Anda di halaman 1dari 15

1

HUKUM ACARA PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH


DI PENGADILAN AGAMA
Oleh : Drs. H.Damsir,S.H.,MH.

1. RUANG LINGKUP PENGADILAN AGAMA   

Pengadilan Agama adalah pengadilan negara yang memeriksa, mengadili


dan menyelesaikan sengketa/perkara tententu, yang meliputi sengketa
antara umat Islam dan atau pihak-pihak yang tunduk kepada ketentuan
Hukum Islam, meskipun ia tidak menganut ajaran Islam.(Pasal 2 Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diamandemen dengan Undang-
undang Nomor 3 Tahun 2006 terakhir dengan Undang-undang Nomor 50
Tahun 2009 )

Pasal 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989.

Pengadilan Agama adalah merupakan salah satu pelaksana kekuasaan


kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai
perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-undang ini.

Pasal 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006.

Pengadilan Agama adalah adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman


bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.
2

Perma Nomor 14 Tahun 2016.

Perkara Ekonomi Syariah dapat diajukan dalam bentuk gugatan sederhana


atau gugatan dengan acara biasa.

2. DASAR HUKUM

a. Pasal 24 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar 1945 beserta


amandemennya.

b. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan


Kehakiman.

c. Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan


Agama sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50
Tahun 2009.

d. Pasal 128 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan


Aceh.

3. Sumber Hukum Pengadilan Agama.

A. Hukum Materiil Peradilan Agama.

a. Al-Quran dan Hadist.

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.


3

c. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan


sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998.

e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

f. Undang -Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.

g. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

h. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Surat Berharga Syariah


Negara.

i. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

j. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

k. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan


Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

l. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang perwakafan


Tanah Milik.

m. Kompilasi Hukum Islam

n. Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 02 Tahun 2008 Tentang


Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES).
4

o. Peraturan Bank Indonesia yang berkaitan dengan ekonomi syariah.

p. Yurisprudensi.

q. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI).

r. Akad Ekonomi Syariah.

B. Hukum Formil (Acara peradilan Agama);

 Herziene Inlandsch Reglement (HIR) untuk Jawa dan Madura.

 Rechtsreglement Voor De Buitengewesten (R.Bg), untuk Luar jawa


dan Madura.

 B.Rv yang ini sudah tidak berlaku lagi. Akan tetapi banyak hal
dalam B.Rv yang masih relevan dengan perkembangan hukum
Recht Voordering.

 Burgerlijk Wetboek Voor Indonesia (BW)


Sebagian dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentag
Perkawinan

 Sebagian dalam Undang-Undang nomor 7 Tahun 1989,


sebagai,mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006, perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50
Tahun 2009

 Sebagian dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975


5

 Sebagian dalam Kompilasi Hukum Islam Tahun 1991

 Semua Hukum yang berlaku pada pengadilan Negeri berlaku pula


pada pengadilan Agama sepanjang mengenai kewenangannya.

 Yurisprudensi

 Doktrin dan Ilmu Pengetahuan Hukum.

4. PROSEDUR BERPERKARA PADA PENGADILAN AGAMA.

a. Sistem palayanan perkara di Pengadilan Agama menggunakan sistem


Meja, yaitu sistem kelompok kerja yang terdiri dari Meja I ( termasuk
di dalamnya kasir), meja II dan Meja III.

b. Petugas Meja I, menerima gugatan, permohonan, verzet,


permohonan eksekusi dan perlawanan pihak ketiga (derden verzet).

c. Perlawanan atas putusan verstek (verzet), tidak didaftar sebagai


perkara baru.

d. Pelawanan pihak ketiga (derden verzet) didaftar sebagai perkara baru.

e. Dalam pendaftaran perkara, dokumen yang harus perlu diserahkan


kepada petugas Meja I adalah:

- Surat gugatan/permohonan yang ditujukan kepada Ketua


Pengadilan Agama yang berwenang.
6

- Surat kuasa khusus (dalam hal Penggugat/Pemohon menguasakan


kepada pihak lain).

- Fotokopi Kartu anggota Advokat yang masih berlaku bagi yang


menggunakan jasa Advokat.

- Berita acara sumpah dari Ketua Pengadilan Tinggi.

- Surat kuasa insidentil bagi yang menggunakan kuasa insidentil.

- Salinan putusan (untuk permohonan eksekusi).

- Surat gugatan/permohonan diserahkan kepada petugas Meja I


sebanyak jumlah pihak, ditambah 3 (tiga) rangkap untuk Majelis
Hakim.

- Petugas Meja I menaksir biaya perkara dengan berpedoman


kepada Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama tentang Panjar
Biaya Perkara.

- Setelah menaksir panjar biaya perkara, petugas Meja I, membuat


Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dalam rangkap 4 (empat).

- Petugas Meja I mengembalikan berkas kepada


Penggugat/Pemohon untuk diteruskan ke Kasir.

- Penggugat/Pemohon membayar panjar biaya perkara yang


tercantum dalam SKUM melalui Bank.
7

- Kasir menerima bukti setor dari Bank dan membukukannya dalam


Buku Jurnal Keuangan Perkara.

- Kasir memberi nomor, membubuhkan tanda tangan dan cap tanda


lunas pada SKUM.

- Kasir menyerahkan satu rangkap surat gugatan/permohonan yang


telah diberi nomor perkara berikut SKUM kepada
Penggugat/Pemohon untuk didaftarkan di Meja II.

- Petugas Meja II mencatat perkara tersebut dalam buku register


induk gugatan/permohonan sesuai dengan nomor perkara yang
tercantum pada SKUM.

- Petugas Meja II menyerahkan satu rangkap surat


gugatan/permohonan yang telah terdaftar berikut SKUM rangkap
pertama kepada Penggugat/Pemohon.

5. KOMPETENSI PERADILAN AGAMA .

A. KOMPETENSI ABSOLUT PENGADILAN AGAMA;    

Kewenangan PA dari masa ke masa:

Sebelum Kemerdekaan:

•  Staatsblaad 1882 No. 152 tidak disebutkan secara tegas kewenangan PA,
hanya disebutkan bahwa wewenang PA itu berdasarkan kebiasaan dan
8

biasanya menjadi ruang lingkup wewenang PA adalah: hal-hal yang


berhubungan dengan perkawinan, talak, rujuk, wakaf, warisan.

•  Staatsblaad 1937 No. 116 (Jawa dan Madura) : “PA hanya berwenang
memeriksa perselisihan antara suami istri yang beragama Islam dan
perkara-perkara lain yang berkenaan dengan nikah, talak dan rujuk.

Pada masa itu wakaf, tuntutan nafkah, hadhanah, pemecatan wali nikah,
perkara kewarisan, hibah wasiat, sadakah bukan kewenangan PA.

 Setelah Kemerdekaan:

PP No. 45 Tahun 1957: PA berwenang mengadili perkara nikah, talak, rujuk,


fasakh, nafkah, mahar, maskan (tempat kediaman), mut'ah, hadanah, waris,
wakaf, hibah, sadakah, baitul maal.

SK. Menag No. 6 Tahun 1980: Nama untuk peradilan tingkat pertama yaitu
Pengadilan Agama. Tingkat Banding Pengadilan Tinggi Agama.

Pasal 49 s/d 53 UU No. 7 Tahun 1989: “Pengadilan Agama bertugas dan


berwenang memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan perkara-perkara di
tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang
perkawinan, kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan
hukum Islam serta wakaf dan sadakah.

Kewenangan PA saat ini:


9

Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006: Pengadilan Agama bertugas


dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:

•  perkawinan;
•  waris;
•  wasiat;
•  hibah;
•  wakaf;
•  zakat;
•  infaq;
•  shadaqah; dan
•  ekonomi syari'ah.

Penjelasan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006:

Penyelesaian sengketa tidak hanya dibatasi di bidang perbankan syari'ah,


melainkan juga di bidang ekonomi syari'ah lainnya.

Yang dimaksud dengan “antara orang-orang yang beragama Islam” adalah


termasuk orang atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukkan
diri dengan sukarela kepada hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi
kewenangan Peradilan Agama sesuai dengan ketentuan Pasal ini.

Ekonomi Syariah adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang
perorang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan atau tidak
10

berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat


komersial menurut prinsif syariah.

Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam ekonomi dalam kegiatan


ekonomi syariah berdasarkan fatwa yang dikeluarkan lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

Akad Ekonomi Syariah adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua
pihak atau lebih atas dasar sukarela yang menimbulkan hak dan kewajiban
berdasarkan prinsif syariah.

Berdasarkan pasal 49 huruf (i) undang-undang nomor 3 tahun 2006,


“ekonomi syari'ah” meliputi:

•  bank syari'ah;
•  lembaga keuangan mikro syari'ah;
•  asuransi syari'ah;
•  reasuransi syari'ah;
•  reksa dana syari'ah;
•  obligasi syari'ah dan surat berharga berjangka menengah syari'ah;
•  sekuritas syari'ah;
•  pembiayaan syari'ah;
•  pegadaian syari'ah;
•  dana pensiun lembaga keuangan syari'ah; dan
•  bisnis syari'ah.
11

6. TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH.

A. Penyelesaian perkara dengan acara sederhana.

- Gugatan dalam perkara ekonomi syariah dapat diajukan secara lisan


atau tertulis dalam bentuk cetak atau pendaftaran perkara secara
elektronik.

- Pemeriksaan perkara secara sederhana adalah pemeriksaan terhadap


perkara ekonomi syariah yang nilainya paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

- Pemeriksaan perkara sebagaimana tersebut di atas mengacu pada


Perma Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Peneyelesaian
Gugatan Sederhana, kecuali secara khusus diatur dalam Perma
Nomor 14 TAHUN 2016.

- Penggugat mengajukan gugatannya di kepaniteraan Pengadilan


Agama atau melelui pendaftaran elektronik atau dapat mendaftarkan
gugatannya dengan mengisi blanko gugatan yang disediakan di
kepaniteraan yang berisi keterangan mengenai: identitas penggugat
dan tergugat, penjelasan ringkas duduk perkara, tuntutan penggugat
dan melampirkan bukti surat yang sudah dilegalisasi pada saat
mendaftarkan gugatan sederhana.

PUTUSAN .
12

Segala putusan dan penetapan Pengadilan dalam bidang ekonomi


syariah selain harus memuat alasan dan dasar putusan juga harus
memuat prinsip-prinsip syariah yang dijadikan dasar untuk mengadili.

1. Putusan terdiri dari:

a. Kepala putusan/penetapan dimulai dengan kalimat


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM ( ditulis dengan huruf Arab) dan
diikuti dengan kalimat DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA).

b. Identitas para pihak.

c. Uraian singkat mengenai duduk perkara.

d. Pertimbangan hukum.

e. Amar putusan.

2. Dalam hal para pihak tidak hadir, jurusita menyampaikan


pemberitahuan putusan paling lambat 2 (dua) hari setelah putusan
diucapkan.

3. Atas permintaan para pihak salinan putusan diberikan paling lambat


2 (dua ) hari setelah putusan diucapkan.

B. PEMERIKSAAN PERKARA DENGAN ACARA BIASA.


13

1. Pemeriksaan terhadap perkara ekonom syariah dilakukan dengan


berpedoman pada hukum acara yang berlaku kecuali yang diatur
secara khusus dalam Perma Nomor 14 Tahun 2016.

2. Pemeriksaan terhadap aperkara ekonomi syariah dapat dilakukan


dengan bantuan teknologi informasi.

3. Harus diputus berdasarkan tenggang waktu yang dimaksud dalam


Perma Nomor 2 Tahun 2014, tentang Penyelesaian Perkara di
Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding pada 4 (empat)
Lingkungan Peradilan.

4. Tata Cara Pemanggilan:

- Pemanggilan kepada para pihak berperkara dilakukan sesuai


dengan ketentuan yang diatur dalam Reglemen Indonesian yang
perbarui/Reglemen Acara Hukum Untuk Luar Jawa dan Madura
(Het Herziene Inlandsch Reglemen/Reglemen Tot Tegeling Van Het
Rechtswezen In De Gewesten Buiten Java En Madura) sepanjang
tidak diatur secara khusus dalam Perma Nomor 14 tahun 2016.

- Pemanggilan/pemberitahuan kepada para pihak yang berada di


Luar Wilayah yurisdiksi Pengadiln yang menerima
gugatan/permohonan dilakukan dengan berpedoman pada
ketentuan yang diatur dalam surat edaran Mahkamah Agung
Tahun 2014 tentang Penangan Bantuan Panggilan/pemberitahuan.
14

- Pemanggilan lanjutan atas kesepakatan para pihak dapat dilakukan


dengan bantuan teknologi informasi.

5. Persidangan.

- Pengadilan memeriksa, mengadili dan memutus dengan


sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali Undang-undang
menentukan lain.

- Diantara para hakim tesebut satu orang bertindak sebagai ketua


dan yang lainnya sebagai hakim anggota.

- Majelis Hakim tesebut di atas harus memenuhi ketentuan yang


diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2016
tentang Sertifikasi Hakim Ekonomi Syariah.

7. Upaya Damai.

- Sebelum pemeriksaan perkara dimulai, Hakim wajib dengan


sunggu-sungguh mengupayakan perdamain.

- Upaya damai sebagaimana dimaksud di atas mengacu pada


Perma Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan.

8. Pembuktian.

- Pemeriksaan ahli dapat dilakukan dengan menggunakan


bantuan teknologi informasi.
15

9. Putusan sama halnya dengan pemeriksaan perkara dengan acara


sederhana sebagaimana telah dijelaskan di atas.

10. Pelaksanaan Putusan.

- Pelaksanaan putusan ekonomi syariah, hak tanggungan dan


fidusia berdasarkan akad syariah dilakukan oleh Pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Agama.

- Pelaksanaan putusan Arbitrase Syariah dan pembatalannya,


dilakukan oleh Pengadilan dalam lingkungan peradilan agama.

- Tata cara pelaksanaan putusan sebagaimana dimaksud di atas


mengacu pada Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

_________________________

Anda mungkin juga menyukai