Tuti Hasanah
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari
Jl. Jendral Ahmad Yani Km. 4,5 Banjarmasin
E-mail: tutihasanahseimhi@gmail.com
Abstract: This study aims to answer questions arising from the Act No. 21 of 2008 concerning
Islamic Banking Article 26, paragraph 1, 2 and 3, the position DSN in positive law and fatwa DSN
transformation process to become a positive legal products such as PBI. Type of research is a
normative legal research with a qualitative approach, through legislation approaches, concepts, and
historical. The conclusion of this study include: first, the fatwa has binding legal effect if the fatwa
was reinforced with the instruments of the state that have a legitimate tool. Second, Bank Indonesia
can not provide sanctions for Islamic banks or Islamic business units that do not follow the fatwa.
Therefore, the solution is taken to be a binding fatwa DSN is through transformation into PBI.
Transformation process is influenced by the KPS as referrals to the fatwa DSN.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang timbul dari Undang-Undang
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 26 ayat 1, 2 dan 3, yakni posisi Fatwa DSN dalam
hukum positif dan proses transformasi fatwa DSN hingga menjadi sebuah produk hukum positif berupa
PBI. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan
kualitatif, yakni melalui pendekatan undang-undang, konsep, dan historis. Kesimpulan dari penelitian
ini antara lain: pertama, fatwa memiliki kekuatan hukum yang mengikat apabila fatwa tersebut diperkuat
dengan instrumen-instrumen negara yang mempunyai alat legitimasi. Kedua, Bank Indonesia tidak bisa
memberikan sanksi bagi bank syariah atau unit usaha syariah yang tidak mengikuti fatwa. Oleh sebab itu
solusi yang ditempuh agar fatwa menjadi mengikat adalah melalui transformasi fatwa DSN ke dalam PBI.
Proses transformasi tersebut dipengaruhi oleh KPS sebagai pemberi rekomendasi terhadap fatwa DSN.
Kata Kunci: Transformasi, Fatwa Dewan Syariah Nasional, Hukum Positif
Indonesia. Diantara perundang-undangan tersebut proses transformasi yang harus dilalui agar
yakni Undang-undang No. 3 tahun 2006 tentang Fatwa DSN dapat menjadi hukum positif di
Perubahan Undang-undang No. 7 tentang Peradilan Indonesia? Untuk menjawab segala pertanyaan
Agama, dan Undang-undang No. 21 tahun 2008 dan permasalahan tersebut, maka penulis akan
tentang Perbankan Syariah. mencoba menjawabnya dalam tulisan ini.
Dalam UU Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah pasal 26 ayat 1 menyebutkan METODE PENELITIAN
bahwa kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam a. Jenis dan Pendekatan yang Digunakan
Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21 dan/atau produk Jenis penelitian yang dilakukan adalah
dan jasa syariah, wajib tunduk kepada Prinsip penelitian hukum normatif atau penelitian
Syariah. Dimana pada ayat selanjutnya, ayat 2 dan literatur (librarry research). Metode penelitian
3 menerangkan bahwa Prinsip Syariah sebagaimana hukum normatif adalah metode atau cara yang
dimaksud pada ayat (1) difatwakan oleh Majelis dipergunakan di dalam penelitian hukum yang
Ulama Indonesia, dan Fatwa sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang
pada ayat (2) dituangkan dalam Peraturan Bank ada.4 Selain itu, penelitian hukum normatif ini
Indonesia. menggunakan pendekatan kualitatif.5
Fatwa-fatwa yang berkaitan dengan kegiatan b. Desain Penelitian
usaha sebagaimana dijelaskan oleh UU Nomor
Ada empat tahapan pokok dalam penelitian
Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Transformasi fatwa Dewan Syariah Nasional ke
oleh MUI dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional
dalam Hukum Positif, yaitu: Tahapan Orientasi,
yang memiliki kewenangan menangani segala
Tahap Eksplorasi, Tahap Pengecekan, dan
urusan yang berkaitan dengan fatwa atas jenis-
terakhir peneliti akan melakukan Tahap
jenis kegiatan keuangan, fatwa atas produk dan
Penyusunan.
jasa keuangan.3 Selain itu DSN juga berwenang
c. Bahan Hukum6
mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan
yang kemudian fatwa-fatwa tersebut dituangkan ke Kegiatan penelitian ini dipusatkan pada
dalam Peraturan Bank Indonesia. kajian terhadap bahan hukum dan buku-buku atau
Dalam perkembangan selanjutnya, guna kitab undang-undang yang berhubungan dengan
menyusun Peraturan Bank Indonesia sebagaimana obyek kajian. Hal ini dikarenakan penelitian ini
dimaksud pada pasal 26 ayat 3 UU Nomor 21 merupakan penelitian literatur. Adapun bahan
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka Bank hukum yang digunakan terdiri dari bahan primer,
Indonesia membuat sebuah Komite Perbankan bahan sekunder dan bahan tersier:
Syariah yang tertuang dalam Peraturan Bank
Indonesia, Nomor 10/32/PBI/2008 tentang
4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Komite Perbankan Syariah dimana Komite tersebut Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cet. XI (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), h. 13-14.
berfungsi melakukan penafsiran dan pemaknaan 5
M. Nasution, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
fatwa di bidang perbankan syariah. Selain itu Remaja Rosydakarya, 2000), h. 2.
Komite ini bertugas memberikan rekomendasi 6
Penulis menggunakan istilah “bahan hukum” sebagaimana
kepada Bank Indonesia terhadap fatwa-fatwa yang yang dikemukakan Prof. Peter Mahmud Marzuki. Ia
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional. membedakan antara istilah “data” dan “bahan” karena
Dari ketentuan tersebut menimbulkan dua alasan. Pertama, istilah “bahan” adalah terjemahan
dari bahasa Inggris yang disebut material. Sementara
pertanyaan ketika melihat fungsi dan tugas antara
“data” lebih bersifat informasi. Dalam penelitian
Dewan Syariah Nasional Indonesia (DSN) dan normatif, sistem hukum dianggap telah mempunyai
Komite Perbankan Syariah (KPS). Bagaimana seluruh material/bahan, sehingga tidak perlu dicari ke
sebenarnya posisi fatwa DSN di dalam hukum “luar” dari sistem. Kedua, isitilah bahan digunakan untuk
nasional sehingga Fatwa DSN tersebut harus sesuatu yang normatif dan dokumentatif, bahan hukum
dituangkan kembali ke dalam Peraturan Bank dicari dengan cara penelitian kepustakaan, sementara
Indonesia melalui penafsiran KPS? Bagaimana data digunakan untuk sesuatu yang informatif empiris
dalam penelitian yuridis empiris yang harus dicari melalui
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan MUI
3
observasi ke dunia nyata. Lihat, Peter Mahmud Marzuki,
tentang Pembentukan Dewan Syariah Nasional (DSN) Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media
No. Kep-754/MUI/II/1999. Group, 2006), h. 141-169.
Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 163
penentuan status hukum masalah yang difatwakan, merger atau konsolidasi harus menjadi bank
belum bersifat ifadah ‘ilmiah yakni memberikan syariah
kegunaan pencerahan wawasan keilmuan, sehingga 5. Dana zakat dan sosial yang dihimpun
kurang memberikan bekal kepada kalangan di luar perbankan syariah harus disalurkan ke
para ulama ekonomi syariah. Karena itu disarankan organisasi pengelola zakat
agar setiap fatwa disertai lampirannya, berupa 6. Penegasan dan landasan yang kuat tentang
uraian ilmiah singkat yang mengantarkan pada dewan pengawas syariah
kesimpulan-kesimpulan isi fatwa. Fatwa dimaksud
sudah disebarkan oleh MUI Pusat ke MUI Provinsi, 7. Penegasan tentang kedudukan dewan
Kabupaten/Kota dan juga sudah ada yang sampai syariah nasional
kepada warga masyarakat, agar umat mengetahui 8. Kewajiban tata kelola yang baik dan
hukum-hukum ekonomi syariah.12 penyampaian laporan keuangan berdasarkan
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa prinsip akuntansi syariah. 13
fatwa tidak dapat dijadikan sebagai landasan Di Indonesia, perkembangan fatwa DSN-
hukum karena dalam sumber hukum positif dalam MUI sehingga diharuskan dituangkan menjadi
sistem hukum nasional dan dalam tata urutan sebuah Peraturan Bank Indonesia dapat diuraikan
peraturan perundang-undangan, sebagaimana telah sebagai berikut:
disebutkan dalam Undang-Undang No 12 Tahun 1980 : Muncul ide dan gagasan konsep lembaga
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- keuangan syariah, uji coba BMT Salman di
undangan, tidak menyebutkan fatwa sebagai Bandung dan Koperasi Ridho Gusti.
bagian dari dasar hukum di negara ini. Namun 1990 : Lokakarya MUI dimana para peserta
agar fatwa dapat memiliki kekuatan hukum, maka sepakat mendirikan bank syariah di Indonesia.
fatwa harus dituangkan ke dalam Peraturan Bank
1992 : Pada tanggal 1 Mei 1992 bank syariah
Indonesia terutama fatwa yang dikeluarkan oleh
pertama bernama Muamalah Indonesia mulai
Dewan Syariah Nasional. Hal ini sesuai dengan isi
beroperasi.
dari Undang-undang Perbankan Syariah No. 21
Tahun 2008. 1992 : Kemunculan BMI ini kemudian diikuti
UU No. 21 Tahun 2008 diperkirakan akan dengan lahirnya UU No. 7 Tahun 1992 tentang
memiliki dampak positif, antara lain terhadap aspek Perbankan yang mengakomodasi perbankan
kepatuhan syariah (shari’ah complience), iklim investasi dengan prinsip bagi hasil baik bank umum
dan kepastian usaha, serta perlindungan konsumen maupun BPRS.
dan stabilitas sektor perbankan secara keseluruhan. 1998 : Keluar UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Beberapa aspek penting lain dalam UU No. 21 perubahan UU No. 7 tahun 1992 yang mengakui
Tahun 2008 tampak sudah berada pada arah yang keberadaan bank syariah dan bank konvensional
tepat, antara lain: serta memperkenankan bank konvensional
1. Ketentuan bahwa bank konvensional membuka kantor cabang syariah.
dapat dikonversi menjadi bank syariah 1999 : Keluar UU No. 23 Tahun 1999 tentang
dan larangan bank syariah dan bank Bank Indonesia yang mengakomodasi kabijakan
perkreditan syariah dikonversi menjadi bank moneter berdasarkan prinsip syariah dimana BI
konvensional dan bank perkreditan rakyat bertanggung jawab terhadap pengaturan dan
2. Mengizinkan kepemilikan asing di sektor pengawasan bank komersial termasuk bank
perbankan syariah domestik syariah. BI dapat menetapkan kebijakan moneter
3. Memfasilitasi spin-off unit usaha syariah dengan menggunakan prinsip syariah. Pada
menjadi bank umum syariah, tetapi tidak tahun ini dibuka kantor cabang bank syariah
mewajibkannya untuk pertama kali.
4. Dalam hal terjadi merger atau konsolidasi 2000 : BI mengeluarkan regulasi operasional
bank syariah dengan bank lain, bank hasil dan kelembagaan bank syariah dimana BI
menetapkan peraturan kelembagaan perbankan
Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: Sinar
12
Ika Novianti, Perbankan Syariah di Indonesia, http://
13
Grafika, 2008), h. 130-131. wordpress.com., di tulis pada Februari 2013, diakses pada
September 2013.
Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 165
syariah. Pengembangan Pasar Uang Antarbank (funding), produk penyaluran dana (lending), jasa
Syariah (PUAS) dan Sertifikat Wadiah Bank (services), dan produk di bidang sosial.
Indonesia (SWBI) sebagai instrument Pasar 2008 : Pada tanggal 16 Juli 2008 UU No. 21
Uang Syariah. Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disahkan
2001 : Pendirian unit kerja Biro Perbankan yang memberikan landasan hukum industri
Syariah di Bank Indonesia untuk menangani perbankan syariah nasional dan diharapkan
perbankan syariah. mendorong perkembangan bank syariah yang
2002 : Peraturan BI No. 4/ 1/ 2002 mengenai selama lima tahun terakhir asetnya tumbuh
pengenalan pembuktian bersih cabang syariah dari 65% per tahun namun pasarnya (market
yang merupakan penyempurnaan jaringan share) secara nasional masih di bawah 5%.
kantor cabang syariah. Undang-undang ini mengatur secara khusus
2004 : Keluar UU No. 3 Tahun 2004 tentang mengenai perbankan syariah, baik secara
perubahan UU No. 23 Tahun 1999 tentang kelembagaan maupun kegiatan usaha. Beberapa
Bank Indonesia yang makin mempertegas lembaga hukum baru diperkenalkan dalam UU
penetapan kebijakan moneter dengan yang No. 21/2008, antara lain yakni menyangkut
dilakukan oleh BI dapat dilakukan dengan pemisahan (spin-off) UUS baik secara sukarela
prinsip syariah. Belakangan UU N0. 23 tahun maupun wajib dan Komite Perbankan Syariah.
1999 diubah dengan Peraturan Pemerintah Terdapat beberapa PBI yang diamanahkan oleh
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun UU No. 21/2008.14
2008. Di samping itu, BI juga menyiapkan Proses penerbitan sebuah fatwa dapat dilihat
peraturan standarisasi akad, tingkat kesehatan, pada skema di bawah ini:
dan Lembaga Penjamin Simpanan. Di tahun ini Skema Penerbitan Fatwa
Mengeluarkan Fatwa Meminta
jugaSyariah
Dewan terjadi perubahan Biro Perbankan Otoritas Syariah Fatwa
menjadi Direktorat Perbankan Syariah di Bank
Nasional (DSN) Keuangan OTORITAS
KEUANGAN/ DSN
Indonesia. Mengeluarkan Fatwa LKS
(1)
Pendalaman masalah
2005
Produk: dan
DiJasa
era UU No. 10/ 1998 secara teknis dan perumusan fatwa
(2)
mengenai produk mengacu pada PBI No. 7/46/
Lembaga Keuangan dilakukan oleh BPH
Syariah
PBI/2005, tentang Akad a.Penghimpunan Ketentuan dan FATWA
Operasional
Penyaluran Dana bagi bank yang Melaksanakan
kegiatan
BPH-DSN
Lembaga
Kegiatan Keuangan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah,
Usaha Pleno Menyetujui
Syariah (LKS) b. Dasar Draft Fatwa BPH melakukan
yang kemudian sudah diganti dengan PBI
kesyariahan workshop dan
(3)
N0.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan suatu produk (4) pengkajian secara
dan jasa Rapat intensif dan
Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Pleno melibatkan jasa para
Dana dan Penyalur Dana Serta Pelayanan Jasa pakar di bidang terkait
Bank Syariah.
2006 : Pemberian layanan syariah juga semakin Penjelasan dari skema di atas adalah sebagai
dipermudah dengan diperkenalkannya konsep berikut:
office channeling, yakni semacam counter layanan DSN mengeluarkan fatwa mengenai suatu
syariah yang terdapat di kantor cabang/kantor produk, jasa dan ketentuan setelah mendapatkan
cabang pembantu bank konvensional yang sudah suatu permohonan fatwa dari otoritas moneter
memiliki UUS. Hal demikian ditemukan dalam atau LKS
PBI No. 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan 1. BPH-DSN melakukan pengkajian secara
Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional mendalam mengenai persoalan yang diminta
Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan fatwanya dengan melakukan rapat intensif
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan dan workshop
Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan 2. BPH-DSN merumuskan draft fatwa untuk
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah kemudian dibahas lebih lanjut dalam rapat
oleh Bank Umum Konvensional. Produk bank pleno DSN
syariah terdiri dari produk penghimpunan dana Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
14
3. Jika dalam rapat pleno DSN telah menyetujui konstan bagi perubahan kehidupan manusia secara
draft fatwa, maka draft fatwa tersebut telah semesta. Transformasi itu bermakna suatu proses
sah menjadi fatwa. kontekstualisasi norma fiqh (sebagai majmū‘at al-
Selain itu hubungan antara DSN dan Otoritas ahkām) ke dalam struktur masyarakat bangsa. Dalam
Keuangan seperti halnya BI dapat dilihat pada proses itu terjadi reduksi, adaptasi, dan modifikasi
skema berikut: norma fiqh yang “anti struktur” menjadi hukum
Skema Hubungan Antara DSN Dengan positif yang “terstruktur”, yang memiliki daya ikat
Otoritas Keuangan serta daya atur. Bahkan, dalam hal tertentu, hukum
positif memiliki daya paksa. Dengan demikian,
Dewan Syariah
Mengeluarkan Fatwa
Otoritas
ketika fatwa ditransformasi Meminta ke dalam hukum positif
Fatwa
Nasional (DSN) Keuangan ia telah mengalami
OTORITAS
KEUANGAN/
perubahan wujud dan fungsi
DSN
Mengeluarkan Fatwa dalam konteks LKS sistem hukum nasional.16 Fatwa telah
(1)
terintegrasi dengan norma lain, yangPendalaman telah berubah
masalah
Produk dan Jasa
Lembaga Keuangan
bentuk menjadi hukum positif. (2) Bahkandan dalam fatwa
perumusan hal
dilakukan oleh BPH
Syariah tertentu mengalami
FATWA perubahan makna, baik dalam
a. Ketentuan
Operasional arti perluasan makna maupun penyempitan BPH-DSN makna.
kegiatan Atas perihal tersebut, dalam bidang tertentu
Lembaga Keuangan Usaha Pleno Menyetujui
Syariah (LKS) b. Dasar di Indonesia, misalnya,Draft Fatwa makna subyek hukum
BPH melakukan
kesyariahan workshop dan
mengalami perluasan, dari (3) (naturlijk persoon)
orang
suatu produk (4) pengkajian secara
dan jasa menjadi orang dan atau badan hukum
Rapat (rechtspersoon)
intensif dan
sebagaimana tampakPleno dalam hukum melibatkan jasa para
perwakafan
pakar di bidang terkait
(wakif dan nadzir) dan hukum pengelolaan zakat
ANALISIS DATA
(muzakki dan mustahiq). Hal itu tampak dalam
Dari penjelasan di atas dapat dilihat proses
ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 41 Tahun
transformasi fatwa Dewan Syariah Nasional hingga
2004, wakif terdiri atas perseorangan, organisasi, dan
menjadi hukum positif. Adapun transformasi fatwa
badan hukum yang mewakafkan benda miliknya.
tersebut merupakan suatu perubahan bentuk,
Sedangkan nadzir adalah kelompok orang atau
dari produk penalaran fuqaha yang “beragam”
badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan
(mukhtalaf fih) menjadi produk badan penyelenggara
penguasaan benda wakaf. Sementara itu, menurut
negara yang bersifat “seragam” (muttafaq ‘alayh),
ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 38
yakni peraturan perundang-undangan (al-qānun).15
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, muzakki
Perubahan bentuk tersebut, dalam berbagai hal
adalah orang atau badan hukum yang dimiliki oleh
diikuti oleh perubahan substansi, sehingga dapat
Muslim yang berkewajiban menunaikan zakat.
dikatakan sebagai perubahan struktural dalam
Sedangkan mustahiq adalah orang atau badan hukum
konteks struktur dan kultur masyarakat bangsa
yang berhak menerima zakat.
karena adanya faktor determinan yang bersifat
Usaha-usaha yang demikian, menjadikan fatwa
Di Indonesia, berdasarkan Ketetapan MPR-RI Nomor
15 sebagai salah satu bahan baku dalam penyusunan
III Tahun 2000 tata urut peraturan perundang-undangan hukum positif. Atau, sebagaimana dikemukakan
adalah sebagai berikit: (1) Undang-Undang Dasar oleh Abdurrahman Wahid, “Apa yang dituju adalah
1945; (2) Ketetapan MPR-RI; (3) Undang-Undang; bagaimana menjadikan hukum Islam lebih banyak
(4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; lagi menggunakan pertimbangan-pertimbangan
(5) Peraturan Pemerintah; (6) Keputusan Presiden;
manusiawi, termasuk pertimbangan ilmiah praktis,
dan (7) Peraturan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/
Kota). Sementara itu, menurut ketentuan Pasal 7 ayat
dalam proses pengambilan keputusan hukumnya”.
(1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Dengan perkataan lain, usaha seperti itu menjadikan
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, hirarki (sebagian) fatwa terintegrasi ke dalam hukum
Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut: positif. Ia menjadi hukum yang mengikat, mengatur,
(1). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945; (2) Ketetapan Majelis Permusyarakatan Yang dimaksud dengan hukum positif dalam tulisan
16
dan dapat dilaksanakan bagi penataan kehidupan (2) tataran hukum material (hukum substantif)17;
manusia. (3) tataran hukum formal (hukum acara)18; dan (4)
Pada tahapan ini terjadi proses pengalihan tataran pelaksanaan hukum atau penegakan hukum.
substansi fatwa ke dalam hukum positif ketika Transformasi itu dilaksanakan berdasarkan politik
terdapat titik persamaan antara substansi fatwa hukum dari badan penyelenggara negara yang
dengan “bahan baku” lain dalam perumusan hukum ditindaklanjuti oleh program legislasi.
positif lebih besar ketimbang perbedaannya. Hal Hal ketiga ialah hukum positif. Seperti
itu terjadi ketika interaksi antara elite Islam dengan yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika fatwa
elite lain dilakukan dengan frekuensi dan intensitas ditransformasi ke dalam hukum positif ia telah
yang sangat tinggi mengalami perubahan wujud dan fungsi dalam
Apa yang dikemukakan di atas menunjukkan konteks sistem hukum nasional.19 Oleh sebab
bahwa fatwa memiliki potensi dan posisi dalam itu ketika membahas hukum positif, maka
sistem hukum nasional yang bersumber pada konteks sistem hukum nasional yang akan
hukum positif. Kini, di samping civil law system, dan menjadi pembahasan. Sistem hukum nasional
common law system, juga berkembang Islamic law system merupakan bagian dari sistem masyarakat dalam
yang intinya adalah fatwa. ikatan negara kebangsaan. Dalam sistem hukum
Perjalanan bank syariah masih panjang dan itu mencakup beberapa hal. Pertama, nilai-nilai
berliku. Keberadaan UU tidak cukup membuat fundamental yang telah disepakati sebagai rujukan
fundamental bank syariah kuat dan berkembang. utama sebagaimana tersurat dalam konstitusi.
Kekuatan SDM adalah kunci dari arah dan Kedua, bahan baku dalam pembentukan dan
masa depan bank syariah. Saat ini, bank syariah pengembangan hukum. Ketiga, arah pengembangan
memerlukan SDM-SDM yang holistik-integratif: hukum yang hendak dicapai. Keempat, berbagai
memiliki kemampuan yang memukau di bidang bidang kehidupan yang memerlukan pengaturan.
keuangan tetapi juga tidak “rikuh” dengan teks- Kelima, proses politik melalui suprastruktur dan
teks fiqh klasik. Dengan SDM yang tangguh, infrastruktur politik. Keenam, perangkat hukum
masalah inovasi produk, shariah compliant, edukasi dalam jenjang hukum tertulis yang ditetapkan oleh
dan sosialisasi akan teratasi. Bahkan dengan badan penyelenggara negara. Ketujuh, penegakan
SDM yang qualified, keterbatasan permodalan dan hukum melalui badan dan aparat penegakan
jaringan pun akan mudah dicarikan jalan keluarnya. hukum. Kedelapan, pluralitas dan perkembangan
Hal ini berlaku pula ketika hukum Islam ingin masyarakat bangsa secara internal. Kesembilan,
dikodifikasikan menjadi hukum positif. Dengan perkembangan masyarakat dunia yang ditunjang
SDM yang berkualitas dan mempuni tentu hal oleh produk teknologi (eksternal). Berbagai hal itu
tersebut akan mudah dilakukan. merupakan unsur (subsistem) dalam sistem hukum
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam hal nasional sebagai suatu kesatuan terintegrasi yang
transformasi fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) saling berhubungan, saling menunjang, dan saling
ke dalam hukum positif. Tiga hal tesebut yakni tergantung.
fatwa, transformasi fatwa dan hukum positif. Hal Proses transformasi merupakan tahapan
pertama ialah fatwa yang merupakan harapan pengalihan substansi fatwa ke dalam hukum positif.
umat Islam agar hukum Islam dapat menjadi 17
Sumber hukum material/materiil, yaitu sumber hukum
hukum positif di Indonesia. Fatwa di sini perasaan hukum (keyakinan hukum) individu dan
yakni fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI pendapat umum (public opinion) yang menjadi determinan
yang telah diakui oleh negara dalam UU No. materiil membentuk hukum, menentukan isi hukum.
21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Lihat Zafrullah Salim, “Kedudukan Fatwa dalam
sehingga membuka jalan bagi hukum-hukum Negara Hukum Republik Indonesia,” dalam Tim, Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Perspektif Hukum
Islam dapat dikodifikasikan terutama dalam
dan Perundang-undangan (Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Perbankan Syariah. Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Hal kedua ialah transformasi fatwa ke dalam Agama RI, 2012), h. 27.
hukum positif dalam sistem hukum nasional. Ia 18
Sumber hukum formil, yaitu yang menjadi diterminan
merupakan pengalihan substansi fatwa ke dalam formil membentuk hukum (formale determinanten van de
substansi hukum positif, yang meliputi empat tataran rechtsvorming) menentukan berlakunya hukum. Lihat
hukum, yakni (1) tataran asas atau prinsip hukum; Zafrullah Salim, “Kedudukan Fatwa …,” dalam Ibid.
19
Lihat pada BAB III Paparan Data.
168 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 161-176
Tahapan tersebut dilakukan melalui suatu prosedur RUU yang telah disetujui oleh DPR dan presiden
yang berlaku pada negara yang bersangkutan. disampaikan oleh pemimpin DPR kepada presiden
Prosedur itu juga berhubungan dengan sistem untuk disahkan menjadi undang-undang. Disahkan
pemerintahan yang dianut: presidensial atau setelah 7 hari keputusan bersama membubuhkan
parlementer. Tahapan itu secara teknis meliputi: tanda tangan paling lama 30 hari sejak keputusan
tahap perencanaan, penyusunan, pembahasan, bersama Penetapan peraturan daerah dilakukan
pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.20 oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan
Tahap perencanaan penyusun undang-undang DPRD. Paling lambat 7 hari disampaikan kepada
dilakukan dalam suatu Prog ram Legislasi kepala daerah setelah keputusan dalam jangka waktu
Nasional (Prolegnas). Bertujuan agar dalam paling lambat 30 hari mendapatkan tanda tangan
pembentukan peraturan perundang-undangan kepala daerah. Tahap terakhir yakni pengundangan.
dapat dilaksanakan secara berencana. Memuat Peraturan perundang-undangan dalam berita
skala prioritas program legislasi tingkat nasional NKRI. Tambahan Lembaran Negara Republik
sesuai jangka menengah atau tahunan yang disusun Indonesia memuat penjelasan peraturan perundang-
oleh DPR dengan perkembangan kebutuhan undangan yang di muat dalam Berita Indonesia.
dalam mewujudkan sistem hukum nasional. Pengundangan peraturan perundang-undangan
Tahap selanjutnya yakni tahap penyusunan. dilaksanakan oleh menteri yang menyelenggarakan
Tahap penyusunan undang-undang pada dasarnya urusan di bidang hukum.
dibedakan menjadi 3 proses yaitu, RUU dari Rujukan konstitusi merupakan rujukan yuridis
DPR dan presiden, RUU dari presiden, dan RUU dalam proses penyusunan hukum positif, sesuai
dari DPD. Semua tersebut harus disertai Naskah dengan hierarki hukum positif yang berlaku dalam
Akademik,21 disusun berdasarkan Polegnas. Tahap negara yang bersangkutan. Dalam konteks negara
pembahasan RUU dilakukan oleh DPR dan bangsa Indonesia, rujukan konstitusi tersebut
Presiden atau menteri yang di tugasi. RUU yang adalah ketentuan dalam Undang-Undang Dasar
berkaitan dengan otonomi daerah mengikutsertakan 1945. Sementara itu, rujukan hukum positif di
DPD. Keikutsertaan DPD hanya sampai tingkat bawah undang-undang adalah undang-undang itu
I. DPD meberikan pertimbangan kepada DPR sendiri; dan seterusnya.
atas Anggaran Pendapatan dan Belanjaan Negara. Selain itu perubahan sosial merupakan aspek
Pembicaraan melalui dua tingkat sebagai berikut. sosiologis bagi transformasi fatwa. Ia merupakan
Pertama, pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi, aspek eksternal dalam proses transformasi fatwa
rapat gabungan, rapat badan legislasi, rapat badan melalui interaksi antara elite Islam dengan elite
anggaran, atau rapat panitia khusus. Dilakukan lainnya, termasuk elite penguasa. Manakala elite
dengan kegiatan mini. Kedua, pembicaraan tingkat Islam mempunyai daya tawar yang tinggi, maka
II dalam rapat paripurna.22 Pada tahap pengesahan peluang transformasi fatwa lebih terbuka. Demikian
pula sebaliknya. Boleh jadi interaksi itu tidak hanya
20
Lihat UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, Pasal 1, Ayat 1.
terbatas dalam suatu negara, tetapi juga interaksi
21
Naskah akademik adalah naskah hasil penelitian atau antar elite antar bangsa. Transformasi fatwa DSN-
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap MUI, khususnya bidang ekonomi syariah dan
suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan perbankan, misalnya, menunjukkan gejala yang
secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut mendunia.
dalam suatu Rancangan Undang undang, Rancangan Jika akan melihat kedudukan fatwa DSN
Peraturan Daerah Provinsi atau Rancangan Peraturan
dalam kerangka hukum nasional, maka kita perlu
Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
melihat posisi MUI dalam kerangka kelembagaan
Lihat UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan di pemerintah. Hal ini dikarenakan, kekuatan
Peraturan Perundang-undangan. Keberadaan Naskah mengikat produk hukum yang dikeluarkan oleh
Akademik awalnya belum menjadi suatu keharusan dalam satu lembaga akan dipengaruhi oleh posisi lembaga
penyusunan Rancangan Peraturan Perundang undangan. tersebut dalam tata pemerintahan. MUI dalam
Menjadi harus sejak tahun 2011, sesuai ketentuan Pasal ketatanegaraan Indonesia sebenarnya berada
43 ayat (3) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
dalam elemen infra struktur ketatanegaraan (lebih
Peraturan Perundang-undangan.
22
Rizqiyliapratiwi, Tahap Pembentukan Peraturan Perundang- wordpress.com/, ditulis pada Nopember 2012, diakses
undangan di bawah UUD 1945, http://rizqyliapratiwi. pada Januari 2014.
Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 169
11. PBI No. BAB VI Fatwa tentang 15. PBI No. Pasal 3, Fatwa tentang
13/14/ Penyisihan DSN No. Pen- 14/20/ yang ber- DSN No. Pem-
PBI/2011 Penghapu- 18/DSN- cadan- PBI/2012 bunyi: FP- 7/DSN- biayaan
tentang san Aktiva MUI/ gan tentang JPS yang MUI/ Mud-
Penilaian IX/2000 Pengha- Perubahan diterima IV/2000 harabah
Kualitas pusan Atas Pera- oleh BPRS (Qiradh)
Aktiva Aktiva turan Bank menggu-
Bagi Bank Pro- Indonesia nakan akad
Pembiayaan duktif No. 11/24/ Mudhara-
Rakyat dalam PBI/2009 bah
Syariah. Lem- tentang
baga Fasilitas
Keuan- Pendanaan
gan Jangka
Syari’ah Pendek
12. PBI No. - - - Syariah
13/23/ Bagi Bank
PBI/2011 Umum
tentang Syariah.
Penerapan
Manajemen
Risiko Jika dilihat pada data di atas maka
Bagi Bank
Umum
penyerapan fatwa hanya terjadi pada PBI yang
Syariah dan berhubungan dengan akad, tidak pada sistem
Unit Usaha kerja lembaga keuangan. Namun dengan adanya
Syariah. penyerapan fatwa dalam pembentukan PBI ini
13. PBI No. - - -
14/6/2012
telah memberikan kesempatan bagi terciptanya
tentang Uji regulasi hukum Islam di Indonesia. Hal ini juga
Kemam- menjadikan fungsi KPS dinilai cukup efektif dalam
puan Dan mentransferkan hukum Islam ke dalam hukum
Kepatutan
(Fit And positif.
Proper Walaupun pada awalnya pembentukan
Test) Bank KPS banyak menuai penolakan karena akan
Syariah dan
menimbulkan kerancuan antara fungsi DSN dan
Unit Usaha
Syariah. KPS, namun pada akhirnya KPS menggunakan
14. PBI No. BAB II Fatwa tentang fungsinya dengan cukup baik dengan berhasilnya
14/17/2012 Kegiatan DSN No. Giro Fatwa DSN terserap dalam PBI. Untuk dapat
tentang Trust 01/DSN- melihat perbedaan dan persamaan antara DSN dan
Kegiatan MUI /
Usaha Bank IV/2000 KPS, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Berupa dan tentang
Penitipan Fatwa Tabun- No. Perihal DSN-MUI KPS-BI
Dengan DSN gan 1. Latar Sebagai payung Undang-Un-
Pengelolaan No.02/ Belakang dari lembaga-lem- dang No. 21
(Trust) DSN- pembentu- baga organisasi Tahun 2008
MUI/ kan keagamaan (Islam) tentang Per-
IV/2000 di Indonesia seh- bankan Syariah:
ingga menganggap menindaklanju-
perlu membentuk ti implementasi
satu badan dewan fatwa Majelis
syariah yang bersi- Ulama Indo-
fat nasional nesia (MUI)
ke dalam
Peraturan Bank
Indonesia
Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke Dalam Hukum Positif 173
174 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 161-176