Prinsip Syariah
Prinsip Syariah diatur pada Pasal 1 angka 12 Undang-undang nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah yang menjelaskan bahwa Prinsip Syariah adalah Prinsip Hukum
Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
- Pembatalan perjanjian.
- Pembiayaan secara seketika kepada nasabah.
- Pembatalan perjanjian disertai tuntutan pelunasan pembiayaan secara seketika.
Harship
Unsur untuk menentukan Hardship:
1. Perubahan keseimbangan kontrak secara fundamental.
2. Meningkatnya biaya pelaksanaan kontrak.
3. Menurunnya nilai pelaksanaan kontrak yang diterima salah satu.
Perselisihan
Perselisihan yang timbul sehubungan dengan perjanjian dan pelaksanaannya
diselesaikan secara bertahap, yaitu : Secara musyawarah atau perdamaian dapat ditempuh
melalui:
1. Upaya penyehatan melalui restrukturing, rescheduling atau reconditioning.
2. Upaya penyelesaian damai melalui penjualan asset oleh nasabah atau pengambil alihan
asset secara damai oleh bank untuk dijual (Ibra).
3. Upaya damai melalui arbitrase (Al Tahkim).
4. Melalui Litigasi sesuai hukum acara yang berlaku di Negara Republik Indonesia (Al
Qadli).
Ayat (1) :
“ Penyelesaian sengketa perbankan syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan
peradilan agama”.
Ayat (2) :
“Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad”.
Ayat (3) :
“Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan
dengan Prinsip Syariah.
Penjelasan Pasal 55 ayat (2) yang dimaksud dengan penyelesaian sengketa sesuai dengan
isi akad adalah upaya sebagai berikut :
- Musyawarah,
- Mediasi perbankan,
- Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas), atau lembaga arbitrase lain.
- Melalui pengadilan dalam lingkungan peradilan umum;
Penjelasan pasal 55 ayat (2) tersebut oleh Mahkamah Konstitusi telah dinyatakan
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Dengan demikian klausula penyelesaian sengketa dalam akta perbankan syariah paska putusan
MK menjadi :
- Pengadilan agama.
- Arbitrase
- Musyawarah mufakat.
- Konsultasi.
- Negosiasi.
- Mediasi, Konsiliasi.
- Penilaian ahli.