Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL TESIS

S2-MAGISTER KENOTARIATAN
1. Judul Tesis:
PERANAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PEMBERIAN HAK

TANGGUNGAN (APHT) TERHADAP PERJANJIAN KREDIT ANTARA

KREDITUR DAN DEBITUR DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

DI KOTA PALEMBANG

2. Identitas Penanggung Jawab Penelitian:


Nama : Efrianza
Nim : 02022682024017
Kelas : A (Metode Penelitian Hukum Dan Teknik Pembuatan Legal Opinion)

3. Abstrak:

ABSTRAK

Penelitian Tesis ini bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji peranan Notaris

dalam pembuatan akta pemberian hak tanggungan (APHT) terhadap kreditur dan

debitur, kemudian untuk menganalisis dan mengkaji kendala-kendala yang

dihadapi Notaris dalam pembuatan akta pemberian hak tanggungan (APHT)

terhadap kreditur dan debitur serta menganalisis dan mengkaji suatu permasalahan

pada Notaris dalam memberi solusi (perlindungan hukum) yang dihadapi Notaris

dalam pembuatan akta pemberian hak tanggungan (APHT) terhadap kreditur dan

debitur di Kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan


metode pendekatan secara deskriptif-analitik. Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat diketahui bahwa peranan Notaris dalam pembuatan APHT

sesuai Pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014

Tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris terhadap kreditur dan debitur terletak pada tanggung jawabnya yaitu

tanggung jawab terhadap akta yang dibuatnya serta perlindungan terhadap para

pihak yang terkait di akta tersebut bila dikemudian hari terjadi sengketa diantara

para pihak.

Kata Kunci: Peranan Notaris, Pembuatan APHT, Perjanjian Kredit.

4. Latar Belakang:

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Indonesia menetapkan pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan

masyarakat adil, makmur dan mampu mensejajarkan diri dengan bangsa lain di

dunia dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional

Indonesia seperti yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945) alenia 4 yang meliputi:

1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia;


2. Memajukan kesejahteraan umum;

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian


abadi dan keadilan sosial.

Agar pembangunan bisa berjalan dengan baik maka diperlukan suatu

kebijakan ekonomi untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi yaitu dengan

meningkatkan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan dana. Di

dalam masalah pendanaan maka tidak pernah terlepas dari dunia perbankan

sebagai salah satu lembaga keuangan di dalam menunjang kebijakan ekonomi

nasional. Hal tersebut di atas sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa Perbankan

Indonesia bertujuan penunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah

peningkatan rakyat banyak.1 Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7

Tahun 1992 jo Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan), Bank adalah badan usaha

yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau dalam bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.2 Lembaga perbankan

membantu perekonomian masyarakat melalui fasilitas kredit. Fasilitas kredit yang

1
Malayu, S.P. Hasibuan, 2005, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm. 4.
2
Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1.
diberikan oleh bank berperan menambah modal usaha nasabah penerima kredit

(debitur). Adanya tambahan modal usaha yang diperoleh dari fasilitas kredit dapat

membantu meningkatkan usaha perdagangan dan perekonomian debitur bank

tersebut.3

Kredit perbankan merupakan salah satu usaha bank konvensional yang telah

banyak dimanfaatkan oleh masyrakat yang memerlukan dana dalam Pasal 1 butir 2

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyrakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, bank juga berfungsi

sebagai financial intermediary yang bertujuan untuk:4

1. Menunjang pembangunan nasional bukan pembangunan perorangan;

2. Meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat banyak bukan kesejahteraan


perorangan atau kelompok;

3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, bukan


pertumbuhan perekonomian perorangan atau kelompok

Pemberian Kredit kepada masyarakat melalui perbankan tentunya dilakukan

dengan suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga

terjadi hubungan hukum antara keduanya, perjanjian kredit biasanya dibuat oleh
3
Pitono, Weppy Susetiyo, “Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank, Perkreditan
Rakyat Berkah Pakto Kediti, Jawa Timur”, Jurnal Supremasi, Vol. 9, No. 2, September 2019, Jawa
Timur, hlm. 50.
4
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum Buku Kedua, Bandung :
Citra Aditya Bakti, 1997, hlm. 210
pihak pemberi kredit yaitu bank, sedangkan debitur hanya mempelajarinya dan

memahaminya saja. Namun demikian sudah seharusnya perjanjian kredit ini sudah

sangat perlu mendapatkan perhatian khusus dari kedua belah pihak dikarenakan

perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian,

pengelolaan dan pelaksanaanya karena adanya kesepakatan diantara kedua belah

pihak yang bisa kita sebut debitur dan kreditur, karena apabila debitur

menandatangani perjanjian kredit yang dianggap mengikat kedua belah pihak dan

berlaku sebagi Undang-Undang bagi keduanya.5

Notaris dalam hal ini yaitu pejabat umum yang diberi kewenangan untuk

membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai, hak atas

tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, sedangkan akta PPAT adalah

akta yang dibuat oleh PPAT sebagai bukti telah dilaksanakannya perbuatan hukum

tertentu mengenai hak atas tanah atau atas Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun,

akta PPAT merupakan alat untuk membuktikan telah dilakukannya suatu

perbuatan hukum. Oleh karena itu apabila perbuatan hukum itu batal atau

dibatalkan, maka akta PPAT yang bersangkutan tidak berfungsi lagi sebagai bukti

perbuatan hukum tersebut. PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agraria

untuk melayani masyarakat dalam pembuatan akta PPAT di daerah tertentu.6

5
Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan Asas-Asas Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah
Yang Dihadapi Oleh Perbankan(Suatu Kajian Mengenai Undang-Undang Hak Tanggungan),
Bandung : Alumni, 1999, hlm. 26.
6
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Prenada Media, 2005, hlm. 20.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk membedah

atau memfokuskan dalam suatu karya tulis dalam bentuk tesis dengan judul

Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)

Terhadap Perjanjian Kredit Antara Kreditur Dan Debitur Dengan Jaminan Hak

Tanggungan Di Kota Palembang. Berdasarkan permasalahan yang telah

dirumuskan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan peranan Notaris dalam pembuatan Akta

Pemberian Hak Tanggungan (APHT) terhadap kreditur dan debitur;

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi Notaris

dalam pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) terhadap kreditur

dan debitur;

3. Untuk mengetahui dan menjelaskan perlindungan hukum bagi pemberi kuasa

dan penerima kuasa dalam pelaksanaan kuasa menjual berdasarkan akta

pengakuan hutang terhadap barang jaminan benda tidak bergerak.

5. Rumusan Masalah:

Rumusan Masalah:

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:


1. Bagaimana peran Notaris dalam pembuatan akta pemberian hak tanggungan

(APHT) terhadap kreditur dan debitur ?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi Notaris dalam pembuatan akta

pemberian hak tanggungan (APHT) terhadap kreditur dan debitur?

3. Bagaimana perlindungan hukum (solusi) bagi pemberi kuasa dan penerima

kuasa dalam pelaksanaan kuasa menjual berdasarkan akta pengakuan hutang

terhadap barang jaminan benda tidak bergerak ?

6. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Setiap Penelitian harus memiliki tujuan penelitian yang merupakan

jawaban terhadap pemecahan permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan

permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan Notaris dalam pembuatan akta pemberian hak

tanggungan (APHT) terhadap kreditur dan debitur;

2. Untuk mengetahui dan menemukan kendala-kendala apa saja yang dihadapi

Notaris dalam pembuatan akta pemberian hak tanggungan (APHT) terhadap

kreditur dan debitur;


3. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum (solusi) bagi pemberi

kuasa dan penerima kuasa dalam pelaksanaan kuasa menjual berdasarkan

akta pengakuan hutang terhadap barang jaminan benda tidak bergerak.

B. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian tentu sangat diharapkan adanya manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Mengenai manfaat yang

diperoleh dari penelitian tentang Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta

Pemberian Hak Tanggungan (APHT) Terhadap Perjanjian Kredit Antara

Kreditur Dan Debitur Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Kota Palembang,

antara lain:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

dan sumbangan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di

bidang hukum dalam hal ini hukum perjanjian dan hukum perbankan.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan

masukan yang berguna bagi semua pihak terutama bagi pihak bank yang ada

kerja sama dengan Notaris, dalam rangka meminimalisasi risiko yang

mungkin timbul dalam transaksi perbankan yang tidak menggunakan jasa

Notaris.
7. Kerangka Teori:

Kerangka Teori

Di dalam kerangka teoritik ini menggunakan beberapa teori untuk

menjelaskan Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan

(APHT) Terhadap Perjanjian Kredit Antara Kreditur Dan Debitur Dengan Jaminan

Hak Tanggungan Di Kota Palembang, antara lain:

1. Teori Kewenangan

Kewenangan memiliki arti hal berwenang, hak dan kekuasaan yang

dipunyai untuk melakukan sesuatu. Kewenangan didalamnya terkandung hak

dan kewajiban, yang sah jika ditinjau dari mana kewenangan tersebut diperoleh.

Maka ada tiga kategori kewenangan, yaitu atributif, mandat dan delegasi. 7

Menurut Philipus M. Hadjon, wewenang (bevoegdheid) dideskripsikan sebagai

kekuasaan hukum (rechtsmacht). Wewenang merupakan lingkup tindakan

hukum publik, lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi

wewenang membuat keputusan pemerintah (bestuur), tetapi meliputi wewenang

dalam rangka pelaksanaan tugas, dan memberikan wewenang serta distribusi

wewenang utamanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.8 Jadi

dalam konsep hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. 9


7
Lutfi Effendi, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Edisi Pertama Cetakan Kedua, Bayumedia
Publishing, Malang, 2004, hlm. 77-79.
8
Ateng Syarifudin, 2000, Jurnal Menuju Penyelenggaraan Pemerintah Negara yang Bersih dan
Bertanggung Jawab, Universitas Parahyangan, Bandung, hlm. 22.
9
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, Jurnal Yuridika, No.5&6 Tahun XII, September-
Desember, 1997 , hlm.1.
Munculnya kewenangan adalah untuk membatasi agar penyelenggara negara

dalam melaksanakan pemerintahan dapat dibatasi kewenangannya agar tidak

berlaku sewenang-wenang. Oleh karena itu siapapun atau pejabat manapun

harus mempertanggung jawabkan setiap tugas dan kewenangannya.

Kewenangan memiliki tiga unsur yaitu:

a. Pengaruh

Ialah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan

perilaku subyek hukum.

b. Dasar Hukum

Bahwa wewenang itu selalu harus dapat ditunjukkan dasar hukumnya.

c. Konformitas Hukum

Mengandung makna adanya standard wewenang yaitu standard umum

(semua jenis wewenang) dan standard khusus (untuk jenis wewenang

tertentu).

Setiap tindakan pemerintah dan/atau pejabat umum harus bertumpu pada

kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui tiga sumber, yaitu:

1. Atribusi
Adalah wewenang yang diberikan atau ditetapkan oleh pembuat undang-undang

kepada organ pemerintahan tersebut/atau jabatan tertentu. Dengan demikian

wewenang atribusi merupakan wewenang yang melekat pada suatu jabatan.

2. Delegasi

Adalah pelimpahan kewenangan pemerintah dari organ pemerintah yang satu

kepada organ pemerintah lainnya. Jadi tanggung jawab atau/tanggung gugat

berada pada penerima delegasi (delegataris).

3. Mandat

Wewenang yang bersumber dari proses atau prosedur pelimpahan dari pejabat

atau badan yang lebih tinggi kepada pejabat yang lebih rendah

(atasanbawahan).

Dalam kaitan dengan konsep atribusi, delegasi maupun mandat, J.G. Brouwer

dan A.E. Schilder, mengatakan:

a. With atribution, power is granted to an administrative authority by an

independent legislative body. The power is initial (originair), which is to say

that is notdervied from a previously existing power. The legislative body

creates independent and previously non existent powers and assigns them to

an authority.
b. Delegation is a transfer of an acquired atribution of power from one

administrative authority to another, so that the delegate (the body that the

acquired the power) can exercise power in itsown name.

c. With mandate, there isnot transfer, but the mandate giver (mandans) assigns

power to the body (mandaataris) to make decision or take action in its

name.10

Notaris dalam melakukan tugasnya mendapatkan wewenang secara

atributif berdasarkan kewenangan yang dimuat didalam pasal 15 Undang-

Undang Jabatan Notaris. Kewenangan yang diberikan didalam Undang-Undang

Jabatan Notaris tersebutlah yang memberikan Notaris berwenang membuat

tindakan hukum dalam pembuatan akta otentik.11

2. Teori Kepastian Hukum

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma, norma adalah

pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan

menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-

norma adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-undang yang

berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu

bertingkah laku dalam masyarakat, baik dalam hubungan sesame individu

maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi


10
J.G. Brouwer dan Schilder, 1998, A Survey of Dutch Administrative Law, Nijmegen: Ars
Aeguilibri, hlm. 16-17.
11
Pasal 15 Undang-Undang Jabatan Notaris.
batasan bagi masyarakat dalam membebani atau tindakan terhadap individu.

Aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.12

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu

pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui

perbuatan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa

keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan

adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang

boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu.13

Tujuan hukum yang mendekati realitis adalah kepastian hukum, kaum

postivisme lebih menekankan kepada kepastian hukum, sedangkan kaum

fungsionalis mengutamakan kemanfaatan hukum, dan sekiranya dapat

dikemukakan bahwa “summum ius summa injuria, summa lex summa crux”

yang artinya adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali keadilan yang

dapat menolongnya, dengan demikian kendatipun keadilan bukan merupakan

tujuan hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang substantif adalah

menelaah keadilan.14

3. Teori Perlindungan Hukum

12
Peter Muhammad Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Kencana, hlm. 158.
13
Riduan Syahrani, 2011. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,
hlm. 23.
14
Dominikus Rato, 2010, Filsafat Hukum Mencari (Memahami dan Memahami Hukum),
Yogyakarta : Laksbang Pressindo, hlm. 59.
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi

manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada

masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh

hukum.15 Secara kebahasaan, kata perlindungan dalam bahas Inggris disebut

dengan protection. Istilah perlindungan menurut KBBI dapat disamakan dengan

istilahproteksi, yang artinya adalah proses atau perbuatan memperlindungi,

sedangkan menurut Black’s Law Dictionary, protection adalah the act of

protecting.16

Perlindungan diartikan sebagai kata lindung yang memiliki arti bersifat

mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi. Sedangkan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia kata perlindungan berarti konservasi,

pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan bunker. Beberapa unsur kata

Perlindungan:

1. Kata melindungi memberikan pengertian adanya tindakan menutupi supaya

tidak terlihat/tampak, menjaga, memelihara, merawat, menyelamatkan;

2. Kata Perlindungan dalam pengertian perlindungan hukum member makna

bahwa adanya proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal (perbuatan)

memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung);

15
Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Perss, Jakarta , Hlm.133
16
Bryan A. Garner, 2009, Black’s Law Dictionary, ninth edition, St. paul: West, Hlm.1343.
3. Kata Pelindung memberikan makna bahwa ada seseorang yang melakukan

tindakan bersifat melindungi, atau pun berupa alat untuk melindungi;

4. Terlindung merupakan kata sifat yang berarti tertutup oleh sesuatu hingga

tidak kelihatan;

5. Lindungan memberikan makna adanya sifat terlindungi baik berupa

perbuatan maupun berupa sifat terlindungi;

6. Memperlindungi: menjadikan atau menyebabkan berlindung.

Ada beberapa pengertian tentang perlindungan hukum menurut para ahli yaitu :17

1. Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan

oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara

pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak

manapun;

2. Perlindungan Hukum adalah Sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang

akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan

konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak

pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak

tersebut;

17
Fitri Hidayat, Perlindungan Hukum , Unsur Esensial dalam Negara Hukum, http://fitrihidayat-
ub.blogspot.com/2013/07/perlindungan-hukum-unsur-esensial-dalam.html di akses pada tanggal 26
September 2020.
3. Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal

ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh

hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang

dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan

sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia

memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum;

4. Perlindungan Hukum adalah suatu tindakan dengan tujuan memberikan

pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.

5. Perlindungan Hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta

pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek

hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan.

Sarana perlindungan hukum yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia ada

dua macam cara, antara lain cara preventif dan represif.

Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan

untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan

pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah

terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi

tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan


adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat

hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia

belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Peradilan

Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip

perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari

konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia

karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-

pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua

yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip

negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak

asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia

mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.

8. Metode Penelitian:

Metode Penelitian

Dalam bahasa inggris istilah penelitian disebut (research), berasal dari kata

(re) artinya kembali dan (to search) artinya menemukan atau mencari. Sehingga
(research) dapat diartikan menemukan atau mencari kembali. 18 Penelitian pada

hakekatnya adalah suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang

benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang didapat dari penelitian meliputi:

fakta, konsep, membentuk suatu kesimpulan yang umum, dan teori yang bisa

dimungkinkan bagi masyarakat untuk dapat memahami fenomena dan

memecahkan masalah yang dihadapinya.19 Sedangkan,“Metode Penelitian ialah

suatu pandangan yang digunakan dalam penelitian serta penilaian, dan suatu teknis

yang umum/luas bagi ilmu pengetahuan serta suatu tahapan untuk menyelesaikan

suatu aktivitas.20

Dengan demikian dapat disebutkan bahwa metodologi merupakan unsur yang

sangat penting dalam penelitian untuk memperoleh data yang tepat, berguna, dan

lengkap. Metode dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian hukum empiris, yaitu suatu penelitian

yang berusaha mengidentifikasi hukum yang terdapat dalam masyarakat dengan

maksud untuk mengetahui gejala-gejala lainya. Dalam penelitian ini, penulis

akan mendeskripsikan secara lengkap dan obyektif mengenai suatu masalah

guna memberikan gambaran yang jelas mengenai Peranan Notaris Dalam

Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) Terhadap Perjanjian

18
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, Tera, Yogyakarta, 2011, hlm. 1.
19
Ibid, hlm. 2.
20
Asrof Syaf’i, Diktat Metodologi Penelitian, STAIN-Tulungagung, Tulungagung, 2002, hlm. 1.
Kredit Antara Kreditur Dan Debitur Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Kota

Palembang dengan cara melakukan wawancara kepada sejumlah narasumber

yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara dilakukan secara langsung, baik

ditempat penelitian maupun diluar lokasi penelitian yang masih berada di

wilayah Kota Palembang.21

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitik, yaitu suatu penelitian yang

berusaha mendapatkan data-data untuk memperoleh gambaran secara lengkap

dan kemudian menganalisis untuk menjawab permasalahan yang ada. Menurut

Soerjono Soekanto, penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan data yang

seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainya.22 Dalam

penelitian ini, penulis ingin menemukan dan memahami gejala-gejala yang

diteliti dengan cara penggambaran yang seteliti-telitinya untuk mengetahui

gambaran tentang Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Pemberian Hak

Tanggungan (APHT) Terhadap Perjanjian Kredit Antara Kreditur Dan Debitur

Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Kota Palembang.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini bersifat

Kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan

21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hlm.10.
22
Ibid, hlm. 10.
pada informasi dan data-data yang dinyatakan oleh responden atau narasumber

secara lisan atau tertulis, dan juga perilaku nyata, diteliti, dipelajari sebagai

suatu yang utuh. Data yang digunakan adalah data yang sesuai dengan

kenyataan yang ada di tempat penelitian. Selain itu diperoleh juga data tertulis,

dalam hal ini dari Pihak Bank di Kota Palembang dan Seorang Notaris yang

berkewenangan membuat akta tersebut.

4. Sumber Data

Berdasarkan jenis/tipe data, maka dapat ditentukan sumber data yang

digunakan untuk penelitian, sehingga dapat digunakan untuk memperoleh data

dan informasi yang berkaitan dengan arah penelitian ini. Sumber data yang

penulis gunakan adalah sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung

dari lapangan yang meliputi keterangan atau data yang diberikan oleh Pihak

Bank di Kota Palembang serta Pejabat Notaris yang berwenang membuat

akta tersebut.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh dari

mengambil, mempelajari, membaca, bahan-bahan hukum maupun

kepustakaan dan dokumen-dokumen atau bisa dikatakan bahwa sumber

data sekunder ini adalah sumber data yang secara tidak langsung
memberikan keterangan yang bersifat mendukung sumber data primer,

yang terdiri dari:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer yaitu, bahan hukum berupa peraturan

perundang-undangan, dalam penelitian ini peraturan perundang-

undanganya antara lain:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

2. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 Tentang Undang-Undang

Jabatan Notaris;

3. Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas

Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah;

4. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat hubunganya

dengan bahan hukum primer yang dapat membantu analisis data dan

membantu pemahaman terhadap bahan hukum primer seperti: buku-

buku, literature, hasil penelitian, pendapat hukum yang berkaitan secara

langsung dengan objek kajian penelitian.


3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan

informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti: Koran, majalah atau jurnal, internet kamus hukum, kamus

bahasa Indonesia, dan sumber-sumber hukum lain yang memiliki

keterkaitan dengan objek yang diteliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data yang ada ditempat penelitian sehingga memperoleh data

yang diperlukan.

Seperti telah disebutkan diatas, terdapat beberapa macam data yang

berawal dari beberapa sumber data. Masing-masing sumber data tersebut

menuntut cara atau teknik pengumpulan data yang sesuai, guna mendapatkan

data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan. 23 Teknik yang digunakan

dalam penelitian antara lain, yaitu:

1. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh

keterangan secara lisan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan

tentang kehidupan manusia serta pendapat-pendapat mereka. Dalam suatu

wawancara didapati dua pihak yang memiliki posisi yang berbeda, yaitu

23
H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, UNS Press, Surakarta, 2002, hlm. 58.
pengejar informasi yang biasa disebut informan atau responden.24

Wawancara dilakukan terhadap narasumber di Bank BRI Kota Palembang

serta di Kantor Pejabat Notaris yang berwenang membuat akta tersebut.

2. Pengamatan atau Observasi

Dalam penelitian ini pengamatan secara langsung dilakukan terhadap

obyek dan subyek penelitian, yaitu dengan ikut serta mengamati bagaimana

Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan

(APHT) Terhadap Perjanjian Kredit Antara Kreditur Dan Debitur Dengan

Jaminan Hak Tanggungan Di Kota Palembang, apakah peran Notaris dalam

pembuatan akta pemberian hak tanggungan ada kendala-kendala dan

dimana letak suatu perlindungan hukumnya.

3. Penelitian Kepustakaan

Penelitian Kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data

yang dilakukan melalui buku-buku literature, perundang-undangan, arsip-

arsip dan bahan lainya yang berbentuk tertulis yang berhubungan dengan

permasalahan dalam penulisan hukum ini.

4. Dokumentasi

Berbagai jenis informasi dapat diperoleh melalui dokumentasi antara

lain surat-surat resmi, artikel, media, kliping, proposal, laporan


24
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Gramedia, Jakarta, 2001, hlm. 95.
perkembangan yang dianggap relevan dengan penelitian. Dokumentasi

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.25

6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dibeberapa lokasi yaitu di Kantor Cabang Bank

BRI Palembang yang beralamat di Jl. Kapten A. Rivai No. 15, Sungai

Pangeran, Kecamatan. Ilir Timur I, Kota Palembang, dan di Kantor Notaris

Ridho Ilhammy di Jl. Sukabangun 2, Kecamatan Sukarame, Palembang.

7. Populasi dan Sample Penelitian

Populasi adalah obyek, seluruh individu, gejala atau seluruh kejadian yang

akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah Pihak Bank dan Pejabat

Notaris yang berwenang. Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan

merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga

dimiliki oleh sampel. Pengumpulan data ini menggunakan cara purposive

sampling atau judgmental sampling, yaitu peneliti menggunakan

pertimbanganya sendiri dengan berbekal pengetahuan yang cukup tentang

populasi untuk memilih sample.26

8. Teknik Pengolahan Data

25
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 64.
26
Maria S.W. Soemardjono, Pedoman Pembuatan Usul Penelitian Sebuah Panduan Dasar, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, hlm. 31.
Metode pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

a. Indentifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan

dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan,

buku, atau artikel.

b. Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi

atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

c. Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah

ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam

menginteprestasikan data.

9. Teknik Analisis Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian adalah model analisis

interaktif (interactive model of analysis), yaitu model analisis dalam penelitian

kualitatif yang terdiri dari tiga komponen analisis yang dilakukan dengan cara

interaksi, baik antar komponennya, atau dengan cara interaksi, baik antar

komponenya, maupun dengan proses pengumpulan data.

Dalam teknik analisis ini, penulis tetap bergerak diantara tiga komponen

analisis dan pengumpulan data selama pengumpulan data berlangsung. Setelah

pengumpulan data selesai, maka peneliti bergerak diantara ketiga komponen


analisis tersebut hingga waktu yang tersisa bagi penelitian berakhir. Adapun

ketiga komponen tersebut adalah:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian analisis, berbentuk mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan

mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

Menurut HB. Soetopo, reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan dan abstraksi data dari field not. Proses ini berlangsung

sejak awal penelitian dan pada saat pengumpulan data. Reduksi data ini

dilakukan dengan membuat singkatan, coding, memusatkan tema, menulis

memo dan menentukan batas-batas permasalahan. Proses seleksi,

pemfokusan dan penyederhanaan dan abstraksi data dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan tulis dilapangan. Reduksi data langsung

terus-menerus sepanjang pelaksanaan riset sampai akhir lengkap tersusun.27

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi

dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat

dilakukan. Selain itu, penyajian data sebagai kumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

27
H.B. Soetopo, Metode Penelitian Kualitatif, UNS Press, Surakarta, 1992, hlm. 12.
pengambilan tindakan. Penyajian-penyajian yang lebih merupakan suatu

cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid.28

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan merupakan sebagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang

utuh. Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung.29

10. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan cara/teknik induktif.

Teknik induktif merumuskan kesimpulan dari informasi yang bersifat khusus,

kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum, kemudian data yang

diperoleh dari lapangan sebagai hal yang khusus dikaitkan dengan pendapat

ahli, dan peraturan perundang-undangan yang relevan dalam penelitian ini

sebagai ketentuan yang umum.30

9. Kesimpulan

Kesimpulan:

1. Peranan Notaris dalam pembuatan APHT sesuai Pasal 15 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris terhadap kreditur dan

28
Efrianza, “ Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Oleh Polda Sumsel Melalui Aplikasi
Berbasis IT (Teknologi Informasi) “Polisi Wong Kito” ”, Skripsi, Universitas Sriwijaya , Palembang,
2020,hlm. 28..
29
Ibid, hlm. 28.
30
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Empiris, suatu tindakan singkat, Cet.
Ketiga, Radjawali Pers, Jakarta,1990, hlm. 52.
debitur terletak pada tanggungjawabnya. Yaitu tanggungjawab terhadap akta

yang dibuatnya serta perlindungan terhadap para pihak yang terkait di akta

tersebut bila dikemudian hari terjadi sengketa di antara para pihak, maka yang

menjadi acuan pejabat hukum yang berwenang cukuplah akta tersebut tanpa

perlu memanggil kembali Notaris tersebut karena sudah terwakili dengan

adanya akta yang telah dibuat oleh Notaris tersebut. Artinya, akta yang dibuat

oleh Notaris tersebut haruslah dibuat secara benar agar menciptakan rasa aman

terhadap para pihak sehingga semua dapat berjalan lancar dan tidak ada pihak

yang dirugikan. Hal ini sesuai teori keadilan tindak menjadi monopoli

pemikiran satu orang ahli saja dan teori kemanfaatan hukum dimana tujuan

hukum semata-mata untuk memberikan kemanfaatan atau kebahagiaan.

2. Kendala-kendala yang dihadapi Notaris dalam pembuatan APHT terhadap

kreditur dan debitur :

a. Sertifikat yang akan dijadikan Hak Tanggungan belum balik nama Sehingga,

Notaris harus melakukan pengecekan berulang dan membuat agar sertifikat

tersebut balik nama atas pemilik yang sekarang. PPAT dapat juga

mendatangkan pemilik sertifikat yang lama untuk dimintai tanda tangan.

b. Dalam Undang-Undang atau peraturan tentang Hak Tanggungan (UU No.4

Tahun 1996) disebutkan bahwa: “setelah akta ditandatangani maka dalam

waktu 7 hari kerja sudah harus ditindak lanjuti dengan pendaftaran di kantor

BPN.” Namun sering sekali kendala terjadi kalau kebetulan aktanya banyak

tapi jangka waktu penyelesaiannya tidak cukup, karena pendaftaran Hak


Tanggungan ke kantor BPN itu tidak hanya sekedar aktanya saja yang

dimasukkan melainkan juga masih harus melampiri berkas-berkas yang

lainnya, misalnya harus dilampirkannya surat kuasa dari bank yang pada saat

dilampiri belum jelas maka harus dicari atau bahkan diganti dengan yang

lebih jelas. Kemudian ada bank yang mengirimkan kuasanya melalui fax dan

nantinya harus menunggu kuasa aslinya bukan dalam bentuk fax. Hal-hal

tersebut yang terkadang membuat kreditur sendiri tidak dapat memenuhi

jangka waktu yang disediakan dalam peraturan perundang-undangan yang

nantinya menjadi kendala bagi Notaris-PPAT untuk bekerja secara tepat

waktu tujuh hari sebagaimana yang telah ditentukan oleh undang-undang

Hak Tanggungan.

c. Sehubungan dengan terlalu luasnya wilayah Kota Palembang ini pun dapat

dijadikan alasan menumpuknya pekerjaan di kantor BPN Kota Palembang

yang menghambat kelancaran proses pengecekan serta pendaftaran Hak

Tanggungan. Memang tidak sedikit sertifikat-sertifikat yang harus diproses

oleh kantor BPN Kota Palembang ini. Hal ini yang membuat molornya

waktu proses pengecekan dan pendaftaran Hak Tanggungan. Selain itu juga

sumber daya manusianya tidak memadai.

d. Tanah yang dapat diberikan Hak Guna Bangunan (HGB) dimohonkan kredit,

maka penggunaan Hak Guna Bangunan (HGB)-nya harus menggunakan

investasi modal yang layak dan teknik perusahaan yang baik sesuai dengan

perkembangan zaman.
3. Mengatasi kendala-kendala yang dihadapi Notaris dalam pembuatan APHT

terhadap kreditur dan debitur:

a. Mengatasi kendala-kendala yang dihadapi Notaris dalam pembuatan APHT

terhadap kreditur dan debitur diantaranya mengatasi adanya faktor

penghambat dari pihak kreditur (Bank). Maka dari itu solusi yang digunakan

Notaris adalah dengan memberi pengertian, pengarahan serta peringatan

kepada pihak bank agar tidak hanya memikirkan target penjualan kredit

secara cepat sedangkan mereka tidak siap dengan dokumen-dokumen yang

dibutuhkan. Dengan kata lain mereka juga harus memiliki dukungan dan

kesadaran untuk bekerjasama yang kuat serta harus bisa bekerja secara lebih

professional.

b. Mengatasi kendala-kendala yang dihadapi Notaris dalam pembuatan APHT

terhadap kreditur dan debitur dari kantor BPN terkait waktu pengerjaan yang

molor dalam pengurusan mulai pendaftaran sampai terbitnya sertifikat Hak

Tanggungan. Adapun alasan yang diberikan pihak BPN terkait molornya

waktu ini dikarenakan banyaknya akta-akta atau berkas-berkas yang harus

dikerjaakan oleh staff-staff BPN serta mengingat terbatasnya Sumber Daya

Manusia dan sarana prasarana. Dengan demikian solusi yang digunakan

adalah dengan menggunakan proses percepatan walaupun nantinya klien dari

Notaris ini harus mengeluarkan biaya lebih demi lancarnya semua

pelaksanaan pembebanan Hak Tanggungan tersebut.


c. Menjelaskan kepada kreditur dan debitur bahwa keberadaan UUHT ini

diperlukan untuk menjamin kepastian hukum para pihak yang

berkepentingan terutama dalam hal kegiatan perkreditan pembuatan SKMHT

diperlukan apabila sertifikat rumah, jika debitur hak milik belum

bersertifikat sebaiknya diikat dengan SKMHT sekaligus dibuatkan sertifikat.

d. Dalam hal pembebanan hak tanggungan terhadap obyek jaminan yang masih

dalam proses konversi ke hak milik hak tanggungan belum atau tidak ada,

Kantor Pertanahan tidak mungkin akan dapat melakukan proses penyalinan

dan pencatatan buku-tanah hak tanggungan tersebut, oleh karena itu

langsung dibuatkan sertifikat oleh notaris Bank .

10. Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU

Ahmad Tanzeh, 2011. Metodologi Penelitian Praktis, Tera, Yogyakarta.

Asrof Syaf’i, 2002.Diktat Metodologi Penelitian, STAIN-Tulungagung, Tulungagung

Ateng Syarifudin, 2000, Jurnal Menuju Penyelenggaraan Pemerintah Negara yang

Bersih dan Bertanggung Jawab, Universitas Parahyangan, Bandung.

Bryan A. Garner, 2009. Black’s Law Dictionary, ninth edition, St. paul: West

Dominikus Rato, 2010. Filsafat Hukum Mencari (Memahami dan Memahami

Hukum), Laksbang Pressindo, Yogyakarta.


H.B. Sutopo,2002. Metode Penelitian Kualitatif, UNS Press, Surakarta.

Hermansyah, 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenada Media, Jakarta.

J.G. Brouwer dan Schilder, 1998, A Survey of Dutch Administrative Law, Nijmegen:

Ars Aeguilibri.

Lutfi Effendi, 2004. Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Edisi Pertama Cetakan

Kedua, Bayumedia Publishing, Malang.

Malayu, S.P. Hasibuan, 2005. Dasar-Dasar Perbankan, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

M. Yahya Harahap,1997. Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum Buku

Kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Peter Muhammad Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta.

Philipus M. Hadjon, 1997. Tentang Wewenang, Jurnal Yuridika, No.5&6 Tahun XII,

September- Desember.

Riduan Syahrani, 2011. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Soerjono Soekanto,1986. Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

_______________, 2006. Pengantar Penelitian Hukum, UI-Perss, Jakarta.

Sutan Remy Sjahdeini, 1999. Hak Tanggungan Asas-Asas Ketentuan-Ketentuan

Pokok dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan(Suatu Kajian Mengenai

Undang-Undang Hak Tanggungan), Alumni, Bandung.


2. INTERNET

Fitri Hidayat, Perlindungan Hukum , Unsur Esensial dalam Negara Hukum, Tersedia

pada http://fitrihidayat-ub.blogspot.com/2013/07/perlindungan-hukum-unsur-

esensial-dalam.html pada tanggal 26 September 2020.

3. JURNAL/SKRIPSI

Efrianza, 2020. “ Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Oleh Polda Sumsel Melalui

Aplikasi Berbasis IT (Teknologi Informasi) “Polisi Wong Kito” ”, Skripsi, Universitas

Sriwijaya , Palembang.

Pitono, Weppy Susetiyo, 2019. “Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank,

Perkreditan Rakyat Berkah Pakto Kediti, Jawa Timur”, Jurnal Supremasi, Vol. 9, No.

2, September 2019, Jawa Timur.

4. UNDANG-UNDANG

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta

Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7

Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 Tentang Undang-Undang Jabatan Notaris.

Anda mungkin juga menyukai