Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIVITAS PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH

DENGAN SISTEM GUGATAN SEDERHANA DI PENGADILAN AGAMA


YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI
DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARIAH DAN
HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAIAN SYARAT
MEMPEROLEH SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM
ISLAM

OLEH :
ALYA ADIBAH
21103080036

PEMBIMBING :
Dr. ALI SODIQIN, M.Ag.

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2023
A. Latar Belakang Masalah

Konsep ekonomi syariah kini mudah diterima di Indonesia dan

berkembang pesat khususnya di sektor perbankan. Menurut Ensiklopedia

Ekonomi Syariah, jumlah perbankan syariah di Indonesia saat ini

berjumlah 198 bank yang terdiri dari 12 Bank Umum Syariah (BUS), 21

Unit Usaha Syariah (UUS) dan 165 Bank Pembiayaan Syariah (BPRS). 1

Pesatnya perkembangan perbankan syariah di Indonesia menunjukkan

bahwa Indonesia berusaha berkembang lebih baik dari segi bisnis,

berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang mayoritas

beragama Islam melalui pengembangan perbankan syariah.

Menurut UU No. 3 Tahun 2006 Pasal 49 Yang dimaksud dengan

Ekonomi Syariah adalah sistem perekonomian yang berdasarkan prinsip-

prinsip syariah. Secara formal syariah mempunyai landasan wajib yang

kuat dan dalam konteks negara mempunyai landasan konstitusional yang

mengacu pada ketentuan hukum dan undang-undang serta Fatwa Dewan

Syariah yang diterbitkan oleh MUI. Beberapa contoh produk ekonomi

syariah di Indonesia yang mengalami perkembangan signifikan adalah

perbankan syariah yang teregulasi dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah, UU. No. 40 Tahun 2014 tentang Asuransi Syariah

serta UU No. 19/2008 tentang Surat Berharga Syariah hal ini yang

memperkuat perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dan juga

memberikan peluang yang bagi munculnya suatu sengketa. Sengketa


1
Syariah Pedia, Daftar Lengkap Bank Syariah di Indonesia: BUS, UUS, dan BPRS, Daftar
Lengkap Bank Syariah di Indonesia: BUS, UUS, dan BPRS - SYARIAHPEDIA.COM, diakses pada
tanggal 10 Desember 2023.

1
ekonomi syariah merupakan sengketa pada perbankan syariah, lembaga

keuangan syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, dana investasi

syariah, obligasi syariah, surat berharga syariah, surat berharga syariah,

keuangan syariah, hipotek syariah, dana pensiun lembaga keuangan

syariah, dan kasus terkait usaha-usaha yang meliputi wakaf, zakat, infaq,

shadaqah, yang bersifat komersial, dapat bersifat volunter (permohonan)

atau litigatif (gugatan).2

Dengan adanya perkembangan kegiatan bisnis di Indonesia melalui

perbankan syariah, akan menyebabkan potensi terjadinya sengketa dari

kegitan transaksi yang dilakukan, karena dalam bisnis para pihak memiliki

kepentingannya masing-masing dan apabila kepentingan tersebut berbeda,

maka akan menimbulkan sengketa. Mengingat Pasal 1 ayat 3 UUD 1945

yang menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara hukum, maka ketika

sengketa terjadi, para pihak akan mencari jalur penyelesaian sengketa agar

dapat mengakhiri sengketa dan memperoleh kepastian hukum. Oleh karena

itu, Lembaga Pemerintah Republik Indonesia melalui Mahkamah Agung

mengeluarkan Perma No. 14 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian

Perkara Ekonomi Syari’ah juga memuat beberapa poin terkait dengan

gugatan sederhana yakni terdapat pada Pasal 3 ayat (2) yang menjelaskan

bahwa perkara sengketa ekonomi syariah dapat dilakukan pemeriksaan

secara sederhana, dilakukan apabila obyek materilnya paling banyak Rp.

200.000.000.,00. (Dua Ratus Juta Rupiah) akan tetapi pada tahun 2019

2
Susanto, Yoghi Arief. 2022. “Gugatan Sederhana Pada Penyelesaian Sengketa Ekonomi
Syatiah di Pengadilan Agama.” Jurnal Hukum Keluarga dan Peradilan Islam 03: 84-87.

2
Mahkamah Agung mengeluarkan Perma No. 04 Tahun 2019 tentang

Perubahan atas Perma No. 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian

Gugatan Sederhana yang dimana didalam nya memuat nilai obyek

sengketa dalam gugatan sederhana maksimal bernilai Rp. 500.000.000,00

(Lima Ratus Juta Rupiah) 3

Small Claim Court (Gugatan Sederhana) telah banyak berkembang

di negara-negara yang menganut sistem Common Law dan Civil Law, dan

juga banyak di praktekkan sebagai Alternatif penyelesaian segketa di

negara-negara maju sepertiAmerika Serikat, Kanada, Ingris dan beberapa

negara di benua Asia. Small Claim Court atau dalam bahasa Indonesia

biasa disebut dengan “Gugatan Sederhana” adalah tata cara penyelesaian

gugatan yang nilai obyek meteril nya di bawah Rp. 200.000.000,00 (Dua

Ratus Juta Rupiah) dan diselesaiakan dengan mekanisme yang sederhana,

cepat, dan biaya ringan dalam pemeriksaanya menggunakan hakim

tunggal, ditunjuk oleh ketua pengadilan dan diselesaikan selama 25 hari

sejak sidang pertama dilaksanakan dan perkara yang dapat diselesaikan

dengan gugatan sederhana hanyalah perkara wanprestasi (ingkar janji) atau

perkara perbuatan melawan hukum (PMH).

Pada rentang tahun 2019-2022 hanya terdapat 5 perkara gugatan

sederhana sengketa ekonomi syariah yang masuk di Pengadilan Agama

Yogyakarta. Padahal seharusnya dengan adanya sistem gugatan sederhana

dengan tujuan untuk meminimalisir sengketa yang berlarut, penerapan

3
Perma No.2 tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana

3
yang efektif di negara maju, serta alasan filosofis yang dimana mampu

diselesaiakan dengan mekanisme yang sederhana, cepat, dan biaya ringan,

maka idealnya sistem guagatan sederhana di Pengadilan Agama

Yogyakarta dapat menghasilkan output yang lebih baik secara sistematis

disbanding data yang ada, terutama di tahun 2019-2022.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas sistem gaugatan

sederhana pada sengketa ekonomi syariah di Pengadilan agama

Yogyakarta. Maka dari pada itu, penulis dalam penelitian ini menjadikan

permasalahan di atas sebagai objek penelitian dengan judul “Efektivitas

Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Dengan Sistem Gugatan

Sederhana di Pengadilan Agama Yogyakarta”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis mengangkat

pokok masalah sebagai berikut :

1. Bagaiamana Tata Kelola Sistem Gugatan sederhana di Pengadilan

Agama Yogyakarta ?

2. Bagaimana Efektivitas Penerapan Penyelesaian Sengketea Ekonomi

Syariah Dengan Sistem Gugatan Sederhana di Pengadilan Agama

Yogyakarta ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

4
Berdasarkan pada pokok permasalahan diatas maka tujuan ynag

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui tata kelola sistem gugatan sederhana di

Pengadilan Agama Yogyakarta.

b. Untuk mengetahui efektivitas penerapan penyelesaian sengketea

ekonomi syariah dengan sistem gugatan sederhana di Pengadilan

Agama Yogyakarta

2. Kegunaan Penelitian

a. Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetaun pada bidang

ilmu hukum pada umumnya dan hukum perdata pada khususnya,

terutama dalam bidang penyelesaian sengketa ekonomi syariah

dengan sistem gugatan sederhana.

b. Penelitian ini secara parktis diharapkan dapat memberikan

kontribusi dibidang penegakan hukum khususnyam Hukum

Ekonomi Syariah serta dapat menjadi tempat dan sarana evaluasi

untuk pelaksanaan penyelesaian sengketa ekonomi syariah

menggunakan sistem gugatan sederhana yang dilakukan oleh

pengadilan agama, khususnya Pengadilan Agama Yogyakarta

dalam Penyelesaian sengketa ekonomi syariah.

D. Telaah Pustaka

Berdasarakan dari literatur review yang telah dilakukan penulis tentang

Efektivitas Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Dengan Sistem

5
Gugatan Sederhana di Pengadilan Agama Yogyakarta, penulis

telahmenemukan beberapa literatur maupun penelitian terdahulu yang

membahas mengenai tema tersebut. Akan tetapi penulis juga menemukan

beberapa perbedaan penelitian sebagai berikut :

Pada penelitian yang telah ditulis oleh Salsabila Iklila Fairuzana

tahun 2023, tentang Efektivitas Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah

Dengan Sistem Small Claim Court Di Pengadilan Agama Selong (Analisis

Perma No. 14 Tahun 2016) dengan hasil penelitian yang menggunakan

teori efektivitas hukum Soerjono Soekanto, menunjukkan bahwa

Penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama Selong

dengan sistem Small Claim Court (Gugatan Sederhana) sudah memenuhi

unsur asas peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan sebagaimana

tujuan utama dari Small Claim Court. Adapun kesamaan pada penelitian

ini yaitu pada pembahasan Efektivitas sistem gugatan sederhana dalam

sengketa ekonomi syariah, akan tetapi terdapat perbedaan yang utama

adalah di objek penelitian dimana penulis lebih fokus di Pengadilan

Agama Yogyakarta, selain itu teori yang digunakan oleh penulis untuk

menilai efektivitasnya adalah Teori Efektivitas Hukum Lawrence M.

Friedman.

Pada penelitian yang telah ditulis oleh Ismi Nikmah Zuhriyah

tahun 2023, mengenai Pertimbangan Hakim Dalam Penyelesaian Sengketa

Ekonomi Syariah Melalui Gugatan Sederhana Pengadilan Agama

Purbalingga (Studi Putusan Nomor 0001/Pdt.Gs/2019/Pa.Pbg). Dengan

6
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dengan adanya sistem gugatan

sederhana dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah khususnya di

Pengadilan Agama Purbalingga menjadi lebih cepat, efektif, dan efisien.

Dasar pertimbangan hakim yang digunakan dalam Putusan Nomor

0001/Pdt.GS/2019/PA.PbgTentang Wanprestasi adalah Pasal 44 KHES,

Pasal 46 KHES, Pasal 22 KHES, Pasal 21b KHES, Pasal 1875 KUH

Perdata, dan PERMA Nomor 2 Tahun 2015. Adapun kesamaan dengan

skripsi penulis yaitu sama-sama membahas mengenai penyelesaian

sengketa ekonomi syariah dengan sistem gugatan sederhana, namun yang

menjadi hal pembeda penelitian ini membahas mengenai efektivitas sistem

gugatan sederhana dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syariah di

Pengadilan Agama Yogyakarta.

Selanjutnya penelitian yang ditulis oleh Dewi Mariyatul Qibtiyah,

dan Abdul Mujib pada tahun 2023. Penelitian ini mengkaji tentang

kompetensi hakim dalam gugatan sederhana sengketa ekonomi syariah di

Pengadilan Agama Bantul (Studi Putusan Nomor 2/Pdt.G.S/2019/PA.Btl).

Yang menjadi fokus penelitian adalah adanya peluang sengketa terhadap

objek yang menjadi jaminan dalam perjanjian pembiayaan ijarah multijasa.

Hasil dari penelitian ini adalah jaminan pihak tergugat tidak dapat

dieksekusi karena merupakan sengketa tanah dan hakim tidak

berwenang untuk memeriksa dan mengadili sengketa tersebut, karena

sengketa tanah tidak dapat diselesaikan melalui gugatan sederhana.

Sehingga perkara tersebut dicoret dari register perkara di Pengadilan

7
Agama Bantul dan dapat didaftarkan kembali untuk diselesaikan melalui

gugatan acara biasa. Kesamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama

membahas mengenai prosedur tata kelola sistem gugatan sederhana dalam

sengketa ekonomi syariah, sedangkan perbedaanya yang pertama terletak

dari fokus kajian penulis yang membahas efektivitas didtem gugatan

sederhana dalam sengketa ekonomi syaraiah, dan kedua terletak dari objek

penelitian dimana peneletian penulis di Pengadilan agama Yogyakarta.

Penelitiian yang ditulis oleh Mila Rofiatul Ulya tahun 202, dengan

Fokus kajian penelitian ini adalah proses mekanisme penyelesaian gugatan

sederhana pada sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama Kelas IB

Kudus, serta pertimbangan hakim dalam memutus perkara sengketa

ekonomi syariah pada kasus gugatan sederhana dan tantangan dalam

menyelesaikan kasus gugatan sederhana pada sengketa ekonomi syariah.

Adapun hasil temuan dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa proses

penyelesaian sengketa pada kasus ini menggunakan langkah-langkah

sederhana sesuai Peraturan Mahkamah Agung. Langkah-langkah tersebut

mencakup pendaftaran gugatan, pemeriksaan kelengkapan gugatan,

penetapan hakim dan penunjukan panitera pengganti, pemeriksaan

pendahuluan, penetapan hari sidang dan pemanggilan para pihak,

pemeriksaan sidang dan perdamaian, pembuktian, dan penentuan putusan.

Adapun kesamaan dengan penelitian penulis adala membahan mengenai

proses mekanisme penyelesaian gugatan pada sengkete ekonomi syariah,

namun pada penelitian ini, penulis tidak hanya berfokus pada kesesuaian

8
proses mekanisme penyelesaian gugatan sederhana melainkan juga

efektivitas dari sistem gugatan sederhana seperti apa dan bagaimana.

Penelitian yang ditulis oleh Nafisatur Rofida tahun 2021, dengan

hasil penelitian yang menjelaskan Pandangan Hakim Pengadilan Agama

Jember terhadap Perma No.14 Tahun 2016 Tentang kewenangan Sengketa

Ekonomi Syariah. Dari beberapa pandangan Hakim berpendapat, hadirnya

Perma itu sendiri membawa dampak positif pada Pengadilan Agama

maupun pada masyarkat yang bersengketa, khususnya pada sengketa

ekonomi syariah. Putusan pada perkara ekonomi syariah sudah sesuai

dengan mekanisme penyelesaian sengketa hukum ekonomi syariah yang

ada dalam Perma No. 14 Tahun 2016, yang mana hakim yang menangani

perkara ekonomi syariah harus bersertifikat ekonomi syariah atau terbukti

mengikuti pelatihan atau diklat fungsional ekonomi syariah. Perbedaan

dengan penelitian penulis adalah pada objek penelitian dan subjek

penelitian, penulis meneliti di Pengadialan Agaam Yogyakarta dan subjek

penelitian untuk menilai efektivitasnya dari sistem gugatan sederhana

dalam sengketa ekonomi syariah.

Anda mungkin juga menyukai