Anda di halaman 1dari 14

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH

MELALUI ARBITRASE
Disusun oleh :
1. Anisa Achmad Badmas (203300120002)
2. Afriandi Azhar (183124330070006)
3. Andrean Arie (183124330070030)
4. Eny Setya Ningrum (183124330070018)
5. Hendrik Samuel Siagian (183124330070028)
6. I Made Gede Chandra W. (183124330070007)
7. Mariano Gonggas (193300020002)
8. Rizqi Abi Ikrimah (183124330070005)
9. Sesgi Pratama Rensas (183124330070095)
PENDAHULUAN
• Dewasa ini penyelesaian sengketa atau konflik sebagian sudah mulai beralih ke
penyelesaian dengan cara non-litigasi yang dikenal dengan Penyelesaian Sengketa
Alternatif atau Alternative Dispute Resolution (ADR). Di Amerika dan di Australia
hampir 90 persen sengketa diselesaikan melalui non-litigasi, terutama di kalangan
usahawan.
• Demikian juga di Indonesia penyelesaian sengketa melalui lembaga ini sudah mulai
tampak, terutama di kalangan usahawan. Namun dalam konteks sengketa ekonomi
syariah, berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan para pegiat ekonomi
syariah umumnya lebih memilih jalur litigasi karena sulitnya eksekusi putusan
arbitrase syariah tanpa perintah Pengadilan.
• Kecendrungan ini dapat dilihat dari minimnya pengajuan arbitrase syariah ke
Basyarnas. Masyarakat umumnya kurang berminat menyelesaikan sengketa
ekonomi syariah melalui Basyarnas. Mereka lebih memilih jalur non-litigasi yang
lain, seperti mediasi, dan sejenisnya atau jalur litigasi.
2.RUMUSAN MASALAH

1) Apa saja macam penyelesaian sengketa di bidang


syariah?
2) Siapa pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa ekonomi
syariah?
3) Bagaimana mekanisme proses penyelesaian sengketa
pada bidang ekonomi syariah?
PENGERTIAN
• Istilah arbitrase berasal dari kata arbitrare (Latin), arbitage (Belanda/Perancis),
arbritation (Inggris) dan schiedspruch (Jerman, yang berarti kekuasaan untuk
menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan atau perdamaian melalui arbiter
atau wasit). Dalam literatur sejarah hukum Islam, arbitrase lebih identik dengan
istilah tahkim. Tahkim adalah pengangkatan seorang atau lebih sebagai wasit atau
juru damai oleh dua orang atau lebih yang bersengketa guna menyelesaikan
perkara yang mereka perselisihkan secara damai.
• Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui bahwa arbitrase dalam Islam
disebut dengan istilah tahkim yang berarti cara penyelesaian yang berada di luar
pengadilan dan bersifat privat, melibatkan pihak ketiga yang berwenang mengambil
keputusan dengan perjanjian tertulis dari pihak ketiga.
SEJARAH EKONOMI SYARIAH
• Ekonomi syariah pertama kali hadir di Indonesia ketika Bank Muamalat beroperasi pada
1991, yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia.pada 1992, Masa dual banking
system dimulai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
yang mendukung pendirian Bank Muamalat. Kemudian pada 1998, Perkembangan industri
keuangan syariah diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank
konvensional dapat melakukan kegiatan usaha sesuai prinsip syariah.
• Pada 2004, perkembangan sektor keuangan sosial syariah dengan memperbaiki tata kelola
keuangan sosial syariah melalui Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
Selanjutnya, pada 2008, dukungan pemerintah untuk jasa keuangan syariah dilanjutkan
melalui penerbitan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN dan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
• Kemudian pada 2011, Perkembangan sektor keuangan sosial syariah dengan memperbaiki
tata kelola keuangan sosial syariah melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat. Pada 2014, Pemerintah memberikan perlindungan dan jaminan negara
terhadap kehalalan produk dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
tentang Jaminan Produk Halal (JPH).
• Ekonomi syariah di Indonesia terus berkembang, pada 2016 terbentuk KNKS.
Selanjutnya di tahun 2017 Pemerintah membentuk Badan Penyelenggara Jaminan
Produk Halal (BPJPH) untuk melaksanakan proses JPH. Pada 2019, JPH Mulai
diberlakukan dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan Masterplan Ekonomi
Syariah Indonesia 2019-2024 yang terinisiasi oleh Komiter Nasional Ekonomi dan
Keuangan Syariah (KNEKS).
• Tahun 2021 ekonomi syariah di Indonesia semakin berkembang pesat, Pemerintah
menerbitkan berbagai regulasi seperti regulasi jaminan produk halal diperbaharui
dengan Undang-Undang Cipta Kerja yang dilaksanakan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal.
• Selanjutnya pada 25 Januari 2021, pemerintah meluncurkan Gerakan Nasional
Wakaf Uang dan Brand Ekonomi Syariah, lalu pada 1 Februari 2021, Bank Syariah
Indonesia resmi terbentuk.
DASAR HUKUM ARBITRASE
• Dasar hukum bagi keharusan bertahkim adanya anjuran Al-Quran tentang perlunya
perdamaian yaitu QS. Al Hujurat ayat 9.
• Berpedoman pada undang-undang, keberadaan arbitrase dalam Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman terdapat di dalam penjelasan Pasal 58, 59 Ayat
(1), (2), (3), Pasal 60 Ayat (1), (2), (3) dan Pasal 61 yang menyebutkan bahwa ketentuan
mengenai arbitrase dan penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58, Pasal 59, dan Pasal 60 diatur dalam undang- undang Bab XII Penyelesaian
Sengketa Di Luar Pengadilan Pasal 58 Upaya penyelesaian sengketa perdata dapat
dilakukan di luar pengadilan negara melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.
• Arbitrase Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dan dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor
30 Tahun 1999
Pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa ekonomi syari’ah yaitu:

1)Lembaga keuangan syari’ah


Lembaga Keuangan Syari'ah adalah sebuah lembaga keuangan yang prinsip operasinya
berdasarkan pada prinsip-prinsip syari'ah Islamiah.
2)Lembaga pembiayaan syari’ah
Lembaga pembiayaan di Indonesia diatur berdasarkan Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988
tentang Lembaga Pembiayaan yang disempurnakan dengan Peraturan Presiden RI No. 9
Tahun 2009 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
3)Nasabah
Nasabah yaitu pelanggan (costumer) yaitu individu atau perusahaan yang mendapatkan
manfaat atau produk dan jasa dari sebuah perusahaan perbankan, meliputi kegiatan
pembelian, penyewaan serta layanan jasa.
4)Orang yang beragama islam
Orang yang beragama islam yang melakukan usaha yang mana dalam akad perjanjian
menyatakan bahwa kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
E.Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah
a.Penyelesaian sengketa ekonomi syariah secara litigasi
• Penyelesaian sengketa ekonomi syariah merupakan kompetensi dan kewenangan
Pengadilan Agama yang didasarkan pada Penjelasan point (1) Pasal 49 Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama, serta ditegaskan kembali dalam Pasal 55 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang
menyatakan apabila terjadi sengketa di bidang perbankan syariah, maka
peyelesaian sengketa diajukan ke Pengadilan Agama. Dalam hal ini Pengadilan
agama mempunyai hak dan wewenang untuk menerima, mengadili, dan
menyelesaikannya.
• Dalam hal memeriksa perkara ekonomi syariah khususnya perkara perbankan
syariah, ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu : Pertama, pastikan lebih dahulu
perkara tersebut bukan perkara perjanjian yang mengandung klausula arbitrase.
Kedua, Pelajari secara cermat perjanjian (akad) yang mendasari kerjasama antar
para pihak.
b. Penyelesaian sengeketa ekonomi syariah secara Non Litigasi

• Non Litigasi, yaitu melalui lembaga di luar pengadilan meliputi, yang paling populer
adalah Badan Arbitrase Syariah Nasional (“Basyarnas”), namun tidak menutup
kemungkinan diselesaikan melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa, dan
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
• Sejatinya, arbitrase syariah merupakan penyelesaian sengketa antara pihak-pihak
yang melakukan akad dalam ekonomi syariah, di luar jalur pengadilan untuk
mencapai penyelesaian terbaik ketika upaya musyawarah tidak menghasilkan
mufakat. Arbitrase ini dilakukan dengan menunjuk dan memberi kuasa kepada
badan arbitrase untuk memberi keadilan dan kepatutan berdasarkan syariat Islam
dan prosedur hukum yang berlaku. Putusan arbitrase syariah bersifat final dan
mengikat (binding).
• Penyelesaian sengketa melalu Non-litigasi (Basyarnas)
memiliki kelebihan, salah satunya adalah diorientasikan
pada win-win solution, yaitu kemenangan bagi kedua
belah pihak. Di samping itu, putusan arbitrase diucapkan
dalam waktu yang relatif cepat, yaitu paling lama 30 hari
setelah pemeriksaan ditutup. Lebih lanjut, para pihak
berhak menentukan pilihan hukum yang akan berlaku,
sehingga arbitrase ini biasa disebut dengan the law of
parties ialah penyelesaian sengketa dengan hukum
sesuai dengan kehendak kedua belah pihak.
• Selain kelebihan, dalam penyelesaian sengketa
Basyarnas memiliki kekurangan berupa tidak adanya
upaya hukum banding, kasasi atau peninjauan kembali
karena mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat
para pihak. Namun, putusan arbitrase dapat dibatalkan
oleh Pengadilan Agama. Basyarnas juga tidak berwenang
melakukan eksekusi putusan, melainkan dilakukan oleh
Pengadilan Agama. Kelemahan arbitrase lainnya adalah
bahwa untuk dapat diselesaikan dengan arbitrase hanya
jika para pihak rela dan bersedia untuk datang bersama
dan mempercayakan lembaga arbitrase untuk
menyelesaikannya.
KESIMPULAN
• Semenjak berdirinya Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) sudah
banyak putusan yang dikeluarkan. Putusan-putusa tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Tentu saja hal ini terkait dengan mudanya
usia praktik ekonomi syariah di Indonesia beserta lembaga penyelesaian
sengketa ekonominya. Prinsip keadilan dan perdamaian merupakan bagian
pertimbangan penting dari putusan-putusan basyarnas.
• Peradilan agama memiliki otoritas yang kuat dalam menyelesaikan sengketa
ekonomi Syariah saat ini. Tidak ada alasan yang kuat bagi para pencari keadilan
dalam sengketa ekonomi syariah untuk berpaling dari peradilan agama dalam
menyelesaikan sengketa ekonomi syariah. Tentu di masa depan peradilan
agama harus memiliki kapasitas yang lebih dalam menyelesaikan sengketa
ekonomi syariah yang lebih kompleks lagi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai