Anda di halaman 1dari 23

Asas asas Peradilan Agama

Pengertian Asas Hukum - Pikiran dasar yang terdapat dalam peraturan


perundangan
- Inti dari hukum yang kemudian diformulasikan - Dasar-dasar (bersifat umum) yang terkandung
menjadi perangkat peraturan perundang- dalam peraturan hukum.
undangan.
- Norma dasar yang dijabarkan dari hukum
positif
- Dalam bahasa Inggris, kata asas diformatkan sebagai ”Principle” .

- Dalam kamus besar bahasa Indonesia, asas diartikan dalam tiga pengertian:

1) Dasar yakni sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat,


2) Dasar cita-cita,
3) Hukum dasar.

Fungsi Asas Hukum : mengatasi pertentangan apabila terjadi pertentangan atar beberapa
ketentuan hukum yang akan digunakan.
 
Dari asas hukum inilah kemudian dibuat
peraturan-peraturan hukum secara konkrit
(nyata).

Jika asas hukum ini sudah dibuat dalam


peraturan hukum yang nyata, maka barulah bisa
digunakan untuk mengatur sebuah peristiwa.

Namun jika belum dibuat dalam sebuah bentuk


peraturan hukum yang nyata, maka belum bisa
digunakan atau diterapkan dalam sebuah
peristiwa
Ada Beberapa asash hukum yang digunakan oleh pengadilan di
Lingkungan Peradilan Agama, Yakni:
- asas personalitas keislaman;
 - asas kebebasan;
-  asas wajib mendamaikan;
-  asas sederhana, cepat, dan biaya ringan;
-  asas persidangan terbuka untuk umum;
-  asas legalitas dan equality;
-  asas aktif memberi bantuan.
1. Asas Personalitas a) Para pihak yang bersengketa harus
sama-sama beragama Islamdan atau bg
Keislaman mereka yang menundukkan diri pada
hukum Islam (khusus perkara ES)
Ketentuan yang melekat pada pasal
2 dan 49 UU No. 3 Tahun 2006
b) Perkara perdata yang disengketakan
adalah mengeni perkara yang
didasarkan kepada hk Islam.

Asas isi mengandung makna:


c) Hukum yang digunakan untuk
menyelesaikan perkara berdasarkan
hukum Islam, oleh karena itu acara
penyelesaiannya berdasarkan hukum
Islam.
Pasal 2:
Peradilan Agama adalah salah satu pelaku
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan yang beragama Islam mengenai
perkara tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
Pasal 49

● Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan


menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam
di bidang:
perkawinan;
waris;
wasiat;
hibah;
wakaf;
zakat;
infaq;
shadaqah; dan
ekonomi syari'ah.
2. Asas Non Ekstra Yudisial
(kemerdekaan/kebebasan)
 Asas ini disebut Asas Non Ekstra Yudisial maksudnya adalah
Peradilan Agama dilakukan bebas dari pengaruh dan campur tangan
dari luar

 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinga Peradilan Agama bebas


dari campur tangan pihak kekuasaan Negara lainnya, dan
kebebasan dari paksaan, direktiva atau rekomendasi yang datang
dari pihak ekstra yudisial kecuali dalam hal yang diizinkan undang-
undang.”

●Asas ini tertuang dalam:

● Hal tersebut sudah termaktub dalam Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 3
ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
serta Pasal 5 ayat (2),
● Pasal 1 :Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
● Pasal 3: Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak
lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal
sebagaimana disebut dalam Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
● Pasal 5 ayat (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan
memutus perkara.
● Pasal 12 ayat (2) Pembinaan dan pengawasan umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh mengurangi
kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara.
● Pasal 53:(4) Pengawasan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
(1) ayat (2), dan ayat (3), tidak boleh mengurangi kebebasan
Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara.
3. Asas Hakim Wajib Mendamaikan

Penyelesaian terbaik dalam suatu permasalahan


adalah dengan jalan damai.

Islam lebih mengutamakan jalan Perdamaian dalam


menyelesaikan permasalah.

Implementasi dari asas ini adalah dikeluarkannya


Perma No 1 tahun 2016 tentang mediasi.
● asas wajib mendamaikan salah satu cara
penyelesaian suatu sengketa yang baik adalah
perdamaian.

● seadil-adilnya putusan bagaimanapun juga dalam


suatu putusan selalu ada pihak yang merasa
dirugikan oleh putusan tersebut
Asas mendamaikan para pihak ini dianut oleh
Pengadilan Agama terlihat dalah beberapa
peraturan perundangan do bawah ini:
- Pasal 39 UU No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, -
- Pasal 10 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman,
- Pasal 65 dan Pasal 82 ayat (4) UU No.7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama, yang dirumuskan
sebagai berikut:
● Pasal 65: Perceraian hanya dapat dilakukan didepan
sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang
bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.

● Pasal 10 ayat (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) tidak menutup usaha penyelesaian
perkara perdata secara perdamaian.

● Pasal 82 ayat (4) Selama perkara belum diputuskan,


usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap
sidang pemeriksaan.
4. Asas Fleksibelitas
● Asas ini dapat diartikan bahwa Peradilan Agama dilakukan dengan
sederhana, cepat dan biaya ringan.

● asas sederhana, cepat, dan biaya ringan, mengenai asas ini diatur dalam
Pasal 57 ayat (3) UU No. 7 Tahun1989 tentang Peradilan Agama dan Pasal
Pasal 2 ayat (4) UU No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang
berbunyi: Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.
Yang dimaksud :
 Sederhana dalam asas ini adalah prosedurnya yang jelas, mudah
difahami dan tidak berbelit-belit serta tidak terjebak pada formalitas-
formalitas yang tidak penting .

 Cepat yang dimaksud adalah :


⁻ Dalam melakukan pemeriksaan hakim harus cerdas dalam
menginventaris persoalan yang diajukan dan mengidentifikasikan
persolan tersebut untuk  kemudian mengambil intisari pokok persoalan
yang selanjutnya digali lebih dalam melalui alat-alat bukti yang ada.
⁻ Apabila segala sesuatunya sudah diketahui majelis hakim, maka tidak
ada cara lain kecuali majelis hakim harus secepatnya mangambil putusan
untuk dibacakan dimuka persidangan yang terbuka untuk umum.
 Biaya ringan yang dimaksud adalah:
⁻ harus diperhitungkan secara logis, rinci
dan transparan,
⁻ menghilangkan biaya-biaya lain di luar
kepentingan para pihak dalam
berperkara.

Dalam penerapan asas sederhana, cepat, dan


biaya ringan ini tidak boleh mengurangi
“ketepatan” majelis hakim dalam memeriksa,
menilai, dan memutuskan suatu perkara
menurut hukum dan keadilan.
5. Asas Asas ini diimplementasikan dalam Pasal 59
ayat (1) dan (2) UU No. 7 Tahun 1989 tentang
Persidangan Peradilan Agama dan Pasal 13 ayat (1), (2),
dan (3) UU No.48 Tahun 2009 tentang
Terbuka Untuk Kekuasaan Kehakiman

Umum Tujuannya : Untuk menghindari terjadinya


penyimpangan proses pemeriksaan, seperti
berat sebelah, hakim bertindak sewenang-
wenang.
Makna dari asas ini adalah
● Setiap pemeriksaan perkara yang berlangsung pada sidang Pengadilan
Agama boleh diikuti oleh masyarakat yang berkehendak untuk menghadiri,
menyaksikan, dan mendengar jalannya persidangan tidak boleh dilarang dan
dihalangi.

Pengecualian dari asas ini adalah pada perkara-perkara tertentu/privat (yang


bersifat pribadi (cerai dll) dikarenakan demi kerahasiaan rumah tangga para
pihak yang sedang berperkara.
6. Asas legality dan Equality
(Mengadili menurut Hukum dan Persamaan Hak)

Pengadilan mengadili menurut hukum dan tidak membeda-bedakan orang.

Dikenal dengan istilah :

- Audi et alteram parten = pihak-pihak yang berperkara harus diperlakukan sama dan
adil.
- Equality before the law = bahwa setiap orang mempunyai persamaan kedudukan di
bawah hukum
Asas ini dapat dilihat pada
● Pasal 58 UU No. 7 Tahun 1989 dan Pasal 4 UU No.48 Tahun 2009 yang berbunyi:
“ Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda- bedakan orang”.
Dalam asas equality ini terdapat tiga patokan yang paling pokok (fundamentum), yaitu:
● persamaan hak dan derajat dalam proses pemeriksaan persidangan pengadilan
(equal before the law);
● hak perlindungan yang sama oleh hukum (equal protection on the law);
● mendapat hak perlakuan yang sama dibawah hukum (equal treatment under the
law).
7. Hakim aktif memberikan bantuan
• Aktif memberi bantuan yang dimaksudkan oleh asas ini adalah aktif memberi
bantuan dan nasihat yang dibenarkan oleh hukum sepanjang mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan permasalahan formal/prosedur berperkara.

• Tujuannya supaya jalan pemeriksaan terarah, mulus, dan tidak menyimpang


dari tata tertib beracara yang dibenarkan undang- undang.
● Asas ini dapat dilihat dalam Pasal 58 ayat (2) UU No.7 Tahun 1989 jo Pasal 4
ayat (2) UU No.48 Tahun 2009 juga menyebutkan mengenai hakim harus
“aktif” dalam memberi bantuan yang berbunyi:

“Pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras- kerasnya


mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang
sederhana, cepat, dan biaya ringan.”

Anda mungkin juga menyukai