Anda di halaman 1dari 9

E.ISSN.

2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.10 No.2 Edisi Mei 2022

PENYELESAIAN SENGKETA PEMBIAYAAN AKAD MUSYARAKAH


DI PT. BPR SYARIAH DINAR ASHRI
Oleh:
I Made Yogi Purusa Utama1), Zainal Asikin2), Hirsanuddin3)
1
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Mataram
2,3
Fakultas Hukum Universitas Mataram
1
Email: yogiutama69@gmail.com
2
Email:asikinzainal@unram.ac.id
3
Email: hirsanuddin@unram.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaturan penyelesaian sengketa Pembiayaan
bermasalah pada PT. BPR Bank Dinar Asri, faktor apakah yang menyebabkan terjadinya Pembiayaan
bermasalah di PT. BPR Bank Dinar Asri dan bagaimana penyelesaian sengketa pembiayaan bermasalah di PT
BPR Syariah Dinar Ashri. Jenis penelitian ini adalah normatif empiris. Hasil penelitian ini adaah Pengaturan
peneyelesain sengketa pembiayaan bermasalah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 21 tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah dalam Pasal 55. Faktor penyebab terjadinya kredit macet atau sengketa pembiayaan
atara pihak bank dan nasabah, yaitu : Berdasarkan hasil penelitian penyebab terjadinya kredit macet yaitu: 1.
Penyimpangan penggunaan dana pembiayaan. 2. Jenis usaha tidak berjalan dengan baik. 3. Uang yang
diperuntukan untuk membayar cicilan kredit dialihkan untuk keperluan lain. 4 Gaya hidup nasabah tidak sesuai
dengan penghasilan. 5. Bencana alam. Penyelesaian sengketa pembiayaan bermasalah akad musyarakah di PT
BPR Dinar Asri, berdasarkan akad antara kedua belah pihak yaitu melalui litigasi (pengadilan agama)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dalam Pasal 55 dan
non litigasi

Kata Kunci : Penyelesaian Sengketa, Akad Musyarakah

1. PENDAHULUAN diterbitkannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008


Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tentang Perbankan Syariah.
tempat bagi orang perseorangan, badan usaha swasta, Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun
badan-badan usaha milik negara bahkan lembaga 1992 tentang Perbankan, Bank Syariah adalah bank
pemerintah menyimpan dana-dana yang dimilikinya. yang kegiatan usahanya dilakukan berdasarkan
Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang prinsip syariat bahkan dengan keluarnya Undang-
diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran Svariah, memperkuat legalisasi keberadaan bank
bagi semua sektor perekonomian. Di Indonesia syariah. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor
peraturan yang mengatur terkait dengan bank diatur 21 Tahun 2008 menjelaskan bahwa bank yang
dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang dijalankan sesuai dengan prinsip syariat berlandaskan
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan pada nilai-nilai keadilan, kemanfaatan,
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Kegiatan pokok keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil
bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan 'alamin). Bank Umum Syariah adalah bank yang
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah
bentuk modal usaha, atau jenis pinjaman lainnya. dalam memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
Dengan kata lain, baik perbankan konvensional Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Bank
maupun perbankan syariah mempunyai fungsi Indonesia No: 6/24/PBI/2004 tentang bank umum
sebagai intermediary service, dimana peran tersebut yang melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip
hanya dilaksanakan jika perbankan beroperasi dalam syariah, dinyatakan bahwa bentuk badan hukum
keadaan sehat dan dalam lingkungan bisnis yang mendirikan bank syariah dapat berupa: (a) Perseroan
kondusif. Sektor keuangan di Indonesia pada tahun Terbatas/PT; (b) Koperasi; dan (c) Perusahaan
1992 menerapkan sistem perbankan ganda (dual Daerah. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat
banking system). Bank umum syariah pertama yang Syariah merupakan salah satu pilihan dalam lembaga
didirikan di Indonesia ialah Bank Muamalat perbankan syariah yang berasal dari Bank
Indonesia. Bank ini merupakan pelopor adanya bank Perkreditan Rakyat. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
syariah lainnya di Indonesia, seiring berjalannya secara historis merupakan penjelmaan dari lembaga
waktu pemerintah kemudian meletakkan dasar keuangan yang menjalankan kegiatan usaha
hukum untuk lembaga perbankan syariah dengan perkreditan kepada masyarakat. Pembiayaan yang
dilakukan oleh bank syariah merupakan pemberian

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 729
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.10 No.2 Edisi Mei 2022

fasilitas dana bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi bank, dengan melakukan upaya-upaya, guna
hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam menyelesaikan permasalahan yang disebabkan oleh
peraturan pemerintah. Pemberian pembiayaan harus nasabah itu sendiri, baik penyelesaian dilakukan oleh
didasari adanya kepercayaan dari pihak bank. pihak bank ataupun melibatkan pihak ketiga di dalam
Apabila bank merasa bahwa nasabah layak untuk penyelesaiannya, pihak ketiga yang dimaksud disini
mendapat pembiayaan yang dimaksud, maka antara ialah orang yang diberikan kewenangan bertindak
bank dengan peminjam membuat suatu akad atas nama dan untuk bank yang bersangkutan.
pembiayaan masing-masing pihak, yaitu bank dan
nasabah peminjam harus menyetujui dan 2. METODE PENELITIAN
menandatangani akad yang mengandung konsekuensi Jenis Penelitian yang akan digunakan adalah
untuk dipatuhi oleh kedua belah pihak. penelitian hukum normatif-empiris. Penelitian hukum
Dengan maraknya kegiatan bisnis, dalam normatif yaitu penelitian doctrinal, pada penelitian
dunia perbankan mungkin saja terjadi konflik atau hukum jenis ini, akan dikonsepkan sebagai apa yang
sengketa antara para pihak yang terlibat. Secara ditulis dalam Peraturan Undang-Undang (law ini
konvensional, sengketa bisnis akan diselesaikan book) atau hukum di konsepkan sebagai norma yang
melalui lembaga litigasi (melalui pengadilan), merupakan patokan berperilaku manusia yang
dimana posisi para pihak berlawanan satu dengan dianggap pantas. Sedangkan penelitian empiris
lainnya dan proses ini akan memakan waktu yang adalah penelitian yang merupakan sumber bahan
lama. Oleh karena itu, proses penyelesaian sengketa kepustakaan sebaagai data sekunder untuk dijadikan
litigasi kurang diminati dalam menyelesaikan data awalnya, yang kemudian dilanjutkan dengan
sengketa bisnis, karena tidak sesuai dengan tuntutan data primer atau lapangan. Untuk mengkaji
zaman dimana semua orang ingin penyelesaian permasalahan dalam penelitian ini digunakn teknik
sengketa secara instan. Penyelesaian melalui pendekatan sebagai berikut : Pendekatan perundang-
pengadilan dinilai terlalu rumit, membutuhkan waktu undangan (Statue Approach) yaitu kegiatan yang
lama dan tidak memuaskan para pihak. Asas meneliti peraturan perundang-undangan, asas-asas,
peradilan sederhana, cepat biaya ringan hingga kini maupun norma-norma hukum dalam masyarakat,
terkesan sebagai slogan kosong saja. Akibatnya, berasal dari undang-undang, buku-buku, dokumen-
sistem peradilan semakin tertinggal, lembaga dokumen, dan sumber-sumber lainnya. Pendekatan
pengadilan dirasakan tidak dapat mengakomodasikan Konseptual (Conceptual Approach) Pendekatan
persoalan sengketa bisnis. Kondisi ini kian Konseptual yaitu pendekatan yang beranjak dari
diperburuk dengan kenyataan masih banyaknya perundang-undangan dan doktrin-doktrin yang
perkara yang bertumpuk dan belum terselesaikan di berkembang di dalam ilmu hukum. Pendekatan
Mahkamah Agung. Hal ini bisa menimbulkan Sosiologis (Sociological Approach) Pendekatan
persepsi ganda yaitu : pertama, karena lembaga ini sosiologis yaitu suatu pendekatan yang dapat
memang kekurangan hakim. Kedua, tumpukan menjelaskan hukum sebagai suatu fenomena sosial,
perkara tersebut adalah pantulan situasi permisif di menjelaskan hubungan antara hukum dengan
Mahkamah Agung. Disamping model penyelesaian perubahan sosial, hubungan hukum antara hukum
sengketa konvensional secara litigasi melalui sistem dengan fakta sosial. Pendekatan Kasus (Cases
peradilan (ordinary court), dalam praktik di Approach), pendekatan yang dilakukan dengan cara
Indonesia dikenal pula model yang relatif baru. melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang
Model ini cukup populer di Amerika Serikat dan berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah
Eropa yang dikenal dengan Alternative Dispute menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai
Resolution (ADR) yang diantaranya meliputi kekuatan hukum tetap. Bahan hukum primer, yaitu
negosiasi, mediasi dan arbitrase. Salah satu jenis bahan-bahan hukum yang mengikat yang merupakan
pembiayaan bermasalah di PT. BPR Syariah Dinar peraturan perundang-undangan dan terdiri dari
Ashri yaitu jenis pembiayaan musyarakah. Jenis Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan,
pembiayaan musyarakah adalah jenis pendanaan implementasi akad pembiayaan mudharabah di
berkualitas dikarenakan masing-masing pihak perbankan syariah antara lain : Kitab Undang-
memiliki kontribusi modal yang sama terhadap Undang Hukum Perdata; Undang-Undang No. 21
kepemilikan aset sebagai mana yang ditawarkan oleh Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; Undang-
pihak bank dalam hal ini Bank Dinar Asri. Akan Undang No.10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas
tetapi jenis pembiayaan ini tidak terlepas dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
persoalan seperti kredit macet. Perbankan; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Adanya suatu permasalahan antara nasabah tentang Perlindungan Konsumen; Undang-Undang
penerima pembiayaan dengan pihak bank sehingga Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
berimplikasi pada permasalahan seperti kredit macet. Keuangan. Data lapangan yang di maksudkan dalam
Perilaku nasabah yang tidak bertanggungjawab ini penelitian ini adalah data dari hasil obvervasi dan
menyebabkan ketidakseimbangan neraca keuangan wawancara langsung ke tempat penelitian berkaitan
pada bank pemberi pembiayaan, sehingga pihak bank dengan kajian yang diteliti, dimana data tersebut
melakukan tindakan untuk menyelamatkan keuangan digunakan sebagai alat untuk menguatkan fakta

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 730
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.10 No.2 Edisi Mei 2022

empiris. Adapun teknik pengumpulan data yang dengan aplikasi prinsip “wilayah” dalam pembagian
dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah: Studi zakat.
Dokumen atau Bahan Pustaka ; Pengamatan atau 3. Prinsip Kemungkinan Profit
Observasi; Wawancara atau Interview. Data yang Kemungkinan profit merupakan indeks asasi
berhasil diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dalam menentukan kelayakan ekonomi untuk
secara sistematis, selanjutnya dilakukan analisis berinvestasi dalam bidang apa pun, Dengan
dengan metode kualitatif deskriptif, yaitu data yang demikian, bank Islam harus memilih proyek yang
disusun dan disajikan berupa rangkaian kalimat- prospektif untuk menghasilkan profit, Ini karena
kalimat yang menggambarkan hasil penelitian yang seorang Muslim dituntut untuk menjaga hartanya
didasarkan pada masalah yang diteliti. Berdasarkan serta menginvestasikannya, sehingga dapat
analisis data, yang bertujuan untuk menarik melaksanakan kewajiban yang dibebankan
kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepadanya oleh syara" atas hartanya, bahkan Islam
dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang menganggap hifdzul mal (menjaga harta) merupakan
bersifat khusus. Adapun cara penyimpulan data salah satu dari lima tujuan syariah (magashid syariah)
secara deduktif (dari umum ke khusus) artinya yang menjadi fondasi tegaknya suat kehidupan.
mengkaji berbagai refrensi, kemudian dianalisis 4. Kriteria Individu dan Pengalaman Nasabah
kembali secara spesifik dan mendalam untuk Dalam penyaringan partner untuk bekerja
menemukan kesesuaian. sama, bank Islam harus memilih teman kerja yang
mempunyai kepribadian Islam yang kuat dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN moralitas sosial yang bagus, serta mempunyai etos
Pengaturan Penyelesaian Sengketa Pembiayaan kerja yang tinggi. Di samping itu penyaringan
Akad Musyarakah Di PT BPR Syariah Dinar dilakukan untuk memilih nasabah yang memiliki
Ashri kapabilitas yang tinggi dalam bidangnya, serta
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang mempunyai kapasitas manajemen dan operasional
untuk menjalankan transaksi Musyarakah dalam bank yang mumpuni untuk menjalankan roda proyek yang
Islam, seperti berikut: dibiayai oleh bank. Kriteria ini dapat didasarkan pada
1. Prinsip Syariah skill dan pengalaman kerja yang dimiliki, jabatan-
Operasional pendanaan dengan musyarakah jabatan yang pernah diduduki serta pendidikan yang
harus selaras dengan kaidah-kaidah pernah diraihnya dan lain-lain.
menginvestasikan aset atau uang dalam syara', 5. Keselamatan Sumber Finansial Nasabah
dengan memerhatikan hukum-hukum syara dalam Tujuan menganalisis keselamatan sumber
muamalat. Di sini badan pengontrol syariah dan keuangan nasabah adalah untuk mengetahui
penasihat-penasihat syar'inya berperan penting dalam kemampuan nasabah dalam memenuhi kewajiban-
menjelaskan pandangan syara' terhadap operasional kewajiban keuangannya, agar tidak terjadi problem
transaksi- transaksi yang dilakukan dalarn bank-bank macetnya pembayaran. Langkah ini bisa dilakukan
Islam. Dengan demikian, setiap proposal yang dengan mengetahui keseimbangan (balans) strunktur
diajukan untuk memperoleh biayaan melalui keuangan operasional, kondisi fluktuasi keuangan
musyarakah harus diteliti dulu keselarasanny, dengan baik internal maupun eksternal yang memungkinkan
kaidah-kaidah syara', jika ternyata proyek yang bagi nasabah untuk eksis dan mampu memenuhi
diajukan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah syara' kewajiban konkretnya maupun yang berupa
maka tidak bisa diterima meskipun mempunyai kemungkinan tanpa ada kesulitan yang berarti
kelayakan dalam sisi pendanaan lainnya. baginya.
2. Kemaslahatan Umum 6. Jaminan
Bank Islam harus selalu menyesuaikan Pada dasarnya partner (musyarik) tidak
prioritasnya dalam menginvestasikan aset-asetnya menanggung risiko yang terjadi akibat operasional
dengan prioritas ekonomi umat, dalam batas-batas musyarakah, kecuali jika lalai atau melanggar
kemampuan bank Istam yang sejalan dengan syaratsyarat yang disepakati bersama. Maka apabila
magashid syariah (tujuan. tujuan syariah), yang mengalami kerugian akibat kelalaian musyarik atau
mengharuskan kita untuk memanifestasikan karena melanggar syarat-syarat yang disepakati
kemaslahatan umat dengan mendahulukan dharuriat bersama, pihak bank berhak menutut partnernya
kemudian hajiat baru kemudian tahsiniyat. untuk mengembalikan modal yang telah ia berikan
Hendaknya bank Islam lebih menekankan pemberian serta minta ganti atas kerugian yang menimpanya
kesempatan (oportunity) investasi untuk masyarakat (seperti dalam pembahasan sistem pembagian profit
lingkungan di mana bank itu eksis, tentunya dengan dan menanggung kerugian yang lalu).
syarat terpenuhinya kriteria-kriteria ekonomi Dari sini bank Islam diperbolehkan untuk
musyarakah. Dalam hal ini bank tidak mengalihkan mengambil jaminan yang layak dari nasabah
investasinya ke luar daerahnya kecuali tidak pemeroleh pembiayaan dari bank, jaminan terhadap
terpenuhinya 'oportunity atau kecilnya kemungkinan kelalaian dan pelanggaran terhadap syarat-syarat
untuk investasi di daerahnya, ini mungkin terilhami yang disepakati bersama, tentunya nilai dan jenisnya
jaminan yang diambil harus sesuai dengan tipe

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 731
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.10 No.2 Edisi Mei 2022

operasional dan masanya, serta tidak memberatkan dua pilihan yang bertentangan. Litigasi merupakan
para nasabah. proses yang sangat dikenal (familiar) bagi para lauyer
Pengaturan Penyelesaian Sengketa Pembiayaan dengan karakteristik adanya pihak ketiga yang
Akad Musyarakah Di PT BPR Syariah Dinar mempunyai kekuatan untuk memutuskan (to impose)
Ashri solusi diantara para pihak yang bersengketa.
Akad/perjanjian yang dilakukan oleh dua Eisenberg mengartikan litigasi sebagai : “Court and
pihak atau Jebih dalam melaksanakan kegiatan usaha administrative proceedings, the most familiar process
(termasuk di dalamnya adalah kegiatan perbankan to lawyer, features a third party with power to
syariah) tentunya berisikan hal-hal yang penung imposed a solution upon the disputaris. It Usually
dalam pelaksanaannya, misalnya mulai dari hal yang produces a “win/lose” result”. Litigasi menurut
berkenaan dengan hak dan kewajiban para pihak Eisenberg diartikan sebagai proses administrasi dan
sampai ketentuan yang mengatur mengenai cara peradilan (court and administrative proceedings). Di
penyelesaian perselisihan/ sengketa yang nantinya mana dalam proses litigasi ini dikenal dengan adanya
akan timbul Dalam penjelasan Pasal 18 ayat (1) penggunaan tata cara dan prosedur yang telah diatur
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 oleh peraturan hukum baik yang berkenaan dengan
ditentukan bahwa “perjanjian tertulis sekurang- tata cara (hukum formalnya), maupun yang
kurangnya memuat antara lain cara penyelesaian berkenaan dengan materinya (hukum material).
perselisihan”. Lembaga berfungsi sebagai sarana Seluruh tata cara dan materi tersebut harus ditaati
menyelesaikan dikenal terdapat dua bentuk. pertama: oleh lembaga litigasi dalam menyelesaikan
lembaga yang berbentuk yustisial atau litigasi atau sengketanya. Sengketa bisnis sebagai perkara
lebih dikenal lagi dengan badan peradilan, dan kedua, keperdataan merupakan wewenang dari peradilan
lembaga di luar badan peradilan yang berbentuk non umum dan peradilan agama, peradilan militer
yustisial atau non litigasi seperti Badan Arbitrase berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus
Nasional Indonesia (BANI) dan Badan Arbitrase perkara tindak pidana militer dan peradilan tata usaha
Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga cara cara negara berwenang memeriksa, mengadili, memutus,
lain yang diatur dalam peraturan perundang- dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara.
undangan. Peradilan umum sembagai lembaga yustisial (litigasi)
Joni Emirzon menjelaskan bahwa bentuk- yang menyelesaikan sengketa bisnis yang notabene
bentuk atau cara penyelesaian sengketa dapat merupakan perkara keperdataan. Sedangkan
dilakukan melalui lembaga peradilan dan melalui mengenai kewenangan peradilan agama untuk
lembaga-lembaga di tuar lembaga peradilan yang menyelesaikan sengketa keperdataan termasuk
berkembang saat ini, misalnya negosiasi, mediasi, sengketa bisnis dapat dilihat dalam kata “perkara
konsiliasi, dan arbitrase. Sengketa tersebut terjadi antara orang-orang yang beragama Islam". Dimaksud
dalam bidang perbankan Syariah, tentu dapat dengan ”perkara antara orang-orang yang beragama
diselesaikan melalui lembaga peradilan (litigasi), dan Islam" di sini adalah perkara atau sengketa
dapat dilakukan melalui lembaga di luar pengadilan perorangan atau privat yang Bergama Islam atau
(non litigasi) misalnya melalui lembaga arbitrase tunduk pada hukum Islam. Perorangan atau privat
yaitu Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas), merupakan kata lain dari perkara perdata atau disebut
dan dapat dilakukan melalui jalur Altematf dan dengan hukum privat.
pendapat ahli. Pelaku bisnis/usaha memilih untuk Sengketa bisnis memang diselesaikan melalui
melakukan penyelesaian sengketanya dengan lembaga peradilan umum, tetapi dengan menganut
menggunakan cara litigasi, maka harus melihat dan azas lex specialis derogat lex generalis, maka
tunduk pada Undang-Undang No 48 Tahun 2009 terdapat dua sisi penghususan hukum di Indonesia.
tentang Kekuasaan Kehakiman, UU Nomor 3 Tahun Hukum rentang bisni/ekonomi. Praktek bisnis yang
2009 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 14 memakai prinsip syariah (hukum Islam) contohnya
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan UU yang adalah perbankan syariah dengan berlakunya UU
mengatur tentang lembaga peradilan di bawah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Mahkamah Agung RI misalnya UU Nomor 7 Tahun (lex spesiahs) terhadap praktek bisnis secara umum
1989 tentang Peradilan Agama dengan misalnya praktek perbankan secara umum atau sering
perubahannya, baik perubahan pertama dengan UU disebut dengan perbankan konversional yang diatur
Nomor 3 Tahun 2006 serta perubahan kedua dengan dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
UU Nomor 50 Tahun 2009. Saat pelaku bisnis/usaha atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (lex
memilih penyelesaian sengketanya dilakukan melalui generalis). Hukum tentang lembaga peradilan.
lembaga non yudisial (non litigasi), maka mereka Penghususan penyelesaian perkara perdata Islam
harus melihat dan tunduk pada Undang-Undang No yang dalam hal ini baik orang atau badan hukum
30 Tahun 1999. yang tunduk kepada hukum iam di peradilan agama
Litigasi adalah proses gugatan atas suatu dengan berlakunya UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang
konflik yang diritualisasikan untuk menggantikan Peradilan Agama yang telah diubah dengan UU
konflik sesungguhnya, dimana para pihak Nomor 3 Tahum 2006 dan terakhir diubah lagi
memberikan kepada seorang pengambil keputusan dengan UU Nomor 50 Tahun 2009 (lex spesialis)

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 732
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.10 No.2 Edisi Mei 2022

terhadap penyelesaian perkara perdata umum dengan ketiga yang bersifat netral. Berdasarkan uraian-uraian
berpegang kepada UU Nomor 2 Tahun 1986 tentang di atas, bentuk penyelesaian sengketa yang dipilih
Peradilan Umam yang telah diubah dengan UU dan disepakati oleh para pihak yang dilakukan
Nomor 8 Tahum 2004 dan terakhir diubah dengan melalui lembaga di luar pengadilan, yaitu melaui
UU Nomor 49 Tahun 2009 (lex generalis). konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian ahli
Berdasarkan seluruh uraian di atas, lembaga yudisial dan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
(litigasi) yang berwenang menyelesaian sengketa sengketa.
bisnis, baik bisnis secara umum (korvensional) Selain itu ketentuan mengenai berbagai
maupun bisnis secara khusus (prinsip syariah) adalah: bentuk/cara penyelesaian sengketa non liitgasi atau
Peradilan umum, apabila kegiatan bisnis atau dengan konsep sulh dengan nama lain alternatif
ekonominya adalah ekonomi umum (konvensional). penyelesaian sengketa (APS) dan tahkim dengan
Peradilan Agama, apabila kegiatan bisnis atau nama lain arbitrase dapat dilihat dalam pasal 1 ayat 8
ekonominya adalah ekonomi Islam atau dan 10 UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
menggunakan prinsip syariah. dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang
Non litigasi merupakan sistem penyelesaian menjelaskan bahwa Lembaga Arbitrase adalah badan
sengketa tanpa melalui lembaga yudisial (peradilan) yang dipilih oleh para pihak yang bersnegketa untuk
yang telah diatur dalam undang-undang kehakiman. memberikan putusan mengenai sengketa tertentu:
Sistem penyelesaian sengketa non litigasi (tanpa lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat
melalui lembaga peradilan) di Indonesia dikenal yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum
dengan adanya Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian tertentu dalam hal belum timbul sengketa. Alternatif
Sengketa (APS). Hal ini dapat dilihat dalam Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian
ketentuan UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
Pasal 1 Ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 1999 pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,
menjelaskan bahwa: “Arbitrase adalah cara mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Berdasarkan
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan seluruh uraian di atas maka di bawah ini disajikan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase sebuah tabel yang dapat menjelaskan tentang
yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang perbedaan sifat dari Sstem penyelesaian sengketa
bersengketa.” Sedangkan Alternatif Penyelesaian litigasi (melalui lembaga peradilan) dengan Sstem
Sengketa menurut pasal 1 ayat (10) UU Nomor 30 penyelesaian sengketa non litigasi (baik melalui
Tahun 1999 berbunyi : “Alternatif Penyelesaian lembaga arbitrase maupun melalui alternatif
Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau penyelesaian sengketa seperti mediasi). Selain tu,
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para dengan mengamati tabel di bawah ini para pihak akan
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan dapat menilai keunggulan atau kelebihan dari
cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau masing-masing bentuk tersebut.
penilaian ahli.” Alternatif Penyelesaian Sengketa Tabel
(APS) menurut Menurut Altschul adalah: “Suatu Perbedaan Mediasi Arbitrase Dan Litigasi
pemeriksaan sengketa oleh majelis swasta yang Segi proses Mediasi Arbitrase Litigasi
Yang mengatur Para pihak Formalistik
disepakati oleh para pihak dengan tujuan menghemat proses parties
Arbitrator
teknis
biaya perkara, meniadakan publisitas dan Agak formal
Lama, lambat
prosedur Informal sesuai dengan
meniadakan pemeriksaan yang bertele-tele. peraturan
5- 12 bulan
Sedangkan menurut Phillip D. Bostwick, ADR (nama Segera (3-4) Agak cepat (3-
Jangka waktu Sangat mahal
lain dari APS) adalah : “Sebuah perangkat minggu 4) Bualan
Sangat Terkadang Sangat formal
pengalaman dan teknik hukum yang bertujuan (A ser Biaya
murah sangat mahal dan teknis
of practices and legal technigues that aim). Menurut Aturan
Tidak perlu
Agak informal Terbuka untuk
Joni Emirzon, APS adalah suatu proses penyelesaian pembuktian dan tidak teknis umum
Konfedensial Konfedensial
sengketa di mana para pihak yang bersengketa dapat Publikasi
dan pribadi dan pribadi
Bermusuhan
membantu atau dilibatkan dalam penyelesaian Hubungan para
Kooperatif
menyelesaika Bermusuhan Masa lalu
persengketaan tersebut atau melibatkan pihak ketiga pihak
n sengketa
yang bersifat netral.Alternatif penyelesaian sengketa Fokus Menuju Masalah masa
didasarkan juga pada pemikiran bahwa penyelesaian penyelesaian kedepan lalu
Sama jeras pada Sama keras
tersebut tidak akan terlalu banyak mempengaruhi Cara negosiasi Kompromis
prinsip hukum pada prinsip
jalannya bisnis yang sedang berlangsung antara para Memperbaiki
Mengadapi Menghadapi
Komunikasii yang sudah
pihak. Maka yang paling efektif adalah melalui jalan lalu
jalan buntu jalan buntu
mendayagunakan penyelesaian alternatif Hasil yang Sama-sama
Kalah menang Kalah menang
penyelesaian sengketa (Alternative Dispute dicapai menang
Dengan suka Selalu ditolak
Resolution) sebagai salah satu sistem penyelesaian Pemenuhan rela dan mengajukan
Ditolak dan
mencari dalih
sengketa. Keberhasilan dari proses penyelesaian senang hati oposisi
Emosi
sengketa dengan APS/ADR ini sangat dipengaruhi Suasana emosi Bebas emosi emosional
bergejolak
oleh para pihak yang bersengketa dan atau pihak

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 733
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.10 No.2 Edisi Mei 2022

Akan tetapi di sisi lain, penyelesaian sengketa berjudul Segi Hukum Lembaga Keuangan dan
secara litigasi (melalui “lembaga peradilan) juga Pembiayaan mengungkapkan bahwa potensi konflik,
memiliki nilai-nilai positif. Seperti yang diungkapkan atau sengketa dapat disebabkan dengan adanya
oleh Salim HS dalam bukunya yang berjudul Hukum perbedaan persepsi atau interprestasi mengenai
Kontrak: Teori dan Tekhnik Penyusunan Kontrak kewajiban dan hak yang harus mereka penuhi,
bahwa penyelesaian dengan cara litigasi memiliki timbulnya perbedaan tersebut dapat disebabkan
kelebihan diantaranya; Dalam mengambil alih karena; Lembaga keuangan ingin mencapai tujuan
keputusan dari para pihak, litigasi memperoleh keuntungan tanpa mempertimbangkan
sekurangkurangnya dalam batas tertentu menjamin kebutuhan dan kemampuan pengguna dana dan
bahwa kekuasaan tidak dapat mempengaruhi hasil jangka waktu penggunaan dana. Sedangkan pihak
dan dapat menjamin ketentraman social; litigasi pengguna dana ingin mencapai tujuan memperoleh
sangat baik sekali untuk menemukan berbagai keuntungan tanpa pengawasan atau kontrol dari pihak
kesalahan dan masalah dalam posisi pihak lawan; lembaga keuangan penyedia dana, aturan hukum
Litigasi memberikan suatu standar bagi prosedur yang berlaku atau perjanjian yang menjadi dasar
yang adil dan memberikan peluang yang luas kepada hubungan hukum kedua pihak tidak jelas, kurang
para pihak untuk didengar keterangannya sebelum lengkap, belum ada aturan pelaksana, atau tidak ada
mengambil keputusan; Lingasi membawa nilai-nilai pengaturan sama sekali. Dengan demikian kedua
masyarakat untuk penyelesaian sengketa; Dalam belah pihak berfikir dan bertindak menurut kehendak
sistem litigasi para hakim menerapkan nilai-nilai dan cara mereka sendiri, tidak ada kesamaan persepsi
masyarakat yang terkandung dalam hukum untuk dan Terjadi keadaan darurat (force majeur) yang
menyelesaikan sengketa. Dengan melihat seluruh tidak dapat diatasi oleh siapa saja, termasuk kedua
uraian di atas, maka subyek hukum (pelaku bisnis) belah pihak. Lembaga keuangan mengklaim
dapat memilih dan memilah cara penyelesaian pengguna dana yang bertanggung jawab, sedangkan
sengketa yang mana nantinya akan mereka tuangkan pengguna dana menolak tanggung jawab karena dia
untuk menyelesaikan sengketa bisnis mereka dan merasa tidak bersalah.
yang akan mereka masukkan dalam si kontrak/akad. Oleh karena setiap sengketa mempunyai 3
Faktor Penyebabkan Terjadinya Pembiayaan (tiga) aspek, maka setiap sengketa memiliki 3 (tiga)
Bermasalah di BPR Bank Dinar Asri sifat yang melekat padanya, yang melam bangkan
Melihat definisi dari sengketa atau konflik di unsur-unsur tersebut, yaitu Sifat formal, yakni sifat
atas, tentunya sengketa bisnis ini akan muncul sengketa yang melekat pada nilai atau norma hukum
apabila ada suatu hubungan hukum antara dua pihak yang mengaturnya, mungkin karena nilai norma
atau lebih dengan terjadinya kontrak/perjanjian binis. hukumnya kurang jelas, terdapat beberapa aturan
Perjanjian/ kontrak dalam ekonomi syariah terutama yang berbeda beda atau saling berlawanan, adanya
dalam praktik perbankan syariah dikenal dengan keragu raguan atau ketidakpastian hukum, atau
istilah akad sebagaiman telah dijelaskan dalam belum adanya aturan dan lain sebagainya; Sifat
pembahasan sebelumnya. Akad dibuat dengan tujuan substansial, yakni sifat sengketa yang melekat pada
dan harapan agar para pihak dapat melaksanakan isi objek sengketa atau benda yang disengketakan,
akad tersebut dengan sukarela atau dengan itikad mungkin bendanya berbeda atau berlainan dan
baik, namun dalam kenyataannya hal tersebut sering sebagainya; Sifat emosional, yakni sifat sengketa
kali dilanggar atau diabaikan, sehingga pada akhimya yang melekat pada manusianya, mungkin karena
memunculkan sengketa di antara para pihak yang perasaan (yang meliputi etika dan estitika),
terlibat dalam akad/perjanjian tersebut. Adanya itikad pemikirannya (anggapan, penilaian, pandangan,
baik dalam sebuah perjanjian juga dikutip oleh penguraian, analisis, cara berpikir dan keyakinannya)
Mohamad Radjab yang menterjemahkan pendapat keinginan atau kepentingan yang berbeda atau
Roscoe Pound dalam bukunya yang berjudul an intro berlawanan. Sengketa dalam aktvitas bisnis pada
to the philosophy of law, Mohamad Radjab dasarnya merupakan resiko logis dari adanya suatu
menyatakan bahwa dalam suatu masyarakat per hubungan bisnis itu sendiri, sehingga diperlukan
dagangan dan industri merupakan suatu kebutuhan antisipasi-antisipasi oleh para pihak terhadap
utama bahwa apa yang dijanjikan akan dilaksanakan kemungkinan terjadinya di kemudian hari. Pendapat
dengan itikad baik. Itikad baik meru pakan unsur Muchsin, yang dikutip oleh Yusna Zaida dalam
yang sangat penting dalam membuat perjanjian artikelnya yang berjudul Kewenangan Peradilan
dengan harapan perjanjian tersebut akan Agama terhadap Sengketa Ekonomi Syari'ah
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, menyatakan bahwa, Kemungkinan munculnya
seharusnya para pembuat akad/perjanjian memperhati sengketa adalah disebabkan oleh Wanprestasi
kan dan melaksanakan seluruh isi perjanjiannya (menyalahi perjanjian) dan Perbuatan melawan
dengan penuh kesadar an dan dengan i'tikad baik, hukum & resiko usaha (tanggung rugi).
karena apabila tidak maka potensi terjadi konflik atau Terjadinya pembiayaan bermasalah ini
sengketa diantara mereka akan besar. Mengenai disebabkan adanya beberapa faktor, faktor ini dapat
potensi sengketa, selanjutnya Muhammad Abdul berasal dari lembaga perbankan sendiri dan juga
Kadir dan Rilda Mumiati dalam bukunya yang dapat berasal dari nasabah. Faktor Lembaga

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 734
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.10 No.2 Edisi Mei 2022

Perbankan ( Faktor Intern) meliputi Kurang baiknya dirugikan karena adanya perjanjian/akad yang
pemahaman atas bisnis nasabah; Kurang dilakukan akan dilakuakan.
evaluasi keuangan nasabah; Kesalahan setting Memperhatikan kedua aspek tersebut
fasilitas pembiayaan; Perhitungan modal kerja tidak dilakukan dengan harapan akad/ perjanjian bisnis
didasarkan kepada bisnis usaha nasabah; Proyeksi lebih spesifik lagi dalam kegiatan dan usaha
penjualan terlalu optimis; Proyeksi penjualan tidak perbankan syariah dapat berjalan dengan lancar tanpa
memperhitungkan kebiasaan bisnis; Kurang adanya konflik atau sengketa. Tentunya i'tikad baik
memperhitungkan aspek competitor. Faktor Nasabah merupakan poin atau prinsip inti yang harus dipegang
( Faktor Ektsern) meliputi Nasabah tidak amanah teguh oleh para pelaku akad. Berdasarkan hasil
(tidak jujur dalam memberikan informasi dan laporan wawancara dengan Bapak Ibnu Farihin. S. Sos. l
tentang kegiatannya); Melakukan sidestreaming selaku Remedial Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
penggunaan dana; Kemampuan pengelolaan nasabah Dinar Ashri ada beberapa fakto yang menyebabkan
tidak memadai sehingga kalah dalam persaingan kredit macet, yaitu Berdasarkan pengalaman yang
usaha; Usaha yang dijalankan relatif baru; Bidang terjadi penyebab terjadinya kredit macet yaitu
usaha nasabah telah jenuh; Tidak mampu Penyimpangan penggunaan dana pembiayaan; Jenis
menanggulangi masalah/kurang menguasai bisnis. usaha tidak berjalan dengan baik; Uang yang
Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian faktor diperuntukan untuk membayar cicilan kredit
penyebab sengketa di atas dengan dipadukan dengan dialihkan untuk keperluan lain; Gaya hidup nasabah
syarat dan rukun akad yang telah diuraikan dalam tidak sesuai dengan penghasilan; Bencana alam.
bab sebelumnya, maka terdapat 2 (dua) aspek yang Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Bermasalah
perlu untuk diperhatikan pada saat akan melakukan di PT BPR Syariah Dinar Ashri
akad/ perjanjian bisnis tertutama dalan kegiatan Dalam penelitian ini fokus kajian penyusun
perbankan syariah. Kedua aspek tersebut adalah: adalah Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang
a) Aspek yuridis, merupakan aspek yang Perbankan Syariah, dalam Undang-Undang ini
mengandung kejelasan dan terperincinya segala memiliki banyak sekali materi pembahasan, tetapi
sesuatu yang akan dimuat dalam sebuah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
perjanjian/akad dan sejauh mungkin untuk penyelesaian sengketa yang telah diatur di dalam
menghindari perbedaan penafsiran pihak-pihak Undang-Undang ini tepatnya pada Pasal 55 yang
yang terkait dengan akad. Aspek ini meliputi: merupakan bab yang membahas tentang cara
1) Subyek hukum akad (humans yuridis contrac), menyelesaikan sengketa yang terjadi antara pihak
dimana pelaku atau subyek hukum bank dengan nasabahnya, lebih spesifiknya yang
akad/perjanjian harus dicantumkan secara dikaji dalam penelitian adalah penyelesaian sengketa
terperinci dan harus memenuhi kriteria dan sah pembiayaan yang bermasalah. Pembiayaan
secara hukum (yuridis) baik sesuai yang bermasalah ini disebabkan karena adanya ingkar janji
disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh salah satu pihak antara nasabah
maupun dalam hukum Islam (muamalah), dengan pihak lembaga perbankan pada Pasal 36
misalnya dari segi umur subyek/pelaku akad: Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah menjelaskan
2) Obyek hukum akad (materials yuridis contrac), pihak dapat dianggap melakukan ingkar janji, apabila
dimana barang atau kegiatan yang harus karena kesalahannya: Tidak melakukan apa yang
dicantumkan dalam isi akad/ perjanjian tersebut dijanjikan untuk melakukannya; Melaksanakan apa
jelas mengenai kriteri/ keberadaar/ kedudukannya yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana
dan tidak bertentangan dengan hukum, baik yang diperjanjikannya; Melakukan apa yang dijanjikannya
diatur dalam peraturan perundang-undangan tetapi terlambat atau; Melakukan sesuatu menurut
maupun dalam hukum Islam (fikih muamalah). perjanjian tidak boleh dilakukan. Bentuk
b) Aspek sosiologis, aspek ini merupakan aspek penyelesaian sengketa yang dapat dijadikan landasan
yang harus diper. hatikan dan dicermati sebelum untuk penyelesaian masalah antara pihak perbankan
melakukan akad. Aspek inipun tidak tercantum dengan pihak nasabah. Undang-undang Nomor 30
dan terperinci dalam isi akad/perjanjian yang Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
akan di buat. Aspek sosiologis ini meliputi: Penyelesaian Sengketa tersebut walaupun keluar
1) Sosiologis subyek akad (sociologies humans sebelum berlakunya UU Nomor 3 Tahun 2006
contrac) yakni dengan meneliti dan mengkaji tentang Peradilan Agama dan UU Nomor 21 Tahun
terlebih dahulu faktor sosial dari calon pelaku 2008 tentang Perbankan Syariah, namun tidak
(subyek) yang akan dimasukkan dalam akad menjadikan UU Nomor 30 Tahun 1999 ini kemudian
perjanjian, misalnya dari tingkah laku (trac menjadi dikesampingkan atau ttidak berlaku dengan
record) subyek akad dalam kegiatan sehari-hari adanya UU Nomor 3 Tahun 2006 dan UU Nomor 21
terutama dalam melakukan bisnis: Tahun 2008 (tidak berlaku asas Lex specialis derogat
2) Sosiologis obyek atau materi akad (sociologies leg generalis). Karena pada dasarnya bidang yang
materials contrac) yakni dengan mengkaji dan diaturdalam ketiga undang-undang tersebut berbeda.
meneliti ada atau tidaknya pihak lain yang Sehingga menurut penulis ketentuan tentang
mengenai penyelesaian sengketa dengan Arbitrase

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 735
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.10 No.2 Edisi Mei 2022

dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang terdapat dengan pihak nasabah mencantumkan penyelesaian
dalam UU Nomor 30 Tahun 1999 masih relevan dan ketika terjadi perselisian yaitu menggunakan
dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pelaku penyelesaian sengketa litigasi melaui Pengadilan
perbankan syariah dalam memilih alternatif Agama dan non litigasi berupa musyarawah, mediasi
penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non dan arbitrase. Akan tetapi penyelesaian sengkeya
litigasi). Sifat tertutup untuk umum ini dilakukan litigasi menjadi upaya terakhir yang digunakan oleh
untuk menjaga kredibilitas dan nama baik masing- pihak PT BPR Dinar Asri. PT BPR Dinar Asri lebih
masing pihak yang bersengketa, terutama adalah mengedepankan penyelesaian secara Non Litigasi
pihak lembaga perbankan syariah. untuk penyelesaian sengketa dengan pihak nasabah.
Penyelelesaian sengketa melalui Badan Arbitrase Sejalan dengan teori penyelesaian sengketa yang
Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga dikemukakan oleh Dean G Pruitt dan Jeffrey Z.
arbitrase lainnya Rubin, salah satunya yaitu teori Problem solving
Ketentuan mengenai penyelesaian sengketa (pemecahan masalah), yaitu mencari alternatif yang
dapat dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah memuaskan dari kedua belah pihak. Hal tersebut
Nasional (Basyarnas) atau Lembaga Arbitrase Lainya termuat didalam perjanjian atau akad antara
diatur dalam Penjelasan Pasal 55 ayat (2) UU Nomor masyarakat dan Bank yang dikenal dengan
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. penyelesaian melalui non litigasi terdiri dari
Sedangkan ketentuan mengenai pelaksanaan dan musyawarah, mediasi perbankan, melalui Badan
tatacaranya dapat dilihat dalam Pasal 52 UU Nomor Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga
30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif arbitrase lain.
Penyelesaian Sengketa. Pasal 52 UU Nomor 30
Tahun 1999 menjelaskan para pihak dalam suatu 4. KESIMPULAN
perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang Pengaturan peneyelesain sengketa
mengikat dari Lembaga Arbitrase atas hubungan pembiayaan bermasalah sebagaimana diatur dalam
hukum tertentu dari suatu perjanjian. Lebih lanjut Undang-Undang No 21 tahun 2008 Tentang
ketentuan penyelesaian sengketa perbankan syariah Perbankan Syariah dalam Pasal 55, yaitu;
melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan
(Basyarnas) dapat dilihat dalam Penjelasan Pasal 55 oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.
ayat (2) UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Dalam hal para pihak telah memperjanjikan
Perbankan Syariah yang menyatakan bahwa Yang penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud
dimaksud dengan “penyelesaian sengketa dilakukan pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai
sesuai dengan isi Akad” adalah upaya sebagai berikut dengan isi Akad. Penyelesaian sengketa sebagaimana
Musyawarah; Mediasi perbankan; Melalui Badan dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan
Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga dengan Prinsip Syariah. Faktor penyebab terjadinya
arbitrase lain, dan/atau Melalui pengadilan dalam kredit macet atau sengketa pembiayaan atara pihak
lingkungan Peradilan Umum. bank dan nasabah, yaitu : Berdasarkan hasil
Berdasarkan penjelasan yang telah penelitian yang terjadi penyebab terjadinya kredit
dikemukakan oleh penulis bahwa akan yang macet yaitu Penyimpangan penggunaan dana
digunakan oleh kedua belah pihak yang diatur dalam pembiayaan, Jenis usaha tidak berjalan dengan baik;
perbankan syaraih yaitu akad „An tarāḍin minkum Uang yang diperuntukan untuk membayar cicilan
adalah suka sama suka atau kerelaan antar dua belah kredit dialihkan untuk keperluan lain; Gaya hidup
pihak. Tidak boleh bermanfaat untuk satu pihak nasabah tidak sesuai dengan penghasilan; Bencana
dengan merugikan pihak lain, tidak boleh saling alam. Penyelesaian sengketa pembiayaan bermasalah
merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang akad musyarakah di PT BPR Dinar Asri, berdasarkan
lain. Sehingga dalam transaksi jual beli harus ada akad yang dibuat antara kedua belah pihak yaitu
kerelaan dalam kedua belah pihak, Dalam kitab melalui litigasi (pengadilan agama) sebagaimana
Tafsir Al-Misbah walaupun kerelaan adalah sesuatu diatur dalam Undang-Undang No 21 tahun 2008
yang tersembunyi di dalam lubuk hati, tetapi Tentang Perbankan Syariah dalam Pasal 55 dan non
indikator dan tanda-tandanya dapat terlihat. Ijab dan litigasi sebagaimana penjelasan undang-undang
qaul, atau apa saja yang dikenal dalam adat istiadat tersebut yaitu musyawarah, mediasi perbankan,
kebiasaan sebagai serah terimah adalah bentuk- melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional
betukyang digunakan hukum untuk menunjukan (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain dan melalui
kerelaan. di dalam Tafsir Al-Munir menambahkan pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.
makna an tarāḍin minkum Hendaknya harta itu
menjadi harta dagangan yang bersumber dari diri 5. REFERENSI
yang baik sehingga kamu boleh mempergunakannya. A Mukti Arto, Mencari Keadilan, Pustaka Pelajar,
Mempertegas bahwa Tidak semua kesalingrelaan itu Yogyakarta, 2001.
diakui secara syar’i, oleh karena itu kesalingrelaan itu Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori
harus sesuai dengan batasan syariah. Berdasarkan Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia,
akad kedua belah pihak antara PT BPR Dinar Asri Erlangga, Jakarta, 2010

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 736
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.10 No.2 Edisi Mei 2022

Amirudin dan Asikin, Pengantar Metode Penelitian Lihat ketentuan pasal 18 ayat 4 UU Nomor 48 Tahun
Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Amirudin dan H. Zainal Asikin, Penghantar Metode Lihat ketentuan pasal 18 ayat 4 UU Nomor 48 Tahun
Penelitian Hukum, Cet. 7, PT Raja Grafindo 2009 tentang Kehakiman.
Persada, Jakarta, 2013 Margono Suyud, Penyelesaian Sengketa Bisnis
Ariani Nurnaningsih, Mediasi Alternatif Alternative Dispute Resolution (ADR),
Penyelesaian Sengketa di Pengadilan, Jakarta, Bogor,Ghalia Indonesia, 2010.
PT. Raja Grafindo Persada. 2011 Muhammad Abdul Kadir, Rilda Murniati, Segi
Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Hukum Lembaga Keuangan Dan Pembiayaan,
Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2008 Citra Aditya, 2000.
H Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Muhammad Zain, ekonomi dan bisnis Islam, seri
Penyelesaian Sengketa, Fikahati Aneska, konsep dan aplikasi ekonomi dan bisnis,Raja
Jakarta, 2002 Grafindo persada, jakarta, 2016.
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Kencana,
Cetakan Kedelapan, Edisi kedua, Kencana, Jakarta, 2007
Jakarta, 2005 Salim H.S dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan
Jhoni Iskandar,Dahlan,Iman Jauhari, Proses Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan
Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Melalui Rekonstruturisasi, (Suatu Penelitian 2013.
Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik
Pembantu Jantho), Jurnal Megister Hukum, Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
Universitas Syiah Kuala, Vol.3, No.3, Agustus 2003.
2015 Suyud Margono, ADR (Altemative Dispute
Joni Emirzon, Hukum Bisnis Indonesia, Literata Resolution) & Arbitrase: Proses Pelembagaan
Lintas Media, Jakarta, 2008 dan Aspek Hukum, Cet I, Ghalia Indonesia,
Lihat dalam Penjelasan ayat (2) Pasal 55 UU Nomor Jakarta, 2000.
21 Tahun 2008 tentang - Perbankan Syariah.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 737

Anda mungkin juga menyukai