Anda di halaman 1dari 16

Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 161

TRANSFORMASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL KE DALAM HUKUM


POSITIF

Tuti Hasanah
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari
Jl. Jendral Ahmad Yani Km. 4,5 Banjarmasin
E-mail: tutihasanahseimhi@gmail.com

Abstract: This study aims to answer questions arising from the Act No. 21 of 2008 concerning
Islamic Banking Article 26, paragraph 1, 2 and 3, the position DSN in positive law and fatwa DSN
transformation process to become a positive legal products such as PBI. Type of research is a
normative legal research with a qualitative approach, through legislation approaches, concepts, and
historical. The conclusion of this study include: first, the fatwa has binding legal effect if the fatwa
was reinforced with the instruments of the state that have a legitimate tool. Second, Bank Indonesia
can not provide sanctions for Islamic banks or Islamic business units that do not follow the fatwa.
Therefore, the solution is taken to be a binding fatwa DSN is through transformation into PBI.
Transformation process is influenced by the KPS as referrals to the fatwa DSN.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang timbul dari Undang-Undang
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 26 ayat 1, 2 dan 3, yakni posisi Fatwa DSN dalam
hukum positif dan proses transformasi fatwa DSN hingga menjadi sebuah produk hukum positif berupa
PBI. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan
kualitatif, yakni melalui pendekatan undang-undang, konsep, dan historis. Kesimpulan dari penelitian
ini antara lain: pertama, fatwa memiliki kekuatan hukum yang mengikat apabila fatwa tersebut diperkuat
dengan instrumen-instrumen negara yang mempunyai alat legitimasi. Kedua, Bank Indonesia tidak bisa
memberikan sanksi bagi bank syariah atau unit usaha syariah yang tidak mengikuti fatwa. Oleh sebab itu
solusi yang ditempuh agar fatwa menjadi mengikat adalah melalui transformasi fatwa DSN ke dalam PBI.
Proses transformasi tersebut dipengaruhi oleh KPS sebagai pemberi rekomendasi terhadap fatwa DSN.
Kata Kunci: Transformasi, Fatwa Dewan Syariah Nasional, Hukum Positif

Latar Belakang Masalah


Di Indonesia, fatwa-fatwa hukum Islam dan reksadana yakni Dewan Syariah Nasional
dikeluarkan oleh Mejelis Ulama Indonesia (DSN). Sampai saat ini (tahun 2016) tercatat fatwa
(MUI). Pedoman fatwa Majelis Ulama Indonesia yang telah dikeluarkan oleh DSN adalah sebanyak
ditetapkan dalam Surat Keputusan Nomor: 107 buah.2 Di dalam DSN sendiri memiliki badan
U-596/MUI/X/1997. Kewenangan Majelis Ulama independen yang ditempatkan pada perbankan dan
Indonesia adalah memberi fatwa tentang masalah lembaga keuangan syariah yang dikenal dengan
keagamaan yang bersifat umum yang menyangkut sebutan Dewan Pengawas Syariah (DPS).
umat Islam Indonesia secara nasional dan dalam Dalam perkembangan sistem ekonomi di
masalah agama Islam di daerah yang diduga dapat Indonesia muncul gagasan sistem ekonomi Islam
meluas ke daerah lain.1 atau ekonomi syariah setelah runtuhnya sistem
Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki ekonomi kapitalis. Hal ini terlihat dari munculnya
bagian yang bertugas menumbuh kembangkan Kompilasi Hukum Islam, perundang-undangan
penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan yang memuat unsur syariah didalamnya, fatwa-
perekonomian pada umumnya dan sektor keuangan fatwa Dewan Syariah Nasional, dan Peraturan Bank
pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi
1
Jaih Mubaraok, Metodologi Ijtihad Hukum Islam (Yogyakarta: DSN MUI, Fatwa, http://www.dsnmui.or.id/index.
2

UII Press, 2002), h. 170-171. php?page=fatwa, diakses pada Februari 2017.


162 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 161-176

Indonesia. Diantara perundang-undangan tersebut proses transformasi yang harus dilalui agar
yakni Undang-undang No. 3 tahun 2006 tentang Fatwa DSN dapat menjadi hukum positif di
Perubahan Undang-undang No. 7 tentang Peradilan Indonesia? Untuk menjawab segala pertanyaan
Agama, dan Undang-undang No. 21 tahun 2008 dan permasalahan tersebut, maka penulis akan
tentang Perbankan Syariah. mencoba menjawabnya dalam tulisan ini.
Dalam UU Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah pasal 26 ayat 1 menyebutkan METODE PENELITIAN
bahwa kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam a. Jenis dan Pendekatan yang Digunakan
Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21 dan/atau produk Jenis penelitian yang dilakukan adalah
dan jasa syariah, wajib tunduk kepada Prinsip penelitian hukum normatif atau penelitian
Syariah. Dimana pada ayat selanjutnya, ayat 2 dan literatur (librarry research). Metode penelitian
3 menerangkan bahwa Prinsip Syariah sebagaimana hukum normatif adalah metode atau cara yang
dimaksud pada ayat (1) difatwakan oleh Majelis dipergunakan di dalam penelitian hukum yang
Ulama Indonesia, dan Fatwa sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang
pada ayat (2) dituangkan dalam Peraturan Bank ada.4 Selain itu, penelitian hukum normatif ini
Indonesia. menggunakan pendekatan kualitatif.5
Fatwa-fatwa yang berkaitan dengan kegiatan b. Desain Penelitian
usaha sebagaimana dijelaskan oleh UU Nomor
Ada empat tahapan pokok dalam penelitian
Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Transformasi fatwa Dewan Syariah Nasional ke
oleh MUI dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional
dalam Hukum Positif, yaitu: Tahapan Orientasi,
yang memiliki kewenangan menangani segala
Tahap Eksplorasi, Tahap Pengecekan, dan
urusan yang berkaitan dengan fatwa atas jenis-
terakhir peneliti akan melakukan Tahap
jenis kegiatan keuangan, fatwa atas produk dan
Penyusunan.
jasa keuangan.3 Selain itu DSN juga berwenang
c. Bahan Hukum6
mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan
yang kemudian fatwa-fatwa tersebut dituangkan ke Kegiatan penelitian ini dipusatkan pada
dalam Peraturan Bank Indonesia. kajian terhadap bahan hukum dan buku-buku atau
Dalam perkembangan selanjutnya, guna kitab undang-undang yang berhubungan dengan
menyusun Peraturan Bank Indonesia sebagaimana obyek kajian. Hal ini dikarenakan penelitian ini
dimaksud pada pasal 26 ayat 3 UU Nomor 21 merupakan penelitian literatur. Adapun bahan
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka Bank hukum yang digunakan terdiri dari bahan primer,
Indonesia membuat sebuah Komite Perbankan bahan sekunder dan bahan tersier:
Syariah yang tertuang dalam Peraturan Bank
Indonesia, Nomor 10/32/PBI/2008 tentang
4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Komite Perbankan Syariah dimana Komite tersebut Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cet. XI (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), h. 13-14.
berfungsi melakukan penafsiran dan pemaknaan 5
M. Nasution, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
fatwa di bidang perbankan syariah. Selain itu Remaja Rosydakarya, 2000), h. 2.
Komite ini bertugas memberikan rekomendasi 6
Penulis menggunakan istilah “bahan hukum” sebagaimana
kepada Bank Indonesia terhadap fatwa-fatwa yang yang dikemukakan Prof. Peter Mahmud Marzuki. Ia
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional. membedakan antara istilah “data” dan “bahan” karena
Dari ketentuan tersebut menimbulkan dua alasan. Pertama, istilah “bahan” adalah terjemahan
dari bahasa Inggris yang disebut material. Sementara
pertanyaan ketika melihat fungsi dan tugas antara
“data” lebih bersifat informasi. Dalam penelitian
Dewan Syariah Nasional Indonesia (DSN) dan normatif, sistem hukum dianggap telah mempunyai
Komite Perbankan Syariah (KPS). Bagaimana seluruh material/bahan, sehingga tidak perlu dicari ke
sebenarnya posisi fatwa DSN di dalam hukum “luar” dari sistem. Kedua, isitilah bahan digunakan untuk
nasional sehingga Fatwa DSN tersebut harus sesuatu yang normatif dan dokumentatif, bahan hukum
dituangkan kembali ke dalam Peraturan Bank dicari dengan cara penelitian kepustakaan, sementara
Indonesia melalui penafsiran KPS? Bagaimana data digunakan untuk sesuatu yang informatif empiris
dalam penelitian yuridis empiris yang harus dicari melalui
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan MUI
3
observasi ke dunia nyata. Lihat, Peter Mahmud Marzuki,
tentang Pembentukan Dewan Syariah Nasional (DSN) Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media
No. Kep-754/MUI/II/1999. Group, 2006), h. 141-169.
Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 163

1. Sumber hukum primer: fatwa-fatwa yang SAJIAN DATA


dikeluarkan Dewan Syariah Nasional- Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia. Undang-Undang ke Dalam Hukum Positif
Republik Indonesia khususnya UU No. 21 Para praktisi ekonomi syariah, masyarakat
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dan dan pemerintah (regulator) membutuhkan fatwa-
Peraturan Bank Indonesia yang membahas fatwa syariah dari lembaga ulama (MUI) berkaitan
persoalan Perbankan. dengan praktik dan produk di lembaga-lembaga
2. Sumber hukum sekunder: adalah doktrin– keungan syariah tersebut. Perkembangan lembaga
doktrin yang ada di dalam buku, jurnal keuangan syariah yang demikian cepat harus
hukum, artikel majalah, koran, e-book dan diimbangi dengan fatwa-fatwa hukum syariah
data internet yang memuat pendapat para yang valid dan akurat, agar seluruh produknya
pakar dan praktisi dalam hal-hal yang memilik landasan yang kuat secara syariah. Untuk
memiliki relevansi dengan permasalahan itulah Dewan Pengawas Syariah Nasional (DSN)
yang menjadi fokus kajian penelitian. dilahirkan pada tahun 1999 sebagai bagian dari
3. Sumber bahan tersier: bahan tersier ini dapat Majelis Ulama Indonesia.10
berupa kamus, ensiklopedia, terjemahan Sejak berdirinya tahun 1999 hingga tahun
Al-Qur’an dan bahan lainnya yang dianggap 2016, Dewan Syariah Nasional, telah mengeluarkan
berhubungan dengan tema penelitian. sedikitnya 107 fatwa tentang ekonomi syariah,
antara lain fatwa tentang giro, tabungan, murabahah,
d. Teknik Pendekatan jual beli salam, istishna’, mudharabah, musyarakah,
Pendekatan dalam penelitian hukum dimana jarah, wakalah, kafalah, hawalah, uang muka dalam
objeknya berupa norma yang sifatnya preskriptif, murabahah, sistem distribusi hasil usaha dalam
dapat dilakukan melalui: lembaga keuangan syariah, diskon dalam murabahah,
1. Pendekatan Undang-Undang (statute sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda
approach) pembayaran, pencadangan penghapusan aktiva
2. Pendekatan Konseptual (conceptual approach) produktif dalam LKS, al-qardh, investasi rekasadana
3. Pendekatan Historis (historical approach)7 syariah, pedoman umum asuransi syariah, jual
beli istishna paralel, potongan pelunasan dalam
e. Teknik Analisa Data
murabahah, safe deposit box, rahn (gadai), rahn emas,
1. Menggunakan logika berfikir deduktif, yakni ijarah muntahiya bit tamlik, jual beli mata uang,
menghimpun bahan penelitian yang bersifat pembayaan pengurusan haji d LKS, pembiayaan
umum menjadi bagian-bagian yang akan rekening koran syariah, pengalihan utang, obligasi
dibahas sesuai dengan tema penelitian dalam syariah, obligasi syariah mudharabah, Letter of Credit
Bab dan Subbab yang telah ditentukan. (LC) impor syariah, LC untuk ekspor, sertfikat
2. Setelah proses pengumpulan bahan penelitian Wadiah Bank Indonesia, Pasar Uang antar-Bank
selesai, dilakukan proses reduksi (seleksi Syariah, sertifikat investasi mudharabah (IMA),
bahan). asuransi haji, pedoman untuk penerapan prinsip
3. Penyajian bahan. Ini merupakan proses syariah di pasar modal, obligasi syariah, kartu kredit,
diskripsi atau penyusunan bahan-bahan dan sebagainya.11
menjadi teks naratif8. Struktur dan format fatwa sudah memadai
4. Penyimpulan data.9 Penarikan kesimpulan dengan rumusan yang simpel. Jika dibandingkan
ini menggunakan metode deduktif dan dengan format fatwa mufti Mesir, misalnya fatwa
komparatif. DSN MU lebih komplit muatannya. Namun, format
fatwa DSN MUI hanya terbatas memberikan
10
Lihat, Agustino, Penulis adalah Dosen Ekonomi dan
7
Ibid., h. 93. Keuangan Syariah Pascasarjana PSTTI UI, Sekjen DPP
8
Muhammad Mufid, Nalar Ijtihad Fiqh Muhammad IAEI dan Dosen Pascasarjana Ekonomi dan Keuangan
Sa’id Ramadhan al-Buthi (Banjarmasin: Antasari Press Syariah di Universitas Indonesia Jakarta, di kutip dari
Banjarmasin, 2013), h. 22. internet, www.google.com, April 2013.
9
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung:
11
DSN MUI, Fatwa, http://www.dsnmui.or.id/index.
Alfabeta, tth), h. 99. php?page=fatwa, diakses pada Februari 2017
164 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 161-176

penentuan status hukum masalah yang difatwakan, merger atau konsolidasi harus menjadi bank
belum bersifat ifadah ‘ilmiah yakni memberikan syariah
kegunaan pencerahan wawasan keilmuan, sehingga 5. Dana zakat dan sosial yang dihimpun
kurang memberikan bekal kepada kalangan di luar perbankan syariah harus disalurkan ke
para ulama ekonomi syariah. Karena itu disarankan organisasi pengelola zakat
agar setiap fatwa disertai lampirannya, berupa 6. Penegasan dan landasan yang kuat tentang
uraian ilmiah singkat yang mengantarkan pada dewan pengawas syariah
kesimpulan-kesimpulan isi fatwa. Fatwa dimaksud
sudah disebarkan oleh MUI Pusat ke MUI Provinsi, 7. Penegasan tentang kedudukan dewan
Kabupaten/Kota dan juga sudah ada yang sampai syariah nasional
kepada warga masyarakat, agar umat mengetahui 8. Kewajiban tata kelola yang baik dan
hukum-hukum ekonomi syariah.12 penyampaian laporan keuangan berdasarkan
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa prinsip akuntansi syariah. 13
fatwa tidak dapat dijadikan sebagai landasan Di Indonesia, perkembangan fatwa DSN-
hukum karena dalam sumber hukum positif dalam MUI sehingga diharuskan dituangkan menjadi
sistem hukum nasional dan dalam tata urutan sebuah Peraturan Bank Indonesia dapat diuraikan
peraturan perundang-undangan, sebagaimana telah sebagai berikut:
disebutkan dalam Undang-Undang No 12 Tahun 1980 : Muncul ide dan gagasan konsep lembaga
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- keuangan syariah, uji coba BMT Salman di
undangan, tidak menyebutkan fatwa sebagai Bandung dan Koperasi Ridho Gusti.
bagian dari dasar hukum di negara ini. Namun 1990 : Lokakarya MUI dimana para peserta
agar fatwa dapat memiliki kekuatan hukum, maka sepakat mendirikan bank syariah di Indonesia.
fatwa harus dituangkan ke dalam Peraturan Bank
1992 : Pada tanggal 1 Mei 1992 bank syariah
Indonesia terutama fatwa yang dikeluarkan oleh
pertama bernama Muamalah Indonesia mulai
Dewan Syariah Nasional. Hal ini sesuai dengan isi
beroperasi.
dari Undang-undang Perbankan Syariah No. 21
Tahun 2008. 1992 : Kemunculan BMI ini kemudian diikuti
UU No. 21 Tahun 2008 diperkirakan akan dengan lahirnya UU No. 7 Tahun 1992 tentang
memiliki dampak positif, antara lain terhadap aspek Perbankan yang mengakomodasi perbankan
kepatuhan syariah (shari’ah complience), iklim investasi dengan prinsip bagi hasil baik bank umum
dan kepastian usaha, serta perlindungan konsumen maupun BPRS.
dan stabilitas sektor perbankan secara keseluruhan. 1998 : Keluar UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Beberapa aspek penting lain dalam UU No. 21 perubahan UU No. 7 tahun 1992 yang mengakui
Tahun 2008 tampak sudah berada pada arah yang keberadaan bank syariah dan bank konvensional
tepat, antara lain: serta memperkenankan bank konvensional
1. Ketentuan bahwa bank konvensional membuka kantor cabang syariah.
dapat dikonversi menjadi bank syariah 1999 : Keluar UU No. 23 Tahun 1999 tentang
dan larangan bank syariah dan bank Bank Indonesia yang mengakomodasi kabijakan
perkreditan syariah dikonversi menjadi bank moneter berdasarkan prinsip syariah dimana BI
konvensional dan bank perkreditan rakyat bertanggung jawab terhadap pengaturan dan
2. Mengizinkan kepemilikan asing di sektor pengawasan bank komersial termasuk bank
perbankan syariah domestik syariah. BI dapat menetapkan kebijakan moneter
3. Memfasilitasi spin-off unit usaha syariah dengan menggunakan prinsip syariah. Pada
menjadi bank umum syariah, tetapi tidak tahun ini dibuka kantor cabang bank syariah
mewajibkannya untuk pertama kali.
4. Dalam hal terjadi merger atau konsolidasi 2000 : BI mengeluarkan regulasi operasional
bank syariah dengan bank lain, bank hasil dan kelembagaan bank syariah dimana BI
menetapkan peraturan kelembagaan perbankan
Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: Sinar
12
Ika Novianti, Perbankan Syariah di Indonesia, http://
13

Grafika, 2008), h. 130-131. wordpress.com., di tulis pada Februari 2013, diakses pada
September 2013.
Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 165

syariah. Pengembangan Pasar Uang Antarbank (funding), produk penyaluran dana (lending), jasa
Syariah (PUAS) dan Sertifikat Wadiah Bank (services), dan produk di bidang sosial.
Indonesia (SWBI) sebagai instrument Pasar 2008 : Pada tanggal 16 Juli 2008 UU No. 21
Uang Syariah. Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disahkan
2001 : Pendirian unit kerja Biro Perbankan yang memberikan landasan hukum industri
Syariah di Bank Indonesia untuk menangani perbankan syariah nasional dan diharapkan
perbankan syariah. mendorong perkembangan bank syariah yang
2002 : Peraturan BI No. 4/ 1/ 2002 mengenai selama lima tahun terakhir asetnya tumbuh
pengenalan pembuktian bersih cabang syariah dari 65% per tahun namun pasarnya (market
yang merupakan penyempurnaan jaringan share) secara nasional masih di bawah 5%.
kantor cabang syariah. Undang-undang ini mengatur secara khusus
2004 : Keluar UU No. 3 Tahun 2004 tentang mengenai perbankan syariah, baik secara
perubahan UU No. 23 Tahun 1999 tentang kelembagaan maupun kegiatan usaha. Beberapa
Bank Indonesia yang makin mempertegas lembaga hukum baru diperkenalkan dalam UU
penetapan kebijakan moneter dengan yang No. 21/2008, antara lain yakni menyangkut
dilakukan oleh BI dapat dilakukan dengan pemisahan (spin-off) UUS baik secara sukarela
prinsip syariah. Belakangan UU N0. 23 tahun maupun wajib dan Komite Perbankan Syariah.
1999 diubah dengan Peraturan Pemerintah Terdapat beberapa PBI yang diamanahkan oleh
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun UU No. 21/2008.14
2008. Di samping itu, BI juga menyiapkan Proses penerbitan sebuah fatwa dapat dilihat
peraturan standarisasi akad, tingkat kesehatan, pada skema di bawah ini:
dan Lembaga Penjamin Simpanan. Di tahun ini Skema Penerbitan Fatwa
Mengeluarkan Fatwa Meminta
jugaSyariah
Dewan terjadi perubahan Biro Perbankan Otoritas Syariah Fatwa
menjadi Direktorat Perbankan Syariah di Bank
Nasional (DSN) Keuangan OTORITAS
KEUANGAN/ DSN
Indonesia. Mengeluarkan Fatwa LKS
(1)
Pendalaman masalah
2005
Produk: dan
DiJasa
era UU No. 10/ 1998 secara teknis dan perumusan fatwa
(2)
mengenai produk mengacu pada PBI No. 7/46/
Lembaga Keuangan dilakukan oleh BPH
Syariah
PBI/2005, tentang Akad a.Penghimpunan Ketentuan dan FATWA
Operasional
Penyaluran Dana bagi bank yang Melaksanakan
kegiatan
BPH-DSN
Lembaga
Kegiatan Keuangan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah,
Usaha Pleno Menyetujui
Syariah (LKS) b. Dasar Draft Fatwa BPH melakukan
yang kemudian sudah diganti dengan PBI
kesyariahan workshop dan
(3)
N0.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan suatu produk (4) pengkajian secara
dan jasa Rapat intensif dan
Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Pleno melibatkan jasa para
Dana dan Penyalur Dana Serta Pelayanan Jasa pakar di bidang terkait

Bank Syariah.
2006 : Pemberian layanan syariah juga semakin Penjelasan dari skema di atas adalah sebagai
dipermudah dengan diperkenalkannya konsep berikut:
office channeling, yakni semacam counter layanan DSN mengeluarkan fatwa mengenai suatu
syariah yang terdapat di kantor cabang/kantor produk, jasa dan ketentuan setelah mendapatkan
cabang pembantu bank konvensional yang sudah suatu permohonan fatwa dari otoritas moneter
memiliki UUS. Hal demikian ditemukan dalam atau LKS
PBI No. 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan 1. BPH-DSN melakukan pengkajian secara
Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional mendalam mengenai persoalan yang diminta
Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan fatwanya dengan melakukan rapat intensif
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan dan workshop
Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan 2. BPH-DSN merumuskan draft fatwa untuk
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah kemudian dibahas lebih lanjut dalam rapat
oleh Bank Umum Konvensional. Produk bank pleno DSN
syariah terdiri dari produk penghimpunan dana Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
14

(Jakarta: Kencana, 2009), h. 63-65.


166 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 161-176

3. Jika dalam rapat pleno DSN telah menyetujui konstan bagi perubahan kehidupan manusia secara
draft fatwa, maka draft fatwa tersebut telah semesta. Transformasi itu bermakna suatu proses
sah menjadi fatwa. kontekstualisasi norma fiqh (sebagai majmū‘at al-
Selain itu hubungan antara DSN dan Otoritas ahkām) ke dalam struktur masyarakat bangsa. Dalam
Keuangan seperti halnya BI dapat dilihat pada proses itu terjadi reduksi, adaptasi, dan modifikasi
skema berikut: norma fiqh yang “anti struktur” menjadi hukum
Skema Hubungan Antara DSN Dengan positif yang “terstruktur”, yang memiliki daya ikat
Otoritas Keuangan serta daya atur. Bahkan, dalam hal tertentu, hukum
positif memiliki daya paksa. Dengan demikian,
Dewan Syariah
Mengeluarkan Fatwa
Otoritas
ketika fatwa ditransformasi Meminta ke dalam hukum positif
Fatwa
Nasional (DSN) Keuangan ia telah mengalami
OTORITAS
KEUANGAN/
perubahan wujud dan fungsi
DSN
Mengeluarkan Fatwa dalam konteks LKS sistem hukum nasional.16 Fatwa telah
(1)
terintegrasi dengan norma lain, yangPendalaman telah berubah
masalah
Produk dan Jasa
Lembaga Keuangan
bentuk menjadi hukum positif. (2) Bahkandan dalam fatwa
perumusan hal
dilakukan oleh BPH
Syariah tertentu mengalami
FATWA perubahan makna, baik dalam
a. Ketentuan
Operasional arti perluasan makna maupun penyempitan BPH-DSN makna.
kegiatan Atas perihal tersebut, dalam bidang tertentu
Lembaga Keuangan Usaha Pleno Menyetujui
Syariah (LKS) b. Dasar di Indonesia, misalnya,Draft Fatwa makna subyek hukum
BPH melakukan
kesyariahan workshop dan
mengalami perluasan, dari (3) (naturlijk persoon)
orang
suatu produk (4) pengkajian secara
dan jasa menjadi orang dan atau badan hukum
Rapat (rechtspersoon)
intensif dan
sebagaimana tampakPleno dalam hukum melibatkan jasa para
perwakafan
pakar di bidang terkait
(wakif dan nadzir) dan hukum pengelolaan zakat
ANALISIS DATA
(muzakki dan mustahiq). Hal itu tampak dalam
Dari penjelasan di atas dapat dilihat proses
ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 41 Tahun
transformasi fatwa Dewan Syariah Nasional hingga
2004, wakif terdiri atas perseorangan, organisasi, dan
menjadi hukum positif. Adapun transformasi fatwa
badan hukum yang mewakafkan benda miliknya.
tersebut merupakan suatu perubahan bentuk,
Sedangkan nadzir adalah kelompok orang atau
dari produk penalaran fuqaha yang “beragam”
badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan
(mukhtalaf fih) menjadi produk badan penyelenggara
penguasaan benda wakaf. Sementara itu, menurut
negara yang bersifat “seragam” (muttafaq ‘alayh),
ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 38
yakni peraturan perundang-undangan (al-qānun).15
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, muzakki
Perubahan bentuk tersebut, dalam berbagai hal
adalah orang atau badan hukum yang dimiliki oleh
diikuti oleh perubahan substansi, sehingga dapat
Muslim yang berkewajiban menunaikan zakat.
dikatakan sebagai perubahan struktural dalam
Sedangkan mustahiq adalah orang atau badan hukum
konteks struktur dan kultur masyarakat bangsa
yang berhak menerima zakat.
karena adanya faktor determinan yang bersifat
Usaha-usaha yang demikian, menjadikan fatwa
Di Indonesia, berdasarkan Ketetapan MPR-RI Nomor
15 sebagai salah satu bahan baku dalam penyusunan
III Tahun 2000 tata urut peraturan perundang-undangan hukum positif. Atau, sebagaimana dikemukakan
adalah sebagai berikit: (1) Undang-Undang Dasar oleh Abdurrahman Wahid, “Apa yang dituju adalah
1945; (2) Ketetapan MPR-RI; (3) Undang-Undang; bagaimana menjadikan hukum Islam lebih banyak
(4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; lagi menggunakan pertimbangan-pertimbangan
(5) Peraturan Pemerintah; (6) Keputusan Presiden;
manusiawi, termasuk pertimbangan ilmiah praktis,
dan (7) Peraturan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/
Kota). Sementara itu, menurut ketentuan Pasal 7 ayat
dalam proses pengambilan keputusan hukumnya”.
(1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Dengan perkataan lain, usaha seperti itu menjadikan
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, hirarki (sebagian) fatwa terintegrasi ke dalam hukum
Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut: positif. Ia menjadi hukum yang mengikat, mengatur,
(1). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945; (2) Ketetapan Majelis Permusyarakatan Yang dimaksud dengan hukum positif dalam tulisan
16

Rakyat; (3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah ini, khusunya di Indonesia, ialah peraturan perundang-


Pengganti Undang-Undang (Perpu); (4) Peraturan undangan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-
Pemerintah; (5) Peraturan Presiden; (6) Peraturan Daerah Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Provinsi (7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Peraturan Perundang-undangan.
Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 167

dan dapat dilaksanakan bagi penataan kehidupan (2) tataran hukum material (hukum substantif)17;
manusia. (3) tataran hukum formal (hukum acara)18; dan (4)
Pada tahapan ini terjadi proses pengalihan tataran pelaksanaan hukum atau penegakan hukum.
substansi fatwa ke dalam hukum positif ketika Transformasi itu dilaksanakan berdasarkan politik
terdapat titik persamaan antara substansi fatwa hukum dari badan penyelenggara negara yang
dengan “bahan baku” lain dalam perumusan hukum ditindaklanjuti oleh program legislasi.
positif lebih besar ketimbang perbedaannya. Hal Hal ketiga ialah hukum positif. Seperti
itu terjadi ketika interaksi antara elite Islam dengan yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika fatwa
elite lain dilakukan dengan frekuensi dan intensitas ditransformasi ke dalam hukum positif ia telah
yang sangat tinggi mengalami perubahan wujud dan fungsi dalam
Apa yang dikemukakan di atas menunjukkan konteks sistem hukum nasional.19 Oleh sebab
bahwa fatwa memiliki potensi dan posisi dalam itu ketika membahas hukum positif, maka
sistem hukum nasional yang bersumber pada konteks sistem hukum nasional yang akan
hukum positif. Kini, di samping civil law system, dan menjadi pembahasan. Sistem hukum nasional
common law system, juga berkembang Islamic law system merupakan bagian dari sistem masyarakat dalam
yang intinya adalah fatwa. ikatan negara kebangsaan. Dalam sistem hukum
Perjalanan bank syariah masih panjang dan itu mencakup beberapa hal. Pertama, nilai-nilai
berliku. Keberadaan UU tidak cukup membuat fundamental yang telah disepakati sebagai rujukan
fundamental bank syariah kuat dan berkembang. utama sebagaimana tersurat dalam konstitusi.
Kekuatan SDM adalah kunci dari arah dan Kedua, bahan baku dalam pembentukan dan
masa depan bank syariah. Saat ini, bank syariah pengembangan hukum. Ketiga, arah pengembangan
memerlukan SDM-SDM yang holistik-integratif: hukum yang hendak dicapai. Keempat, berbagai
memiliki kemampuan yang memukau di bidang bidang kehidupan yang memerlukan pengaturan.
keuangan tetapi juga tidak “rikuh” dengan teks- Kelima, proses politik melalui suprastruktur dan
teks fiqh klasik. Dengan SDM yang tangguh, infrastruktur politik. Keenam, perangkat hukum
masalah inovasi produk, shariah compliant, edukasi dalam jenjang hukum tertulis yang ditetapkan oleh
dan sosialisasi akan teratasi. Bahkan dengan badan penyelenggara negara. Ketujuh, penegakan
SDM yang qualified, keterbatasan permodalan dan hukum melalui badan dan aparat penegakan
jaringan pun akan mudah dicarikan jalan keluarnya. hukum. Kedelapan, pluralitas dan perkembangan
Hal ini berlaku pula ketika hukum Islam ingin masyarakat bangsa secara internal. Kesembilan,
dikodifikasikan menjadi hukum positif. Dengan perkembangan masyarakat dunia yang ditunjang
SDM yang berkualitas dan mempuni tentu hal oleh produk teknologi (eksternal). Berbagai hal itu
tersebut akan mudah dilakukan. merupakan unsur (subsistem) dalam sistem hukum
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam hal nasional sebagai suatu kesatuan terintegrasi yang
transformasi fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) saling berhubungan, saling menunjang, dan saling
ke dalam hukum positif. Tiga hal tesebut yakni tergantung.
fatwa, transformasi fatwa dan hukum positif. Hal Proses transformasi merupakan tahapan
pertama ialah fatwa yang merupakan harapan pengalihan substansi fatwa ke dalam hukum positif.
umat Islam agar hukum Islam dapat menjadi 17
Sumber hukum material/materiil, yaitu sumber hukum
hukum positif di Indonesia. Fatwa di sini perasaan hukum (keyakinan hukum) individu dan
yakni fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI pendapat umum (public opinion) yang menjadi determinan
yang telah diakui oleh negara dalam UU No. materiil membentuk hukum, menentukan isi hukum.
21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Lihat Zafrullah Salim, “Kedudukan Fatwa dalam
sehingga membuka jalan bagi hukum-hukum Negara Hukum Republik Indonesia,” dalam Tim, Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Perspektif Hukum
Islam dapat dikodifikasikan terutama dalam
dan Perundang-undangan (Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Perbankan Syariah. Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Hal kedua ialah transformasi fatwa ke dalam Agama RI, 2012), h. 27.
hukum positif dalam sistem hukum nasional. Ia 18
Sumber hukum formil, yaitu yang menjadi diterminan
merupakan pengalihan substansi fatwa ke dalam formil membentuk hukum (formale determinanten van de
substansi hukum positif, yang meliputi empat tataran rechtsvorming) menentukan berlakunya hukum. Lihat
hukum, yakni (1) tataran asas atau prinsip hukum; Zafrullah Salim, “Kedudukan Fatwa …,” dalam Ibid.
19
Lihat pada BAB III Paparan Data.
168 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 161-176

Tahapan tersebut dilakukan melalui suatu prosedur RUU yang telah disetujui oleh DPR dan presiden
yang berlaku pada negara yang bersangkutan. disampaikan oleh pemimpin DPR kepada presiden
Prosedur itu juga berhubungan dengan sistem untuk disahkan menjadi undang-undang. Disahkan
pemerintahan yang dianut: presidensial atau setelah 7 hari keputusan bersama membubuhkan
parlementer. Tahapan itu secara teknis meliputi: tanda tangan paling lama 30 hari sejak keputusan
tahap perencanaan, penyusunan, pembahasan, bersama Penetapan peraturan daerah dilakukan
pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.20 oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan
Tahap perencanaan penyusun undang-undang DPRD. Paling lambat 7 hari disampaikan kepada
dilakukan dalam suatu Prog ram Legislasi kepala daerah setelah keputusan dalam jangka waktu
Nasional (Prolegnas). Bertujuan agar dalam paling lambat 30 hari mendapatkan tanda tangan
pembentukan  peraturan perundang-undangan kepala daerah. Tahap terakhir yakni pengundangan.
dapat dilaksanakan secara berencana. Memuat Peraturan perundang-undangan dalam berita
skala prioritas program legislasi tingkat nasional NKRI. Tambahan Lembaran Negara Republik
sesuai jangka menengah atau tahunan yang disusun Indonesia memuat penjelasan peraturan perundang-
oleh DPR dengan perkembangan kebutuhan undangan yang di muat dalam Berita Indonesia.
dalam mewujudkan sistem hukum nasional. Pengundangan peraturan perundang-undangan
Tahap selanjutnya yakni tahap penyusunan. dilaksanakan oleh menteri yang menyelenggarakan
Tahap penyusunan undang-undang pada dasarnya urusan di bidang hukum.
dibedakan menjadi 3 proses yaitu, RUU dari Rujukan konstitusi merupakan rujukan yuridis
DPR dan presiden, RUU dari presiden, dan RUU dalam proses penyusunan hukum positif, sesuai
dari DPD. Semua tersebut harus disertai Naskah dengan hierarki hukum positif yang berlaku dalam
Akademik,21 disusun berdasarkan Polegnas. Tahap negara yang bersangkutan. Dalam konteks negara
pembahasan   RUU dilakukan oleh DPR dan bangsa Indonesia, rujukan konstitusi tersebut
Presiden atau menteri yang di tugasi. RUU yang adalah ketentuan dalam Undang-Undang Dasar
berkaitan dengan otonomi daerah mengikutsertakan 1945. Sementara itu, rujukan hukum positif di
DPD.  Keikutsertaan DPD hanya sampai tingkat bawah undang-undang adalah undang-undang itu
I. DPD meberikan pertimbangan kepada DPR sendiri; dan seterusnya.
atas Anggaran Pendapatan dan Belanjaan Negara. Selain itu perubahan sosial merupakan aspek
Pembicaraan melalui dua tingkat sebagai berikut. sosiologis bagi transformasi fatwa. Ia merupakan
Pertama, pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi, aspek eksternal dalam proses transformasi fatwa
rapat gabungan, rapat badan legislasi, rapat badan melalui interaksi antara elite Islam dengan elite
anggaran, atau rapat panitia khusus. Dilakukan lainnya, termasuk elite penguasa. Manakala elite
dengan kegiatan mini. Kedua, pembicaraan tingkat Islam mempunyai daya tawar yang tinggi, maka
II dalam rapat paripurna.22 Pada tahap pengesahan peluang transformasi fatwa lebih terbuka. Demikian
pula sebaliknya. Boleh jadi interaksi itu tidak hanya
20
Lihat UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, Pasal 1, Ayat 1.
terbatas dalam suatu negara, tetapi juga interaksi
21
Naskah akademik adalah naskah hasil penelitian atau antar elite antar bangsa. Transformasi fatwa DSN-
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap MUI, khususnya bidang ekonomi syariah dan
suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan perbankan, misalnya, menunjukkan gejala yang
secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut mendunia.
dalam suatu Rancangan Undang undang, Rancangan Jika akan melihat kedudukan fatwa DSN
Peraturan Daerah Provinsi atau Rancangan Peraturan
dalam kerangka hukum nasional, maka kita perlu
Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
melihat posisi MUI dalam kerangka kelembagaan
Lihat UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan di pemerintah. Hal ini dikarenakan, kekuatan
Peraturan Perundang-undangan. Keberadaan Naskah mengikat produk hukum yang dikeluarkan oleh
Akademik awalnya belum menjadi suatu keharusan dalam satu lembaga akan dipengaruhi oleh posisi lembaga
penyusunan Rancangan Peraturan Perundang undangan. tersebut dalam tata pemerintahan. MUI dalam
Menjadi harus sejak tahun 2011, sesuai ketentuan Pasal ketatanegaraan Indonesia sebenarnya berada
43 ayat (3) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
dalam elemen infra struktur ketatanegaraan (lebih
Peraturan Perundang-undangan.
22
Rizqiyliapratiwi, Tahap Pembentukan Peraturan Perundang- wordpress.com/, ditulis pada Nopember 2012, diakses
undangan di bawah UUD 1945, http://rizqyliapratiwi. pada Januari 2014.
Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 169

berada di ruang-ruang pemberdayaan masyarakat), Adapun PBI tersebut antara lain:


sebab MUI adalah organisasi ‘alim ulama umat 1. PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank
Islam yang mempunyai tugas dan fungsi untuk Umum Syariah.25
memberdayakan masyarakat/umat Islam, artinya 2. PBI No. 11/15/PBI/2009 tentang Perubahan
MUI adalah organisasi yang ada dalam masyarakat, Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi
dan bukan merupakan institusi milik negara atau Bank Syariah.
merepresentasikan negara. 3. PBI No. 11/24/PBI/2009 tentang Fasilitas
Fatwa MUI jika dilhat dalam kerangka hukum Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi
nasional maka fatwa tersebut tidak mempunyai Bank Umum Syariah
kekuatan hukum mengikat. Akan tetapi fatwa
memiliki kekuatan hukum yang mengikat apabila 4. PBI No. 11/29/PBI/2009 tentang Fasilitas
fatwa tersebut diperkuat dengan instrument- Pendanaa Jangka Pendek Syariah bagi Bank
instrumen negara yang mempunyai alat legitimasi, Pembiayaan Rakyat Syariah
seperti Undang-undang, PP, PBI, atau sejenisnya.23 5. PBI. No. 11/31/PBI/2009 tentang Uji
Di sinilah letak kedudukan strategis dari negara Kemampuan Dan Kepatutan (Fit And Proper
dalam pandangan Islam. Dalam sebuah negara Test) Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah
Islam, fatwa merupakan produk hukum yang 6. PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang
mengikat apabila diadopsi oleh pemerintah. Jadi Pelaksanaan Good Cor porate Governance
mengikat atau tidaknya sebuah fatwa jika dilihat dari Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
kerangka hukum nasional sangat tergantung apakah Syariah.
fatwa tersebut termasuk produk hukum yang 7. PBI No. 13/5/PBI/2011 tentang Batas
diadopsi negara atau tidak. Hal ini yang menjadi Maksimum Penyaluran Dana Bank
masalah di Indonesia karena fatwa atau pendapat Pembiayaan Rakyat Syariah.
MUI itu hanya dijadikan sebagai masukan oleh
8. PBI No. 13/6/PBI/2011 tentang Tindak
pemerintah bukan sebagai hukum yang mengikat.
Lanjut Penanganan Terhadap Bank
BI telah menjadikan fatwa sebagai bahan
Pembiayaan Rakyat Syariah dalam Status
pertimbangan hukum pada masa sebelum UU
Penangan Khusus.
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
disahkan. Hal ini terlihat pada Kodifikasi Produk 9. PBI No. 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan
Perbankan Syariah yang memuat secara tertulis atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
bahwa fatwa DSN tertentu menjadi rujukan 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi
pembuatan peraturan. Pembiayaan Bagi Bank Syariah Dan Unit
Fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN dari Usaha Syariah.
tahun 2008 hingga tahun 2013 adalah berjumlah 10. PBI No. 13/13/PBI/2011 tentang Penilaian
11 fatwa DSN dan PBI yang telah dikeluarkan Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah
oleh Bank Indonesia berkenaan dengan fatwa DSN Dan Unit Usaha Syariah.
tersebut sesuai dengan amanat UU No. 21 Tahun 11. PBI No. 13/14/PBI/2011 tentang Penilaian
2008 tentang Perbankan Syariah hingga tahun 2013 Kualitas Aktiva Bagi Bank Pembiayaan
adalah berjumlah 21 buah PBI.24 Jika dilihat dari Rakyat Syariah.
21 jumlah PBI tersebut tidak ditemukan kesesuaian 12. PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan
antara materi pembahasan fatwa DSN dengan PBI. Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah benar Syariah dan Unit Usaha Syariah.
fatwa tersebut dijadikan acuan dalam pembentukan
13. PBI No. 14/6/2012 tentang Uji Kemampuan
PBI oleh Bank Indonesia melalui KPS. Selain itu,
Dan Kepatutan (Fit And Proper Test) Bank
dari 21 PBI yang dikeluarkan, hanya 15 buah PBI
Syariah dan Unit Usaha Syariah.
yang dibuat setelah dibentuknya KPS oleh Bank
Indonesia. 14. P BI No. 14/17/2012 tentang Kegiatan
Usaha Bank Berupa Penitipan Dengan
23
M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Pengelolaan (Trust)
Agama dan Mahkamah Syar’iyah di Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2005), h. 158. Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
25
24
Fatwa DSN dan PBI dapat dilihat pada BAB III Paparan (Jakarta: Kencana, 2009), h. 66.
Data.
170 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 161-176

15. PBI No. 14/20/PBI/2012 tentang Perubahan 2. PBI No. - - -


Atas Peraturan Bank Indonesia No. 11/24/ 11/15/
PBI/2009
PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan tentang
Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Umum Perubahan
Syariah.26 Kegiatan
Usaha Bank
Dari 15 PBI tersebut dapat dinilai apakah ada Konven-
penyerapan fatwa DSN sebagai bahan pertimbangan sional Men-
dalam pembuatan PBI oleh KPS. Karena telah jadi Bank
Syariah
diketahui bahwa salah satu amanat bagi Bank
Indonesia adalah pembentukan Komite Perbankan 3. PBI No. Pasal 3, Fatwa tentang
Syariah (KPS) dalam rangka mengimplementasikan 11/24/ yang ber- DSN No. Pem-
PBI/2009 bunyi: FP- 7/DSN- biayaan
fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang akan tentang JPS yang MUI/ Mud-
dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia. Fatwa Fasilitas diterima IV/2000 harabah
MUI yang memuat Prinsip Syariah merupakan salah Pendanaan oleh Bank (Qiradh)
satu aspek mendasar atas keberadaan, kelangsungan Jangka sebagaima-
Pendek na dimak-
dan pengembangan industri perbankan syariah Syariah sud dalam
di Indonesia. Dalam rangka implementasi Bagi Bank Pasal 2
dan harmonisasi fatwa agar dapat dituangkan Umum ayat (1)
Syariah berdasar-
dengan baik ke dalam Peraturan Bank Indonesia,
kan akad
maka tahapan penafsiran dan pemaknaan fatwa Mudhara-
merupakan satu tahapan yang penting dalam proses bah.
4. PBI No. Pasal 3, Fatwa tentang
penyusunan ketentuan berupa Peraturan Bank 11/29/ yang ber- DSN No. Pem-
Indonesia. PBI/2009 bunyi: FP- 7/DSN- biayaan
Jika pada masa sebelum UU No. 21 Tahun tentang JPS yang MUI/ Mud-
Fasilitas diterima IV/2000 harabah
2008 tentang Perbankan Syariah disahkan fatwa Pendanaa oleh BPRS (Qiradh)
secara jelas dimuat sebagai bahan pertimbangan Jangka menggu-
hukum oleh BI, maka setelah lahirnya UU tersebut, Pendek nakan akad
khususnya setelah KPS terbentuk, BI tidak memuat Syariah Mudhara-
bagi Bank bah.
secara eksplisit tentang fatwa yang menjadi rujukan Pembiayaan
pembuatan PBI dalam redaksi kalimat PBI sehingga Rakyat
menimbulkan kebingungan ketika seseorang ingin Syariah
mengetahui fatwa apa yang telah diserap dalam
5. PBI. No. - - -
PBI tersebut. Namun jika diteliti lebih mendalam, 11/31/
maka ada beberapa dari PBI tersebut yang memuat PBI/2009
unsur Fatwa dari DSN walaupun tidak disebutkan tentang Uji
Kemam-
di dalamnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel di puan Dan
bawah ini: Kepatutan
(Fit And
Proper
Penyerapan Fatwa DSN oleh PBI
Test) Bank
Paska dibentuknya KPS Syariah Dan
Unit Usaha
Bagian Fatwa Perihal Syariah
No. PBI
PBI DSN Fatwa
1. PBI No. - - -
11/3/
PBI/2009
tentang
Bank
Umum
Syariah.

Diambil dari website resmi Bank Indonesia.


26
Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 171

6. PBI No. - - - 9. PBI No. Pasal 1, Fatwa tentang


11/33/ 13/9/ ayat 7 poin DSN No. Penjad-
PBI/2009 PBI/2011 a: Pen- 48/DSN- walan
tentang tentang jadwalan MUI/ Kembali
Pelaksa- Perubahan kembali II/2005 Tagihan
naan Good atas Pera- (reschedul- Muraba-
Corporate turan Bank ing) hah
Governance Indonesia
Bagi Bank Nomor Poin b: Fatwa tentang
Umum 10/18/ Pers- DSN No. Penjad-
Syariah dan PBI/2008 yaratan 48/DSN- walan
Unit Usaha Tentang kembali MUI/ Kembali
Syariah. Restruk- (recondi- II/2005 Tagihan
turisasi tioning): 1. Muraba-
Pembiayaan perubahan hah
7. PBI No. - - -
Bagi Bank jadwal
13/5/
Syariah Dan pemba-
PBI/2011
Unit Usaha yaran
tentang
Syariah. 4. peruba- Fatwa tentang
Batas
han nisbah DSN No. Prinsip
Maksimum
dalam 15/DSN- Dis-
Penyaluran
pem- MUI/ tribusi
Dana Bank
biayaan IX/2000 hasil
Pembiayaan
mudhara- usaha
Rakyat
bah dalam
Syariah.
atau musy- Lem-
arakah; baga
8. PBI No. - - - Keuan-
13/6/ gan
PBI/2011 5. peru- Fatwa tentang
tentang bahan DSN No. Sistem
Tindak proyeksi 14/DSN- Disi-
Lanjut bagi MUI/ tribuasi
Penanganan hasil dalam IX/2000 Hasil
Terhadap pem- Usaha
Bank biayaan dalam
Pembiayaan mudhar- Lem-
Rakyat abah atau baga
Syariah da- musy- Keuan-
lam Status arakah gan
Penangan 6. pem- Fatwa tentang
Khusus. berian DSN No. Poton-
potongan. 23/DSN- gan Pe-
MUI/ lunasan
III/2001 dalam
Muraba-
hah
10. PBI No. BAB V Fatwa tentang
13/13/ Penyisihan DSN No. Pen-
PBI/2011 Penghapu- 18/DSN- cadan-
tentang san Aktiva MUI/ gan
Penilaian IX/2000 Pengha-
Kualitas pusan
Aktiva Aktiva
Bagi Bank Pro-
Umum duktif
Syariah Dan dalam
Unit Usaha Lem-
Syariah. baga
Keuan-
gan
Syari’ah
172 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 161-176

11. PBI No. BAB VI Fatwa tentang 15. PBI No. Pasal 3, Fatwa tentang
13/14/ Penyisihan DSN No. Pen- 14/20/ yang ber- DSN No. Pem-
PBI/2011 Penghapu- 18/DSN- cadan- PBI/2012 bunyi: FP- 7/DSN- biayaan
tentang san Aktiva MUI/ gan tentang JPS yang MUI/ Mud-
Penilaian IX/2000 Pengha- Perubahan diterima IV/2000 harabah
Kualitas pusan Atas Pera- oleh BPRS (Qiradh)
Aktiva Aktiva turan Bank menggu-
Bagi Bank Pro- Indonesia nakan akad
Pembiayaan duktif No. 11/24/ Mudhara-
Rakyat dalam PBI/2009 bah
Syariah. Lem- tentang
baga Fasilitas
Keuan- Pendanaan
gan Jangka
Syari’ah Pendek
12. PBI No. - - - Syariah
13/23/ Bagi Bank
PBI/2011 Umum
tentang Syariah.
Penerapan
Manajemen
Risiko Jika dilihat pada data di atas maka
Bagi Bank
Umum
penyerapan fatwa hanya terjadi pada PBI yang
Syariah dan berhubungan dengan akad, tidak pada sistem
Unit Usaha kerja lembaga keuangan. Namun dengan adanya
Syariah. penyerapan fatwa dalam pembentukan PBI ini
13. PBI No. - - -
14/6/2012
telah memberikan kesempatan bagi terciptanya
tentang Uji regulasi hukum Islam di Indonesia. Hal ini juga
Kemam- menjadikan fungsi KPS dinilai cukup efektif dalam
puan Dan mentransferkan hukum Islam ke dalam hukum
Kepatutan
(Fit And positif.
Proper Walaupun pada awalnya pembentukan
Test) Bank KPS banyak menuai penolakan karena akan
Syariah dan
menimbulkan kerancuan antara fungsi DSN dan
Unit Usaha
Syariah. KPS, namun pada akhirnya KPS menggunakan
14. PBI No. BAB II Fatwa tentang fungsinya dengan cukup baik dengan berhasilnya
14/17/2012 Kegiatan DSN No. Giro Fatwa DSN terserap dalam PBI. Untuk dapat
tentang Trust 01/DSN- melihat perbedaan dan persamaan antara DSN dan
Kegiatan MUI /
Usaha Bank IV/2000 KPS, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Berupa dan tentang
Penitipan Fatwa Tabun- No. Perihal DSN-MUI KPS-BI
Dengan DSN gan 1. Latar Sebagai payung Undang-Un-
Pengelolaan No.02/ Belakang dari lembaga-lem- dang No. 21
(Trust) DSN- pembentu- baga organisasi Tahun 2008
MUI/ kan keagamaan (Islam) tentang Per-
IV/2000 di Indonesia seh- bankan Syariah:
ingga menganggap menindaklanju-
perlu membentuk ti implementasi
satu badan dewan fatwa Majelis
syariah yang bersi- Ulama Indo-
fat nasional nesia (MUI)
ke dalam
Peraturan Bank
Indonesia
Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 173

2. Tugas 1.Menumbuh- Membantu 5. Masa Bakti Keanggotaan Masa jabatan


kembangkan Bank Indonesia DSN ditunjuk anggota
penerapan dalam : dan diangkat oleh Komite Per-
nilai-nilai syariah (1) menafsirkan MUI untuk masa bankan Syariah
dalam kegiatan fatwa MUI bakti 4 tahun adalah 2 (dua)
perekonomian yang terkait tahun, dan
pada umumnya dengan per- dapat
dan keuangan bankan syariah. diperpanjang
pada khususnya. (2) memberikan paling banyak 2
2.Mengeluarkan masukan dalam (dua) kali masa
fatwa atas rangka imple- jabatan.
jenis-jenis kegia- mentasi fatwa 6. Pem- a.DSN mem- Anggaran dan
tan keuangan. MUI kedalam biayaan peroleh dana biaya-biaya
3.Mengeluarkan PBI. operasional dari sehubungan
fatwa atas (3) melakukan bantuan pemer- pelaksanaan
produk dan pengembangan intah (Depkeu), tugas Komite
jasa keuangan industri per- Bank Indonesia, Perbankan
syariah. bankan syariah. dan sumbangan Syariah menjadi
4.Mengawasi masyarakat. beban anggaran
penerapan fatwa b.DSN meneri- Bank Indonesia
yang telah dikel- ma dana iuran
uarkan. bulanan dari
3. Bertanggu- Majelis Ulama Bank Indonesia setiap lembaga
ng jawab Indonesia keuangan syari-
kepada ah yang ada.
4. Anggota Keanggotaan Perwakilan dari c.DSN memper-
DSN terdiri dari Bank Indone- tanggung-jawab-
Pengurus Pleno sia, Departe- kan keuangan
(56 Anggota) dan men Agama atau sumbangan
Badan Pelaksana dan unsur tersebut kepada
Harian (17 orang masyarakat MUI.
anggota). Ketua dengan 7. Mekanisme a.DSN mensahkan a.Fatwa
DSN-MUI dijabat komposisi be- Kerja rancangan fatwa DSN akan
Ex Officio Ketua rimbang yang yang diusulkan ditafsirkan
Umum MUI dan ditetapkan oleh oleh Badan Pen- dan dalam
sekretaris DSN- Bank Indonesia gawas Harian pengambilan
MUI dijabat Ex dan memenuhi DSN. keputu-
Officio Sekretaris persyaratan b.DSN melakukan san akan
Umum MUI. Ada- integritas dan rapat pleno dilaksanakan
pun keanggotaan kompetensi, paling tidak pada Rapat
DSN diambil dari dengan jumlah satu kali dalam Komite
pengurus MUI, anggota paling tiga bulan, atau b.Hasil
Komisi Fatwa banyak 11 (se- bilamana diper- pelaksanaan
MUI, Ormas belas) orang lukan. tugas komite
Islam, Perguruan c.Setiap tahunnya tersebut nan-
Tinggi Islam, membuat suatu tinya akan
Pesantren dan pernyataan yang disampaikan
para praktisi pere- dimuat dalam kepada
konomian syariah laporan tahunan DPbS Bank
yang memenuhi bahwa lembaga Indonesia
kriteria dan diusul- keuangan dalam bentuk
kan oleh Badan syariah yang Rekomendasi
Pelaksana Harian bersangkutan Komite.
DSN yang mana telah atau tidak c.rekomendasi
keanggotaan baru memenuhi se- Komite
DSN ditetapkan genap ketentuan tersebut
oleh Rapat Pleno syariah sesuai menjadi
DSN-MUI dengan fatwa bahan bagi
yang dikeluar- DPbS dalam
kan oleh DSN merumuskan
draft PBI


174 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 161-176

Dalam penjelasan mengenai Mekanisme 2. Transformasi Fatwa DSN-MUI merupakan


KPS, dijelaskan bahwa hasil pelaksanaan tugas sebuah keharusan dan dianggap urgent
komite (penafsiran terhadap fatwa DSN) tersebut ketika sebuah hukum Islam (dalam hal ini
nantinya akan disampaikan kepada DPbS Bank Fatwa DSN-MUI) ingin memiliki kekuatan
Indonesia dalam bentuk Rekomendasi Komite. hukum mengikat dalam hukum positif. Hal
Terkait hubungan antara DSN-MUI, KPS dan ini disebabkan Bank Indonesia tidak bisa
DPbS, bahwa dalam pembentukan PBI nantinya memberikan sanksi bagi bank syariah atau
DPbS Bank Indonesia akan melibatkan KPS yang di unit usaha syariah yang tidak mengikuti
dalamnya terdapat representasi dari DSN-MUI oleh fatwa. Oleh sebab itu solusi yang ditempuh
karena itu DSN-MUI secara kelembagaan belum agar fatwa menjadi mengikat adalah melalui
tentu dilibatkan. Namun, DPbS dapat melibatkan transformasi fatwa DSN ke dalam PBI.
DSN-MUI apabila memang perlu. Intinya KPS Adapun proses transformasi tersebut
nantinya akn melakukan harmonisasi fatwa agar dipengaruhi oleh KPS sebagai pemberi
compatible bagi praktik perbankan. DPbS dalam rekomendasi terhadap fatwa DSN. Ketika
membuat draft PBI juga tetap melibatkan unsur fatwa ditransformasi ke dalam hukum
DSN-MUI. Oleh karenanya, PBI yang materi positif ia telah mengalami perubahan wujud
muatannya berasal dari fatwa DSN-MUI tetap dan fungsi dalam konteks sistem hukum
sesuai dengan maksud pembuat fatwa, namun nasional. Fatwa telah terintegrasi dengan
aplikatif diterapkan oleh Bank Syariah dan Unit norma lain, yang telah berubah bentuk
Usaha Syariah dalam operasional kegiatan usahanya. menjadi hukum positif. Bahkan dalam hal
tertentu mengalami perubahan makna,
Penutup baik dalam arti perluasan makna maupun
Dari paparan data analisis tersebut, maka penyempitan makna. Hal ini dapat dilihat
dapat dismpulkan bahwa: pada masa sebelum UU No. 21 Tahun 2008
1. Fatwa MUI (DSN-MUI) jika dilihat dalam tentang Perbankan Syariah disahkan Fatwa
kerangka hukum positif maka fatwa DSN secara jelas dimuat sebagai bahan
tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum pertimbangan hukum oleh BI walaupun
mengikat. Akan tetapi fatwa memiliki disebutkan hanya dalam Kodifikasi Produk
kekuatan hukum yang mengikat apabila Keuangan Syariah. Sedangkan setelah UU
fatwa tersebut diperkuat dengan instrumen- Perbankan Syariah disahkan fatwa-fatwa
instrumen negara yang mempunyai alat tersebut hanya dapat dilihat secara tersirat
legitimasi, seper ti Undang-undang, dalam PBI karena tidak ada penjelasan
Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan secara eksplisit yang menyatakan fatwa
Bank Indonesia (PBI), atau sejenisnya. Salah tertentu yang digunakan.
satu dasar hukum yang dapat dipakai dalam
proses transformasi agar Fatwa DSN-MUI DAFTAR PUSTAKA
dapat menjadi sebuah hukum positif adalah Departemen Agama RI. 1412 H. Al Quran dan
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Terjemahannya (Al Qur’an wa Tarjamah Ma’nihi
Syariah yang mengharuskan Bank Indonesia ila Al Lughah al Indonesiyyah), Makkah:
membentuk Komite Perbankan Syariah Khadim Al Haramain Asy Syarifain Al
yang bertugas menafsirkan fatwa DSN-MUI Malik Fadh bin Abdul Aziz As Su’udi Ath
(tugas KPS sebagaimana dalam Peraturan Thaba’ah al Mushah Asy Syarif.
Bank Indonesia Nomor 10/32/PBI/2008 Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus
tentang Komite Perbankan Syariah) agar Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
dapat dituangkan menjadi PBI. Oleh sebab Ed. ke-3.
itu ketika sebuah fatwa telah ditransformasi
ke dalam PBI maka Bank Indonesia dapat Kamil, Ahmad dan M. Fauzan. 2007. Kitab Undang-
memberikan sanksi bagi bank syariah atau undang Hukum Perbankan dan Ekonomi
unit usaha syariah yang tidak melaksanakan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media
ketentuan sesuai dengan PBI tersebut. Group.
Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 175

Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis


Ulama Indonesia Provinsi Kalimantan
Selatan. 2012. Kumpulan Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) tentang Ekonomi Islam.
Banjarmasin: MUI Kal-Sel.
Manan, Abdul. 2007. Beberapa Masalah Hukum dalam
Praktek Ekonomi Syariah, Makalah Diklat
Calon Hakim Angkatan-2 di Banten.
_____, Abdul. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah;
Sebuah Kewenangan Baru Peradilan Agam.
Sebuah makalah.
Mubaraok, Jaih. 2002. Metodologi Ijtihad Hukum Islam.
Yogyakarta: UII Press.
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat.
Jakarta: Amzah.
Nasikhin, Muh. 2010. Perbankan Syariah & Sistem
Penyelesaian Sengketanya, Semarang: Fatawa
publishing.
Nasution, M. 2000. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosydakarya.
Ritonga, A. Rahman. 2000. Ensiklopedi Hukum Islam,
cet. 4, Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve.
Sabiq, Sayyid. 1993. Fiqh al Sunnah, di-Indonesia
oleh Mudzakir AS, dengan judul Fikih
Sunnah, Jilid XIV. Bandung: Alma’arif.
Sugiono, Muhammad Kedudukan Fatwa dalam Syariat
Islam, ditulis pada tanggal 30 Januari 2009,
%20S2%202/Kumpulan%20UU,%20
Fatwa%20dan%20PBI/Kedudukan%20
Fatwa%20dalam%20Syariat%20Islam%20
%C2%AB%20muhammadsugiono, diakses
pada tanggal 20 September 2010.
Sumitro, Warkum. 2004. Asas-Asas Perbankan Islam
& Lembaga-lembaga Terkait (BAMUI, Takaful
dan Pasar Modal Syariah di Indonesia). Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
______. 1996. Asas-asas Perbankan Islam dan
Lembaga-lembaga Terkait (BMUI & Takaful )
di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press.
Tim. 2006. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT
Ichtiar Baru Van Hoeve. Cet. ke-7.
Tim. 2007. Menjawab Keraguan Umat Islam Tehadap
Bank Syariah. Jakarta: Pusat Komunikasi
Ekonomi Syariah.
Usman, Rachmadi Aspek-Aspek Hukum Perbankan
Islam di Indonesia, (Bandung:PT. Citra Aditya
Bakti), 2002, hal. 105.
176 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 161-176

Anda mungkin juga menyukai