Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH EKONOMI KOPERASI

Disusun oleh kelompok 4

1. YAKOBUS F.L.C. SANGUR NIM 20180411014220


2. NOVITA SALLAO NIM 20180411014178
3. VANIA CHATERINE ERARI NIM 20180411014193
4. ALEKSANDERINA A.G. RUMBRUREN NIM 20180411014213
5. SELPI YIKWA NIM 20180411014207
6. NURUL HIDAYAH NIM 20180411014215
7. ARIA GOMBO NIM 20180411014183

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2020

1
DAFTAR ISI
I. LATAR BELAKANG................................................................................................................ 3
II. TEORI-TEORI PENDUKUNG................................................................................................. 9
III. GAMBARAN UMUM KOPERASI ......................................................................................... 10
IV. MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI KOPERASI ............................................................ 11
V. PEMBAHASAN ................................................................................................................... 12
VI. FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN KOPERASI ..................................................................... 16
VII. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KOPERASI ...................................................................... 17
VIII. TUJUAN ............................................................................................................................. 21
IX. KESIMPULAN ..................................................................................................................... 22

2
I. LATAR BELAKANG
Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang
beranggotakan orang orang atau badan badan, yang memberikan kebebasan masuk dan
keluar sebagai anggota menurut peraturanyang ada, dengan bekerjasama secara
kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan
jasmaniah para anggotanya.
Dalam persaingan global sekarang ini, koperasi juga harus mengemban misi
negara yang sangat berat, yaitu sebagai sakaguru perekonomian nasional, atau
tiangnya perekonomian nasional, atau dasar ekonomi nasional. Dalam Pasal 3 UU No
25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menyebutkan bahwa tujuan koperasi di
Indonesia adalah:
“Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Di Indonesia, koperasi mempunyai beberapa jenis, salah satunya adalah koperasi
simpan pinjam atau koperasi kredit. Tujuan dari koperasi simpan pinjam adalah
meniadakan praktek rentenir. Pengertian reantenir adalah pinjaman dengan bunga
yang sangat tinggi. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) seyogyanya tidak mengenakan
bunga tinggi kepada anggotanya. Namun demikian KSP juga tidak harus memberikan
bunga yang sangat rendah sehingga KSP tidak bisa membiayai kehidupannya sendiri.
Anggota harus sadar bahwa pembayaran bunga pinjaman kepada KSP juga digunakan
untuk kesejahteraan mereka dan juga demi kesehatan KSP. Koperasi juga memerlukan
modal sebagai pembiyaan dari usahanya, besar kecilnya nilai modal yang ada pada
koperasi menentukan besar kecilnya lapangan usaha yang dijalankan koperasi tersebut.
Mengenai modal dalam koperasi diatur dalam Pasal 66 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Pengkoperasian. Dapat disimpulkan bahwa koperasi Indonesia
dapat bergerak disegala kehidupan ekonomi dan berperan utama dalam kehidupan
ekonomi rakyat.
Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam diatur dalam Pasal 19 PP No. 9 Tahun
1995, yakni :

3
1. Menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari anggota
dan calon anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya;
2. Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya, koperasi lain dan atau
anggotanya.
Dalam koperasi simpan pinjam, terdapat simpanan berjangka yang dapat dilakukan
oleh calon anggota dengan melunasi simpanan pokok terlebih dahulu. Simpanan
berjangka dapat diambil kembali oleh calon anggota koperasi pada waktu yang telah
ditentukan saat perjanjian dengan koperasi.
Pasal 1 angka 5 PP No. 9 Tahun 1995 menjelaskan bahwa :
“Simpanan Berjangka adalah simpanan pada koperasi yang penyetorannya
dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut
perjanjian antara penyimpan dengan koperasi yang bersangkutan.”
Dalam perjanjian simpan pinjam antara anggota koperasi dan pengurus koperasi
akan terjadi kesepakatan yang dimana akan menimbulkan akibat hukum yaitu
melakukan hak dan kewajiban bagi para pihak yang telahmenyetujuinya. Apabila para
pihak melakukan kesalahan dengan melanggar apa yang telah diperjanjikan maka para
pihak harus bertanggung jawab.
Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan bentuk dari
cidera janji atau wanprestasi. Wanprestasi merupakan keadaan ketika salah satu pihak
tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban (prestasi) sebagaimana yang
ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara Kreditur dengan Debitur
Ketidakmampuan Debitur dalam membayar utang-utangnya dapat mengakibatkan
Debitur terancam pailit yang berdampak pada dilikuidasinya harta kekayaan Debitur.
Undang-undang memberikan pilihan berupa upaya permohonan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) sebagai upaya mencegah terjadinya pailit.PKPU diatur
dalam Pasal 222 s.d Pasal 294 Undang-Undang No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. PKPU ini diberikan dengan tujuan agar
Debitur yang bersangkutan mempunyai kesempatan untuk mengajukan rencana
perdamaian. Perdamaian ini dapat meliputi tawaran untuk melaksanakan pembayaran
baik secara keseluruhan maupun sebagai utangnya, maupun penjadwalan kembali

4
utang-utangnya. Dalam permohonan PKPU, debitur berhak mengajukan atau
menawarkan suatu perdamaian pada Kreditur.
Dalam hal ini Kreditur berhak menerima atau menolak perdamaian yang
diajukan oleh Debitur. Apabila rencana perdamaian diterima, maka Pengadilan dapat
mengundurkan dan menetapkan tanggal sidang untuk pengesahan perdamaian yang
harus diselenggarakan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah tanggal sidang
tersebut dilaksanakan. Sedangkan apabila, rencana perdamaian ditolak maka
Pengadilan harus menyatakan Debitur pailit setelah Pengadilan menerima
pemberitahuan penolakan dari Hakim Pengawas. Dalam prakteknya, seperti yang
dialami Koperasi Simpan Pinjam Mitradana Semarang, pihak koperasi tidak dapat
mencairkan simpanan berjangka yang sudah jatuh tempo kepada calon anggota
koperasi.
Hal ini menyebabkan koperasi mempunyai utang kepada calon anggotanya.
Bahwa dengan tidak dibayarnya Simpanan Berjangka atau utang yang sudah jatuh
tempo tersebut menjelaskan bahwa pihak koperasi tidak memiliki itikad baik untuk
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan tanggal jatuh tempo, sehingga pihak
koperasi tidak berniat memenuhi kewajiban pembayaran atau pelunasan utangnya
kepada para calon anggota. Untuk menindaklanjuti hal ini, agar hak calon anggota
koperasi terpenuhi maka para calon anggota koperasi mengajukan permohonan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)ke Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Semarang. Tidak dilaksanakannya kewajiban dari Koperasi
Mitradana tepat pada waktunya, membuatnya memiliki kewajiban (utang) yang telah
jatu tempo dan dapat ditagih. Sehingga dapat diajukan PKPU, sebagaimana syarat
PKPU yang terdapat dalam Pasal 222 Undang Undang Kepailitan dan PKPU, yakni :
1) Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diajukan oleh Debitur yang
mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditur atau oleh Kreditur.
2) Debitur yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan
membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud untuk
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian
atau seluruh utang kepada Kreditur.

5
3) .Kreditur yang memperkirakan bahwa Debitur tidak akan dapat melanjutkan
membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon agar kepada Debitur diberi penundaan kewajiban pembayaran utang,
untuk memungkinkan Debitur mengajukan rencana perdamaian yang meliputi
tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Krediturnya.
Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk
meningkatkan Kesejahteraan masyarakat dengan melandaskan kegiataannya pada
prinsip Koperasi. Koperasi sebagai sistem sosial merupakan gerakan yang tumbuh
berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika
Koperasi harus selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama.Pembangunan
Koperasi identik dengan mengatasi kemiskinan.
Menurut Bung Hatta dalam Nurlela Kataren (2007:138), “Koperasi yang
berazaskan pasal 33 UUD 1945merupakan satu-satunya jalan untuk mendekatkan
jurang perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin”. Koperasi dikembangkan
untuk mewujudkan demokrasi ekonomi yang antara lain terlihat dalam pemerataan
pendapatan masyarakat melalui pertumbuhan Koperasi yang sehat. Koperasi digerakan
agar distribusi dari kepemilikan kekayaan dan kesempatan berusaha dalam
masyarakat diperbaiki secara fungsional dan terus menerus. Koperasi di Indonesia,
anggotanya sebagian besar masih terdiri dari masyarakat yang tingkat ekonomi dan
pengetahuannya rendah. Kehadirannya sering dikaitkan dengan sebuah organisasi
yang hanya memberi pinjaman pada anggota, apabila keadaan ini tetap dibiarkan,
maka selamanya Koperasi akan sulit untuk berkembang pesat. Koperasi justru bisa
berkembang pesat di negara maju, sebab masyarakatnya sudah mempunyai anggapan
bahwa sebenarnya Koperasi merupakan sebuah organisasi modern.
Koperasi di Indonesia khususnya Koperasi Simpan Pinjam sebagai salah satu
lembaga keuangan mikro yang didirikan atas dasar nilai-nilai kemandirian, tanggung
jawab, demokrasi, persamaan, keadilan dan solidaritas memiliki tekad untuk
membantu mengembangkan kegiatan UKM sampai dengan kebutuhan sehari-hari.
Atas dasar-dasar itulah Koperasi Simpan Pinjam sebagai salah satu jenis Koperasi
yang ada di Indonesia tumbuh secara bertahap. Sikap dan keinginan saling membantu
diantara para anggota menjadi kunci keberhasilan gerakan Koperasi Simpan Pinjam di

6
Indonesia. Sistem pengelolaan yang dijalankan dengan landasan pendidikan yang
berjenjang dan berkelanjutan membawa Koperasi Simpan Pinjam menjadi sebuah
lembaga keuangan non-bank yang mampu membantu sektor usaha mikro,untuk
mengatasi masalah pendanaan yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan memacu pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu
pembangunan Koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar
memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi
yang tangguh dan berakar dalam masyarakat, makin mandiri dan mampu berperan di
semua bidang usaha, serta memajukan kesejahteraan anggotanya dalam mewujudkan
demokrasi ekonomi. Namun cita-cita tersebut tidak selamanya berjalan sesuai dengan
yang direncanakan karena semakin tajamnya persaingan di dalam perekonomian
berpengaruh terhadap perkembangan Koperasi. Hal ini didukung pula oleh kebijakan
perekonomian yang mengarah pada mekanisme pasar, sebagai akibat berlakunya
sistem liberalisasi ekonomi yang kurang menguntungkan bagi Koperasi khususnya
KSP. Pemberdayaan Koperasi secara terstruktur dan berkelanjutan diharapkan akan
mampu menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan
ekonomi nasional, mengurangi kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan
memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat. Koperasi Simpan Pinjam
merupakan badan usaha yang dimiliki oleh warga masyarakat, yang diikat oleh satu
ikatan pemersatu, bersepakat untuk menyimpan dan menabungkan uang mereka pada
badan usaha tersebut, sehingga tercipta modal bersama untuk dipinjamkan kepada
semua anggota koperasi, untuk tujuan produktif dan kesejahteraan masyarakat.
Melalui pinjaman tersebut, anggota pada khususnya diharapkan untuk memanfaatkan
jasa Koperasi Simpan Pinjam, dengan menggunakan pinjaman tersebut untuk
keperluan usaha agar memperoleh pendapatan yang akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional. Pemberdayaan Koperasi Simpan Pinjam secara terstruktur akan
mampu membangun dan mengembangkan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosialnya, berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat, memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan
dan ketahanan perekonomian nasional, serta berusaha untuk mewujudkan dan

7
mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

8
II. TEORI-TEORI PENDUKUNG
Pasal 1 Ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1995
Menurut Pasal 1 Ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1995, Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan pengertian Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang hanya berusaha
simpan pinjam.
 Arifin Sito Arifin Sito (2001:76)
Menurut Arifin Sito, Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang berusaha untuk
mencegah para anggotanya terlibat dalam jeratan kaum lintah darat pada waktu
mereka membutuhkan sejumlah uang dengan jalan menggiatkan tabungan dan
mengatur pemberian pinjaman dengan bunga serendah-rendahnya.

 G.Kartasapoetra (2007:44)
Menurut G.Kartasapoetra, Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang didirikan
untuk memberi kesempatan kepada anggotanya untuk mendapatkan pinjaman
dengan mudah dan bunga ringan.
 Ninik Widiyanti dan Sunindhia (2009:198)
Menurut Ninik Widiyanti dan Sunindhia, Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi
yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-
tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian
dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk
tujuan produktif dan kesejahteraan.
 Rudianto (2010:51)
Menurut Rudianto, Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam
bidang pemupukan simpanan dana para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan
kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan dana.

9
III. GAMBARAN UMUM KOPERASI
Koperasi pertama kali diperkenalkan oleh seorang berkebangsaan Skotlandia,
yang bernama Robert Owen (1771-1858). Setelah koperasi berkembang dan
diterapkan di beberapa Negara-negara eropa. Koperasi pun mulai masuk dan
berkembang di Indonesia.
Di Indonesia koperasi mulai diperkenalkan oleh Patih R.Aria Wiria Atmaja pada
tahun 1896, dengan melihat banyaknyak para pegawai negeri yang tersiksa dan
menderita akibat bunga yang terlalu tinggi dari rentenir yang memberikan pinjaman
uang. Melihat penderitaan tersebut Patih R.Aria Wiria Atmaja lalu mendirikan Bank
untuk para pegawai negeri, beliau mengadopsi system serupa dengan yang ada di
jerman yakni mendirikan koperasi kredit. Beliau berniat membantu orang-orang agar
tidak lagi berurusan dengan renternir yang pasti akan memberikan bunga yang tinggi.
Seorang asisten residen Belanda bernama De Wolffvan Westerrode, merespon
tindakan Patih R.Aria Wiria, sewaktu mengunjungi Jerman De Wolffvan Westerrode
menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi
Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian.
Setelah itu koperasi mulai cepat berkembang di Indonesia, hal ini juga didorong
sifat orang-orang Indonesia yang cenderung bergotong royong dan kekeluargaan
sesuai dengan prinsip koperasi. Bahkan untuk mengansitipasi perkembangan ekonomi
yang berkembang pesat pemerintahan Hindia-Belanda pada saat itu mengeluarkan
peraturan perundangan tentang perkoperasian. Pertama, diterbitkan Peraturan
Perkumpulan Koperasi No. 43, Tahun 1915, lalu pada tahun 1927 dikeluarkan pula
Peraturan No. 91, Tahun 1927, yang mengatur Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi
bagi golongan Bumiputra. Pada tahun 1933, Pemerintah Hindia-Belanda menetapkan
Peraturan Umum Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi No. 21, Tahun 1933. Peraturan
tahun 1933 itu, hanya diberlakukan bagi golongan yang tunduk kepada tatanan hukum
Barat, sedangkan Peraturan tahun 1927, berlaku bagi golongan Bumiputra.
Setelah pemerintahan Hindia-belanda menunjukkan sikap diskriminasi dalam
peraturan yang dibuatnya. Pada tahun 1908 Dr. Sutomo yang merupakan pendiri dari

10
Boedi Utomo memberikan perananya bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki
kondisi kehidupan rakyat.
Serikat Dagang Islam (SDI) 1927, Dibentuk bertujuan untuk memperjuangkan
kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi. Kemudian pada tahun 1929, berdiri
Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi.
Setelah jepang berhasil menguasai sebagian besar daerah asia, termasuk
Indonesia, system pemerintahan pun berpindah tangan dari pemerintahan Hindia-
Belanda ke pemerintahan Jepang. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai, namun
hal ini hanya dimanfaatkan Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan
rakyat Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 juli 1947, pergerakan
koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya.
Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.Sekaligus membentuk
Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) yang berkedudukan di
Tasikmalaya.
Lalu kita mengenal Moh. Hatta sebagai bapak koperasi. Beliau mengusulkan
didirikannya 3 macam koperasi :
1. Koperasi Konsumsi yang terutama melayani kebutuhan kaum buruh dan pegawai.
2. Koperasi Produksi yang merupakan wadah kaum petani (termasuk peternak atau
nelayan).
3. Koperasi Kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna
memenuhi kebutuhan modal.
Bung Hatta mengatakan bahwa tujuan koperasi yang sebenarnya bukan mencari
laba atau keuntungan, namun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama anggota
koperasi.

IV. MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI KOPERASI


Permasalahan yang dihadapi koperasi pun beragam pada era globalisasi ini dari
masalah internal koperasi atau masalah eksternal koperasi,dan bukan hanya itu saja
masalah yang dihadapi perkoperasian di Indonesia, masalah permodalan koperasi, dan
masalah Re-generasi dalam pengurusan koperasi tersebut.

11
Dan dapat dijabarkan masalah masalah koperasi secara umum adalah :
1. Koperasi jarang peminatnya
2. Sulitnya koperasi berkembang
3. Masalah permodalan
4. Masalah Internal dengan contoh sistem kerja, Re-generasi organisasi, system
pengawasan kerja koperasi dan Dll

V. PEMBAHASAN
Karena masalah koperasi sangat luas dan sangat komplek maka diperlukan
sebuah ide/pemecahan masalah yang dapat membantu koperasi untuk berkembang,
dan apabila tidak segera diatasi maka akan sulit bagi kita untuk menyelesaikan
masalah tersebut pada masa mendatang karena masalah dapat berlarut-larut dan dapat
berdampak sangat negatif bagi koperasi tersebut.
Perlunya analisis masalah dapat membuka langkah-langkah untuk segera
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan terstuktur dengan baik dan dapat
langsung menyelesaikan inti dari masalah itu dengan solusi-solusi yang dapat diterima
oleh semua pengurus maupun anggota koperasi tersebut.
Analisis dari masalah-masalah koperasi diatas dapat disimpulkan sebagai
berikut :

1. Koperasi kurang peminat bisa dikarenakan kalah bersaing dengan lembaga-


lembaga yang bergerak dibidang pemberian modal, lembaga pemberian kredit
atau lembaga penyimapanan dana contohnya perbankan.
2. Sulitnya koperasi berkembang bisa dikarenaka adanya faktor internal dan
eksternal yang kurang mendukung kinerja koperasi dan memungkinkan koperasi
sulit berkembang pula.
3. Masalah permodalan bisa dikarenakan kurang kepercayaan anggota terhadap
kepengurusan koperasi yang bedampak pada proses kegiatan simpan-pinjam para
anggota, padahal itu adalah sumber dana pokok bagi perkoperasian untuk
mengembangkan usaha-usahanya untuk mencari tambahan keuntungan atau hasil
usaha.

12
4. Masalah Internal dengan contoh sistem kerja, Re-generasi organisasi, system
pengawasan kerja koperasi dan bisa dikarenakan system kerja yang salah
penerapannya, lambatnya re-generasi pengurus dari yang tua ke yang muda
dengan kriteria bewawasan luas, intelektual tinggi.

Analisis dari masalah-masalah koperasi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Koperasi kurang peminat bisa dikarenakan kalah bersaing dengan lembaga-


lembaga yang bergerak dibidang pemberian modal, lembaga pemberian kredit
atau lembaga penyimapanan dana contohnya perbankan.
2. Sulitnya koperasi berkembang bisa dikarenaka adanya faktor internal dan
eksternal yang kurang mendukung kinerja koperasi dan memungkinkan koperasi
sulit berkembang pula.
3. Masalah permodalan bisa dikarenakan kurang kepercayaan anggota terhadap
kepengurusan koperasi yang bedampak pada proses kegiatan simpan-pinjam para
anggota, padahal itu adalah sumber dana pokok bagi perkoperasian untuk
mengembangkan usaha-usahanya untuk mencari tambahan keuntungan atau hasil
usaha.
4. Masalah Internal dengan contoh sistem kerja, Re-generasi organisasi, system
pengawasan kerja koperasi dan Dll bisa dikarenakan system kerja yang salah
penerapannya, lambatnya re-generasi pengurus dari yang tua ke yang muda
dengan kriteria bewawasan luas, intelektual tinggi .
5. Dari masalah dan analisis-analisis diatas maka kita dapat mencari solusi yang
tepat, contohnya sebagai berikut :
6. Karena koperasi kekurangan peminat yang timbul karena lembaga-lembaga
keuangan, menurut saya dapat diatasi dengan memberi inovasi-inovasi yang dapat
menarik minat orang banyak untuk bergabung menjadi anggota, contohnya
dengan mengadakan kegiatan yang sifatnya memberi peluang usaha bagi anggota
dan menambah skill bagi anggota yang bermanfaat untuk menghasilkan
pendapatan bagi mereka misal membuka traning pembelajaran, kursus menjahit,
bercocok tanam tanaman budidaya, cara budidaya tambak ikan, keterampilan

13
mesin otomotif & kerajinan tangan berupa souvernir yang laku dijual dan
menghasilkan pendapatan.
7. Koperasi sulit berkembang solusi tepat untuk masalah itu dapat berupa
memperbaiki system kerja para pengurus dan anggota serta melakukan gerakan
promosi koperasi di lingkungan sekitar untuk mendukung langkah-langkah yang
direncanakan, setelah itu kita mencari peluang peluang untuk mengembangkan
koperasi dengan cara membuat proposal rencana usaha untuk permintaan bantuan
kepada pemerintah setempat agar rencana-rencana itu didukung baik secara fisik
maupun secara materi.
8. Solusi untuk masalah permodalan sangat berhubungan dengan point masalah
kedua, mungkin dapat diatasi dengan melakukan joint veture atau merge dengan
perusahaan yang sama bidang usahanya, ataupun dengan sumber daya manusia
yang dimaksud adalah pengurus koperasi biasanya mereka-mereka yang
merupakan tokoh masyarakat sehingga dapat dikatakan rangkap jabatan, tetapi
dapat berdampak juga bagi kelangsungan koperasi karena kondisi seperti inilah
yang menyebabkan ketidak fokusan terhadap pengelolaan koperasi itu sendiri,
dengan contoh walaupun diadakan rapat anggota untuk menyelesaikan masalah
tetapi karena seseorang mempunyai kuasa pasti menimbulkan rasa sungkan bagi
yang lain untuk mengutarakan idenya padahal idenya mungkin lebih bagus
daripada seseorang yang punya memberi modal tersebut.
9. Selain rangkap jabatan biasanya pengurus koperasi sudah lanjut usia sehingga
kapasitasnya terbatas. Perlu dilakukan pengarahan tentang koperasi kepada
generasi muda melalui pendidikan agar mereka dadat berpartisipasi dalam
koperasi. Partisipasi merupakan faktor yang penting dalam mendukung
perkembangan koperasi. Partisipasi akan meningkatkan rasa tanggung jawab
sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif.
10. Untuk mendukung proses berkelanjutan koperasi perlu re-generasi dari pengurus
yang tua ke pengurus yang lebih muda dengan cepat dan sebelumnya pengurus
muda harus dibekali pengetahuan yang luas untuk mengatasi masalah- masalah
yang biasa timbul, biasanya diberikan oleh seniornya yang sudah mempunyai
pengalaman banyak.

14
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) diantaranya adalah faktor
partisipasi anggota, pengelola/pengurus, peran pemerintah, dan sebagainya. Menurut
Ramudi Arifin (2000) anggota sebagai pemilik Koperasi terikat oleh kewajiban untuk :

 Memberikan Kontribusi modalnya kepada Koperasi.


 Memberikan kontribusi terhadap pendapatan Koperasi agar Koperasi dapat
membayar segala beban/biayanya.
 .Ikut serta mengambil keputusan-keputusan agar Koperasi bekerja sesuai
dengan yang diinginkan oleh anggota.
 Sebagai pengguna jasa, maka anggota harus memanfaatkan jasa pelayanan
Koperasi, karena pelayanan Koperasi tersebut memang diproduksi untuk
anggota atas dasar keputusan anggota sendiri.

Menurut Ropke dalam Hendar Kusnadi (2005:40), efek Koperasi dianggap


memiliki dua komponen, yaitu:
a. Koperasi harus mampu bertahan melawan pesaing-pesaing (uji pasar)
b. .Koperasi harus mampu merangsang anggota untuk berpartisipasi dalam
pencapaian prestasi (uji partisipasi). Penempatan uji partisipasi sebagai
indikator keberhasilan Koperasi disamping ketersediaan pasar bagi anggota,
sebagai bukti bahwa partisipasi anggota sangat penting dalam kehidupan
organisasi Koperasi. Koperasi harus tumbuh dan berkembang secara efektif
dan efisien.
Beberapa persyaratan keberhasilan Koperasi yang secara teori ekonomi Koperasi
dijelaskan oleh Hanel dalam Hendar Kusnadi (2005:53) sebagai berikut :
c. Organisasi Koperasi harus berusaha efisien atau produktif, artinya Koperasi
harus memberikan manfaat dan menhasilkan potensi peningkatan pelayanan
yang cukup bagi angotanya. Dengan kata lain, sebagai perusahaan, Koperasi
harus berusaha secara efisien yang sanggup bersaing dengan berhasil di pasar.
d. Organisasi Koperasi harus efisien atau efektif bagi anggotanya, artinya setiap
anggota akan menilai bahwa manfaat yang diperoleh karena berpartisipasi
dalam usaha bersama merupakan kontribusi yang lebih efektif dalam

15
mencapai kepentingan dan tujuan-tujuannya, ketimbang hasil yang mungkin
diperoleh dari pihak lain.

VI. FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN KOPERASI


Keberhasilan koperasi dapat didekati dari dua sudut, yaitu sudut perusahaan dan
sudut efek koperasi.
Pendekatan dari sudut Perusahaan
1. Peningkatan anggota perorangan. Pada dasarnya lebih penting jumlah anggota
perorangan daripada jumlah koperasi, karena sebagai kumpulan orang kekuatan
ekonomi bersumber dari anggota perorangan. Ada dua faktor keanggotaan yang
perlu diperhatikan, yaitu kemampuan ekonomi dan tingkat kecerdasan anggota.
Kemampuan ekonomi anggota penting karena dapat digerakkan untuk menyusun
investasi, sedangkan kecerdasan anggota sangat menentukan mutu manajemen
yang sifatnya partisipatori dalam rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi
dengan satu anggota satu suara.
2. Peningkatan modal, terutama yang berasal dari koperasi sendiri. Jumlah modal
dari dalam dapat digunakan sebagai salah satu indikator utama dari kemandirian
koperasi. Semakin besar modal dari dalam berarti kemandirian koperasi tersebut
semakin tinggi. Indikator kemandirian yang lain adalah keberanian manajemen
untuk mengambil keputusan sendiri.
3. Peningkatan volume usaha. Volume usaha berkaitan dengan skala ekonomi,
semakin besar volume usaha suatu koperasi berarti semakin besar potensinya
sebagai perusahaan, sehingga dapat memberikan pelayanan dan jasa yang lebih
baik kepada para anggota. Sejalan dengan identitas koperasi yang menyatakan
bahwa anggota dan pelanggan adalah orang yang sama, maka volume usaha
terutama harus berasal dari jasa anggota. Loyalitas dan partisipasi aktif anggota
sangat menentukan besarnya volume usaha koperasi khususnya yang berasal dari
anggota.
4. Peningkatan pelayanan kepada anggota dan masyarakat. Berbeda dengan unsur
yang lain, pelayanan ini sukar dihitung secara kuantitatif. Anggota dapat

16
merasakan efeknya dengan membandingkan sebelum dan sesudah ada koperasi.
Bentuk pelayanan dapat bermacam-macam, misalnya: pendidikan, kesehatan,
beasiswa, sumbangan, pelayanan usaha yang cepat dan efisien, dan sebagainya.

Pendekatan dari sudut efek Koperasi


1. Produktivitas artinya koperasi dengan seluruh hasil kegiatannya dapat memenuhi
seluruh kewajiban yang harus dibayarnya, seperti: biaya perusahaan, kewajiban
kepada anggota, dan sebagainya.
2. Efektivitas dalam arti mampu memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap anggota-
anggotanya.
3. Adil dalam melayani anggota-anggota, tanpa melakukan diskriminasi.
4. Mantap dalam arti bahwa koperasi begitu efektif sehingga anggota-anggota tidak
ada alasan untuk meninggalkan koperasi guna mencari alternatif pelayanan di
tempat lain yang dianggap lebih baik.

VII. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KOPERASI


Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan koperasi Indonesia adalah :
1. rendahnya tingkat kecerdasan rakyat Indonesia.
2. kurangnya dedikasi pengurus terhadap kelangsungan hidup koperasi
3. kurangnya kerjasama di bidang ekonomi dari masyarakat kota.
4. kurangnya Modal Kerja
5. Aspek manajemen
6. Kinerja Anggotanya

Sisi Kelembagaan Koperasi


Masalah Internal :
1. Keanggotaan dalam Koperasi
Keadaan keanggotaan ditinjau dari segi kuantitas tercermin dari jumlah
anggota yang semakin lama semakin berkurang. Masalahnya kenggotaan
koperasi yang ada sekarang belum menjangkau bagian terbesar dari

17
masyarakat. Ditinjau dari segi kualitas masalah keaggotaan koperasi
tercermin dalam :
 Tingkat pendidikan mereka yang pada umumnya masih rendah
 Ketrampilan dan keahlian yang dimiliki oleh para anggota terbatas
 Sebagian dari anggota belum menyadari hak dan kewajiban mereka
sebagai anggota.
 Partisipasi mereka dalam kegiatan organisasi juga masih harus
ditingkatkan. Apabila suatu koperasi mengadakan Rapat Anggota
Tahunan (RAT) banyak anggotanya yang tidak hadir. Akibatnya
keputusan-keputusan yang dihasilkan tidak mereka rasakan sebagai
keputusan yang mengikat
 Banyaknya anggota yang tidak mau bekerjasama dan mereka juga
memiliki banyak utang kepada koperasi, hal ini menyebabkan modal
yang ada dikoperasi semakin berkurang.

2. Pengurus Koperasi
Dalam hal kepengurusan juga dihadapi kelemahan-kelemahan yang sama.
Masalah yang menjadi penghambat berkembangnya koperasi dari sisi
pengurus adalah:
a. Pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan anggota pengurusnya masih
belum memadai.
b. Pengurus belum mampu melaksanakan tugas mereka dengan semestinya.
c. Pengurus kurang berdedikasi terhadap kelangsungan hidup koperasi. Ini
berarti bahwa kepribadian dan mental pengurus pengawas manajer belum
berjiwa koperasi sehingga harus diperbaiki lagi.
d. Pengurus kadang-kadang tidak jujur.
e. Masih ada koperasi yang anggota pengurusnya kurang berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Kursus-kursus yang
diselenggarakan untuk pengurus koperasi, sering tidak mereka hadiri.
f. Dalam kepengurusan koperasi sampai saat ini masih belum ada
pembagian tugas yang jelas.

18
g. Pengurus koperasi kebanyakan yang sudah lanjut usia dan para tokoh
masyarakat yang sudah memiliki jabatan ditempat lain, sehingga
perhatiannya terhadap koperasi berkurang.
h. Pegurus masih belum mampu berkoordinasi dengan anggota, manajer,
pengawas, dan instansi pemerintah dengan baik

3. Pengawas Koperasi
Anggota dari badan pengawas koperasi banyak yang belum berfungsi. Hal ini
di disebabkan oleh:
a. Kemampuan anggota pengawas yang belum memadai, terlebih jika
dibandingkan dengan semakin meningkatnya usaha koperasi.
b. Di pihak lain, pembukuan koperasi biasanya belum lengkap dan tidak
siap untuk diperiksa.
c. Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas koperasi sekunder dan kantor
koperasi juga belum banyak membantu perkembangan kemampuan
anggota pengawas ataupun peningkatan pembukuan koperasi.
Pemeriksaan yang mereka lakukan terutama mengarah pada kepentingan
permohonan kredit.

Masalah Eksternal
1. Iklim yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan
kehendak anggota koperasi, seperti kebijakan pemerintah yang belem jelas
dan efektif untuk koperasi, sistem prasarana, pelayanan, pendidikan, dan
penyuluhan.
2. Banyaknya badan usaha lain yang bergerak pada bidang usaha yang sama
dengan koperasi.
3. Kurangnya fasilitas-fasilitas yang dapat menarik perhatian masyarakat dan
masih banyaknya masyarakat yang tidak mempercayai koperasi.

Sisi Bidang Usaha Koperasi

19
Masalah usaha koperasi dapat digambarkan sebagai berikut. Ada koperasi
yang manajer dan karyawannya belum memenuhi harapan. Di antara mereka ada
yang belum dapat bekerja secara profesional, sesuai dengan peranan dan tugas
operasi yang telah ditetapkan. Masih ada administrasi koperasi yang belum
menggunakan prinsip-prinsip pembukuan dengan baik. Sistem informasi majemen
koperasi mesih belum berkembang sehingga pengambilan keputusan belum
didukung dengan informasi yang cukup lengkap dan dapat diandalkan.
Di samping itu masih ada manajer yang kurang mempunyai kemampuan
sebagai wirausaha. Di antara mereka bahkan masih ada yang kurang mampu
untuk menyusun rencana, program, dan kegiatan usaha. Padahal mereka harus
memimpin dan menggerakkan karyawan untuk melaksanakan rencana, program,
dan kegiatan usaha yang ditentukan. Penilaian terhadap keadaan serta
mengadakan penyesuaian rencana, program, dan kegiatan usaha setiap kali ada
perkembangan dalam keadaan yang dihadapinya.
Dari sisi produksi, koperasi sering mengalami kesulitan untuk memperoleh
bahan baku. Salah satu bahan baku pokok yang sulit diperoleh adalah modal.
Dalam hal kualitas, output koperasi tidak distandardisasikan sehingga secara
relatif kalah dengan output industri besar dalam banyak kasus, putput koperasi
dan (UKM) tidak memiliki keunggulan koperatif sehingga sulit untuk dipasarkan.
Secara umum koperasi harus menghadapi kelemahannya sebagai berikut :
1. Pembinaan hubungan antara alat perlengkapan koperasi, khususnya antara
pengurus dan manajer, yang masih perlu ditingkatkan. Hal ini antara lain
mengingat perlunya koordinasi yang mantab dan pembagian tugas serta
tanggung jawab yang jelas. Harus dihindarkan apabila ada pengurus yang
mengambil wewenang manajer melaksanakan tugas operasional.
2. Kebijaksanaan dan program kerja koperasi masih cenderung timbul sebagai
prakarsa pemerintah. Program-program yang diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan anggota masih ada yang belum sepenuhnya dipadukan dengan
program-program yang timbul dari prakarsa pemerintah. Keputusan koperasi
yang mandiri masih belum dapat berkembang.

20
3. Organisasi tingkat sekunder, seperti Pusat Koperasi dan Induk koperasi,
tampak belum sepenuhnya dapat memberikan pelayanan kepada koperasi
primer, khususnya meningkatkan kemampuan dalam bidang organisasi,
administrasi, dan manjemen.
4. Kerja sama koperasi dan lembaga non-koperasi telah ada yang berlangsung
atas landasan saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Tetapi, apabila
kurang hati-hati dalam membinannya ada kerjasama yang cenderung
mengarah pada hilangnya kemandirian koperasi.
5. Kemampuan pemupukan modal usaha yang bersumber dari anggota dan hasil
usaha koperasi, walaupun cukup memadai perkembangannya namun ternyata
masih sangat terbatas.
6. Dalam usaha memperoleh kredit dari bank, koperasi masih menghadapi
kesulitan untuk memenuhi persyaratanyang ditentukan. Demikianlah, maka
pemupukan modal koperasi walaupun cepat perkembangannya hasilnya
masih terbatas juga.
7. Keterpaduan gerak, pengertian, pembinaan, dan pengawasan terhadap
gerakan koperasi dari berbagai instansi masih perlu ditingkatkan
8. Masalah lain yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan koperasi pada
tingkat perkembangan seperti sekarang ini adalah masih kurangnya petugas
pembina koperasi, baik dalam jumlah maupun mutunya.
9. Masalah permodalan, penguasaan teknologi, akses informasi, permasalahan
pemasaran, dan perlindungan hukum.
10. Kurangnya dana sehingga fasilitas-fasilitas yang sudah ada tidak dirawat, hal
ini menyebabkan koperasi tertinggal karena kemajan teknologi yang sangat
cepat.

VIII. TUJUAN
Untuk mengetahui tentang sejarah koperasi di Indonesia.
Untuk mengetahui tentang pengertian koperasi.
Untuk mengetahui prinsip, asas dan tujuan koperasi.
Untuk mengetahui Konsep, Aliran Koperasi.

21
Untuk mengetahui ciri-ciri koperasi
Untuk mengetahui tentang unsur-unsur koperasi
Untuk mengetahui tentang fungsi dan peranan koperasi
Untuk mengetahui tentang prinsip koperasi
Untuk mengetahui tentang tujuan koperasi
Untuk mengetahui tentang landasan koperasi di indonesia
Untuk mengetahui tentang bentuk koperasi

IX. KESIMPULAN
Koperasi merupakan asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha
bersama atas dasar prinsip-prinsip koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih
besar dengan biaya rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara
demokratis oleh anggotanya.

22

Anda mungkin juga menyukai