Anda di halaman 1dari 5

Penyelesaian Sengketa

 Prinsip Syariah

Prinsip Syariah diatur pada Pasal 1 angka 12 Undang-undang nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah yang menjelaskan bahwa Prinsip Syariah adalah Prinsip Hukum
Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

 Ruang Lingkup Ekonomi Syariah


- Bank syari’ah.
- Lembaga keuangan mikro syari’ah.
- Asuransi syari’ah.
- Reasuransi syari’ah.
- Obligasi syari’ah & surat berharga berjangka menengah syari’ah.
- Pembiayaan syari’ah.
- Pegadaian syari’ah.
- Dana pensiun lembaga keuangan syari’ah.
- Bisnis syari’ah

Perluasan menurut PERMA No. 14 / 2016 :

1. Eksekusi hak tanggungan dan fidusia berdasarkan akad syariah.


2. Eksekusi Pelaksanaan putusan arbitrase syariah.
3. Pembatalan putusan arbitrase syari’ah.

 Pengertian Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian Sengketa merupakan suatu proses perbuatan meyelesaikan suatu


perbedaan pendapat, pertengkaran, perbantahan ataupun perselisihan (yang kemudian bisa
menjadi suatu perkara di pengadilan).

Sebab-Sebab Timbulnya Permasalahan Pembiayaan Dan Perselisihan Bank dan Nasabah


 Default ( Cedera Janji Nasabah )
 Nasabah menyampaikan data atau dokumen atau surat yang tidak asli, isi tidak benar,
palsu atau dipalsukan.
 Nasabah melakukan penyimpangan penggunaan dana.
 Nasabah melaksanakan kewajiban tidak tepat waktu.
 Nasabah melaksanakan kewajiban tetapi tidak penuh.
 Nasabah tidak melaksanakan kewajiban, baik karena kelalaian maupun kesengajaan.
 Nasabah melanggar larangan atau pembatasan yang disepakati untuk tidak dilakukan.

Akibat Cidera Janji

- Pembatalan perjanjian.
- Pembiayaan secara seketika kepada nasabah.
- Pembatalan perjanjian disertai tuntutan pelunasan pembiayaan secara seketika.

 Force Majeur ( Keadaan Kahar)


Force Majeur atau keadaan kahar adalah kejadian yang luar biasa yang menimpa
nasabah atau usaha nasabah yang menurut sifat kejadiannya tidak dapat dicegah atau
dihindari oleh siapapun juga dengan kemampuan manusia pada umumnya.

Contoh : Bencana alam, peperangan, musibah yang menimpa nasabah, dll.

 Harship
Unsur untuk menentukan Hardship:
1. Perubahan keseimbangan kontrak secara fundamental.
2. Meningkatnya biaya pelaksanaan kontrak.
3. Menurunnya nilai pelaksanaan kontrak yang diterima salah satu.

 Perselisihan
Perselisihan yang timbul sehubungan dengan perjanjian dan pelaksanaannya
diselesaikan secara bertahap, yaitu : Secara musyawarah atau perdamaian dapat ditempuh
melalui:
1. Upaya penyehatan melalui restrukturing, rescheduling atau reconditioning.
2. Upaya penyelesaian damai melalui penjualan asset oleh nasabah atau pengambil alihan
asset secara damai oleh bank untuk dijual (Ibra).
3. Upaya damai melalui arbitrase (Al Tahkim).
4. Melalui Litigasi sesuai hukum acara yang berlaku di Negara Republik Indonesia (Al
Qadli).

 Tata Cara Penyelesaian Perkara Ekonomi Syariah


 Acara Sederhana.
Mengacu pada PERMA No. 2 Tahun 2015, tentang tata cara penyelesaian gugatan
sederhana.
 Acara Biasa (Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah dengan Mediasi).
- Mengumpulkan dan menganalisa data.
- Perencanaan mediasi.
- Inventarisasi permasalahan.
- Mengembangkan opsi-opsi solusi.
- Pendekatan dengan cara menghasilkan opsi.
- Kesepakatan.
- Penyusunanan kesepakatan perdamaian.

Pencantuman klasula penyelesaian sengketa dalam akad perbankan syariah pada


putusan mahkamah konstitusi Republik Indonesia nomor : 93/PUU-X/2012.

Pengaturan klasula mengenai forum penyelesaian perselisihan dalam suatu perjanjian


oleh para pihak yang terikat di dalamnya tunduk pada asas kebebasan berkontrak yang bersifat
universal dan konsensual. Di Indonesia, asas ini menjelma dalam ketentuan pasal 1338 KUH
Perdata tentang Kebebasan Berkontrak.

Suatu klasula penyelesaian sengketa merupakan seperangkat pengaturan dalam


perjanjian yang dibuat untuk menetukan bagaimana cara pihak menyelesaikan sengketa di
antara mereka.

Dalam Pasal 55 di Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008

 Ayat (1) :
“ Penyelesaian sengketa perbankan syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan
peradilan agama”.
 Ayat (2) :
“Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad”.
 Ayat (3) :
“Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan
dengan Prinsip Syariah.

Penjelasan Pasal 55 ayat (2) yang dimaksud dengan penyelesaian sengketa sesuai dengan
isi akad adalah upaya sebagai berikut :

- Musyawarah,
- Mediasi perbankan,
- Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas), atau lembaga arbitrase lain.
- Melalui pengadilan dalam lingkungan peradilan umum;

Penjelasan pasal 55 ayat (2) tersebut oleh Mahkamah Konstitusi telah dinyatakan
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Dengan demikian penyelesaian sengketa perbankan syariah masih diperkenankan melalui


musyawarah, mediasi, arbitrase syariah nasional selama hal tersebut diperjanjikan dalam
akadnya.

 Pasal 1 Angka 10 UU APS :


Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
 Pasal 2 UU APS :
Mengatur penyelesaian sengketa atau beda pendapat antar para pihak dalam suatu
hubungan hukum tertentu yang telah mengadakan perjanjian arbitrase yang secara tegas
menyatakan bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang timbul atau yang mungkin
timbul dari hubungan hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase atau melalui
alternatif penyelesaian sengketa

Dengan demikian klausula penyelesaian sengketa dalam akta perbankan syariah paska putusan
MK menjadi :

- Pengadilan agama.
- Arbitrase
- Musyawarah mufakat.
- Konsultasi.
- Negosiasi.
- Mediasi, Konsiliasi.
- Penilaian ahli.

Anda mungkin juga menyukai