Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA NASABAH

DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL TERKAIT

TIMBULNYA PERMASALAHAN HUKUM

DI KABUPATEN LABUHANBATU

A. Pengertian Sengketa Perbankan

Sengketa adalah perbedaan kepentingan antar individu atau lembaga pada

objek yang sama yang dimanifestasikan dalam hubungan-hubungan di antara

mereka. Nah, sengketa yang sering terjadi salah satunya adalah sengketa tanah.

Sengketa tanah biasanya kerap terjadi tidak hanya antar individu saja, namun juga

antar kelompok.

Pengertian bank adalah badan atau lembaga yang menerima kredit, di

mana bank menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito

berjangka, dan tabungan.

Menurut Malayu S.P Hasibuan bahwa: “Bank adalah lembaga keuangan,

pencipta uang, pengumpul dana dan penyalur kredit, pelaksanaan lalu lintas

pembayaran, stabilisator moneter serta dinamisator pertumbuhan perekonomian.

Sengketa perbankan adalah perselisihan antara konsumen dengan lembaga

jasa keuangan dalam kegiatan perbankan.

Penyelesaian sengketa bank konvensional melakukan penyelesaian

sengketa melalui negosiasi. Bila negosiasi tidak dapat dilaksanakan, maka

penyelesaiannya melalui pengadilan negeri setempat. Sedangkan penyelesaian

68
69

sengketa perbankan syariah dapat dilakukan melalui dua jalur, baik jalur litigasi

maupun non litigasi.

Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan

dalam lingkungan Peradilan Agama. Dalam hal para pihak telah memperjanjikan

penyelesaian sengketa selain, penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi

akad.

Munir Fuady merumuskan hukum perbankan adalah seperangkat kaidah

hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudesi, doktrin, dan

lain-lain sumber hukum, yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai

lembaga dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi

oleh suatu bank, prilaku petugas bank.

Menurut G.M Verryn Stuart, Bank sebagai suatu badan usaha yang

bertujuan memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri

atau dengan uang yang diperolehnya dari nasabah, maupun dengan jalan

mengedarkan alat-alat penukaran baru berupa uang giral.

B. Penyelesaian Sengketa Perbankan

Permasalahan atau sengketa sering terjadi di kehidupan bermasyarakat.

Permasalahan atau sengketa biasanya banyak terjadi pada berbagai lini kegiatan

ekonomi dan bisnis. Perbedaan pendapat, benturan kepentingan, hingga rasa takut

dirugikan kerap menjadi sebab permasalahan atau sengketa tersebut terjadi.

Penyelesaian sengketa terdiri dari dua cara yaitu melalui litigasi

(pengadilan) dan non litigasi (luar pengadilan). Dalam proses penyelesaian


70

sengketa melalui litigasi merupakan sarana terakhir (ultimum remidium) bagi para

pihak yang bersengketa setelah proses penyelesaian melalui non litigasi tidak

membuahkan hasil.

Menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, penyelesaian sengketa melalui

non litigasi (luar pengadilan) terdiri dari 5 cara yaitu:1

1. Konsultasi: suatu tindakan yang dilakukan antara satu pihak dengan pihak

yang lain yang merupakan pihak konsultan

2. Negosiasi: penyelesaian di luar pengadilan dengan tujuan untuk mencapai

kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis

3. Mediasi: penyelesaian melalui perundingan untuk mencapai kesepakatan

di antara para pihak dengan dibantu oleh mediator

4. konsiliasi: penyelesaian sengketa dibantu oleh konsiliator yang berfungsi

menengahi para pihak untuk mencari solusi dan mencapai kesepakatan di

antara para pihak.

5. Penilaian Ahli: pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan

sesuai dengan bidang keahliannya.

Akan tetapi dalam perkembangannya, ada juga bentuk penyelesaian di luar

pengadilan yang ternyata menjadi salah satu proses dalam penyelesaian yang

dilakukan di dalam pengadilan (litigasi). Contohnya mediasi. Dari pasal tersebut

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_sengketa
71

kita ketahui bahwa mediasi itu adalah penyelesaian di luar pengadilan, akan tetapi

dalam perkembangannya, mediasi ada yang dilakukan di dalam pengadilan.2

Mediasi Perbankan diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 10/1/PBI/2008 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang mediasi perbankan. Mediasi perbankan

merupakan proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk

membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam

bentuk kesepakatan terhadap sebagian atau seluruh permasalahan yang

disengketakan secara cepat, efisien, dan murah. Mediasi perbankan

dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan ataupun Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa yang dimuat dalam daftar Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Peraturan mediasi perbankan dibuat dalam rangka menciptakan rasa

keadilan bagi masyrakat, terutama nasabah. Rasa keadilan bagi nasabah

menjadi fokus penting dalam peraturan mediasi dikarenakan industri

perbankan sangat tergantung pada rasa kepercayaan masyarakat. Apabila

rasa kepercayaan terhadap bank berkurang atau hilang, maka dunia

perbankan akan mengalami goncangan yang pada akhirnya akan memberi

pengaruh buruk pada ekonomi nasional.

Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang dimuat dalam daftar

Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Otoritas Jasa keuangan.

2
Ibid
72

Mediasi Perbankan Mediasi Perbankan diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan dan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang mediasi perbankan. Mediasi perbankan

merupakan proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk

membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam

bentuk kesepakatan terhadap sebagian atau seluruh permasalahan yang

disengketakan secara cepat, efisien, dan murah. Mediasi perbankan

dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan ataupun Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa yang dimuat dalam daftar Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Peraturan mediasi perbankan dibuat dalam rangka menciptakan rasa

keadilan bagi masyrakat, terutama nasabah. Rasa keadilan bagi nasabah

menjadi fokus penting dalam peraturan mediasi dikarenakan industri

perbankan sangat tergantung pada rasa kepercayaan masyarakat. Apabila

rasa kepercayaan terhadap bank berkurang atau hilang, maka dunia

perbankan akan mengalami goncangan yang pada akhirnya akan memberi

pengaruh buruk pada ekonomi nasional.

Mediasi perbankan bertujuan untuk memecahkan kebuntuan dan

kelemahan litigasi tersebut dengan berupaya memberikan cara yang lebih

memenuhi rasa keadilan terhadap pihak-pihak yang bersengketa. Lebih

terpenuhinya rasa keadilan dalam sebuah proses mediasi, dapat diuraikan

sebagai berikut:
73

1. Proses mediasi didasarkan pada prinsip acara yang sederhana sehingga

waktu yang diperlukan relatif cepat. Kondisi ini adil bagi nasabah

maupun bank.

2. Dalam proses mediasi para pihak ditempatkan pada posisi yang setara

dan memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi secara

langsung.

3. Mediator yang menengahi sengketa para pihak ditunjuk berdasarkan

kesepakatan para pihak.

4. Mediator yang ditunjuk adalah orang yang benar-benar memiliki

pengetahuan dan keahlian dalam sengketa para pihak, serta tidak

memiliki kepentingan adapun terhadap sengketa, sehingga netralitas

dan objektifitas mediator lebih dipercaya, jika dibandingkan dengan

hakim pengadilan atau arbitrase.

5. Penyelesaian atas sengketa diputuskan sendiri oleh para pihak yang

bersemgketa, tidak ada intervensi pihak lain. Intervensi mediator hanya

sebagai pengarah untuk mempertemukan kesepakatan pihak-pihak

yang bersengketa. Oleh karena itu, kesepakatan penyelesaian sengketa

selalu bercorak win-win solution.

6. Pelaksanaan hasil kesepakatan mediasi oleh para pihak dilakukan

secara sukarela tanpa ada paksaan, karena pelaksanaan tersebut lahir

sebagai kewajiban berdasarkan kesepakatan bersama. Dengan cara ini

pihak yang melaksanakan kewajiban, melakukannya bukan karena


74

adanya paksaan putusan, tetapi sebagai suatu kewajiban yang

disadarinya.

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/1/PBI/2008 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/5/PBI/2006 Tentang mediasi perbankan dinyatakan bahwa mediasi di

bidang perbankan dilakukan oleh lembaga mediasi perbankan independen

yang dibentuk oleh asosiasi perbankan, maka Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa perbankan diharapkan dapat membantu dan

mempermudah nasabah dalam penyelesaian sengketa. Harapan adanya

lembaga mediasi perbankan membantu mencari jalan keluar/alternatif

penyelesaian sengketa secara sederhana, murah cepat dan efisien. Lembaga

mediasi perbankan berperan dalam melindungi dan menjamin agar nasabah

tidak mengalami kerugian akibat tindakan bank yang salah.

C. Faktor-Faktor Timbulya Sengketa Perbankan Konvesional

Alternatif penyelesaian sengketa adalah suatu bentuk penyelesaian

sengketa diluar pengadilan berdasarkan kata sepakat (konsensus) yang dilakukan

oleh para pihak yang bersengketa baik tanpa ataupun dengan bantuan para pihak

ketiga yang netral. Ada beberapa jenis faktor timbulnya sengketa secara umum,

yaitu:

1. Sengketa segi teknis, yaitu sengketa yang terjadi akibat dari masalah

teknis di lapangan.
75

2. Sengketa segi administratif yaitu sengketa yang terjadi akibat dari masalah

administratif.

3. Sengketa segi hukum yaitu sengketa yang terjadi akibat dari masalah

hukum.

Faktor-faktor yang lain mempengaruhi efektivitas pelaksanaan mediasi

penyelesaian sengketa perdata di Pengadilan adalah Substansi hukum, Struktur

hukum, Budaya hukum, Sarana dan prasarana, dan Kesadaran hukum masyarakat.

Adapun factor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Substansi hukum

Substansi hukum meliputi materi hukum yang diantaranya dituangkan

dalam peraturan perundang-undangan. Struktur hukum menyangkut

kelembagaan (institusi) pelaksana hukum, kewenangan lembaga dan

personil (aparat penegak hukum). Sedangkan kultur hukum menyangkut

perilaku (hukum) masyarakat. Adapun, yang dimaksud dengan substansi

hukum (legal substance) adalah aturan atau norma yang merupakan pola

prilaku manusia dalam masyarakat yang berada dalam sistem hukum

tersebut. Sebagai contohnya: Pengemudi yang melebihi batas kecepatan

akan dikenakan denda.

2. Struktur hukum

Struktur hukum lebih menekankan kepada kinerja aparatur hukum serta

sarana dan prasarana hukum itu sendiri, substansi hukum menyangkut

segala aspek-aspek pengaturan hukum atau peraturan perundang-


76

undangan, dan budaya hukum menyangkut perilaku para pengemban hak

dan kewajiban antara lain perilaku aparat penegak hukum.

3. Budaya hukum

Budaya hukum adalah tanggapan umum yang sama dari masyarakat

tertentu terhadap gejala-gejala hukum. Tanggapan itu merupakan kesatuan

pandangan terhadap nilai-nilai dan perilaku hukum.

4. Sarana atau prasarana

Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain mencakup tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang

memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya. Dengan kata lain, secara

umum dari pengertian sarana lebih ditujukan untuk alat atau benda-benda

yang bergerak sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk alat atau benda-

benda yang tidak bergerak. Mengapa sarana dan prasarana memiliki

pengaruh terhadap berlakunya hukum, karena Sarana berpengaruh

terhadap hukum karena sarana berperan penting untuk mewujudkan

keteraturan hingga melahirkan adanya peraturan. Dengan adanya

keteraturan maka hukum bisa ditegakkan yaitu berupa pemberian sanksi

jika ada yang melanggar peraturan

5. Kesadaran hukum

Kesadaran hukum dapat diartikan sebagai kesadaran seseorang

atau suatu kelompok masyarakat kepada aturan-aturan atau hukum yang

berlaku.Kesadaran hukum sangat diperlukan oleh suatu masyarakat. Hal


77

ini bertujuan agar ketertiban, kedamaian, ketenteraman, dan keadilan dapat

diwujudkan dalam pergaulan antar sesama.

D. Penyelesaian Sengketa Perbankan Konvensional di Kabupaten Labuhan

Batu

Konflik atau sengketa terjadi karena adanya perbedaan persepsi yang

merupakan penggambaran tentang lingkungan yang dilakukan secara sadar yang

didasari pengetahuan yang dimiliki seseorang, dimana lingkungan yang dimaksud

adalah lingkungan fisik maupun sosial.

Permasalahan hukum salah satu bentuk konflik atau sengketa yang terjadi

di lingkungan masyarakat, terkhususnya konflik atau sengketa antara nasabah

dengan salah bank konvensional yang berada di wilaya kabupaten labuhan batu.

Banyak permalahan hukum yang terjadi antara nasabah sebagai debitur

dan perbankan sebagai kreditur, sebagai nasabah suatu perbankan tentu

masyarakat harus memenuhi criteria untuk menjadi konsumen perbankan

konvensional, begitu pula dalam hal nasabah meminjam modal atau dana dengan

jaminan anggunan baik berupa BPKB atau SHM sebagai syarat utama dalam

pencairan dana dari salah satu lembaga keuangan yang menyediakan jasa

peminjaman.

Permasalahan hukum sering timbul dan terjadi antara pihak nasabah

dengan bank. Dipantau dari beberapa media online, mulai media nasional dan

media lokal di labuhantu, ada beberapa permasalahan yang muncul, diantaranya

sebagai berikut:
78

1. “Nasabah Bank Sumut Cabang Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara merugi

puluhan juta rupiah, dampak diduga Bank plat merah di Provinsi Sumut

tersebut melakukan pemblokiran sepihak terhadap nasabah,” Kamis, 09

Febuari 2023. Sebagaimana dikutip dari www.Metro24sumut.com.3

Terkait kasus pemblokiran yang dilakukan pihak Bank Sumut Cabang

Lima Puluh, yaitu sebagai berikut :

Nanda sebagai nasabah bank Bank Sumut Cabang Lima Puluh,

mengatakan “Akibat blokir itu sembako (beras) tersebut gak bisa dibeli oleh

suami saya, sehingga kami rugi 60jt”, Kemudian kami menanyakan prihal

Blokir rekening tersebut kepada petugas Bank Sumut di Lima Puluh, Namun

petugas tersebut tak memberikan penjelasan yang jelas, dan mengatakan

sudah di buka Blokirnya. Kejadian tersebut terjadi pada saat waktu ATM

ingin digunakan oleh suaminya nanda membayar sembako (Beras) pada hari

kamis tanggal 09 febuari 2023, ternyata di ATM ada pemberitahuan blokir

rekening saldo seluruhnya, dan nasabah sangat terkejut, dan pihak bank tidak

ada pemberitauhan informasi sebelumnya terkait akan diblokir tabungan

nanda, ini merupakan kelalaian dari pihak bank SUMUT.

2. “Sertifikat Tak Kunjung Kembali, Kadam Laporkan Bank Mega Cabang

Rantauprapat,” sertifikat Hak Milik yang diagunkan di bank tersebut setelah

penyelesaian untuk pelunasan kredit tersebut, tidak dikembalikan oleh pihak

3
https://metro24sumut.com/2023/02/10/diduga-blokir-rekening-sepihak-bank-sumut-
rugikan-nasabah-puluhan-juta/ diakses pada tanggal 31 Januari 2023
79

Mega. Selasa, 09 Agustus 2022. Sebagaimana dikutip dari

www.sepindonesia.com.4

Terkait kasus laporan Kadam sebagai nasabah Bank Mega Ke Polres

Labuhanbatu yaitu sebagai berikut :

“Setelah melakukan pelunasan atas pinjamannya, akan tetapi

Sertifikat Hak Milik Tanah yang jadi jaminan belum juga di kembalikan oleh

Bank Mega sebagai pemberi pinjaman (Kreditur).” Berdasarkan itu, jika

debitur telah melakukan pelunasan atas pinjamannya, maka jaminan tersebut

harus sudah di kembalikan kepada nasabah ( debitur) oleh Bank pemberi

pinjaman ( Kreditur ), dan pihak Bank Mega tidak boleh menahan nahan

jaminan agunan tersebut, jika tidak diberikan pihak kreditur maka sudah

melakukan perbuatan melawan hukum, dan bisa di pidana secara hukum.

3. “Diduga Hilangkan Agunan Nasabah, Bank BRI Unit Labuhan Kota Pinang

Dilaporkan Ke Polisi,” Jumat, 18 Maret 2022. Sebagaimana dikutip dari

www.Metro24sumut.com.5

Terkait kasus Kasus dugaan menghilangkan agunan (barang

berharga) nasabah oleh pihak BRI Unit Cabang Labuhan kotapinang,

kabupaten Labubanbatu Selatan, yaitu sebagai berikut :

Nasabah mengatakan “Saya ambil kredit di Bank BRI Unit Labuhan

pada tahun 2014 yang lalu dan sudah saya lunasi pada tahun 2017 lalu,

namun sertifikat yang menjadi jaminan belum juga dikembalikan pihak Bank

4
https://www.sepindonesia.com/news/sertifikat-tak-kunjung-kembali-kadam-laporkan-
bank-mega-cabang-rantauprapat/ diakses pada tanggal 31 Januari 2023
5
https://metro24sumut.com/2022/03/18/diduga-hilangkan-agunan-nasabah-bank-bri-unit-
labuhan-kota-pinang-dilaporkan-ke-polisi/ diakses pada tanggal 31 Januari 2023
80

hingga saat ini dengan alasan sertifikat yang saya agunkan ada ditangan

Notaris yang bekerjasama dengan Bank BRI Unit Labuhan kotapinang,

sehingga pihak bank masih menunggu jawaban dari Notaris.” Berdasarkan

kasus tersebut tentu nasabah bank konvensional tersebut mengalami kerugian

materil maupun immaterial, dimana selaku petani atas kehilangan jaminan

surat itu. Bank dalam statusnya sebagai kreditur diduga sudah dengan sengaja

menghilangkan jaminan atau agunan kredit,

E. Pengawasan Sektor Perbankan Dalam Menyelenggarakan Tugas Terbaik

Dari permaslaha hukum yang terjadi antara Nasabah debitur dengan pihak

perbankan Konvensional, dapat ditelusuri apa yang menjadi permasalahan dan apa

yang menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan hukum, oleh Karena itu

perlu pengawasan di sektro perbankan konvensional agar terwujudnya

penyelenggaraan gugas perbankan yang baik.

Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

Dalam melaksanakan fungsi Bidang Pengawasan Sektor Perbankan

menyelenggarakan tugas pokok:6

1. Melakukan penelitian dalam rangka mendukung pengaturan bank dan

pengembangan sistem pengawasan bank;

6
https://suararakyat.online/2023/02/20/beriman-panjaitan-sh-perbankan-konvensional-
dan-tugasnya-labuhanbatu-raya/
81

2. Melakukan pengaturan bank dan industri perbankan;

3. Menyusun sistem dan ketentuan pengawasan bank;

4. Melakukan pembinaan, pengawasan, dan pemeriksaan bank;

5. Melakukan penegakan hukum atas peraturan di bidang perbankan;

6. Melakukan pemeriksaan khusus dan investigasi terhadap penyimpangan

yang diduga mengandung unsur pidana di bidang perbankan;

7. Melaksanakan remedial dan resolusi bank yang memiliki kondisi tidak

sehat sebagai tindak lanjut dari hasil pengawasan bank yang normal;

8. Mengembangkan pengawasan perbankan;

9. Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbankan; dan

10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner

Supaya lebih meningkatkan pelayanan kemasyarakat atau kreditur lebih

profesional mengingat banyak masalah yang ada dimasyarakat yang berkaitan

dengan bank.

Salah satu wujud kesensitifan tersebut ditunjukkan lewat prinsip 5C bank,

tetapi dalam Perbankan Mikro lebih di kenal dengan 3 C yang terdiri dari :7

1. Character ( Karakter)

Prinsip ini dilihat dari segi kepribadian atau karakter calon peminjam /

nasabah. Dengan cara Survey Lingkungan ( Trade Checking) dengan para

tetangga ( Kepala Lingkungan, Warga sekitar dan tokoh masyarakat) dan

tempat usaha nasabah.

2. Capacity (Kemampuan Bayar/ Usaha)

7
https://suararakyat.online/2023/02/20/beriman-panjaitan-sh-perbankan-konvensional-
dan-tugasnya-labuhanbatu-raya/
82

Yakni terkait akan kondisi aset dan kekayaan yang dimiliki calon

peminjam, khususnya nasabah yang mempunyai sebuah usaha. Dimana

dalam pinjaman untuk pengembangan usaha ada 2 tujuan pinjaman

tersebut yakni Pinjaman Kredit Investasi dan Pinjaman kredit Modal Kerja

Usaha

3. Collateral. (Jaminan / Baik Benda Bergerak maupun benda tidak

bergerak)

Umumnya, semakin besar nilai agunan atau jaminan yang diberikan untuk

pengajuan pinjaman maka akan semakin besar pula poin penilaiannya

(Pinjaman yang akan di berikan kepada si pegusaha).

Maka sesuai dengan ketentuan yang ada, pihak bank bisa saja menyita aset

yang telah dijanjikan sebelumnya sebagai sebuah jaminan, dengan menggunakan

lelang jaminan yang telah diatur oleh UU Hak Tanggungan No.4 tahun 1996

untuk benda tidak bergerak ( Kebun, Rumah, Hotel, Pulau, Pabrik dsbnya) dan

UU Fidusia untuk benda yang bergerak seperti Mobil, Sepeda Motor, Pesawat

Terbang, Kapal Laut.

Apraisal jaminan, untuk penilaian suatu jaminan ini harus memiliki

kompetensi dalam menilai jaminan yang akan di berikan nasabah kepada

Perbankan, Prinsip kehati-hatian harus di miliki oleh seorang appraisal Penilaian

Bank, sehingga jika terjadi kredit macet maka jaminan tersebut laku di jual,

dimana selalu terjadi pada kredit macet, pada penilaian jaminan ini selalu terjadi

kesalahan penilaian appraisal sehingga jaminan tersebut sukar untuk di jual.


83

Mengapa sering terjadi Kredit Macet, tentu ada beberapa yang

menyebabkan hal itu terjadi, misalnya dikarenaka:

1. Over finance kapasitas (Kelebihan Pinjaman), sehingga nasabah tidak

memiliki kemampuan untuk membayar angsuran pinjaman.

2. Side Streaming (Penyalahgunaan tujuan pinjaman), dimana tujuan

pinjaman tersebut selalu di gunakan untuk Modal kerja usaha dan

investasi usaha, tetapi di gunakan oleh nasabah untuk kebutuhan

konsumtif (Poya-poya).

Apa yang menjadi jaminan dalam suatu proses pinjaman, sering menjadi

tidak laku di jual, ini yang selalu terjadi pada bisnis perbankan mikro. Kurang

prinsip kehati-hatian Apraisal jaminan di dalam menilai suatu jaminan. Dapat

dilihat pada beberapa kasus yang terjadi dilapangan misalnya:

1. Kasus dugaan hilangnya jaminan kreditur di bank labuhan batu

2. Lelang jaminan tanpa diketahui kreditur oleh Bank di labuhan batu

3. pengambilan jaminan dipersulit bank di labuhan batu padahal Kredit

Sudah lunas

Sesuai dengan peraturan OJK ada yang salah dalam hal proses perbankan

ini jika pinjamannya sudah lunas, walaupun kredit itu macet (Kolektibilitas), di

mana proses tersebut di tangani bagian divisi recovery, pasti ada yang salah dalam

proses pembuatan memo pelunasan tersebut, dimana memo pelunasan itu sampai

saat ini belum di tanda tangani karena di sistem online RTGS pelunasannya belum
84

jalan alias belum terdebet ke sistem loan pelunasan rekening bank penampung,

sehingga terjadi kelambanan dalam proses penandatanganan memo pelunasan

pinjaman debitur tersebut.

Seharusnya jika nasabah sudah lunas lakukan memo pelunasan sesuai

prosudur yg berlaku dan perjajian Akat kredit awal. Jika ada dokumen tambahan

yg akana dilengkapi bantu mereka jgn persulit. Karena nasabah adalah mitra bank,

jangan dipermainkan denan administrasi yang panjang, dan bank harus makukan

pendekatan dan upaya, jangan langsung mengadakan lelang sepihak tanpa

pemberitahuan dan melibatkan nasabah kreditur, karena mereka (nasabah

kreditur) juga punya hak.

Perlindungan hukum terhadap nasabah dapat diberikan sebelum terjadinya

sengketa yang dapat diupayakan oleh bank itu sendiri dalam bentuk begaimana

bank tersebut menjalankan usahanya dengan prinsip kehati-hatian. Sedangkan

perlindungan terhadap nasabah setelah sengketa dapat diartikan bahwa

perlindungan yang diberikan kepada nasabah setelah terjadinya sengketa. Nasabah

dikatakan mendapatkan perlindungan hukum bila terjadi sengketa antara nasabah

dengan lembaga perbankan maka ada mekanisme tertentu yang disediakan bagi

nasabah untuk mendapatkan haknya.

Anda mungkin juga menyukai