Anda di halaman 1dari 8

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARI’AH DI

PENGADILAN AGAMA

Ramdhan Handika - 1203020133


Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah
twelve.handika@gmail.com

Abstrak

Penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama merupakan salah satu


alternatif yang bisa dipilih oleh masyarakat yang terlibat dalam transaksi ekonomi yang
diatur dalam hukum syariah. Sengketa ekonomi syariah yang diselesaikan oleh Pengadilan
Agama terkait dengan masalah-masalah ekonomi yang diatur dalam hukum syariah, seperti
sengketa antara pedagang dengan pelanggannya mengenai kualitas barang yang dijual,
sengketa antara bank dengan nasabahnya mengenai transaksi keuangan, atau sengketa
antara pengusaha dengan karyawannya mengenai hak dan kewajiban yang terkait dengan
pekerjaan. Penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama dianggap lebih
cepat dan efisien dibandingkan dengan penyelesaian sengketa di Pengadilan Negeri,
namun ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak yang terlibat
dalam sengketa tersebut sebelum sengketa dapat diselesaikan di Pengadilan Agama. Proses
penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama terdiri dari beberapa tahapan,
di antaranya adalah tahap pengajuan, tahap pendengaran, dan tahap putusan. Dalam proses
penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama, prinsip-prinsip yang diatur
dalam hukum syariah dan kepentingan yang adil bagi kedua belah pihak yang terlibat
dalam sengketa tersebut dijadikan dasar pemutusannya.

Kata Kunci: Penyelesaian Sengketa, Ekonomi Syari’ah, Peradilan Agama.


1. Pendahuluan (Introduction)

Sengketa ekonomi syariah bisa terjadi antara individu atau kelompok dengan
individu atau kelompok lainnya yang terkait dengan transaksi ekonomi yang
dilakukan di dalam lingkup hukum syariah. Contohnya adalah sengketa yang terjadi
antara pedagang dengan pelanggannya mengenai kualitas barang yang dijual,
sengketa antara bank dengan nasabahnya mengenai transaksi keuangan yang
dilakukan, atau sengketa antara pengusaha dengan karyawannya mengenai hak dan
kewajiban yang terkait dengan pekerjaan.

Untuk menyelesaikan sengketa ekonomi syariah, Pengadilan Agama


menggunakan prinsip-prinsip yang diatur dalam hukum syariah sebagai dasar
pemutusannya. Selain itu, Pengadilan Agama juga memperhatikan kepentingan yang
adil bagi kedua belah pihak yang terlibat dalam sengketa tersebut.

Sengketa ekonomi syariah yang diselesaikan oleh Pengadilan Agama merupakan


salah satu bentuk penyelesaian sengketa alternatif yang bisa dipilih oleh masyarakat
yang memiliki kepentingan dalam transaksi ekonomi yang diatur dalam h ukum
syariah. Selain itu, penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama juga
dianggap lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan penyelesaian sengketa di
Pengadilan Negeri yang biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama.

Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama, di antaranya adalah:

1. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam
sengketa ekonomi syariah sebelum sengketa tersebut dapat diselesaikan di
Pengadilan Agama.

2. Proses penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama yang


terdiri dari beberapa tahapan, di antaranya adalah tahap pengajuan

2. Metode (Method)

Penulisan ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan. Maksud dari penelitian


kepustakaan ini di lakukan adalah untuk memperoleh bahan dari data tangan kedua melalui
penelitian, kemudian mencari data atau informasi penelitian dengan membaca jurnal
ilmiah dan buku referensi yang membahas masalah serupa dengan yang sudah ada.
3. Hasil dan Pembahasan (Result and Discussion)

3.1 Definisi dan Contoh Sengketa Ekonomi Syari’ah

Pengertian sengketa ekonomi syariah adalah perselisihan yang terjadi antara individu atau
kelompok dengan individu atau kelompok lainnya yang terkait dengan transaksi ekonomi
yang diatur dalam hukum syariah. Sengketa ekonomi syariah bisa terjadi karena berbagai
alasan, di antaranya adalah:

• Ketidaksepakatan mengenai kualitas barang yang dijual

• ketidaksepakatan mengenai harga barang atau jasa yang diberikan

• ketidaksepakatan mengenai transaksi keuangan yang dilakukan

• ketidaksepakatan mengenai hak dan kewajiban yang terkait dengan pekerjaan

Contoh-contoh sengketa ekonomi syariah yang bisa terjadi adalah sengketa antara
pedagang dengan pelanggannya mengenai kualitas barang yang dijual, sengketa antara
bank dengan nasabahnya mengenai transaksi keuangan yang dilakukan, atau sengketa
antara pengusaha dengan karyawannya mengenai hak dan kewajiban yang terkait dengan
pekerjaan.

Sengketa ekonomi syariah merupakan salah satu jenis sengketa yang bisa diselesaikan
di Pengadilan Agama. Di dalam Pengadilan Agama, sengketa ekonomi syariah dianggap
sebagai sengketa yang terkait dengan masalah-masalah ekonomi yang diatur dalam hukum
syariah. Oleh karena itu, Pengadilan Agama akan menggunakan prinsip-prinsip hukum
syariah sebagai dasar pemutusannya dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syariah
tersebut.

3.2 Prinsip – prinsip Penyelesaian Sengketa

1) Prinsip Hukum Syari’ah

Pengadilan Agama menggunakan prinsip hukum syariah sebagai dasar pemutusan


dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syariah. Hukum syariah merupakan sistem hukum
yang berlaku bagi umat Islam dan diatur dalam Al-Quran dan Hadits. Dalam hukum
syariah, terdapat prinsip-prinsip yang harus diikuti dalam menyelesaikan sengketa, seperti
prinsip keadilan, kerelaan, kepastian hukum, dan kemanfaatan.
2) Prinsip Keadilan Bagi Kedua Belah Pihak

Selain mengacu pada prinsip hukum syariah, Pengadilan Agama juga memperhatikan
prinsip keadilan bagi kedua belah pihak yang terlibat dalam sengketa ekonomi syariah.
Prinsip ini mengacu pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam hukum perdata, yaitu prinsip
keadilan sosial, prinsip kepastian hukum, dan prinsip kepastian perjanjian. Dengan
demikian, pemutusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama harus merupakan
pemutusan yang adil bagi kedua belah pihak yang terlibat dalam sengketa tersebut.

Dengan mengacu pada prinsip hukum syariah dan prinsip keadilan bagi kedua belah
pihak, diharapkan dapat tercapai penyelesaian sengketa ekonomi syariah yang sesuai
dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku di Indonesia serta adil bagi kedua belah pihak
yang terlibat dalam sengketa tersebut.

3.3 Persyaratan Penyelesaian Sengketa

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak yang
terlibat dalam sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama, di antaranya adalah:

1. Kedua belah pihak harus merupakan warga negara Indonesia yang memiliki
kewarganegaraan yang sah.

2. Kedua belah pihak harus memiliki keberagaman agama dan keyakinan yang
sah.

3. Kedua belah pihak harus memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam hukum
syariah seperti memiliki keberagaman agama dan keyakinan yang sah, tidak
dalam keadaan diharamkan, dan tidak terlibat dalam transaksi yang dilarang
oleh hukum syariah.

Selain persyaratan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, ada juga
persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengajuan sengketa ekonomi syariah di
Pengadilan Agama. Persyaratan ini antara lain:

1. Surat pengajuan sengketa yang ditandatangani oleh kedua belah pihak


yang terlibat sengketa.

2. Bukti-bukti yang relevan untuk mendukung keberatan yang diajukan oleh


kedua belah pihak.
3. Surat kuasa yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yang memberikan
hak kepada kuasa hukum untuk mewakili mereka dalam proses
penyelesaian sengketa di Pengadilan Agama.

Dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka sengketa ekonomi


syariah yang terjadi antara kedua belah pihak dapat diselesaikan di Pengadilan Agama
dengan lebih cepat dan efisien.

3.4. Proses Penyelesaian Sengketa

Proses penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama terdiri dari


beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap pengajuan sengketa, Kedua belah pihak yang terlibat dalam


sengketa ekonomi syariah harus mengajukan sengketa ke Pengadilan
Agama dengan menyerahkan berkas-berkas yang diperlukan, seperti surat
pengaduan, bukti-bukti transaksi, dan dokumen-dokumen lain yang
dianggap perlu.

2. Tahap pemeriksaan, Setelah sengketa ekonomi syariah diajukan ke


Pengadilan Agama, hakim akan melakukan pemeriksaan terhadap kedua
belah pihak yang terlibat dalam sengketa tersebut. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk
menentukan pemutusan yang adil.

3. Tahap penyelesaian sengketa, Setelah pemeriksaan selesai, hakim akan


mengeluarkan pemutusan yang merupakan solusi terbaik bagi kedua belah
pihak yang terlibat dalam sengketa tersebut. Pemutusan tersebut harus
memperhatikan prinsip-prinsip hukum syariah dan keadilan bagi kedua
belah pihak.

4. Tahap eksekusi pemutusan, Setelah pemutusan dikeluarkan, Pengadilan


Agama akan melakukan eksekusi terhadap pemutusan yang telah
dikeluarkan. Eksekusi ini bertujuan untuk menjamin agar pemutusan yang
telah dikeluarkan oleh Pengadilan Agama dapat terlaksana dengan baik.

Peran Pengadilan Agama dalam setiap tahap penyelesaian sengketa ekonomi


syariah adalah sebagai berikut:
1. Pada tahap pengajuan sengketa, Pengadilan Agama bertugas untuk
menerima dan mengecek kelengkapan berkas-berkas yang diajukan oleh
kedua belah pihak.

2. Pada tahap pemeriksaan, Pengadilan Agama bertugas untuk melakukan


pemeriksaan terhadap kedua belah pihak yang terlibat dalam sengketa
ekonomi syariah.

3. Pada tahap penyelesaian sengketa, Pengadilan Agama bertugas untuk


mengeluarkan pemutusan yang merupakan solusi terbaik bagi kedua belah
pihak yang terlibat dalam sengketa ekonomi syariah.

3.5. Kelebihan dan Kekurangan Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Agama

Kelebihan penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama adalah:

1. Cepat dan efisien: Penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan


Agama dianggap lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan penyelesaian
sengketa di Pengadilan Negeri yang biasanya membutuhkan waktu yang lebih
lama.

2. Mengacu pada prinsip-prinsip hukum syariah: Dalam penyelesaian sengketa


ekonomi syariah di Pengadilan Agama, prinsip-prinsip hukum syariah
dijadikan sebagai dasar pemutusan, sehingga dianggap lebih sesuai dengan
prinsip-prinsip yang diyakini oleh masyarakat yang mengikuti hukum syariah.

3. Menjamin keadilan bagi kedua belah pihak: Pengadilan Agama


memperhatikan keadilan bagi kedua belah pihak dalam penyelesaian sengketa
ekonomi syariah, sehingga dianggap lebih memenuhi kebutuhan dan
kepentingan yang adil bagi kedua belah pihak yang terlibat dalam sengketa
tersebut.

Poin kelima dalam outline tentang penyelesaian sengketa ekonomi syariah di


Pengadilan Agama adalah mengenai kelebihan dan kekurangan penyelesaian
sengketa tersebut di lembaga tersebut. Berikut ini adalah penjelasan lebih rinci
mengenai poin tersebut:

Kelebihan penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama adalah:


1. Cepat dan efisien: Penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan
Agama dianggap lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan penyelesaian
sengketa di Pengadilan Negeri yang biasanya membutuhkan waktu yang lebih
lama.

2. Mengacu pada prinsip-prinsip hukum syariah: Dalam penyelesaian sengketa


ekonomi syariah di Pengadilan Agama, prinsip-prinsip hukum syariah
dijadikan sebagai dasar pemutusan, sehingga dianggap lebih sesuai dengan
prinsip-prinsip yang diyakini oleh masyarakat yang mengikuti hukum syariah.

3. Menjamin keadilan bagi kedua belah pihak: Pengadilan Agama


memperhatikan keadilan bagi kedua belah pihak dalam penyelesaian sengketa
ekonomi syariah, sehingga dianggap lebih memenuhi kebutuhan dan
kepentingan yang adil bagi kedua belah pihak yang terlibat dalam sengketa
tersebut.

Kekurangan penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama


adalah:

1. Persyaratan yang harus dipenuhi: Ada beberapa persyaratan yang harus


dipenuhi oleh kedua belah pihak sebelum sengketa ekonomi syariah dapat
diselesaikan di Pengadilan Agama, seperti harus memiliki hubungan yang
terkait dengan transaksi ekonomi yang diatur dalam hukum syariah.

2. Keterbatasan dalam penyelesaian sengketa: Pengadilan Agama hanya dapat


menyelesaikan sengketa ekonomi syariah yang terkait dengan transaksi
ekonomi yang diatur dalam hukum syariah, sehingga tidak semua jenis
sengketa dapat diselesaikan di lembaga tersebut.

3. Keterbatasan wilayah: Pengadilan Agama hanya terdapat di beberapa wilayah


di Indonesia, sehingga tidak semua masyarakat dapat mengakses layanan
penyelesaian sengketa ekonomi sy

4. Kesimpulan (Conclusion)

1. Penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama merupakan salah


satu pilihan bagi masyarakat yang memiliki kepentingan dalam transaksi ekonomi
yang diatur dalam hukum syariah
2. Penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama memperhatikan
prinsip-prinsip hukum syariah dan keadilan bagi kedua belah pihak

3. Namun, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan proses yang harus
dilalui dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama.

Referensi (References)

Afrelian, M. I., & Furqon, I. K. (2019). Legalitas Dan Otoritas Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam Operasional Lembaga Keuangan
Syariah. JURNAL ILMIAH MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi, dan
Keagamaan, 6(1), 1-12.

Al Hakim, I. (2014). Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Pengadilan


Agama. Pandecta Research Law Journal, 9(2), 273-291.

Hariyanto, E. (2014). Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia. IQTISHADIA


Jurnal Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1), 42-58.

Kamal, M. (2011). Analisis terhadap Pemikiran Adiwarman Karim tentang Konsep


Mudharabah dalam Persfektif Ekonomi Islam (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Salam, S., & Marlina, A. (2021). Menguji Eksistensi Pengadilan Agama Dalam
Menyelesaikan Sengketa Ekonomi Syariah. Indonesian Journal of Criminal
Law, 3(1), 24-32.

Suadi, H. A., & SH, M. (2017). Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Teori dan Praktik
Ed Revisi (Vol. 1). Kencana.

Yanti, I. (2016). Quo Vadis Peradilan Agama dalam Pengembangan Hukum Ekonomi
Syariah di Indonesia. In Al-Risalah: Forum Kajian Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan (Vol. 16, No. 02, pp. 255-267).

Yona, R. D. (2014). Penyelesaian sengketa perbankan syariah di Indonesia. Economic:


Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, 4(1), 59-8

Anda mungkin juga menyukai