EKONOMI SYARIAH
Oleh
Dr. Muhammad Rum Nessa S.H.,M.H.
(Ketua Pengadilan Tinggi Agama
Surabaya)
A. PENGANTAR
1. Sengketa ekonomi syari’ah menjadi absolut kompetensi Peradilan Agama Pasal
49 UU No. 3 tahun 2006
2. Apakah aparat Peradilan Agama (Utamanya Hakim) sudah siap menerima,
memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara Ekonomi Syari’ah
3. Ada anggapan bahwa PA selama ini dipandang hanya menangani masalah
NTCR (Nikah, Talak, Cerai, Rujuk) sulit dihapus
4. Perluasan kewenangan Pengadilan Agama tentang Ekonomi Syari’ah
memunculkan tantangan tersendiri bagi aparatur Pengadilan Agama terutama
para Hakim
5. Para Hakim dituntut untuk memahami secara mendalam permasalahan terkait
Ekonomi Syari’ah, hal ini dilakukan sebagai sebuah pertanggung jawaban
moral atas klaim bahwa apa yang diputuskan oleh Hakim PA harus dianggap
benar
6. Walaupun para Hakim PA memiliki latar belakang pendidikan Hukum Islam
(Syari’ah) namun karena selama ini Pengadilan Agama tidak menangani
sengketa yang terkait perekonomian syari’ah, maka wawasan dan pengalaman
yang dimiliki oleh para Hakim masih terbatas, oleh karena itu penting kiranya
dilakukan langkah – langkah segera untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman para Hakim Peradilan Agama terhadap hal – hal terkait Ekonomi
Syari’ah seperti Pendidikan Formal, Pelatihan – pelatihan, dan Study Banding
7. Menurut KH. Ma’ruf Amin (Ketua Badan Pelaksana Harian Dewan Syari’ah Nasional
Majelis Ulama Indonesia) paling tidak ada dua hal penting yang perlu diketahui
secara mendalam oleh para Hakim PA dalam memutus permasalahan terkait
Ekonomi Syari’ah :
Pertama : Para Hakim PA harus mengetahui secara mendalam hukum
tentang Perekonomian Syari’ah, khususnya yang telah difatwakan
oleh DSN-MUI dan diregulasikan oleh Lembaga Regulator
Kedua : Para Hakim PA harus mempunyai wawasan memadai tentang
produk layanan dan mekanisme operasional dari lembaga
keuangan syari’ah, baik bank ataupun non bank, pasar modal
syari’ah serta lembaga bisnis syari’ah
8. Penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah harus dilaksanakan menurut prinsip
syari’ah dengan mendasarkan pada fatwa DSN-MUI bukan pendapat dari para ahli
Fikh, karena apabila berpedoman pada pendapat para Ahli Fikh akan berpotensi
tidak adanya kepastian hukum
9. Para Hakim dalam mengadili perkara Ekonomi Syari’ah harus memperhatikan
Peraturan MARI No. 2 Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah
10. Para Hakim dalam memutus perkara harus memperhatikan (Bagir Manan) :
a. Kehati-hatian Hakim dalam proses Peradilan yang akan melahirkan sebuah
putusan
b. Kelalaian dalam meneliti , memeriksa, dan mempertimbangkan semua fakta,
keterangan saksi secara komprehensif, sehingga pertimbangan tidak lengkap
bahkan keliru
c. Menganggap sederhana suatu perkara, maka pemeriksaan pun
seadanya, tidak ada usaha menggali dengan baik dan mendalam agar
kebenaran materiil dapat muncul secara nyata dan sempurna
d. Karena kapasitas Hakim tidak atau kurang memadai dalam menangani
dan memeriksa perkara
e. Sikap dan sifat malas mempelajari dan mendalami perkara
11. Statemen Deputi Gubernur Senior BI : bahwa Pengadilan Umum telah
mengedepankan bisnis dan minim syari’ah, sedangkan Pengadilan Agama
terlalu mengedepankan syari’ah dan minimnya bisnis, untuk itu
Pengadilan Agama harus bisa mensinergikan antara keduanya.
12. Penyelesaian perkara Ekonomi Syariah harus mendasarkan pada hukum
acara sebagaimana diatur dalam PERMA No. 2 tahun 2015 dan PERMA No
14 tahun 2016
13. Tetap mempedomani Hukum Acara Perdata sepanjang tidak diatur secara
khusus dalam PERMA
14. Sebelum jumlah Hakim bersertifikasi Ekonomi Syariah memenuhi
ketentuan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 tahun 2016 tentang
Sertifikasi Hakim Ekonomi Syariah, dapat ditunjuk Hakim yang telah
mengikuti diklat fungsional Ekonomi Syariah. (Pasal 14 ayat 2 PERMA No
14 tahun 2016)
UUD 1945 Pasal 24 ayat (2) Amandemen ke 3 :
Ayat (1) : Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan Peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.
Ayat (2) : Kekuasaan Kehakiman di Indonesia dijalankan oleh
Mahkamah Agung RI dan Peradilan dibawahnya dalam lingkungan
B. EKSISTENSI PERADILAN
j.Dana Pensiun
k.Bisnis Syari’ah
LITIGASI : PENGADILAN
SYARI’AH
NON LITIGASI :
1.ARBITERASE UU NO 30 TH 1999
2.MEDIASI
3.MUSYAWARAH
1. BAMUI ( BADAN ARBIRETASE MUAMALAT
INDONESIA )
ARDITERASE INDONESIA
Jumlah para pihak Penggugat dan tergugat masing-masing tidak boleh Penggugat dan tergugat masing-masing boleh lebih
lebih dari satu, kecuali punya kepentingan hukum dari satu
yang sama
Penyampaian putusan Paling lambat 2 hari sejak putusan Paling lambat 7 hari sejak putusan
diucapkan diucapkan
Upaya hukum dan batas Keberatan (7 hari sejak majelis hakim Banding (3 bulan), kasasi (3 bulan) dan
waktu penyelesaiannya ditetapkan) peninjauan kembali (3 bulan)
Batas waktu pendaftaran 7 hari sejak putusan diucapkan atau 14 hari sejak putusan diucapkan atau
upaya hukum diberitahukan diberitahukan
• PT Bank Mega Syariah, Tbk. Kantor Pusat Jakarta Cq. PT. Bank Mega
Syariah Unit Blauran .............
Posita :
• Tergugat selaku kreditur telah memberikan pinjaman pokok pada
Penggugat II sebesar Rp. ........ Dengan margin keuntungan sebesar
Rp. .......... Sehingga total hutang Penggugat II sebesar Rp. ............
Dengan masa kontrak 48 bulan
• Penggugat II pernah mengalami keterlambatan / tunggakan
pembayaran dan telah melakukan pelunasan
• Penggugat II telah melunasi semua kewajiban, namun belum mendapat
rincian pembayaran dari Tergugat, dengan demikian Tergugat telah
melakukan perbuatan melawan hukum
• Jaminan sebidang tanah dan bangunan
SYARI’AH
Posita :
• Penggugat membeli rumah dengan pembiayaan KPR BTN Syariah
dengan prinsip Murabahah, harga rumah Rp. 259.000.000, uang muka
Rp. 109.000.000,- pembiayaan KPR yang disetujui Rp. 150.000.000
dengan masa kontrak 72 bulan
• Hutang KPR Rp. 150.000.000 telah diangsur 27 bulan setara Rp.
82.134.000,-
• Jaminan kredit sebidang tanah dan bangunan
• Penggugat II telah melakukan pembayaran mencapai 70%, sehingga
Penggugat keberatan atas rencana lelang
• Harga limit objek lelang yang ditentukan PT Bank Tabungan Negara
merugikan Penggugat
• Bahwa Penggugat masih memiliki itikad baik membayar hutangnya Rp.
SYARI’AH
67.866.000
Petitum :
• Mengabulkan gugatan ......
• Menyatakan Penggugat Debitur yang baik dan beritikad baik akan
membayar hutangnya
• Menyatakan Penggugat melanjutkan angsuran dengan sisa waktu 27
bulan
• Menyatakan rencana lelang dibatalkan
• Menyatakan perjanjian kredit tidak sah dan batal demi hukum
• Menyatakan debitur dapat membayar hutangnya secara angsuran
tanpa denda & bunga
• Menyatakan debitur membayar angsuran melalui Pengadilan Agama
2.3. Penggugat :
• AS Sukamto, (Penggugat I)
• Sutrah, suami, isteri............. (Penggugat II)
E. KASUS – KASUS EKONOMI
Tergugat :
• PT. Bank BRI Syariah Pusat, Cq Bank BRI Syariah Surabaya CQ Bank BRI
Syariah Cab Mojokerto, Tergugat I
• Pemerintah RI Cq......... Kantor Lelang, Tergugat II
• AW, pemenang Lelang, Tergugat III
Posita :
• Para penggugat dan tergugat I mempunyai hubungan hukum
berdasarkan akad pembiayaan Murabahah
• Dalam akad nilai pinjaman Rp. 175.000.000, disepakati pengembalian
dalam jangka 60 bulan
• Sebagai agunan tanah dan rumah, di ikat dengan hak tanggungan
• Sejak penandatangan akad, Penggugat tidak pernah diberi surat
perjanjian kredit, meskipun sudah ditanyakan beberapa kali kepada
SYARI’AH
Tergugat I
• Pada awalnya lancar dan sudah membayar Rp. 47.500.000,-
• Sejak September 2012 Penggugat tidak dapat melaksanakan kewajiban
maksimal
• Tanpa mengindahkan aturan hukum, Tergugat I langsung mengirimkan
surat pemberitahuan pelaksanaan lelang, dan agunan akan dilelang
pada esok harinya
• Hasil lelang Rp. 200.000.000,- , padahal harga pasaran Rp.
400.000.000,-
Petitum (Provisi) :
• Menghukum para Tergugat membatalkan hasil Lelang
• Para Penggugat diberi kesempatan menjual sendiri asetnya
• Melarang Tergugat III untuk menguasai agunan (hak tanggungan)
Pokok Perkara
E. KASUS – KASUS EKONOMI
• Mengabulkan gugatan
• Menyatakan Tergugat I, II, III melakukan PMH
• Menyatakan batal demi hukum atau tidak mempunyai kekuatan
hukum lelang yang dilaksanakan tanggal 25 April 2013
2.4. Penggugat :
• Anita... Direktur PT BPK Syariah Situbondo, (Penggugat I)
• M. Safiandi, Bagian Legal & Administrasi Pembiayaan (Penggugat II)
Tergugat :
• Muhammad, Nasabah
• Zakiyah, (isteri nasabah)
Posita :
SYARI’AH
(Kahlil Gibran)