Anda di halaman 1dari 13

1.

1 Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan ekonomi Indonesia lembaga keuangan bank memiliki peranan

yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, untuk mencapai tujuan

pembangunan nasional tersebut maka lembaga perbankan perlu senantiasa mendapat

pembinaan dan pengawasan yang efektif, dengan didasari oleh landasan gerak yang kokoh

agar lembaga perbankan Indonesia mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar, mampu

menghadapi persaingan yang semakin bersifat global, serta mampu menyalurkan dan

menghimpun dana masyarakat tersebut ke bidang – bidang yang produktif bagi pencapaian

sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan meningkatnya kegiatan

pembangunan , khususnya pembangunan dalam bidang ekonomi, meningkat pula kebutuhan

terhadap pendanaan yang sebagian besar dana diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

tersebut yang mana dapat diperoleh dari kegiatan pinjam meminjam atau yang sering di sebut

dengan kredit.

Lembaga keuangan bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang

kegiatan ekonomi di masyarakat yaitu, berupa menyalurkan kredit kepada masyarakat. Salah

satu lembaga keuangan bukan bank yang memiliki peranan dalam menyalurkan kredit

kepada masyarakat adalah koperasi. Koperasi merupakan badan usaha yang memiliki status

sebagai badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah. Sesuai dengan

ketentuan yang tercantum dalam Pasal 9 Undang - undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian. Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang – seorang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan dengan keanggotaan

koperasi yang bersifat terbuka dan sukarela serta menjalankan usaha untuk memenuhi
kebutuhan - kebutuhan di bidang ekonomi secara bersama - sama berdasarkan Undang -

Undang.

Berdasarkan Pasal 15 Undang - undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian, menyatakan “koperasi dapat berbentuk koperasi primer atau koperasi

sekunder”. Disamping koperasi primer atau koperasi sekunder, koperasi juga dapat

dikelompokkan berdasarkan sektor usahanya, yaitu:

a. Koperasi Simpan Pinjam

b. Koperasi Konsumen

c. Koperasi Produsen

d. Koperasi Pemasaran

e. Koperasi jasa

Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, salah satunya adalah usaha simpan pinjam.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 44 Undang - undang Nomor 25 Tahun 1992, yaitu “ koperasi

dapat menghimpun dana dan menyalurkan melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan

untuk anggota koperasi yang bersangkutan dan koperasi lain dan/atau anggotanya”. Dasar

hukum keberadaan Koperasi di Indonesia yaitu, terdapat dalam Pasal 33 Undang – undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Keberadaan Koperasi sangatlah penting guna

menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat yang bergerak dalam UMKM. Bagi

masyarakat pelaku UMKM dalam pemenuhan modal usaha mereka seringkali menghadapi

kesulitan mendapatkan modal usaha, masyarakat cenderung memilih jasa rentenir untuk

alternative meminjam modal karena proses cepat dan tidak banyak persyaratan yang di

perlukan, namun dibalik proses yang cepat dan tidak banyak persyaratan, masyarakat yang

memilih menggunakan jasa rentenir dalam meminjam dana untuk menunjang modal usaha
mereka terikat dengan suku bunga yang begitu tinggi dan selain dari pada itu tidak adanya

kekuatan hukum yang mengikat apabila terjadi wanprestasi dalam peminjaman menggunakan

jasa rentenir. Oleh karena itu koperasi memiliki peranan yang sangat penting dalam

menunjang kegiatan permodalan bagi masyarakat sebagai pelaku UMKM. Berdasarkan

Undang – undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoerasian menyatakan, bahwa fungsi

Koperasi adalah :

a) membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada

kususnya dan pada masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi dan sosialnya;

b) berperan serta secra aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia

dan masyarakat;

c) memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya;

d) berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang

merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi

ekonomi.

Kegiatan lembaga keuangan bukan bank, yaitu koperasi dalam menyalurkan dana dalam

bentuk kredit kepada anggota maupun bukan anggota serta masyarakat pada umumnya yang

membutuhkan dana di perlukan beberapa persyaratan-persyaratan agar kredit tersebut dapat

di cairkan oleh koperasi. Salah satu persyaratan yang terpenting untuk memperoleh fasilitas

kredit adalah adanya jaminan. Sesuai dengan salah satu peranan koperasi yaitu, untuk

membangun dan mengembangkan potensi, kemampuan ekonomi anggota khususnya serta

masyarakat pada umumnya dan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial
menjadikan koperasi sebagai salah satu sumber dana diantaranya dalam bentuk perkreditan

bagi masyarakat dan para anggota koperasi yang memiliki UMKM. Pada dasarnya pemberian

kredit oleh koperasi baik kepada anggota maupun bukan anggota serta masyarakat pada

umumnya sebagai landasan kepercayaan oleh koperasi di gunakan jaminan, jaminan tersebut

dapat berupa jaminan benda bergerak maupun benda tidak bergerak namun seiring

perkembangan jaminan tersebut haruslah barang -barang yang bermutu tinggi dan mudah

diperjual belikan. Menurut pendapat Hartono Hadisoeprapto Jaminan adalah sesuatu yang

diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi

kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.

Perjanjian kredit yang dibuat oleh koperasi yang sebagai kreditur kepada anggota

koperasi selaku debitur yang di ikuti dengan jaminan merupakan salah satu aspek yang

sangat penting dalam pemberian kredit agar pihak debitur benar - benar melunasi utangnya

dan bersungguh-sungguh menjalankan usahanya. Perjanjian kredit di sertai jaminan tersebut

sebagai alat pengikat antara kreditur dan debitur yang mengatur hak dan kewajiban kedua

belah pihak sehubungan dengan pemberian kredit.


Selain itu, apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya (wanprestasi) dalam

jangka waktu yang telah ditentukan. Menurut Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit

menjelaskan bahwa jaminan adalah "suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk

melunasi kredit sesuai dengan perjanjian".

Namun realita yang terjadi dilapangan saat ini yaitu di koperasi Gumuh Sari Sejahtera

yang beralamat di Jalan Tegal Gumuh No. 9 , Darmasaba, Kecamatan Abiansemal,

Kabupaten Badung adanya peminjaman kredit yang dilakukan tanpa jaminan. Dalam

pemberian kredit yang dilakukan pihak pengurus hanya melihat kecakapan dari debitur

dalam meminjam kredit tersebut dengan berdasarkan dengan asas kekeluargaan. Dari hal

tersebut tidak dapat dipungkiri dalam berjalannya waktu terjadi wanprestasi yang dilakukan

oleh debitur yang menyebabkan kredit macet. “ Penyelesaian Wanprestasi dalam kasus

kredit tanpa jaminan pada Koperasi Gumuh Sari Sejahtera di Darmasaba Badung “

” Latar belakang belum nyambung dan sempurna “

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakangan diatas, adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimanakah akibat hukum yang ditimbulkan dari wanprestasi yang dilakukan oleh

debitur atas kredit tanpa jaminan di Koperasi Gumuh Sari Sejahtera ?


2. Bagaimanakah upaya hukum penyelesaian yang dilakukan bila debitur wanprestasi

dalam perjanjian kredit tanpa jaminan pada Koperasi Gumuh Sari Sejahtera ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang penulis uraikan dalam skripsi ini, maka

perlu kiranya ditentukan ruang lingkup permasalahannya, yaitu:

1.3.1 Bagaimanakah akibat hukum yang ditimbulkan dari wanprestasi yang dilakukan oleh

debitur atas kredit tanpa jaminan di Koperasi Gumuh Sari Sejahtera.

1.3.2 Bagaimanakah upaya hukum penyelesaian yang dilakukan bila debitur wanprestasi

dalam perjanjian kredit tanpa jaminan pada Koperasi Gumuh Sari Sejahtera.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Guna menunjukan keaslian atau orisinalitas dari tulisan skripsi ini, maka dapat saya tunjukan

beberapa tulisan skripsi tentang wanprestasi kredit yang di tulis oleh para penulis sebelumnya

yangpada dasarnya dari segi substansi berbeda dengan tulisan saya ini. Adapun beberapa tulisan

tersebut adalah sebagai berikut : “ belum sempurna “

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu terdiri dari tujuan umum dan tujuan

khusus yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan Umum


1. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Program Strata-1 (S 1) sehingga

dapat memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Hukum Universitas Udayana.

2. Untuk melatih dan membiasakan diri dalam usaha menyatakan pikiran yang

sistematis , analisis, dan logis secara tertulis.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimanakah akibat hukum yang ditimbulkan dari wanprestasi

yang dilakukan oleh debitur atas kredit tanpa jaminan di Koperasi Gumuh Sari

Sejahtera.

2. Untuk mengetahui bagaimana upaya hukum penyelesaian yang dilakukan bila debitur

wanprestasi dalam perjanjian kredit tanpa jaminan pada Koperasi Gumuh Sari

Sejahtera.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini yaitu sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Bermanfaat dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya hukum

perkoperasian.

2. Bermanfaat sebagai referensi dalam mempelajari hukum perdata khususnya hukum

perkoperasian yang dalam hal ini berkaitan dalam proses penyelesaian wanprestasi

kredit tanpa jaminan.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai sumbangan pemikiran kepada Koperasi Gumuh Sari Sejahtera agar dalam

memberikan kredit memperhatikan aturan – aturan yang terkait dalam pelaksanaanya,

sehingga dapat mengurangi terjadinya masalah yang timbul dikemudian hari.


2. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap penyelesaian masalah yang timbul dari

prosedur pemberian kredit oleh Koperasi Gumuh Sari Sejahtera.

1.7 Landasan Teoritis

Landasan teori merupakan teori yang relevan yang digunakan untuk menyelesaikan

tentang variabel yang akan diteliti dan sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara

terhadap rumusan masalah yang akan di ajukan ( hipotesis ), dan penyusunan instrument

penelitian.1 Adanya kerangka teori sangat diperlukan dalam suatu penulisan karya ilmiah,

oleh karena kerangka teori merupakan teori – teori yang baku menurut pendapat para sarjana

yang dijadikan landasan untuk menjawab permasalahan dalam suatu karya ilmiah.

a. Teori Perjanjian

Menurut ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata perjanjian adalah suatu perbuatan dengan

mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Rumusan tersebut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan

selalu ada dua pihak, di mana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi (debitor) dan

pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut (kreditor). 2 Pejanjian tersebut

mengikat kedua belah pihak yang harus melaksanakan isi dari perjanjian yang mereka telah

sepakati dan tertuang dalam isi perjanjian tersebut.

Selanjutnya Subekti memberik definisi perjanjian adalah “ suatu peristiwa dimana

seorang berjanji pada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal “.

1
Unti Taviawati, 2013, Landasan Teori Penelitian, URL:
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/landasan-teori-penelitian-2/.diakses tanggal 3
Maret 2017
2
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 13.
Dalam pasal 1320 KUH Perdata menentukan untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4

syarat yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan utnuk mebuat suatu perjanjian

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal.

Pengertian perjanjian kredit memang tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata

maupun dalam undang – undang. Namun pengertian kredit diatur dalam Undang – undang

Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang – undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Perbankan yang tertuang dalam pasa 1 angka 11 menyatakan bahwa Kredit adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Berdasarkan pengertian diatas, adapun unsur – unsur kredit adalah sebagai berikut :3

1. Penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank.

2. Tagihan yang dapat di persamakan dengan penyediaan uang sebagai pembiayaan,

misalnya pembiayaan pembuatan rumah atau pembelian kendaraan.

3. Kewajiban pihak peminjam ( debitu ) melunasi hutangnya menurut jangka waktu disertai

pembayaran bunga.

4. Berdasarkan persetujuan pinjam meminjam uang antara bank dan peminjam ( debitur )

dengan persyaratan yang disepakati bersama.

“ belum sempurna “

3
Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati,Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Penerbit Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2004, h. 59.
1.8 Metode Penelitian

Sebagaimana diketahui dalam penulisan karya ilmiah, salah satu komponen penentu

dalam suatu penelitian adalah metode penelitian. Adapun yang dimaksud dengan metode

penelitian adalah mengamati secara langsung atau menyelidiki dari dekat ke lapangan dalam

arti membanding-bandingan antara teori dan prakteknya.

Dalam pembahaan permasalahan terhadap materi penulisan ini, penulis menggunakan

metode sebagai berikut :

a. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan sehubungan dengan Skripsi ini adalah termasuk jenis

penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris (Non Doktrinal), yaitu

penelitian berupa studi - studi empiris untuk menemukan teori - teori mengenai proses

terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum didalam masyarakat. 4 Pada penelitian

hukum empiris terdapat karakteristik dari penelitian empiris, yaitu pada sifat empirisnya,

sehingga penelitian hukum di lapangan sebagaimana yang telah biasa dilakukan oleh

peneliti ilmu sosial menjadi rujukan.5 Adapun ciri – ciri dari penelitian hukum empiris

adalah suatu penelitian yang beranjak dari adanya kesenjangan – kesenjangan das solen

(teori) dengan das sein (kenyataan). ” kurang lagi sedikit ”

4
Bambang Sunggono, 2016, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, h.42
5
Ade Saptomo, 2009, Pokok –Pokok Metodelogi Penelitian Hukum Empiris Murni:sebuah alternative,
Universitas Trisakti, Jakarta, h.39
b. Jenis Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan fakta dan pendekatan perundang-undangan.

Pendekatan fakta dilakukan dengan cara mengadakan penelitian berupa data-data dan

wawancara langsung pada instansi atau lembaga yang bersangkutan yang dijadikan

sebagai objek penelitian. Sedangkan pendekatan perundang-undangan peneliti perlu

memahami unsur - unsur dalam peraturan perundang - undangan yang dijadikan sebagai

dasar dalam menganalisis penelitian hukum.

c. Sifat Penelitian

Sifat penelitian empiris yang digunakan penulis adalah penelitian yang sifatnya

deskriptif, yaitu yang berupaya untuk menggambarkan secara lengkap mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penelitian deskriptif pada penelitian secara

umum, termasuk pula didalamnya penelitian ilmu hukum, bertujuan menggambarkan

secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejalaatau kelompok tertentu, atau untuk

menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan

antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.

d. Sumber Data

Dalam penelitian hukum empiris terdapat 3 (tiga) jenis sumber data yaitu data primer,

data sekunder dan data tersier.


1) Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, dilapangan

baik berupa responden maupun informan,6 yaitu para pengurus dan anggota koperasi

simpan pinjam Gumuh Sari Sejahtera Darmasaba Badung.

2). Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan, meliputi:

1. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang - undangan yaitu:

a. Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Kitab Undang - Undang Hukum Perdata.

c. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.

d. Undang - undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang

- undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

e. “ kurang ditambah bahan – bahan

2. Bahan hukum sekunder berupa: buku-buku hukum, jurnal - jurnal hukum,

pendapat para pakar hukum, dan dokumen tidak resmi.

3). Data Tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum),

ensiklopedia.7

e. Teknik Pengumpulan Data

6
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2014, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, h.32.
7
Amirudin dan H.Zamal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal.
32

Anda mungkin juga menyukai