OLEH :
FAKULTAS HUKUM
segala macam kebutuhan hidupnya, akan tetapi tidak semua masyarakat mempunyai
mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu upaya untuk mengatasi hal
Bank merupakan salah satu lembaga penyalur kredit terbesar dalam negara yang
ekonomi negara. Dalam pemberian kredit sendiri, bank tetap harus memperhatikan
peraturan dalam Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Oleh karena itu bank pada dasarnya adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan
bahwa jaminan adalah “Menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan
uang yang timbul dari suatu perikatan hukum. Oleh karena itu, hukum jaminan erat
sekali kaitannya dengan hukum benda.”1 Tujuan dari pemberian jaminan ini adalah
untuk menjamin debitur akan melunasi hutang-hutangnya karena apabila suatu saat
debitur dinyatakan ingkar janji/wanprestasi maka bank tidak perlu khawatir karena ia
berada di posisi yang aman sebab ia memegang benda jaminan dari debitur.
Salah satu jaminan yang sering digunakan dalam pengambilan fasilitas kredit
adalah tanah atau bangunan. Sebelum tahun 1996 (Seribu sembilan ratus sembilan
puluh enam) pembebanan hak atas tanah masih menggunakan lembaga hipotek dan
tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah (selanjutnya disebut UUHT) maka pembebanan hak atas tanah yang
menggunakan lembaga hipotek dicabut dan tidak berlaku lagi dan pembebanan hak
Menurut Pasal 1 ayat (1) UUHT “Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan,
adalah hak jaminan yangdibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud
1
Mariam Darus Badrulzaman. 1987. Bab-Bab tentang Credietverband, Gadai dan
Fiducia, Bandung: Almuni 1987, halaman 227-265.
Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
Menurut Salim HS, obyek yang dijadikan jaminan utang dengan hak tanggungan
1. Character
Penilaian terhadap sifat karakter dari penerima kredit untuk mengetahui tingkat
2. Capacity
serta penerima kredit dapat melunasi utangnya sesuai dengan jangka waktu yang
ditentukan.
2
Salim HS. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, halaman 104.
3. Capital
Bank melakukan analisa terhadap modal usaha yang dimiliki oleh penerima
kredit.
4. Collateral
Yaitu jaminan yang diberikan kepada pemberi kredit sebagai bentuk pengaman
apabila penerima kredit melakukan wanprestasi dan tidak dapat melunasi utangnya.
5. Condition of Economy
Bank harus menganalisa dan memperhatikan kondisi ekonomi dari peneria kredit
dan prinsip kehati-hatian maka tidak tertutup kemungkinan bank tersebut dapat
dikategorikan sebagai bank yang gagal dan terancam untuk dilikuidasi. Kesehatan
suatu bank adalah faktor utama yang menunjang keberlangsungan suatu bank karena
apabila kesehatan bank terus memburuk maka Bank Indonesia sebagai pihak yang
berwenang dapat melakukan proses likuidasi dan pemberesan aset gagal dari bank
yang bersangkutan.
Dalam hal bank mengalami likuidasi, maka muncul suatu permasalahan mengenai
tanah/bangunannya ke bank yang bersangkutan, terutama dalam hal ini debitur tidak
hukum dimana tidak ada pengaturan lebih lanjut baik dalam UU Perbankan maupun
UUHT yang mengatur hal ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai “Perlindungan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Terhadap Bank
yang Dilikuidasi.”
B. Rumusan Masalah
yang dilikuidasi ?
likuidasi ?
C. Orisinalitas Penulisan
Pemegang Kreditur Hak Tanggungan Terhadap Bank yang Dilikuidasi” tidak hanya
terinspirasi dari permasalahan yang muncul dalam masyarakat namun juga karena
telah melihat dan membaca beberapa jurnal hukum dan skripsi terdahulu sebagai
referensi.
Surakarta yang dibuat dengan judul Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Hak
Tanggungan Dengan Objek Milik Pihak Ketiga Di Bpr Purwa Artha Purwodadi yang
dibuat oleh Puguh Indro Paksiko dengan Nomor Induk Mahasiswa C100080119.
adanya objek benda yang dijadikan jaminan oleh debitur namun objek jaminan
tersebut bukan milik debitur tetapi merupakan milik dari pihak ketiga, penulis
membahas mengenai perlindungan hukum apa yang dapat diberikan kepada kreditur
yaitu Bpr Purwa Artha Purwodadi apabila suatu saat debitur wanprestasi dan kreditur
tetap dapat melakukan eksekusi terhadap objek jaminan, berbeda dengan penelitian
yang saya lakukan dimana pembahasan saya mengenai perlindungan hukum terhadap
debitur pemegang hak tanggungan apabila suatu saat bank mengalamai likuidasi
Kedua, adalah skripsi dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang dibuat dengan judul “Analisis Yuridis Perlindungan Nasabah Penyimpan Dana
Dalam Likuidasi Bank Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang
Lembaga Penjamin Simpanan” yang dibuat oleh Ega Ratna Sari dengan Nomor Induk
perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana dalam likuidasi bank ditinjau
nasabah penyimpan dana sebelumnya, yang dibatasi sampai dengan Undang- Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, serta upaya hukum bagi nasabah
penyimpan dana dalam likuidasi bank apabila jumlah dana simpanannya melebihi
LPS, berbeda dengan penelitian yang saya lakukan dimana saya pembahasan saya
mengenai perlindungan hukum bagi debitur sebagai pemegang hak tanggungan dalam
hal bank mengalami likuidasi yang bukan merupakan kesalahan dari pemegang hak
2. Salim HS. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.