Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL JOURNAL REVIEW (CJR)

Hukum Atas Fatwa DSN-MUI Pada Bidang


Perbankan Syariah Pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 65/PUU-XIX/2021

MATA KULIAH HUKUM BISNIS DAN REGULASI


Identitas Jurnal
*Judul Hukum atas fatwa
*Penulis Teguh Prasetyo
*nama jurnal Jurnal Hukum Sasana
*tahun terbit 2023
*volume 9
*nomor 1
*issn
2461-0453
A.Kedudukan Hukum Fatwa DSN-MUI dalam
Tata Urutan Perundang-Undangan Indonesia

Dengan model hukum tata negara di zaman modern ini fungsi fatwa
dalam suatu negara dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi:
1) Pertama, Negara yang menempatkan syariat Islam sebagai dasar dan
undang-undang negara yang diterapkan secara utuh dan sempurna,
sehingga fara menjadi keputusan hukum yang mengikat
2) . Kedua, negara yang berdasarkan hukum sekuler, maka fatwa tidak
berperan dan tidak berfungsi apa pun dalam kehidupan bernegara,
3) Ketiga, negara yang menggabungkan antara hukum sekuler dengan
hukum Islam,maka fatwa berfungi hanya dalam ranah hukum Islam.
Kemudian untuk dapat mengetahui tata urutan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia, maka berdasarkan Pasal 7 ayat (1)
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentulian Peraturan
Perundang-Undangan yang terakhir diubah oleh UndangUndang Nomor
13 Tahun 2022 UU Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan jenis
dan hierarkhi peraturan perundang undangan adalah sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang
4) Peraturan Pemerintah
5) Peraturan Presiden
6) Peraturan Daerah Provinsi, dan 7)Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
macam-macam bentuk fatwa yang ditetapkan oleh MUI

1. Fatwa mengenai kehalalan produk makanan, ditetapkan oleh minuman, obat-


obatan, dan kosmetik.
2. fatwa tentang masalah ibadah dan masalah berkaitan dengan sistem
keagamaan dan sistem kemasyarakatan, seperti perkembangan pemikiran dan
aliran keagamaan, masalah kesehatan, masalah kenegaraan,dan lain sebagainya.
3. fatwa yang berkaitan dengan masalah ekonomi ditetapkan oleh Dewan
Islam dan aktivitas lembaga keuangan syariah.
B.Kepastian Hukum dari Perspektif Gustav
Radbruch

Tentang nilai-nilai hukum, Gustav Radbruch mengatakan bahwa


hukum harus mengandung 3 (tiga) nilai identitas:
pertama, asas kepastian hukum yang ditinjau dari segi yuridis,
dalam konteks ini, hukum ditetapkan secara positif, karena melalui
ini, perbedaanperbedaan, katakanlah, ditumpas;
kedua, asas keadilan hukum yang ditinjau dari segi filosofis
dimaknai sebagai upaya untuk memberikan kesetaraan ketiga, atas
kemanfaatan hukum yang dimaknai sebagai upaya untuk melayani
keinginan yang beragam dan berbagai pihak
Ketiga nilai dasar hukum di atas seringkali berpotensi menimbulkan
ketegangan antara ketiganya, akibatnya harus ada yang
dikorbankan. Asas prioritas sebagaimana disebutkan oleh Gustav
Rafbruch dilakukan untuk mengantisipasi ketegangan, melalui
"doktrin priontas standar" yang mengutamakan keadilan di atas
kemanfaatan dan kepastian hukum
C.Analisis Fatwa DSN-MUI Pada Bidang Perbankan Syariah Berdasarkan Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-XIX/2021
Prinsip-prinsip syariah yang diatur dalam fatwa dan dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa
tersebut, dalam hal ini DSN MUI, sesungguhnya merupakan jaminan, perlindungan dan kepastian hukum bagi umat Islam
yang menginginkan kehidupan ekonomi yang sesuai dengan Syariah Islam berdasarkan Pasal 28D (1) UUD 1945. Dalam hal
itu, negara menjamin prinsip syariah yang mendasari peraturan perbankan Syariah adalah hasil fatwa para ulama yang
tergabung dalam MUL Talenta khusus dibidangnya masing-masing.Diambil dari berbagai organisasi dengan berbagai latar
belakang dan masukan dari sekelompok ahli di bidang perbankan, keuangan, akuntansi, pasar modal, asuransi, BI, OJK,
hukum dan Mahkamah Agung. Ketika fatwa tersebut disusun, dikaji dari berbagai perspektif yang menawarkan kepastian
hukum dan keamanan dalam praktik perbankan syariah,dalam hal ini pembuar undangundang menemparkan sesuatu pada
posisi yang tepat, yaitu menyerahkan definisi prinsip syariah kepada ahli syariah dan kemudian menuangkan prinsip tersebut
ke dalam peraturan perundangundangan (PBI/POJK) sehingga muncul prinsip syariah, Fatwa para ulama ini bisa bersifat
universal dan mengikat. Penerapan fatwa prinsip syariah di DSN MUI, yang kemudian dituangkan dalam PBI atau POJK,
merupakan indikasi bahwa negara mengakui, menghormati, melindungi, dan memfasilitas umat Islam dalam beribadah
sesuai dengan keyakinannya, sesuai Pasal 29 UUD 1945 .
A.KELEBIHAN JURNAL
 Analisis Komprehensif: Jurnal ini menyajikan analisis komprehensif mengenai kepastian hukum fatwa di bidang
perbankan syariah, dengan memperhatikan putusan Mahkamah Konstitusi dan menerapkan konsep kepastian
hukum oleh Gustav Radbruch.
 Topik Relevan dan Tepat Waktu: Topik kepastian hukum fatwa perbankan syariah sangat relevan dalam konteks
keuangan syariah dan penerapan prinsip syariah dalam sistem hukum Indonesia.
 Metodologi yang Jelas: Jurnal dengan jelas menyatakan metodologi penelitian yang digunakan, yaitu pendekata
penelitian hukum normatif, khususnya kajian doktrinal.
 Kerangka Teori: Jurnal ini menggunakan kerangka teori yang mencakup hukum ekonomi Islam, teori ilmu hukum
dan konsep kepastian hukum oleh Gustav Radbruch.
 Implikasi Praktis: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan klarifikasi dan bimbingan kepada para praktisi dan
pelaksana ekonomi syariah di Indonesia mengenai keabsahan dan kepastian hukum fatwa yang dikeluarkan oleh
DSNMUI
.  Penggabungan Berbagai Perspektif: Jurnal ini mengakui potensi ketegangan antara tiga nilai fundamental
hukum (keadilan, kegunaan, dan kepastian hukum) dan membahas prioritas nilai-nilai ini dalam konteks yang
berbeda.
 Analisis Kerangka Hukum: Jurnal mengkaji kerangka hukum di Indonesia, termasuk hierarki sumber hukum dan
pengakuan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI.
 Secara keseluruhan, jurnal ini menawarkan analisis yang komprehensif dan diteliti dengan baik mengenai
kepastian hukum fatwa di bidang perbankan syariah, 13 memberikan wawasan dan panduan berharga bagi para
praktisi dan cendekiawan di bidang keuangan syariah.
B.KELEMAHAN JURNAL
 Salah satu potensi kelemahan jurnal ini adalah kurangnya data empiris untuk
mendukung argumen dan kesimpulan yang disajikan. Meskipun membahas mengenai
kepastian hukum fatwa di bidang perbankan syariah, jurnal ini tidak memberikan
contoh spesifik atau studi kasus untuk menggambarkan implikasi praktis dari
permasalahan ini. Hal ini membatasi kedalaman dan penerapan temuan penelitian.
 Keterbatasan lainnya adalah fokus pada konteks Indonesia tanpa
mempertimbangkan analisis komparatif dengan negara lain yang memiliki kerangka
hukum atau pengalaman serupa dalam mengatur kepastian hukum fatwa perbankan
syariah. Analisis komparatif dapat memberikan perspektif yang lebih luas dan
memperkaya pemahaman mengenai permasalahan ini.
A.SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Jurnal ini membahas putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Hukum Atas Fatwa DSN-MUI Pada Bidang
65/PUU-XIX/2021 yang menguji Undang-Undang Perbankan Perbankan Syariah Pasca Putusan Mahkamah
Syariah terkait dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Konstitusi Nomor 65/PUU-XIX/2021 Jurnal Hukum
Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan regulasi perbankan syariah Sasana Vol.9, No.1, Page 210-228
yang ada di Indonesia.Mengingat prinsip dan posisi perbankan
syariah yang memiliki kekhususan dibandingkan dengan
perbankan konvensional, yaitu menerapkan prinsip syariah di
mana DSNMUI terlibat di dalamnya. Guna menjamin kepastian
hukum bagi stakeholders maka pelibatan DSN-MUI sama sekali
tidak mengandung persoalan hukum sepanjang hanya sebatas
mengeluarkan fatwa terkait prinsip syariah yang menjadi
kewenangannya. Dalam hal ini, negara mengambil peran
mengadopsi prinsip syariah yang telah ditetapkan oleh DSN-
MUI menjadi hukum positif yang diberlakukan dalam
penyelenggaraan urusan negara di bidang pengelolaan perbankan
syariah.
TERIMA KASIH

SEKIAN DARI KELOMPOK KAMI,BILA


SUARANYA KURANG JELAS BISA
SLEEPCAL SAJA

Anda mungkin juga menyukai