Naskah diterima: 12 Oktober 2017; revisi: 19 Juli 2019; disetujui 19 Agustus 2019
http://dx.doi.org/10.29123/jy.v12i2.256
Kewenangan Lembaga Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Abdul Rasyid & Tiska Andita Putri) | 159
Court, elucidation of Article 55 paragraph (2) is contrary research concludes that Constitutional Court Decision
to the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia Number 93/PUU-X/2012 related to the authority to settle
and has no binding legal force. The Constitutional Court sharia banking disputes considered appropriate decides
Decision still raises debate because it only removes that the settlement of sharia banking disputes must go
the elucidation of Article 55 paragraph (2), instead of through religious courts by its absolute competence. The
deleting the article. The issues that will discuss in this Constitutional Court’s decision has eliminated dualism
paper are which judicial institution has the authority to in the settlement of sharia banking disputes.
settle sharia banking disputes after the Constitutional
Keywords: competence, sharia banking, Constitutional
Court Decision Number 93/PUU-X/2012? This research
Court.
uses a normative juridical research methodology. This
Kewenangan Lembaga Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Abdul Rasyid & Tiska Andita Putri) | 161
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pasal di atas dapat dipahami
bahwa bank syariah dalam menjalankan kegiatan
Berdasarkan latar belakang permasalahan
usahanya harus berdasarkan kepada prinsip syariah.
di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam
Prinsip syariah sebagaimana yang diatur dalam
tulisan ini adalah lembaga peradilan manakah
Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang Nomor 21 Tahun
yang berwenang menyelesaikan sengketa
2008 adalah “prinsip hukum Islam dalam kegiatan
perbankan syariah pasca Putusan Mahkamah
perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan
Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012?
oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah.” Lembaga yang
C. Tujuan dan Kegunaan memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bidang perbankan syariah dan lembaga keuangan
dan menganalisis lembaga peradilan manakah syariah lainnya adalah Dewan Syariah Nasional
yang berwenang menyelesaikan sengketa Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) (Anshori,
perbankan syariah pasca Putusan Mahkamah 2009: 5). Semua fatwa DSN-MUI terkait dengan
Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012. Adapun lembaga perbankan syariah dan keuangan syariah
kegunaan dan manfaat yang diperoleh dari harus dipatuhi oleh bank syariah.
penelitian ini adalah untuk menemukan alternatif Terkait dengan hal di atas, menurut Pasal
jalan keluar dalam mengatasi permasalahan 2 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
ketidakpastian hukum serta dualisme pilihan menyatakan bahwa: “perbankan syariah dalam
forum penyelesaian sengketa perbankan syariah melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip
yang masih tetap terjadi pasca putusan Mahkamah Syariah …” Dalam penjelasannya yang dimaksud
Konstitusi. dengan kegiatan usaha yang berasaskan prinsip
syariah, antara lain adalah kegiatan usaha yang
D. Tinjauan Pustaka tidak mengandung unsur:
1. Definisi Perbankan Syariah
1. riba, yaitu penambahan pendapatan secara
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pertukaran barang sejenis yang tidak sama
yang dimaksud dengan perbankan syariah adalah kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan
“segala sesuatu yang menyangkut tentang (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-
bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup meminjam yang mensyaratkan nasabah
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan penerima fasilitas mengembalikan dana
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.” yang diterima melebihi pokok pinjaman
Sedangkan yang dimaksud dengan bank syariah karena berjalannya waktu (nasi’ah);
menurut Pasal 1 ayat (7) adalah “bank yang
2. maisir, yaitu transaksi yang digantungkan
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
bersifat untung-untungan;
bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat
syariah.” 3. gharar, yaitu transaksi yang objeknya
tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui
Kewenangan Lembaga Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Abdul Rasyid & Tiska Andita Putri) | 163
syariah dan bank konvensional dalam satu peraturan-peraturan umum lainnya yang terkait
undang-undang yang sama dipandang tidak dengan perbankan.
mencukupi. Perlu adanya undang-undang khusus
yang mengatur bisnis perbankan syariah secara 3. Kewenangan Pengadilan Agama dalam
konprehensif sebagaimana halnya Malaysia Mengadili Sengketa
yang memiliki Islamic Banking Act, yakni
undang-undang khusus yang mengatur lembaga Kata ‘kewenangan’ sering disebut juga
dengan ‘kompetensi,’ yang berasal dari bahasa
perbankan syariah. Oleh karena itu, kehadiran
undang-undang khusus perbankan syariah Belanda ‘competentie.’ Ketiga kata tersebut
dianggap mempunyai makna yang sama (Rasyid,
merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk
diwujudkan. Berdasarkan berbagai argumentasi1998: 25). Menurut Pasal 24 UUD NRI 1945 yang
berbunyi: “kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
di atas, pada akhirnya Undang-Undang Nomor 21
sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disahkan.
kehakiman menurut undang-undang.” Pasal ini
Selain peraturan perundang-undangan menyatakan secara eksplisit bahwa Mahkamah
di atas, terdapat sumber hukum lain tentang Agung merupakan salah satu lembaga peradilan
perbankan syariah. Sumber hukum tersebut yang menjalankan kekuasaan kehakiman dalam
antara lain adalah sebagai berikut: melakukan fungsi dan kewenangan peradilan
1. Ketentuan perundang-undangan dibantu dengan badan-badan kekuasaan peradilan
khususnya KHUPerdata tentang yang lain (Harahap, 2001: 99). Badan-badan
Perikatan dan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang kekuasaan lain tersebut diatur secara jelas dalam
Perlindungan Konsumen; Pasal 18 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
2. Peraturan-peraturan Bank Indonesia tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan
dan Otoritas Jasa Keuangan tentang
perbankan syariah; sebagai berikut:
3. Fatwa-fatwa Dewan Syariah
“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
Nasional Majelis Ulama Indonesia
sebuah Mahkamah Agung dan badan
(DSN-MUI);
peradilan yang berada di bawahnya dalam
4. Putusan-putusan Pengadilan Agama
lingkungan peradilan umum, lingkungan
Indonesia dan putusan-putusan
peradilan agama, lingkungan peradilan
Badan Arbitrase Syariah Indonesia
militer, lingkungan peradilan tata usaha
(Basyarnas);
negara, dan oleh sebuah Mahkamah
5. Berbagai pandangan/doktrin dari
Konstitusi.”
para ilmuwan hukum mengenai
aspek-aspek hukum berbagai produk
keuangan syariah (Sjahdeini, 2014: Berdasarkan pasal di atas, Mahkamah
4). Agung merupakan pengadilan negara tertinggi
dari empat badan peradilan yang disebutkan
Peraturan-peraturan di atas merupakan
di atas. Dengan kata lain, empat lingkungan
sumber hukum dan panduan bagi perbankan
peradilan yaitu peradilan umum, peradilan
syariah dalam menjalankan aktivitasnya. Di
agama, peradilan militer, dan peradilan tata
samping berdasarkan kepada hukum syariah
usaha negara merupakan lembaga di bawah
yang telah dikodifikasi dalam berbagai peraturan,
Mahkamah Agung yang melaksanakan fungsi
perbankan syariah juga merujuk kepada
dan kewenangan kekuasaan kehakiman.
Kewenangan Lembaga Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Abdul Rasyid & Tiska Andita Putri) | 165
‘yurisdiksi absolut.’ Oleh karena itu, setiap 4. Sengketa Perbankan Syariah
perkara yang tidak termasuk dalam bidang
Kata ‘sengketa’ dalam bahasa Inggris
kewenangan suatu lembaga peradilan tertentu,
dikenal dengan kata ‘conflict’ dan ‘dispute.’
maka peradilan tersebut tidak berwenang untuk
Kedua kata tersebut mengandung makna
mengadili (Harahap, 2001: 101-102).
tentang adanya perselisihan, percekcokan atau
Terkait dengan kewenangan absolut perbedaan kepentingan antara dua pihak atau
peradilan agama, awalnya diatur secara jelas lebih. Kata ‘conflict’ diserap ke dalam bahasa
dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Indonesia menjadi ‘konflik,’ sedangkan ‘dispute’
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, di diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
mana kewenangannya hanya terbatas pada menjadi ‘sengketa’ (Mujahidin, 2010: 46-
penyelesaian sengketa atau perkara-perkara 47). Kata ‘konflik’ dan ‘sengketa’ kadangkala
perdata perkawinan, warisan, wasiat, hibah, digunakan secara bergantian. Namun, kedua kata
wakaf, sedekah berdasarkan asas personalitas tersebut pada dasarnya mempunyai perbedaan
keislaman. yang mendasar.
II. METODE
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode
Pada tanggal 29 Agustus 2013, Mahkamah
penelitian yang bersifat yuridis normatif.
Konstitusi menjatuhkan Putusan Nomor 93/
Penelitian yuridis normatif adalah penelitian
PUU-X/2012 mengenai Judicial Review
yang mengkaji berbagai peraturan perundang-
Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun
undangan yang berlaku atau diterapkan terhadap
2008 tentang Perbankan Syariah terhadap UUD
Kewenangan Lembaga Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Abdul Rasyid & Tiska Andita Putri) | 167
NRI 1945 yang diajukan oleh DA. Putusan kepastian hukum menjadi tidak ada. Sedangkan
ini secara umum terkait dengan Pasal 55 ayat ayat (3) tidak perlu terbit apabila tidak ada ayat
(2) dan (3) Undang-Undang Nomor 21 Tahun (2) Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah yang mengatur 2008 tentang Perbankan Syariah.
tentang penyelesaian sengketa. Pasal 55 Undang-
Menurut pertimbangan Mahkamah
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Konstitusi, antara lain, akad (perjanjian)
Syariah berbunyi sebagai berikut:
merupakan undang-undang bagi mereka yang
(1) Penyelesaian sengketa perbankan membuatnya sesuai dengan ketentuan Pasal
syariah dilakukan oleh pengadilan
dalam lingkungan peradilan agama. 1338 KHUPerdata, namun suatu akad tidak
(2) Dalam hal para pihak telah boleh bertentangan dengan undang-undang.
memperjanjikan penyelesaian
Terlebih lagi undang-undang yang telah
sengketa selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyelesaian menetapkan adanya kekuasaan mutlak bagi
sengketa dilakukan sesuai dengan isi suatu badan peradilan yang mengikat para
akad.
(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana pihak yang melakukan perjanjian. Oleh sebab
dimaksud pada ayat (2) tidak boleh itu, kejelasan dalam penyusunan perjanjian
bertentangan dengan prinsip syariah. merupakan suatu keharusan. Selanjutnya, pilihan
forum (choice of forum) sebagaimana diatur
Pasal 55 ayat (2) dalam penjelasannya
dalam Penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-
dijabarkan sebagai berikut: “yang dimaksud
Undang Nomor 21 Tahun 2008 menimbulkan
dengan ‘penyelesaian sengketa dilakukan sesuai
persoalan konstitusionalitas yang pada akhirnya
dengan isi akad’ adalah upaya sebagai berikut: a.
dapat memunculkan ketidakpastian hukum dan
musyawarah; b. mediasi perbankan; c. melalui
kerugian bagi nasabah dan unit usaha syariah.
pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.”
Di samping adanya ketidakpastian hukum
Menurut pemohon, Pasal 55 ayat (2) dan
dan menimbulkan kerugian, Pasal 55 ayat (2)
(3) menimbulkan ketidakpastian hukum dan
juga menimbulkan tumpang tindih kewenangan
bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD NRI
untuk mengadili, karena ada dua lembaga
1945 yang secara tegas mengatur bahwa undang-
peradilan yang diberikan kewenangan untuk
undang harus menjamin adanya kepastian hukum
menyelesaikan sengketa perbankan syariah.
dan keadilan. Lebih lanjut menurutnya, terdapat
Sedangkan Undang-Undang Peradilan Agama
kontradiksi antara Pasal 55 ayat (1), (2), dan (3).
secara tegas menyatakan bahwa peradilan agama
Ayat (1) secara tegas mengatur apabila terjadi
berwenang menyelesaikan sengketa ekonomi
perselisihan atau sengketa perbankan syariah
syariah termasuk di dalamnya perbankan syariah.
maka harus dilaksanakan di pengadilan dalam
ruang lingkup peradilan agama. Namun ayat (2)- Dalam amar putusannya, Mahkamah
nya memberi pilihan kepada para pihak yang Konstitusi mengabulkan permohonan pemohon
bersengketa untuk memilih pengadilan lain, yakni sebagian, menyatakan bahwa Penjelasan Pasal
pengadilan umum, untuk menyelesaikan sengketa 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun
mereka berdasarkan isi akad yang disepakati. Hal 2008 tentang Perbankan Syariah bertentangan
ini bisa melahirkan multitafsir sehingga makna dengan UUD NRI 1945 dan tidak mempunyai
Kewenangan Lembaga Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Abdul Rasyid & Tiska Andita Putri) | 169
ekonomi syariah. Pihak bank syariah lebih umum dan kesusilaan (Pasal 1337 KUHPerdata).
memilih pengadilan negeri sebagai forum Berdasarkan Pasal 49 huruf (i) Undang-
penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan
(Rusyad, 2018). Agama, jelas menyatakan bawah perkara ekonomi
syariah, termasuk perbankan syariah merupakan
Dari hasil penelusuran penulis melalui
kewenangan absolut peradilan agama. Hal ini
situs Mahkamah Agung menggambarkan bahwa
diperkuat kembali dalam Pasal 55 ayat (1) yang
masih terdapat lembaga perbankan syariah/unit
menyatakan bahwa sengketa perbankan syariah
usaha syariah yang menyelesaikan sengketanya
diselesaikan di pengadilan dalam lingkungan
melalui pengadilan negeri pasca putusan
peradilan agama.
Mahkamah Konstitusi. Setidak-tidaknya terdapat
Berbicara mengenai kompetensi absolut
empat bank, yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank
antar lingkungan peradilan, empat lingkungan
Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Unit
peradilan yang ada, yaitu peradilan umum,
Usaha Maybank Syariah yang menyelesaikan
peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan
sengketanya melalui jalur pengadilan negeri
tata usaha negara, sebagai pelaksana fungsi
pasca putusan Mahkamah Konstitusi sampai
dan kewenangan kekuasaan kehakiman, telah
dengan tahun 2017.
ditentukan batas-batas kekuasaannya oleh undang-
Nomor Putusan
Nama Bank Pengadilan Negeri Tahun
Pengadilan Negeri
Bank Syariah Mandiri 04/PDT.G/2013/PN.JKT.PST Jakarta Pusat 2013
Bank Mega Syariah 75/Pdt.G/2014/PN.Krg Karanganyar 2014
Bank Syariah Bukopin 641/Pdt.G/2016/PN.Tng Tangerang 2016
Bank Syariah Bukopin 607/Pdt.G/2014/PN.Bdg Bandung 2014
Maybank Syariah 10/Pdt.G/2017/PN.Dps Denpasar 2017
Sumber: https://putusan.mahkamahagung.go.id/
Kewenangan Lembaga Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Abdul Rasyid & Tiska Andita Putri) | 171
Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 terkait merupakan kewenangan pengadilan agama.
kewenangan penyelesaian sengketa sejatinya, Kesepakatan Pimpinanan Mahkamah Agung
dengan berbagai penafsiran yang digunakannya, tersebut memperkuat Putusan Mahkamah
sudahlah tepat dan bijak dengan menggunakan Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012. Oleh karena
logika formal sehingga terbentuklah itu, apabila ada sengketa perbankan syariah
keadilan legal dalam putusan tersebut, yaitu diajukan ke pengadilan umum, maka sengketa
penyelesaian sengketa perbankan syariah harus tersebut akan diputus dengan putusan Niet
melalui peradilan agama yang sesuai dengan Ontvankelijke Verklaard (NO), yaitu gugatan
kompetensinya; dengan menggunakan hukum tidak dapat diterima karena mengandung
Islam dalam menyelesaikan sengketa perbankan. cacat formil. Cacat formal tersebut adalah
cacat obscuur libel, ne bis in idem, atau melanggar
Menurut Yasardin, hakim agung, pasca
kompetensi absolut atau relatif. Namun faktanya
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/
di lapangan masih juga terdapat beberapa kasus
PUU-X/2012, penyelesaian sengketa perbankan
sengketa perbankan syariah yang masih diajukan,
syariah merupakan kewenangan absolut
diproses, dan diputus oleh pengadilan umum.
pengadilan agama. Menurutnya, argumentasi
Menanggapi hal tersebut, Yasardin mengatakan
yang menyatakan bahwa putusan Mahkamah
bahwa putusan pengadilan umum tersebut pada
Konstitusi hanya menghapus Penjelasan
akhirnya akan dibatalkan oleh Mahkamah Agung
Pasal 55 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 21
apabila sampai pada tahapan kasasi (Yasardin,
Tahun 2008 dan tidak menghapus pasalnya,
2018).
sehingga masih memberikan peluang bagi para
pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan Menurut penulis, kesepakatan Pimpinan
sengketanya melalui pengadilan umum, pada Mahkamah Agung dalam rapat pleno,
dasarnya tidak beralasan. Apabila diperhatikan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas,
secara saksama pertimbangan hakim Mahkamah tidaklah cukup untuk memperkuat kompetensi
Konstitusi sangat jelas, yang dipermasalahkan absolut pengadilan agama dalam menyelesaikan
dalam judicial review tersebut adalah sengketa perbankan syariah, karena faktanya
terkait dengan dualisme kewenangan antara masih terdapat kasus yang diajukan ke pengadilan
pengadilan agama dan pengadilan umum dalam umum. Oleh karena itu, untuk memperkuat
menyelesaikan sengketa perbankan syariah yang kompetensi absolut pengadilan agama dalam
mengakibatkan ketidakpastian hukum. Putusan menyelesaikan sengketa perbankan syariah, dan
Mahkamah Konstitusi mempertegas kewenangan menghilangkan perdebatan yang berkelanjutan
pengadilan agama dalam menyelesaikan sengketa atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/
perbankan syariah sebagaimana yang telah diatur PUU-X/2012, sudah semestinya Mahkamah
sebelumnya dalam Undang-Undang Nomor 3 Agung mengeluarkan peraturan, baik berupa
Tahun 2006 tentang Peradilan Agama (Yasardin, Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) atau
2018). Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) yang
menegaskan kewenangan absolut pengadilan
Menurut Yasardin, dalam rapat pleno
agama dalam menyelesaikan sengketa perbankan
Pimpinan Mahkamah Agung juga telah disepakati
syariah.
bahwa penyelesaian sengketa perbankan syariah
Kewenangan Lembaga Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Abdul Rasyid & Tiska Andita Putri) | 173
maupun swasta. Saat ini telah banyak para Kegiatan Sertifikasi Hakim Ekonomi
hakim yang mengambil kuliah S2 dan S3 di Syariah diadakan oleh Mahkamah Agung
bidang ekonomi syariah. Di samping pendidikan bekerja sama dengan berbagai lembaga terkait
formal, Mahkamah Agung juga melibatkan para seperti MUI, DSN, Basyarnas, OJK, dan DPS.
hakim pengadilan agama dalam pendidikan non- Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami
formal. Sebagai contoh dengan mengikuti short bahwa hakim yang akan menyelesaikan sengketa
training tentang keuangan syariah di Markfiled ekonomi syariah adalah hakim khusus yang
Institute of Higher Education (MIHE) Leicester mempunyai pemahaman yang baik tentang
Inggris, dan mengikuti diklat ekonomi syariah di ekonomi syariah. Oleh karena itu, kekhawatiran
Sekolah Tinggi Peradilan, Universitas Al-Imam akan kemampuan para hakim pengadilan agama
Muhammad Ibnu Saud, Riyadh, Saudi Arabia dalam menyelesaikan sengketa perbankan syariah
pada tahun 2015. mestinya tidak harus diperdebatkan lagi.
Kewenangan Lembaga Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Abdul Rasyid & Tiska Andita Putri) | 175
penyelesaian sengketa perbankan syariah Mahkamah Agung mesti mempertegas
harus melalui peradilan agama sesuai dengan dari dua pengadilan tersebut, mana yang lebih
kompetensi absolutnya, sebagaimana yang diatur berwenang dalam menyelesaikan sengketa
dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 perbankan syariah. Kesepakatan Pimpinan
tentang Peradilan Agama. Dengan kata lain, Mahkamah Agung dalam rapat pleno tersebut
putusan Mahkamah Konstitusi tersebut telah bisa dipertegas kembali dalam bentuk Surat
menghilangkan dualisme penyelesaian sengketa Edaran Mahkamah Agung (SEMA) atau
perbankan syariah, dan memperkuat eksistensi Peraturan Mahkamah Agung (PERMA). SEMA
peradilan agama sebagai satu-satunya lembaga atau PERMA tersebut nantinya disosialisasikan
peradilan yang berwenang menyelesaikan ke seluruh pengadilan, akademisi, praktisi, dan
sengketa perbankan syariah. Namun di sisi lain, lembaga perbankan syariah untuk diketahui
putusan Mahkamah Konstitusi menimbulkan dan ditaati. Diharapkan ke depan tidak ada lagi
penafsiran baru. Putusan Mahkamah Konstitusi perdebatan dualisme penyelesaian sengketa
hanya menghapus Penjelasan Pasal 55 ayat (2) perbankan syariah, hingga bisa memberikan
Undang-Undang Nomor 21 tentang Perbankan kepastian hukum.
Syariah, tapi tidak menghapus pasalnya.
Sehingga membuka peluang bagi para pihak
yang bersengketa untuk tetap menyelesaikan
sengketanya di pengadilan negeri. DAFTAR ACUAN
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa Anshori, A.G. (2009). Hukum perbankan syariah
masih ada beberapa lembaga perbankan syariah (UU No. 21 Tahun 2008). Bandung: PT Refika
yang menyelesaikan sengketanya di pengadilan Aditama.
negeri pasca putusan Mahkamah Konstitusi. Hal
Arifin, Z. (2000). Memahami bank syariah: Lingkup,
ini memperkuat pendapat bahwa peradilan agama peluang, tantangan & prospek. Jakarta:
bukanlah satu-satunya badan peradilan yang AlvaBet.
berwenang menyelesaikan sengketa perbankan
syariah. Harahap, Y.M. (2001). Kedudukan kewenangan &
acara peradilan agama UU No. 7 Tahun 1989.
Dualisme dan ketidakpastian hukum Jakarta: Sinar Grafika.
dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah
Hasan, H.H. (2010). Kompetensi peradilan agama
masih tetap terjadi. Di samping itu, kesepakatan
dalam penyelesaian perkara ekonomi syariah.
Pimpinan Mahkamah Agung dalam rapat
Jakarta: Gramata Publishing.
pleno yang menegaskan Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012, bahwa Manan, A. (2016). Kebijakan MA-RI menyambut
sengketa perbankan syariah menjadi kewenangan ekonomi syariah sebagai kompetensi peradilan
pengadilan agama juga dianggap tidaklah cukup. agama. Kuliah Umum tentang Penyelesaian
Oleh karena itu, peran Mahkamah Agung sebagai Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia:
lembaga tertinggi peradilan yang membawahi Peluang dan Tantangan. Diadakan oleh Jurusan
peradilan agama dan peradilan negeri sangat Business Law, Binus University.
diperlukan.
Kewenangan Lembaga Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Abdul Rasyid & Tiska Andita Putri) | 177