Anda di halaman 1dari 6

HUKUM ACARA PENGADILAN

AGAMA
Pertemuan pertama (Bu. Aldira)

PENGERTIAN

HAPA adalah Rangkaian peraturan-peraturan yang membuat


cara bagaimana seseorang harus bertindak terhadap dan
dimuka pengadilan agama dan cara bagaimana orang harus
bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalanannya
peraturan-peraturan Hukum Positif Islam yang menjadi
sumber hukum materiil bagi lingkungan peradilan.

Para Pihak dalam HAPA :


Orang yang beragama islam
Siapapun yang menundukkan diri kepada
Hukum Islam

Sengketa dalam HAPA :


Perkara perdataan yang mencakup kompetensi
absolut Peradilan Agama, yaitu :
1. Perkawinan. 5. Hibah. 9. Infaq
2. Warisan. 6. Shadakah.
3. Wakaf. 7. Zakat
4. Wasiat. 8. Ekonomi syari'ah

NOTE :
CERAI GUGAT : Diajukan Istri
CERAI TALAK : Diajukan Suami
CERAI ALASAN PERZINAHAN
ASAS KHUSUS DALAM HAPA

1. Asas Personalitas Keislaman

Asas yang melekat pada PA, dilandasi 3 syarat :


1. Agama yg dianut adalah agama islam (UU NO. 50/2009)
2. Perkara sengketa merukapan Kewenangan Absolute PA
3. Hubungan hukum didasarkan Hukum Islam.
Dasar yg menjadi patokan apakah suatu perkara adalah wewenang PA, dilihat dari :
a. Dalam sengketa perkawinan : Sepanjang perkawinan dicatat dalam KUA. Meski pihak-
pihak atau salah satu pihak tdk beragama islam .
b. Dalam sengketa waris : Sepanjang pewaris (orang yang meninggal) beragama Islam
c. Dalam sengketa Ekonomi syari'ah : Sepanjang akad atau perjanjian berdasarkan syariah
d. Dalam sengketa Hubah dan Wasiat : Sepanjang akadnya berdasarkan Hukum Islam

2. Asas Terbuka Untuk Umum

Sidang PA terbuka untuk umum, kecuali anak dibawah usia 15 tahun (Ps. 153 ayat(3)
UU. No. 8/1981)
Penetapan&Putusan PA hanya SAH dan mempunyai kekuatan hukum apabila
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. (Ps. 60 UU No.50/2009 ttg Peradilan
Agama Jo dan Ps. 13 Ayat (2) UU No. 48/2009 ttg kekuasaan kehakiman)
Tujuan: untuk memberikan hak-hak asasi manusia serta menjamin objektivitas
peradilan.
Tidak semua sidang pemeriksa untuk umum. (dengan alasan lain, biasanya berkaitan
dengan pemeriksaan permohonan cerai maupun talak/gugat.
Dasar Hukum:
1. Pasal 59 Ayat (1) UUPA
2. Pasal 17 UU KK
ASAS KHUSUS DALAM HAPA

3. Asas Upaya Perdamaian

Upaya perdamaian dalam sidang PA bersifat IMPERATIF. (khususnya dalam masalah


perceraian/shiqaq (Perselisihan Rumah Tangga)
sebelum adanya putusan/ketentuan ketetapan, hakim biasanya diminta untuk
melakukan upaya perdamaian terlebih dahulu.
Tujuan: Pengarahan penyelesaian sengketa keluarga dengan memperkecil kerusakan
rohani dan keretakan sosial.
Dasar Hukum : Ps. 39 UU No. 1/1974 ttg Perkawinan Jo, Ps. 31 PP No. 9/1975 ttg
Pelaksanaan UU No. 1/1974, Ps. 115 KHI dan jo SEMA No. 1/2008 ttg mediasi

4. Asas Equality

Persamaan Hak dan derajat para pihak dalam proses persidangan


Hak perlindungan yang sama oleh Hukum
Mendapat Hak perlakuan yang sama dalam Hukum
Dasar hukum :
1. Pasal 58 Ayat (1) No. 7/1989 ttg Peradilan agama, yang pasal dan isinya tidak diubah
dalam UU No. 50/2009 ttg Peradilan Agama jo
2. Pasal 4 ayat (1) UU No. 48/2009tentang kekuasaan kehakiman.

5. Asas akif memberi bantuan

Untuk kepentingan peradilan, semua pengadilan wajib memberi bantuan yang


diminta.
Dasar Hukum: Pasal 2 Ayat (2) UU No. 48/2009 tentang kekuasaan kehakiman
KOMPETENSI PERADILAN AGAMA

A. KOMPETENSI ABLOSUTE
Berhubungan dengan Jenis Perkara/jenis pengadilan/tingkat pengadilan.
Kompetensi Absolute PA, meliputi :
1. Perkawinan
2. waris
3. wakaf
4. wasiat
5. hibah
6. zakat
7. infaq
8. sedekah
9. ekonomi syariah
Dasar Hukum : Pasal 49 UU NO. 3/2006.

B. KOMPETENSI RELATIF
Mengatur pembagian kekuasaan untuk mengadili antara pengadilan
serupa pada tempat tinggal penggugat.
Tempat tinggal/Domisili dibedakan menjadi :
1. Tempat tinggal sebenarnya adalah tempat tinggal yang secara yuridis
pihak berpekara tinggal, dibuktikan dengan KTP yang berlaku.
2. Tempat kediaman adalah tempat dimana secara nyata pihak berperkara
tinggal
3. Tempat tinggal pilih adalah tempat tinggal yang dipilih oleh pihak yang
berperkara.
Kekuasaan Kehakiman PA

Kekuasaan kehakiman diatur dalam Pasal 24 UUD 1945


Ayat (1) menjelaskan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan.
Ayat (2) Menjelaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh MA
dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan Peradilan
Umum, lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer dan
Lingkungan Peradilan TUN dan oleh sebuah MK.

Peradilan Bebas dari campur tangan pihak lain


Tugas Hakim adalah menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
pancasila dengan menafsirkan hukum dan mencari dasar hukum serta
asas-asas yang menjadi landasannya, melalui perkara-perkara yang
dihadapkan kepadanya, sehingga keputusannya mencerminkan perasaan
keadilan bangsa dan rakyat.
Dasar Hukum: Pasal 194 Ayat (3) UU Kekuasaan Kehakiman.

Hakim Bersifat Menunggu


Dasar Hukum: Pasal 2 Ayat (1) UU Kekuasaan kehakiman
inisiatif mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang
berkepentingan.

Hakim Bersifat Pasif


Dasar Hukum: Pasal 118 Ayat (1) HIR dan Pasal 142 Ayat (1) RBG
Ruang lingkup sengketa ditentukaqn oleh para pihak, hakim tidak
memperluas pokok sengketa
Para pihak bebas mengakhiri sengketa yang telah diajukan ke muka
peradilan, hakim tidak dapat menghalang-halanginya.

Putusan harus disertai alasan


Dasar Hukum: Pasal 23 ayat (1) UU KK, Pasal 178 HIR dan Pasal 52 ayat (1)
UU PA.
Semua putusan pengadilan harus disertai alasan putusan yang dijadikan
dasar untuk mengadili. hal ini sebagai pertanggung jawaban hakim
sehingga mempunyai nilai objektif
Beracara dikenakan Biaya

Dasar Hukum: Pasal 121 ayat (1) HIR dan 145 ayat (4) RBG
meliputi biaya kepaniteraan dan biaya untuk pemanggilan, pemberitahuan
pihak serta biaya materai. apabila meminta bantuan pengacara maka
harus dikeluarkan biaya.

Tidak Harus diwakili

Dasar Hukum: Pasal 181 Ayat (1), Pasal 123 HIR dan Pasal 142 Ayat (1),
Pasal 14 RBG
Tidak mewajibkan para pihak mewakili kepada orang lain, sehingga
pemeriksaan dapat langsung dilaksanakan kepada orang yang
berkepentingan
akan tetapi pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasanya apabila
dikehendakinya.

Asas Sederhana, Cepat, dan biaya ringan

Dasar Hukum: Pasal 4 ayat (2) UU KK dan pasal 57 Ayat 3 UUPA


Sederhana adalah acaranya jelas, mudah dipahami oleh seluruh lapisan
masyarakat, tidak berbelit-belit
cepat merujuk pada jalannya peradilan. Dalam hal ini bukan hanya
jalannya peradilan dalam pemeriksaan dimuka sidang saja tetapi juga
penyelesaian pada berita acara pemeriksaan dipersidangan sampai pada
penandatanganan putusan oleh hakim dan pelaksananya
biaya ringan dimaksudkan bahwa perkara harusnya dapat diakses oleh
semua masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai