PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Latar belakang ?
2. Keperluan pembentukan badan arbitrase islam ?
3. Landasan hukum ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar belakang
2
telah dibatasi Undang-undang No. 7 tahun 1989. Intitusi ini hanya dapat
memeriksa dan mengadili perkara-perkara yang menyangkut perkawinan,
warisan, waqaf, hibah, dan sedekah. Peradilan agama tidak dapat memeriksa
dan mengadili perkara-perkara diluar kelima bidang tersebut.
C. Landasan hukum
1. Pasal 1338 KUHP , Sebelum Hukum Terbuka
Pada pasal 1338 kitab undang-undang hukum perdata (HUKP)
menyatakan “semua perjanjian yang dibuat sesuai dengan undang-undang
3
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu
tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakan kedua belah pihak
atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Perjanjian
harus dilaksanakan dengan baik.
Dari ketentuan pasal tersebut seluruh pakar hukum sepakat
menyimpulkan bahwa dalam hal hukum perjanjian, hukum positif (hukum
yang berlaku) di indonesia menganut sistem “terbuka” Ketentuan pasal
tersebut seluruh pakar hukum sepakat menyimpulkan bahwa dalam
Hukum Perjanjian hukum positif atau hukum yang berlaku di Indonesia
menganut sistem terbuka artinya setiap orang bebas untuk membuat
perjanjian apa dan bagaimana pun juga sepanjang pembuatannya
dilakukan sesuai dengan undang-undang dan isinya tidak bertentangan
dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan
Termasuk dalam pengertian “bebas” di sini tidak saja menyangkut
isi (materinya) namun juga yang menyangkut “Bagaimana cara
menyelesaikan perselisihan yang terjadi atau mungkin akan terjadi”.
2. Pasal 14 UU nomor 14 tahun 1970
4
peradilan wasit atau wasit saja dan ada pula yang menambahkan badan
arbitrase.
Pada masa penjajahan Belanda dahulu bahkan bagi mereka yang
tunduk pada hukum perdata barat telah diadakan ketentuan-ketentuan
khusus tentang arbitrase ini sebagaimana yang yang dimuat dalam
pasal 615 sampai dengan pasal 651 reglement op de rechtsvordering
atau RV, yakni reglemen acara perdata yang berlaku di raad van
justitie atau badan peradilan bagi gologan eropa (S.1847-52 jo 1849-
63)
3. Pactum De Compromittendo
Ketentuan yang tercantum dalam pasal 615 RV penetapan
penunjukan atau pengangkatan musim dapat dilakukan oleh para pihak
yang berselisih sesudah selisih atau sengketa itu terjadi. akan tetapi
petunjuk itu dapat pula ditetapkan di dalam perjanjian bahwa apabila di
kemudian hari terjadi perselisihan atau persengketaan diantara kedua
belah pihak kedua belah pihak telah menetapkan wasit yang diminta untuk
menyelesaikan sengketa yang terjadi tersebut. Itu
Dengan demikian dalam hal yang tersebut terakhir ini para pihak
telah menetapkan seseorang atau sesuatu badan wasit untuk menyelesaikan
sengketa yang mungkin terjadi di kemudian hari. di dalam praktik
maupun menurut ilmu hukum cara pertama disebut akta kompromi
sedangkan cara kedua disebut “pactum de compromittendo”.
4. Dua Jenis Wasit
Kita mengenal ada dua jenis positif yaitu wasit yang bersifat ad
hoc dan Wasit yang bersifat permanen
a. Wasit Ad Hoc
Ini adalah wasit yang bekerja secara insidental guna menyelesaikan
sesuatu sengketa karena diminta atau ditunjuk oleh dua belah pihak
yang bersengketa. Wasit Ad hoc tidak melembaga dan tidak bersifat
tetap.
b. Wasit Permanen
5
Wasit bersifat melembaga dan dan bekerja secara tetap guna
menyelesaikan sengketa yang telah diminta atau mungkin akan terjadi
bila hal itu diminta para pihak yang bersangkutan. dengan perkataan
lain, wasit permanen adalah suatu badan yang menyiapkan diri
melayani masyarakat yang membutuhkan untuk mendapatkan
penyelesaikan perkara perdata secara perdamaian.
5. Lembaga Pemberi Pendapat Yang Bersifat Final
Selain berfungsi sebagai penyelesaian perkara perdata secara
perdamaian, wasit ( biasanya wasit permanen) juga berfungsi sebagai “
lembaga pemberi pendapat yang bersifat final” dalam hal-hal para pihak
yang mengadakan perjanjian tidak sependapat mengenai penafsiran atas
makna, maksud, atau isi dari suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak-
pihak yang bersangkutan atau bagian-bagiannya.
Dengan demikian, apabila ada dua pihak yang mengadakan
perjanjian dan mereka berselisih pendapat Makna atau maksud dari suatu
istilah yang termuat Mat di dalam perjanjian itu misalnya Kedua belah
pihak dapat meminta kepada suatu lembaga “ wasit permanen” untuk
memberikan pendapatnya. pendapat itu, bagi mereka yang berselisih,
akan diterima sebagai pendapat final.
6. Penyelesaian Sengketa Secara Damai
Berdasarkan ketentuan yang termaktub di dalam pasal 616 RV,
penyelesaian sengketa perdata secara perdamaian Dapat dibenarkan untuk
semua masalah perdata, kecuali yang secara tegas dilarang, yakni
pemberian dan hibah wasiat untuk keperluan hidup perumahan atau
pakaian tentang pemisahan antara suami dan istri, baik karena perceraian
maupun pisah meja dan tempat tidur, dan pemisah harta benda tentang
perselisihan yang menyangkut status seseorang, demikian juga tentang
sengketa-sengketa lain yang tidak diizinkan anne-marie lakukannya
perdamaian menurut ketentuan undang-undang.
7. Syarat Wasit
6
Pada prinsipnya Tiap orang yang dapat diangkat sebagai wasit
asalkan Iya dapat menerima atau ditetapkan sebagai kuasa. demikian
yang ditetapkan di pasal 617 alenia pertama RV.
Tentang larangan wanita Untuk diangkat sebagai wasit bagaimana
ditentukan pada alinea kedua batang tersebut, ini kita mengecap hal di
badan peradilan negara, baik di lingkungan pengadilan negeri maupun
pengadilan agama yang tidak melarang diangkatnya para hakim wanita.
8. Putusan Wasit
Perihan putusan wasit RV antara lain mengatur hal-hal sebagai berikut:
a. Pasal 631
Para wasit menjatuhkan putusan menurut aturan-aturan hukum,
kecuali jika menurut kompromi, mereka Diberi wewenang untuk
memutus berdasarkan keadilan.
b. Pasal 632
Putusan ini memuat hal-hal berikut
Nama kecil dan nama para pihak; kesimpulan akhir tentang
keterangan-keterangan masing-masing pihak dasar pertimbangan dan
keputusan. dalam putusan itu dicantumkan hari dan tempat dimana
putusan itu dijatuhkan dan ditandatangi oleh setiap wasit.
c. Pasal 633
Bila bagian minoritas menolak untuk menandatangani, para wasit
yang lain menyebutkan hal itu dan putusan itu mempunyai kekuatan
yang sama seperti Ditandatangani Semua wasit.
d. Pasal 634
Dalam waktu 14 Hari Untuk Jawa dan Madura, dapat mungkin i
dalam waktu 3 bulan an untuk tempat-tempat lain yang termasuk
dalam daerah hukum Raad van justitie di Jawa, terhitung sejak hari
putusan an, surat putusan aslinya oleh eh salah seorang yang dari para
wasit atau seorang pengacara yang dikuasakan oleh mereka dengan
akta otentik, diserahkan kan anne-marie kepaniteraan Raad van justitie
yang daerah hukumnya meliputi tempat di mana putusan itu diambil.
7
Akta penyerahan ditulis pada bagian bawah atau pinggir dari surat
putusan asli yang diserahkan dan dan ditandatangani oleh panitera dan
juga oleh pihak yang menyerahkan. panitera membuat akta itu dari
para wasit, tidak boleh ditarik biaya atau itu, itu demikian persekot,
tetapi biaya itu harus dibayar oleh para pihak sendiri atau ditagih dari
mereka.
Sebagai catatan, Raad van justitie adalah pengadilan negeri yang
tidak dibedakan lagi antara Jawa- Madura dengan daerah lainnya. nya
dengan demikian, tenggang waktu pendaftaran atau penyerahan utusan
di seluruh daerah sama saja yakni 14 Hari .
e. Pasal 635
Wasit diwajibkan untuk menyerahkan, bersama putusannya, akta
asli pengangkatannya atau turunan otentiknya di kepaniteraan.
f. Pasal 636
Terhadap putusan para wasit, bagaimanapun sifatnya, tidak dapat
dilakukan perlawanan.
g. Pasal 637
Putusan para wasit dilaksanakan atas kekuatan surat perintah dari
ketua Raad van justitie ( baca: Ketua pengadilan negeri). hal itu
dicantumkan di atas surat putusan asli dan disalin pada turunan yang
dikeluarkan.
h. Pasal 638
Bila suatu perkara, yang diputus oleh Hakim biasa pada tingkat
pertama, pada tingkat banding diserahkan kepada para wasit, maka
putusannya diserahkan di kepaniteraan majelis hakim yang seharusnya
memeriksa perkara itu pada tingkat banding (baca; Pengadilan Tinggi
yang bersangkutan) dan surat perintah diberikan oleh ketua Majelis itu
(baca; ketua pengadilan tinggi yang bersangkutan).
i. Pasal 639
8
Putusan wasit yang dilengkapi dengan surat perintah dari ketua
Raad van justitie (baca; ketua pengadilan negeri) yang berwenang,
yang dilaksanakan menurut cara pelaksanaan biasa.
j. Pasal 648
Kematian salah satu pihak tidak menghentikan akibat dari
kompromi atau perjanjian seperti tersebut dalam ayat terakhir dari
pasal 615 (baca; pactum compromittendo) kekuasaan dari para wasit
tidak juga dianggap ditarik kembali karenanya.
Akan tetapi, jalannya jangka jangka waktu dari kompromi
terhadap para ahli waris yang meninggalkan dunia, ditunda sampai
berakhirnya jangka waktu untuk pencatatan harta peninggalan dan
untuk berpikir-pikir.
k. Pasal 649
Tugas wasit Berakhir dengan dijatuhkannya putusan
l. Pasal 650
9
Bila diperjanjikan sebaliknya, maka dalam hal-hal tersebut, atau
oleh para pihak, atau jika diantara mereka tidak terdapat kata sepakat,
atas tuntunan salah satu kedua belah pihak, oleh hakim seperti ditunjuk
dalam pasal 619, diangkat wasit-wasit baru, dengan tugas untuk
melanjutkan pemeriksaan berdasarkan akta-akta terakhir.
10
Apabila ada hal-hal yang tidak diatur di dalam HIR RBG, hal-hal
yang diatur di dalam RV dapat dijadikan pedoman. Dengan demikian,
karena masalah arbitrase atau perwasitan tidak diatur di dalam HIR atau
RBG segala yang tercanrim di dalam Reglement op de Rechtsvordering
tetap berlaku sebagai pedonan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah (perbankan syari’ah) di
Pengadilan Agama terdapat dua jalur, pertama, jalur perdamaian dan
kedua jalur mediasi. Dalam hal proses persidangan hendaknya
memperhatikan bahwa perkara perbankan syari’ah tersebut tidak termasuk
klausula arbitrase dan tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah.
Kemudian acuan sumber hukum dalam proses penyelesaiannya harus
mengacu kepada hukum acara perdata KUHPerdata, dan sumber hukum
lainnya seperti peraturan perundang-undangan perbankan syari’ah.
12
DAFTAR PUSTAKA
13