada pembiayaan
militer.
Pendidikan mulai dibebankan pada pundak swasta seperti banyaknya
wakaf
yang
dikelola untuk dijadikan lembaga ekonomi dan pendidikan. Masalah
datang ketika pengelolaan wakaf itu diperuncing hanya untuk
kegiatan
keagamaan, lemahnya kaum swasta, dan kemerosotan ekonomi
berdampak
pada pendidikan dan pengembangan pengetahuan. Padahal
banyak sektor
kehidupan yang membutuhkan sumbangsih alumni yang
berpendidikan.
Sementara dunia
Islam
meredup, proses demokratisasi yang menjamin
efektifitas penggunaan sumber daya untuk kepentingan publik
mengalami
kemajuan pesat di Barat. Dukungan
-
kerjasa
ma pemerintah dan swasta
menyebabkan kemajuan pengetahuan dan teknologi. Maka salah satu
hikmah
sejarah yang bisa kita ambil, bahwa demokrasi, pendidikan, dan
pembangunan
saling memperkuat satu sama lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Chapra, Muhammad Umer, 2001,
Masa Depan Ilmu Ekonomi; Sebuah Tinjaun
Islam
,
Cet. 1, Jakarta, Gema Insani Press bekerjasama dengan Tazkia
Cendikia
Mannan, M. Abdul, 1997
,
Teori dan Praktek Ekonomi
Islam
(
Islam
ic Economic
Theory and Practice)
, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa
An
-
N
abhani, Taqyuddin. (2002)
Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspekrif
Islam
, Surabaya: Risalah Gusti
Naqvi, Haider. (2003)
Menggagas Ilmu
Ekonomi
Islam
, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.