KREDITUR”
Oleh :
Nama : Ziela Rofahiyyat El Quswa
Batch : 43
PROGRAM MAGISTER
ILMU HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
JAKARTA
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
beberapa segi kehidupan di Indonesia baik di bidang social, ekonom, budaya, dan
semakin mendongkrak daya pikir manusia untuk melakukan suatu usaha ataupun
Untuk menjalankan suatu usaha, maka dibutuhkan dana yang cukup besar
untuk membiayai kegiatan usaha tersebut. Pada keadaan tertentu, orang atau
perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk semua kebutuhannya. Maka,
orang atau perusahaan ini dapat melakukan pinjaman. Pinjaman tersebut dapat
diperoleh melalui kredit dari bank. Penyedia pinjaman lazimnya dapat disebut
suatu perjanjian kredit antara kreditor dan debitor. Suatu pemberian kredit harus
1R. Anton Suyatno, Kepastian Hukum dalam Penyelesaian Kredit Macet Melalui
Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Tanpa Proses Gugatan Pengadilan, (Depok:
Prenadamedia Group, 2016), hal. 31
2
perusahaan tidak selalu berjalan dengan baik, seringkali keadaan keuangannya
sudah sedemikian rupa sehingga perusahaan tersebut tidak lagi sanggup membayar
permasalahan baik yang bersumber dari dalam perusahaan itu sendiri, maupun dari
luar perusahaan.
kreditor atau pihak yang mempunyai piutang utang karena perjanjian atau undang-
dasarnya telah mengatur tentang kepailitan yang terjadi di dunia usaha, hal tersebut
termasuk didalam suatu perjanjian yang diadakan antara para pihak dalam hal untuk
melaksanakan suatu prestasi sebagaimana yang diatur didalam Pasal 1234 Kitab
sama sekali, atau terlambat memenuhi prestasi, atau memenuhi prestasi secara
3
tidak baik. Bagi dunia perniagaan/perdagangan, apabila debitur tidak mampu
ataupun tidak mau membayar utangnya kepada debitur untuk menyelesaikan utang
Didalam dunia perniagaan debitur baru dapat dikatakan dalam keadaan pailit
apabila telah dinyatakan oleh hakim atau pengadilan dengan suatu keputusan
hakim.
berhenti membayar, dan harus terdapat lebih dari satu orang kreditur, dan salah
seorang dari mereka itu piutangnya sudah dapat ditagih. hakim harus menyatakan
pailit, bukan dapat menyatakan pailit, sehingga dalam hal ini kepada hakim tidak
diberikan ruang untuk memberikan pertimbangan yang luas seperti perkara lainnya.
Dari uraian di atas telah mendorong penulis untuk menulis penelitian ini
4
1. Untuk mengetahui dan menganalisa akibat hukum putusan pailit.
kreditor.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
5
1.5. Sistematika Penulisan
signifikasi permasalahan yang menjadi objek penelitian dan sebagai dasar bagi
pelaksanaan penelitian dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam
bab ini secara berturut-turut dicantumkan tentang latar belakang masalah, rumusan
terdiri dari beberapa sub bab yakni jenis penelitian, cara memperoleh bahan hukum,
penanggulangannya.
Bab keempat membahas tentang akibat hukum putusan pailit secara umum
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
keuangan (financial distress) dari usaha debitor yang telah mengalami kemunduran.
pay his debts as they are, or become, due.”3 Kepailitan secara apriori dianggap
apabila ia berusaha untuk memperoleh kredit, di sanalah baru terasa baginya apa
3 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, (St. Paul Minnesota: West
Publishing Co., 1979), hal. 134.
4 Kartono, Kepailitan dan Pengunduran Pembayaran, (Jakarta: Pradnya Paramita,
7
2.2. Pengaturan Kepailitan
tersebut juga diatur peraturan kepailitan yang tercantum pada buku ke III KUHD
yang berjudul van de voorzieningen in geval van onvermogen van kooplieden atau
termuat dalam Pasal 749 sampai dengan Pasal 910 W.v.K, tetapi kemudian telah
Ketiga, Bab Ketujuh, yang berjudul: Van den Staat van Kennelijk Onvermogen
(Tentang Keadaan Nyata-nyata Tidak Mampu), dalam Pasal 899 sampai dengan
Adanya dua buah peraturan ini telah menimbulkan banyak kesulitan dalam
tinggi, terlalu sedikit bagi Kreditor untuk dapat ikut campur terhadap jalannya
proses kepailitan, dan pelaksanaan kepailitan memakan waktu yang lama. Karena
peraturan kepailitan yang sederhana dengan biaya yang tidak banyak, agar
5https://ninyasminelisasih.com/2018/02/18/sejarah-hukum-kepailitan/, Sejarah
Hukum Kepailitan, diakses pada 10 Oktober 2019.
8
memudahkan dalam pelaksanaannya. Sehubungan dengan maksud tersebut, maka
1906.
1998 tentang perubahan atas undang-undang tentang kepailitan. Perpu ini kemudian
apabila ada beberapa kreditur pada waktu yang sama meminta pembayaran utang
6Catur Irianto, Asas Kelangsungan Usaha dalam Perkara Kepailitan dan PKPU,
Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 4, Nomor 3 November 2015, hal. 401.
9
mendapatkan hak istimewa, yang menuntut haknya dengan cara menjual barang
milik debitur atau menguasai sendiri tanpa menguasai sendiri secara tanpa
misalnya saja debitur berusaha untuk memberikan keuntungan kepada seorang atau
para kreditur.
dimaksud dengan kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit
dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik
atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya.
Debitur dalam Pasal 1 peraturan kepailitan adalah setiap pribadi (person) maupun
syarat yuridis agar debitur dapat dinyatakan pailit adalah sebagai berikut:7
10
1. Adanya utang; Debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur dan tidak
membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
kepailitan;
kepailitan dapat diajukan oleh debitor sendiri, kreditor atau jaksa untuk kepentingan
umum. Ketentuan tersebut lalu dilakukan perubahan dan dengan penambahan dua
‘bank’ adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
11
bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
efek’, debitor dan kreditor tidak diberi hak untuk mengajukan permohonan
pailit. Pembatasan untuk bank dan perusahaan efek seperti itu diperlukan untuk
12
tertentu untuk melakukan upaya hukum perlawanan dan banding (meskipun
permohonan pailit dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat dan tidak
yang biasa terjadi pada penyelesaian perkara perdata pada pengadilan negeri.11
Dalam hal ini selain upaya hukum kasasi, upaya hukum peninjauan kembali
Pasal 295 ayat (2) dapat dipenuhi. Terdapat dua alasan untuk dapat mengajukan
1. Terdapat bukti tertulisa baru yang penting, yang apabila diketahui pada
atau
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang dihadapi.12 Sugiyono menjelaskan lebih luas bahwa metode penelitian adalah
cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum terbagi atas 2 yaitu penelitian hukum normatif dan
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, penelitian ini seringkali hukum
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011, hal 35.
13 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D Bandung: Alfabeta, 2009 hal. 6
14 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), hal 6.
15 Ibid, hal 13
14
data sekunder, yaitu untuk mengembangkan teori-teori atau prinsip-prinsip dasar
Jenis bahan hukum dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder, bahan hukum tertier. Dalam penelitian ini, penulis
Utang.
Bahan hukum sekunder yang utama adalah buku teks karena buku teks
para sarjana yang mempunyai kualifikasi tinggi.17 Dalam penelitian ini bahan
16
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., hal 141.
17 Ibid, hal 142
15
3. Pendekatan penelitian
dalam penulisan hukum menurut Peter mahmud Marzuki adalah sebagai berikut:
undangan.
4. Analisa data
dan bahan kepustakaan lainnya, sehingga penulis dapat memperoleh jawaban dari
18
Ibid, hal 93
19
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit., hal 251-252
16
BAB IV
PEMBAHASAN
dan harta bendanya. Keputusan kepailitan dapat berakibat bagi sipailit sendiri
sementara dalam bidang hukum keluarga debitur pailit bebas berbuat seolah-
pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Debitur
yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit
diucapkan.20
perbuatan hukum itu akan memberi keuntungan bagi harta (boedel) si pailit.
Sebaliknya, apabila dengan perjanjian atau perbuatan hukum itu justru akan
17
Kendati telah ditegaskan, bahwa dengan dijatuhkannya putusan kepailitan,
harta kekayaan si pailit akan diurus dan dikuasai oleh BHP, namun tidak berarti
semua kekayaan si pailit harus diserahkan kepada BHP. Ada beberapa harta
7. Hak cipta
(debitur)
tangan si pailit, tidak dapat dikenakan eksekusi, misalnya hak pakai dan hak
mendiami rumah.23
Segala perikatan debitur yang timbul sesudah putusan pailit diucapkan tidak
dapat dibayar dari harta pailit kecuali menguntungkan harta pailit. Putusan pailit
22 Ibid.,
23 Ibid., hal. 54.
18
tetapi hanya kehilangan kekuasaan atau kewenangannya untuk mengurus dan
adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan
seluruh kekayaan debitor serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan
berada dalam sitaan umum sejak saat putusan pernyataan pailit diucapkan.25
merupakan suatu cara untuk mengurus harta kekayaan debitor. Caranya ini
semua harta kekayaan debitor yang dinyatakan pailit, serta diberikan kekuasaan
24 Imran Nating, Peranan dan Tanggung Jawab Curator Dalam Pengurusan dan
Pemberesan Harta Pailit, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005) hal. 44.
25 Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal. 4.
19
kepada para kreditor.26 Sita umum dilakukan secara langsung terhadap semua
harta kekayaan yang dimiliki oleh debitor yang dinyatakan pailit untuk manfaat
semua kreditornya.
mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh
harta pailit yang ditujukan terhadap debitur pailit, hanya dapat diajukan dengan
1. Tuntutan pokok hak dan kewajiban yakni tuntutan yang langsung pada
untuk memenuhi dan mendapatkan yang ada dalam boedel harus diajukan pada
rapat verifikasi.
26 Siti Anisah, Kreditor dan debitor dalam Hukum di Indonesia, (Jakarta: Total
Media, 2008), hal.191
27 Zainal Asikin, Op.Cit., hal. 54.
20
2. Akibat Hukum Putusan Pailit Bagi Kreditor
pernyataan pailit, maka semua harta pailit diurus dan dikuasai oleh kurator
Hakim Pengawas. Semua tuntutan dan gugatan mengenai hak dan kewajiban
bertujuan untuk mendapat pelunasan suatu perikatan dari harta pailit dan
undang Kepailitan tersebut mempunyai segi positif bagi para kreditur sehingga
karenanya mereka mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi budelnya
pailit sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing (pari passu pro
rata parte). Namun asas tersebut dapat dikecualikan yakni untuk golongan
kreditur yang memenang hak anggunan atas kebendaan dan golongan kreditur
21
dan peraturan perundang-undangan lainnya. Oleh karenanya, kreditur dapat
a. Kreditur separatis
bertindak sendiri yang tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit debitur,
tidak ada kepailitan debitur. Kreditur separatis dapat menjual sendiri barang-
mengambil hasil penjualan ini sebesar piutangnya, sedangkan jika ada sisanya
disetorkan ke kas kurator. Jika hasil penjualan tersebut tidak mencukupi, maka
kreditur separatis itu, untuk tagihan yang belum dibayar dapat memasukkan
b. Kreditur preferen/istimewa
mendapat hak untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu dari penjualan harta
pailit. Kreditur ini berada dibawah pemegang hak tanggungan dan gadai.
Menurut Pasal 1133 KUHPerdata, hak istimewa adalah suatu hak yang oleh
c. Kreditur Konkuren
memperoleh hasil penjualan harta kekayaan debitur, baik yang telah ada
28Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan Di Indonesia: Dalam Teori dan Praktik
Serta Penerapan Hukumnya, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hal. 146.
22
maupun yang akan ada dikemudian hari setelah sebelumnya dikurangi dengan
kewajiban membayar piutang kepada para kreditur pemegang hak jaminan dan
piutangnya tidak akan kembali karena asset debitur yang kemungkinan saat itu
23
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
dan harta bendanya. Kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat
24
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
Buku
Adi Nugroho, Susanti, Hukum Kepailitan Di Indonesia: Dalam Teori dan Praktik
Serta Penerapan Hukumnya, Jakarta: Prenadamedia Group, 2018
Anisah, Siti, Kreditor dan debitor dalam Hukum di Indonesia, Jakarta: Total
Media, 2008
Anton Suyatno, R., Kepastian Hukum dalam Penyelesaian Kredit Macet Melalui
Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Tanpa Proses Gugatan Pengadilan,
Depok: Prenadamedia Group, 2016
Campbell Black, Henry, Black’s Law Dictionary, St. Paul Minnesota: West
Publishing Co., 1979
25
M. Situmorang, Victor, Hendri Soekarso, Pengantar Hukum Kepailitan di
Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1994
Nating, Imran, Peranan dan Tanggung Jawab Curator Dalam Pengurusan dan
Pemberesan Harta Pailit, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Jurnal
Irianto, Catur, Asas Kelangsungan Usaha dalam Perkara Kepailitan dan PKPU,
Sulaiman, Robintan, Joko Prabowo, Lebih Jauh tentang Kepailitan, Pusat Studi
Internet
https://ninyasminelisasih.com/2018/02/18/sejarah-hukum-kepailitan/, Sejarah
Hukum Kepailitan, diakses pada 10 Oktober 2019.
26