Anda di halaman 1dari 8

DRAFT RENCANA PENGAJUAN PROPOSAL

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK TANGGUNGAN

TERHADAP BANK YANG DILIKUIDASI

OLEH :

ARDY CHANDRA TJIONG

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR


A. Latar Belakang Masalah

Pada masa kini, perkembangan globalisasi mengalami peningkatan yang sangat

pesat pada berbagai sektor di Indonesia. Perkembangan ini berpengaruh pada

pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menuntut agar masyarakat dapat memenuhi

segala macam kebutuhan hidupnya, akan tetapi tidak semua masyarakat mempunyai

tingkat penghasilan yang sama sehingga menyebabkan beberapa masyarakat tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu upaya untuk mengatasi hal

tersebut dengan melakukan kegiatan pinjam-meminjam atau yang dikenal dengan

kredit pada lembaga-lembaga perbankan.

Bank merupakan salah satu lembaga penyalur kredit terbesar dalam negara yang

memegang peranan penting dalam rangka membantu peningkatan pertumbuhan

ekonomi negara. Dalam pemberian kredit sendiri, bank tetap harus memperhatikan

peraturan dalam Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU

Perbankan). Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4 UU Perbankan dapat diketahui

tujuan utama dalam kegiatan perbankan adalah untuk menunjang pelaksanaan

pembangunan kearah peningkatan kesejahteraan rakyat dan fungsi utama dari

kegiatan perbankan adalah untuk menghimpun dan menyalurkan dana kepada

masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional ke arah

peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Oleh karena itu bank pada dasarnya adalah

badan usaha yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada masyarakat.


Untuk mempermudah proses mendapatkan fasilitas kredit maka debitur harus

menyerahkan sebuah jaminan kepada kreditur. Menurut Mariam Darus Badrulzaman

bahwa jaminan adalah “Menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan

uang yang timbul dari suatu perikatan hukum. Oleh karena itu, hukum jaminan erat

sekali kaitannya dengan hukum benda.”1 Tujuan dari pemberian jaminan ini adalah

untuk menjamin debitur akan melunasi hutang-hutangnya karena apabila suatu saat

debitur dinyatakan ingkar janji/wanprestasi maka bank tidak perlu khawatir karena ia

berada di posisi yang aman sebab ia memegang benda jaminan dari debitur.

Salah satu jaminan yang sering digunakan dalam pengambilan fasilitas kredit

adalah tanah atau bangunan. Sebelum tahun 1996 (Seribu sembilan ratus sembilan

puluh enam) pembebanan hak atas tanah masih menggunakan lembaga hipotek dan

credietverband tetapi sejak berlakunnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996

tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan

tanah (selanjutnya disebut UUHT) maka pembebanan hak atas tanah yang

menggunakan lembaga hipotek dicabut dan tidak berlaku lagi dan pembebanan hak

atas tanah dibebankan melalui Hak Tanggungan.

Menurut Pasal 1 ayat (1) UUHT “Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-

benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan,

adalah hak jaminan yangdibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

1
Mariam Darus Badrulzaman. 1987. Bab-Bab tentang Credietverband, Gadai dan
Fiducia, Bandung: Almuni 1987, halaman 227-265.
Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan

dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang

diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.”

Menurut Salim HS, obyek yang dijadikan jaminan utang dengan hak tanggungan

harus memenuhi beberapa syarat :2

1. Dapat dinilai dengan uang


2. Termasuk hak yang didaftar dalam daftar umum.
3. Mempunyai sifat yang dapat dipindahtangankan.
4. Memerlukan penunjukan dengan undang-undang.

Bank dalam melaksanakan kegiatannya wajib menjalankannya dengan sehat dan

memperhatikan prinsip kehati-hatian (prudential principles). Prinsip kehati-hatian

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

1. Character

Penilaian terhadap sifat karakter dari penerima kredit untuk mengetahui tingkat

kejujuran dan integritas penerima kredit dalam melaksanakan kewajibannya.

2. Capacity

Penilaian terhadap kemampuan penerima kredit untuk menjalankan kegiatan

usahanya dan melihat peningkatan usahanya sehingga usahanya dapat bekembang

serta penerima kredit dapat melunasi utangnya sesuai dengan jangka waktu yang

ditentukan.

2
Salim HS. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, halaman 104.
3. Capital

Bank melakukan analisa terhadap modal usaha yang dimiliki oleh penerima

kredit.

4. Collateral

Yaitu jaminan yang diberikan kepada pemberi kredit sebagai bentuk pengaman

apabila penerima kredit melakukan wanprestasi dan tidak dapat melunasi utangnya.

5. Condition of Economy

Bank harus menganalisa dan memperhatikan kondisi ekonomi dari peneria kredit

untuk memperkecil resiko yang akan timbul.

Apabila Bank dalam menjalankan kegiatannya tidak dilaksanakan dengan sehat

dan prinsip kehati-hatian maka tidak tertutup kemungkinan bank tersebut dapat

dikategorikan sebagai bank yang gagal dan terancam untuk dilikuidasi. Kesehatan

suatu bank adalah faktor utama yang menunjang keberlangsungan suatu bank karena

apabila kesehatan bank terus memburuk maka Bank Indonesia sebagai pihak yang

berwenang dapat melakukan proses likuidasi dan pemberesan aset gagal dari bank

yang bersangkutan.

Dalam hal bank mengalami likuidasi, maka muncul suatu permasalahan mengenai

kelajutan nasib dari para pemegang hak tanggungan yang menjaminkan

tanah/bangunannya ke bank yang bersangkutan, terutama dalam hal ini debitur tidak

melakukan kesalahan/kelalaian (wanprestasi). Hal ini menimbulkan kekosongan

hukum dimana tidak ada pengaturan lebih lanjut baik dalam UU Perbankan maupun

UUHT yang mengatur hal ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai “Perlindungan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Terhadap Bank

yang Dilikuidasi.”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pemegang hak tanggungan terhadap bank

yang dilikuidasi ?

2. Bagaimanakah konsenkuensi yuridis hak tanggungan dalam hal bank mengalami

likuidasi ?

C. Orisinalitas Penulisan

Penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi

Pemegang Kreditur Hak Tanggungan Terhadap Bank yang Dilikuidasi” tidak hanya

terinspirasi dari permasalahan yang muncul dalam masyarakat namun juga karena

telah melihat dan membaca beberapa jurnal hukum dan skripsi terdahulu sebagai

referensi.

Pertama, adalah skripsi dari Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Surakarta yang dibuat dengan judul Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Hak

Tanggungan Dengan Objek Milik Pihak Ketiga Di Bpr Purwa Artha Purwodadi yang

dibuat oleh Puguh Indro Paksiko dengan Nomor Induk Mahasiswa C100080119.

Dalam skripsinya penulis membahas mengenai bagaimana perlindungan hukum

terhadap kreditur pemegang hak tanggungan, pembahasannya lebih menekankan pada

adanya objek benda yang dijadikan jaminan oleh debitur namun objek jaminan

tersebut bukan milik debitur tetapi merupakan milik dari pihak ketiga, penulis

membahas mengenai perlindungan hukum apa yang dapat diberikan kepada kreditur
yaitu Bpr Purwa Artha Purwodadi apabila suatu saat debitur wanprestasi dan kreditur

tetap dapat melakukan eksekusi terhadap objek jaminan, berbeda dengan penelitian

yang saya lakukan dimana pembahasan saya mengenai perlindungan hukum terhadap

debitur pemegang hak tanggungan apabila suatu saat bank mengalamai likuidasi

padahal dalam hal ini debitur tidak melakukan kesalahan apa-apa.

Kedua, adalah skripsi dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang dibuat dengan judul “Analisis Yuridis Perlindungan Nasabah Penyimpan Dana

Dalam Likuidasi Bank Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang

Lembaga Penjamin Simpanan” yang dibuat oleh Ega Ratna Sari dengan Nomor Induk

Mahasiswa E.0004149. Dalam skripsinya penulis membahas, mengenai bagaimana

perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana dalam likuidasi bank ditinjau

dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan

(selanjutnya disingkat UU LPS) dibandingkan dengan peraturan perlindungan

nasabah penyimpan dana sebelumnya, yang dibatasi sampai dengan Undang- Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, serta upaya hukum bagi nasabah

penyimpan dana dalam likuidasi bank apabila jumlah dana simpanannya melebihi

jumlah simpanan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan berdasarkan UU

LPS, berbeda dengan penelitian yang saya lakukan dimana saya pembahasan saya

mengenai perlindungan hukum bagi debitur sebagai pemegang hak tanggungan dalam

hal bank mengalami likuidasi yang bukan merupakan kesalahan dari pemegang hak

tanggungan dan mengenai bagaimana konsenkuensi yuridis terhadap hak tanggungan

setelah bank dinyatakan pailit dan akan segera dilikuidasi.


D. Daftar Pustaka

1. Mariam Darus Badrulzaman. 1987. Bab-Bab tentang Credietverband, Gadai dan


Fiducia, Bandung: Almuni 1987.

2. Salim HS. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai